Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhilah Reyseliani
"ABSTRAK
Perjanjian Paris tahun 2015 mengenai penjagaan suhu kenaikan bumi dibawah 2oC telah mendorong negara-negara di dunia, termasuk Indonesia yang meratifikasi perjanjian tersebut, untuk melakukan transisi energi menuju sistem yang berkelanjutan dengan fokus utama pemanfaatan energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi pada berbagai sektor termasuk sektor listrik. Transisi sistem energi nantinya akan mampu menunjukkan perubahan penggunaan teknologi yang semakin ramah lingkungan, namun tetap mempertimbangkan aspek keekonomian yang keduanya ditunjukkan sebagai tujuan atau objektif dari transisi sistem energi. Pemodelan Teknologi ramah lingkungan yang didominasi oleh variable renewable energy seperti tenaga bayu dan tenaga matahari akan menyebabkan terjadinya fluktuasi pada pasokan listrik setiap jamnya, sehingga sangat penting membangun perencanaan kelistrikan yang mempertimbangkan secara detail variasi tersebut melalui pemodelan high time resolution yang meninjau neraca pemenuhan permintaan setiap jamnya dan melibatkan peran penyimpanan energi. Untuk itu, dalam penelitian ini dibangun model high time resolution pada sistem kelistrikan Indonesia dengan meninjau memasukan faktor lingkungan kedalam skenario pajak karbon menggunakan VEDA-TIMES dengan solver CPLEX. Hasil yang diperoleh adalah pada skenario dasar tanpa faktor lingkungan bauran energi terbarukan pada tahun 2050 sudah mencapai 80%. Tingginya bauran ini karena model meninjau penurunan investasi pada teknologi energi terbarukan. Selain itu, penambahan pajak karbon tidak memberikan dampak yang signifikan karena menyebabkan kompetisi antar pembangkit energi terbarukan. Meningkatkan resolusi waktu pemodelan menjadi jam dalam satu hari yang merepresentasikan seluruh hari setiap tahunnya menyebabkan penetrasi energi terbarukan turun menjadi 47%. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kapasitas PLTS, maka kapasitas pumped hydro storage (PHS) menjadi meningkat.

ABSTRACT
The Paris Agreement in 2015 which has been maintained the temperature of the earth's rise below 2oC has encouraged countries in the world, including Indonesia who ratified the agreement, to make the energy transition towards a sustainable system with a main focus on the use of renewable energy and improving energy efficiency in various sectors including the electricity sector. The energy system transition will be able to show changes in the use of green technology but still considering the economic aspects, both of which are shown as the objective of the energy system transition. Modeling technologies that are dominated by variable renewable energy such as wind power and solar power will cause fluctuations in electricity supply every hour, so it is important to build electricity planning that considers in detail regarding these variations through modeling high time resolution that reviews the balance sheet to meet demand every hour and involves the role of energy storage. For this reason, this research builds a high time resolution model on the Indonesian electricity system by reviewing the inclusion of environmental factors as carbon tax scenario using VEDA-TIMES with the CPLEX solver. The results obtained in the basic scenario without environmental factors the renewable energy mix in 2050 has reached 80%. The high mix is ​​due to the model consider the declining in renewable energy technologies investment. In addition, using carbon tax scenario does not have a significant impact because it causes competition among renewable energy technology. Increasing modeling time resolution to hours in one day that represents all days each year causes the penetration of renewable energy to drop to 47%. In addition, along with the increase in PLTS capacity, the capacity of pumped hydro storage (PHS) as the selected energy storage technology will increase."
2020
T55315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Heru Kuncoro
"ABSTRAK
Krisis yang teijadi di
Indonesia (dengan pertumbuhan ekonomi tahun 1998 sebesar -15%) sangat mempengaruhi
segala aspek, termasuk dalam perencanaan pengembangan sistem kelistrikan. Keputusan
Presiden No. 39/1997 tentang penangguhan/pengkajian kembali proyek Pemerintah, BUMN
dan Swasta termasuk sektor pertambangan dan energi (listrik) merupakan dampak langsung
untuk mengantisipasi (menanggulangi) gejolak moneter tersebut. Sebagaimana diketahui,
salah satu sasaran pembangunan tenaga listrik dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II
menyebutkan bahwa pada Repelita VII (1999-2004) dilakukan pelaksanaan interkoneksi di
pulau Sumatera yang menghubungkan semua propinsi dari Daerah Istimewa Aceh sampai
Daerah Lampung. Selanjutnya akan sudah dibangun suatu kabel bawah laut untuk melakukan
interkoneksi sistem kelistrikan Jawa-Bali-Sumatera. Namun dengan adanya krisis, maka
jadwal instalasi kabel bawah laut tersebut diperkirakan oleh banyak pihak akan mengalami
kemunduran, yang diasumsikan penulis mundur sampai sekitar tahun 2010. Oleh karena itu
dalam tesis ini dilakukan suatu analisis strategi perencanaan pengembangan sistem
kelistrikan Jawa-Bali-Sumatera dengan mempertimbangkan dampak krisis moneter, dengan
menggunakan program DECADES (Databases and mEthodologies for Comparative
Assessment o f Different Energy Sources for electricity generation) dan WASP (Wien
Automatic System Planning) untuk berbagai skenario. Dari eksekusi program diperoleh hasil
yang optimum, yaitu Skenario-3. Skenario-3 ini merupakan strategi perencanaan
pengembangan sistem kelistrikan dengan melakukan penundaan proyek pembangkitan listrik
selama 7 tahun dan pengkajian ulang proyek pembangkitan dimana jadwal operasi proyek
tersebut mundur 9 tahun dari jadwal semula dan variabel pembangkit yang dikompetisikan
adalah Integrated Coal Gasificassion 400 MWe (IG4H), PLTU Batubara 600 MWe dengan
FGD (C600), PLT•Combined Cycle 600 MWe (CG6H), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
1500 MWe (N15H), PLT-Geotermal 55 MWe (GE55) dan PLTA 150 MWe (HYD1). Hasil
eksekusi Skenario-3 diperoleh nilai total biaya pengembangan sistem (cumuiative objective
function) adalah USS 174891.106 dan konfigurasi totol tambahan variabel kandidat
pembangkit di akhir tahun studi (tahun 2020) adalah IG4H: 20 unit (8.000 MWe), C600:
9 unit (5.400 MWe), CG6H: 41 unit (24.600 MWe), N15H: 11 unit (16.500 MWe), GE55:40
unit (2.200 MWe) dan HYD1: 12 unit (1.800 MWe)."
1999
T40700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Firmansyah
"Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki tujuh wilayah besar dengan karakteristik yang berbeda dalam system kelistrikan, perkembangan kebijakan kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19 dan mulai berkembang dengan adanya pemberian hak konsesi oleh Pemerintah kolonial Hindia Belanda kepada swasta di beberapa daerah, kemudian ketika Jepang menguasai Indonesia, sektor kelistrikan berubah fungsi sebagai alat pertahanan dalam peperangan. Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945 dibarengi dengan proses nasionalisasi aset-aset yang dimiliki oleh Hindia-Belanda dan Jepang, kemudian sektor kelistrikan dikuasai sepenuhnya oleh Negara yang diamanahkan melalui Badan Usaha Milik Negara yaitu PLN. Pada tahun 1966, sektor ketenagalistrikan merupakan bagian dari proses pembangunan yang digaungkan dalam RPLT (Rencana Pembangunan Lima Tahun), di era tahun 1998 terjadilah pergolakan reformasi, yang berdampak pada kebijakan ketenagalistrikan, dimana porsi swasta/Independent Power Producer (IPP) meningkat signifikan menjadi 3.169 MW pada tahun 2003, rentan waktu era reformasi kebijakan sektor ketenagalistrikan mengalami 2 kali perubahan, konsepnya masih sama yaitu demonopolisasi, namun ada beberapa konsep yang diluruskan oleh Mahkamah Konstitusi, sehingga sektor ketenagalistrikan tetap menjadi bagian dari kontrol negara. Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement, dimana konsep perencanaan kelistrikan akan berbasis pada energi baru terbarukan, berbagai skenario telah dipersiapkan pemerintah namun baru bersifat pemenuhan kebutuhan supply-demand dengan mengoptimalkan pemanfataan energi terbarukan untuk kebutuhan pembangkit listrik, belum ada kebijakan yang mengatur terkait agregasi energi terbarukan sehingga diperlukan proyeksi kebutuhan energi dengan alat bantu perangkat lunak Powersim dan Arena untuk menghitung kebutuhan energi secara skenario BAU (Business As Usual) dan skenario penambahan supply dari 20% dari PLTS Atap dan variabel lainnya dari PLT Energi Terbarukan sebesar 10 s.d 15 TWh dan penambahan demand dari adanya peningkatan penggunaan electric vehicle, kompor induksi dan ekspor listrik ke Singapura dan Timor Leste.

The unitary state of the Republic of Indonesia has seven large regions with different characteristics in the electricity system, the development of electricity policy in Indonesia began in the 19th century and began to develop with the granting of concession rights by the Dutch East Indies colonial government to the private sector in some areas, then when Japan controlled Indonesia, the electricity sector changed its function as a means of defense in warfare. Indonesia gained independence in 1945 coupled with the process of nationalization of assets owned by the Dutch East Indies and Japan, then the electricity sector was fully controlled by the State mandated through state-owned enterprises, namely PLN. In 1966, the electricity sector was part of the development process echoed in the RPLT (Five-Year Development Plan), in the era of 1998 there was a reform upheaval, which had an impact on electricity policy, where the portion of private / Independent Power Producer (IPP) increased significantly to 3,169 MW in 2003, vulnerable when the era of electricity sector policy reform experienced 2 changes,  The concept is still the same as demonopolisation, but there are several concepts straightened out by the Constitutional Court, so that the electricity sector remains part of state control. Indonesia has ratified the Paris Agreement, where the concept of electricity planning will be based on new renewable energy, various scenarios have been prepared by the government but only meet the needs of supply-demand by optimizing the utilization of renewable energy for electricity generation needs, there is no policy that regulates the aggregation of renewable energy so that it requires the projection of energy needs with Powersim and Arena software tools for electricity generation.  Calculate the energy needs in the BAU (Business As Usual) scenario and the scenario of increasing supply from 20% of roofing power plants and other variables of renewable energy power plants of 10 to 15 TWh and the addition of demand from the increased use of electric vehicles, induction stoves and electricity exports to Singapore and Timor Leste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agarwala, S.K.
New Delhi: S. Chand, 1982
621.31 AGA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Prayoga Dewanto
"Saat ini, Indonesia sedang dalam proses perancangan dan pembangunan Ibu Kota Nusantara dalam rangka pemindahan Ibu Kota Negara yang sebelumnya berada di pulau Jawa ke pulau Kalimantan. Salah satu tujuan dari pembangunan Ibu Kota Nusantara adalah menjadi percontohan bagi pengembangan kota hijau dan salah satu prinsip pembangunannya adalah emisi rendah karbon. Hal tersebut dapat dicapai dengan pemanfaatan pembangkit EBT dalam menyuplai beban di IKN. Pada penilitian ini, akan dirancang sistem kelistrikan Ibu Kota Nusantara berbasis isolated microgrid dengan mempertimbangkan aspek biaya dan emisi karbon. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi teknologi pembangkit di IKN yang paling optimal dengan mempertimbangkan aspek biaya dan juga emisi karbon. Sistem kelistrikan IKN akan dimodelkan setiap tahap pembangunan menggunakan perangkat lunak XENDEE yang kemudian akan dioptimasi dengan objektif meminimalkan biaya, meminimalkan emisi karbon, dan objektif gabungan keduanya. Komposisi pembangkit dari hasil optimasi yang paling optimal akan digunakan sebagai teknologi eksisting pada tahap berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi teknologi yang paling optimal adalah solar PV dengan total kapasitas 253,4 MWp, BESS dengan kapasitas 66,4 MWh, gas engine dengan kapasitas 600 MW, dan gas turbine dengan total kapasitas 800 MW.

Currently, Indonesia is in the process of designing and building Ibu Kota Nusantara in order to relocate the National Capital which was previously on the island of Java to the island of Kalimantan. One of the objectives of developing Ibu Kota Nusantara is to become a pilot for the development of green cities and one of the principles of its development is low carbon emissions. This can be achieved by utilizing EBT generators to supply loads at IKN. In this research, an isolated microgrid-based electricity system for Ibu Kota Nusantara will be designed considering the aspects of cost and carbon emissions. This research aims to determine the most optimal composition of power generation technology in IKN by considering the cost aspect and carbon emissions. IKN's electrical system will be modeled at each stage of development using XENDEE software which will then be optimized with the objectives of minimizing costs, minimizing carbon emissions, and the combined objectives of the two. The generator composition from the most optimal optimization results will be used as the existing technology in the next stage. The results showed that the most optimal technological compositions were solar PV with a total capacity of 253.4 MWp, BESS with a capacity of 66.4 MWh, gas engine with a capacity of 600 MW, and gas turbine with a total capacity of 800 MW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Massus Subekti
"PLN Region 3 (Jawa Tengah & DIY) merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa Madura Bali (JAMALI) dimana sistem ini disuplai dari beberapa pembangkit dan IBT (Inter Bus Transformer) 150/500 kV. Selain terhubung melalui sistem 500 kV, region-3 juga terhubung ke region lain melalui sistem 150 kV, hal tersebut memungkinkan terjadinya tranfer daya listrik antar region. Region 3 dapat menerima atau menyalurkan daya ke atau dari region 2 melalui transmisi Sunyaragi - Brebes dan Banjar - Majenang, dan region 4 melalui transmisi Cepu - Bojonegoro dan Sragen - Ngawi. Kondisi-kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap keandalan dari sistem pembangkit region 3.
Pada tesis ini akan dianalisis tingkat keandalan sistem region 3 sampai dengan tahun 2017 dengan jalan mengevaluasi nilai LOLP dan ENS berdasarkan data perkiraan beban harian dan rencana pembangunan pembangkit baru PLN. Analisis terbagi dalam 2 skenario, skenario pertama adalah tambahan daya 3 x 100 MW dan skenario kedua adalah peningkatan kebutuhan daya 4 x 100 MW dari region 2 dan atau region 4. Dari kedua skenario, skenario peningkatan kebutuhan daya 4 x 100 MW menghasilkan keandalan sistem yang terburuk, hal ini ditunjukkan dengan nilainilai LOLP yang melewati 1 hari/tahun.
Guna mendapatkan nilai LOLP lebih kecil dari 1 hari/tahun selama 10 tahun ke depan maka harus dilakukan penambahan unit pembangkit baru sebelum tahun 2015. Penambahan PLTU Batubara 2 x 300 MW pada tahun 2014 dan 2016 pada kedua skenario dan rencana PLN, menghasilkan nilai LOLP lebih kecil dari 1 hari/tahun. Guna mengantisipasi tingginya nilai LOLP pada tahun 2008 skenario 2, dilakukan pembatasan peningkatan kebutuhan daya maksimum sebesar 200 MW ke region 2 dan atau region 4.

The PLN's region-3 (middle Java and Yogyakarta Special Region) as part of Java Madura and Bali (JAMALI) interconnection system, is supplied from its generating plants and 150/500 kV IBTs (Inter Bus Transformers). Other than connected by the 500 kV transmission system, Region-3 is also connected to other regions by a 150 kV transmission system, enabling inter regional power transfer. The region-3 can send or receive power to or from region-2 through Sunyaragi-Brebes and Banjar-Majenang transmission lines, and to or from region-4 through Cepu-Bojonegoro and Sragen-Ngawi transmission lines, thereby influencing the region-3 generating systems reliability.
In this thesis, the reliability level of region 3 system until the year 2017 will be analyzed by evaluating Loss of Load Probability (LOLP) and Energy Not Served (ENS) values based on daily estimated capacity data and PLN's new powerplant development plan. The analysis will be in 2 scenarios, the first scenario is by an additional power of 3 x 100 MW and the second one is by increasing a power transfer of 4 x 100 MW from region 2 and/or region 4. From the two scenarios, the increase of a 4 x 100 MW power transfer produces a bad system reliability. This is shown by LOLP values passing 1 day/year.
In order to obtain LOLP values lower than 1 day/year for the coming 10 years, additional powerplants must be realized before the year 2015. With the addition of 2 x 300 MW CFSPP in the year 2014 and 2016 for the two scenarios and based on PLN's planning to obtain LOLP values lower than 1 day/year can be obtained. Anticipating LOLP high values in the year 2008, scenario 2 can be conducted by limiting the increase of power transfer to a maximum of 200 MW to region 2 and/or region 4.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40799
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini
"Setiap sistem tenaga listrik memiliki range tegangan tertentu, sebagai contoh, sistem PLN 150 kV memiliki range lebih kurang 10%. Tegangan di luar range dapat menyebabkan kerugian pada peralatan-peralatan listrik sehingga tegangan harus diatur tetap pada range tersebut. Pengaturan tegangan erat kaitannya dengan pengaturan daya reaktif. Untuk itu pengaturan tegangan dilakukan dengan kompensator yang dapat mengendalikan pembangkitan, penyerapan, dan aliran daya reaktif pada sistem. Sub-sistem Kudus-Cepu 150 kV memiliki kualitas tegangan yang rendah. Lima dari enam bus di dalamnya memiliki tegangan di bawah 135 kV akibat jaringannya yang berbentuk radial. Oleh karena itu pada sub-sistem Kudus-Cepu akan dirancang kompensator untuk memperbaiki tegangan tersebut. Perancangan kompensator pertama dilakukan dengan perhitungan menggunakan metode aliran daya. Dari perhitungan ini didapat besar kompensator (dalam MVAR) yang harus dipasang. Kemudian hasil perhitungan tadi diterapkan dalam simulasi menggunakan perangkat lunak Power System Simulator for Engineering (PSS/E) dan dianalisis perubahan-perubahan yang terjadi setelah pengkompensasian ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Emmanuel Rico
"Skripsi ini merancang bangun sebuah sistem catu daya berbasis switching regulator, untuk menjaga ke-stabilan tegangan keluaran perangkat sel surya. Sehingga didapatkan efisiensi konversi energi listrik dari penyerapan sinar matahari yang intensitasnya berubah-ubah. Selain itu, merancang pengendalian pembatasan pengisian tegangan ke baterai pada saat low voltage. Hal ini, diperlukan sebagai perlindungan terhadap rangkaian dan baterai dari low voltage, sehingga menjaga umur pemakaian rangkaian dan baterai komputer bergerak. Sistem ini terdiri dari switching regulator, voltage divider, komparator dan relay. Switching Regulator pada sistem ini menggunakan IC L4970A yang dapat memenuhi kebutuhan daya yang diperlukan oleh komputer bergerak. Voltage divider mengkonversi tegangan sel surya untuk keperluan masukan komparator sebagai sensing sinyal untuk pengendalian sistem. Relay mengontrol hubungan pen-saklaran komputer bergerak untuk charging atau discharging. Dari hasil pengujian, sistem catu daya ini sudah dapat diterapkan untuk penggunaan pada komputer bergerak bertegangan antara 16-19 V.

This research study related to design and build up a power supply system based on switching regulators, to maintain the stability of the output voltage of solar cell devices. Then, to getting an efficiency of electrical energy conversion of sunlight energy absorption that had variable intensity. In addition, designing a voltage controller to the battery charging during low voltage. It is necessary, as a protection against a series of low voltage, thus keeping the circuit and the battery life of mobile computers. This system consists of a switching regulator, voltage divider, comparator and relay. This Switching Regulator system uses a L4970A IC that can meet the needs of the power required by the mobile computer. Voltage divider converting voltage of solar cells for sensing purposes as a comparator input signal to the controller system. Relay as a controller to mobile computer for charging or discharging function. From the test results, the power supply system is applicable for use in mobile computer requiring voltage between 16-19 V."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Maulana
"Skripsi ini membahas sistem monitoring dan mekanisme pengaturan daya listrik menggunakan Scada dan Plc Berdasarkan Fluktuasi Tarif Listrik. Daya yang dihasilkan diperoleh dari simulator PV (Labview) dengan daya yang konstan. Daya yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk mensuplai beban primer atau beban primer-sekunder atau juga digunakan untuk mengisi baterai berdasarkan fluktuasi tarif listrik dari PLN. Tujuan dari skripsi ini untuk membandingkan daya yang diperoleh menggunakan Scada dan Plc dengan menggunakan BCU. Penelitian ini dengan melakukan perancangan sebuah alat.
Hasil pengujian membuktikan daya yang diperoleh menggunakan Scada dan Plc hasilnya lebih besar daripada menggunakan BCU. Karena pada sistem BCU, daya yang diperoleh digunakan untuk mensuplai beban dan juga mengisi baterai. Keuntungan jual-beli listrik sistem Scada dan Plc lebih besar dari sistem BCU karena daya yang dihasilkan sistem Scada dan Plc maksimal.

This thesis discusses monitoring systems and electrical power management mechanism usig scada and plc based electricity rates fluctuations. The power prodeced by PV simulator (Labview) with constant power. The power produced will be used to supply primary load or primary-secondary load or also used to charge the battery according electricity rates from PLN. The purpose of this thesis to compare the power produced by scada and plc with using bcu. This research by designing a tool.
The test results proved the power produced by Scada and Plc result greater than using the BCU. Because at the BCU system, the power produced is used to supply the load and charge the battery. Advantages of buying and selling electricity Plc and Scada system is larger than the BCU system because the power produced a maximum of Scada and Plc systems.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Sadikin
"Proteksi adalah pengaman pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi tenaga listrik dan generator listrik dipergunakan untuk mengamankan sistem tenaga listrik dari gangguan listrik atau beban lebih dengan cara memisahkan bagian sistem tenaga listrik yang terganggu dengan sistem tenaga listrik yang tidak terganggu sehingga sistem kelistrikan yang tidak terganggu dapat terus bekerja. Kegagalan sistem proteksi pada gardu KG02 dan KG180 di PT PLN (Persero) UP3 Tanjung Priok saat terjadi arus gangguan hubung singkat phasa-phasa disisi konsumen mengakibatkan PMT (Pemutus Tenaga) Penyulang trip. Hal ini mengakibatkan pemadaman meluas yang berdampak buruknya citra PT PLN (Persero) UP3 Tanjung Priok terhadap kehandalan jaringan. Untuk mengetahui penyebab kegagalan sistem proteksi dilakukan pengecekan CT (Current Transformer) terhadap kedua gardu. Pada gardu KG02 kontrak daya 345 kVA, CT yang terpasang dengan ratio 10/5 dan class 5P10 dengan arus gangguan 2861 A. Pada gardu KG180, CT yang terpasang dengan ratio 100/5 dangan class 5P10 dengan arus gangguan 6547 A. Dari hasil data kedua gardu diatas, kegagalan sistem proteksi terjadi pada Transformator Arus yang jenuh saat dialiri arus gangguan melebihi 2861 A dan 6547 A. Untuk mengatasi kegagalan proteksi pada kedua gardu diatas dibutuhkan penambahan CT Ring 800/5 dengan class 5P20 dengan hasil pengujian tersebut dapat menjadi acuan untuk perbaikan sistem proteksi sehingga kegagalan serupa tidak terulang kembali.

Protection is a safeguard in the electric power system installed in the electric power distribution system, power transformers, electric power transmission, and electric generators used to protect the electric power system from electrical disturbances or overloads by separating the disturbed part of the electric power system from the existing electric power system. Not disturbed so that the uninterruptedelectrical system can continue to work. Failure of the protection system at the KG02 and KG180 substations at PT PLN (Persero) UP3 Tanjung Priok when short circuit currents occurred on the phases on the consumer side resulted in the PMT (Power Breaker) of the feeder tripping. This resulted in widespread outages which had a negative impact on the image of PT PLN (Persero) UP3 Tanjung Priok regarding network reliability. To find out the cause of the protection system failure, CT (Current Transformer) checks were carried out on the two substations. At the KG02 substation, the 345 kVA, CT power contract is installed with a ratio of 10/5 and class 5P10 with a fault current of 2861 A. At the KG180 substation, the CT is installed with a ratio of 100/5 with class 5P10 with a fault current of 6547 A. From the results of the data from the two substations above, the protection system failure occurred in the current transformer which was saturated when a fault current exceeded 2861 A and 6547 A. To overcome protection failures at the two substations above, it is necessary to add a CT Ring 800/5 with class 5P20, with the test results being a reference for improving the protection system so that similar failures do not happen again."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>