Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Yudha Aminah
"Skripsi ini mengkaji tentang penyembuhan penderita sakit jiwa terkait dengan konsep-konsep seperti sehat-sakit, sakit jiwa, penyakit, dan penyembuhan tradisional di Yayasan Bani Syifa. Penyembuhan terkait sakit jiwa idealnya dilakukan oleh praktisi medis modern seperti psikiater, namun Yayasan Bani Syifa menawarkan metode penyembuhan yang khas terkait sakit jiwa yang diminati masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (in-depth interview). Observasi yang dilakukan mencakup pengamatan subyek penelitian secara langsung dalam kegiatan penyembuhan kepada para pasien dengan masalah kejiwaan di Yayasan Bani Syifa. Metode penyembuhan sakit jiwa yang diterapkan di Yayasan Bani Syifa terkait dengan persepsi penyembuh yang memercayai bahwa sakit jiwa disebabkan oleh hal-hal personalistik. Metode penyembuhan di Yayasan Bani Syifa mencakup penyembuhan secara fisik dan spiritual. Penyembuhan secara fisik menggunakan jahe (Zingiber officinale), hiltit (Ferula assa-foetida), serta air zamzam. Sementara itu, penyembuhan secara spiritual berkaitan dengan ritual religius seperti mengaji bersama (tawasulan/yasinan), shalat syifa, dan jampe.

This bachelor thesis will talk about healing practices aimed towards people with mental health problems and their correlation with concepts such as illness-health, mental illness, illness, and traditional healing in Yayasan Bani Syifa. People with mental illnesses should ideally treated by modern medical practitioner such as psychiatrists, but Yayasan Bani Syifa offers a unique mental healing method that is chosen by the community. I used qualitative approach to obtain the data, which includes in depth interview and observations. I observed the subjects’ healing activities and process towards people with mental illness. Healing methods that Yayasan Bani Syifa use to people with mental illness are influenced by the healer's preception that mental illness are caused by personalistic traits.The methods used contains “physical” healing and “spiritual” healing. Physical healing uses ginger, hiltit, and zamzam water. Meanwhile, spiritual healing encompass religious rituals such as prayer recitation (tawasulan/yasinan), “shalat syifa”, and jampe."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Billy Teviano
"Penelitian ini mengkaji tentang illness narrative berupa pengalaman mahasiswa penderita gangguan kejiwaan yang mengalami stigma di lingkungan sosial kampus Universitas Indonesia, menggunakan metode kualitatif etnografi yang meliputi pengamatan, wawancara mendalam, serta studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa para narasumber yang notabene adalah mahasiswa pengidap gangguan kejiwaan mengalami stigma berupa label, stereotyping, serta diskriminasi terjadi pada saat mereka beraktifitas di lingkungan sosial masing-masing; di tingkatan program studi, lingkup satu angkatan, serta lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa. konstruksi illness narrative yang dipaparkan oleh masing-masing informan memberikan petunjuk akan kejadian dalam hidup yang menurut mereka penting, yaitu beban emosional yang disebabkan karena stigma yang terjadi pada lingkup sosial terdekat di kampus yang menyebabkan kondisi psikis mereka secara signifikan menurun dan berpengaruh terhadap aspek sosial dan akademis para informan.

This study examines the illness narrative in the form of experiences of students with mental disorders who experience stigma in the social environment of the University of Indonesia campus, using qualitative ethnographic methods which include observations, in-depth interviews, and literature studies. This study found that the informants who incidentally were students with mental disorders experienced stigma in the form of labels, stereotyping, and discrimination occurred when they were active in their respective social environments; at the study program, with fellow students of same year, and the scope of Extracurricular Student Units. The construction of illness narrative presented by each informant provides clues to events in life that they think are important, namely the emotional burden caused by the stigma that occurs in the closest social sphere on campus which causes their psychological condition to significantly decrease and affect social and psychological aspects of the academic informants."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pitawati
"Latar Belakang: Yayasan Galuh merupakan sebuah panti rehabilitasi mental di Bekasi yang menangani orang dengan gangguan jiwa menggunakan metode pengobatan tradisional. Latar belakang petugasnya berasal dari non medis. Mereka mengenali gejala gangguan jiwa berdasarkan perilaku abnormal dan kekerasan. Orang-orang dengan gangguan jiwa sering disertai dengan gangguan dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari. Belum ada penelitian tentang profil gangguan jiwa dan tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh.
Tujuan: Untuk mendapatkan profil gangguan jiwa serta tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh selama periode Desember 2012 sampai Januari 2014.
Metode: Dengan metode wawancara klinis berdasarkan PPDGJ III untuk mendapatkan diagnosis gangguan jiwa serta instrumen indeks Barthel untuk mendapatkan tingkat kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari-hari. Penelitian dilakukan selama periode waktu bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.
Hasil: Dari 210 responden didapatkan gangguan psikotik atau skizofrenia (F2) sebanyak 82,8%, gangguan afektif (F3) sebanyak 6,2%, retardasi mental (F7) sebanyak 1,4% dan ganggguan mental organik (F0) sebanyak 1%, sementara yang tidak ada psikopatologi sebanyak 8,6%. Untuk tingkat kemandirian sebagian besar penghuni termasuk mandiri yaitu sebanyak 157 orang (74,8%), 51 penghuni (24,3%) mempunyai ketergantungan ringan dan hanya 1 penghuni (0,5%) yang masing-masing memiliki ketergantungan sedang dan berat.
Simpulan: Dengan diketahuinya profil gangguan jiwa dan tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh ini diperlukan perbaikan mutu layanan baik untuk kesehatan umum maupun kesehatan jiwa penghuni Yayasan Galuh dengan melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah untuk kebijakannya dan pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada petugas-petugasnya dan bidang ilmiah untuk penelitian lebih lanjut.

Background: Galuh Foundation is a traditional mental rehabilitation shelter in Bekasi. The workers were not having medical background. They diagnosed the residents as having mental disorder from abnormal behaviour and hostility. People with mental disorder is usually having impairment in self care and daily activities. There haven‟t been any study about mental disorder profiles and independency level of residents in Galuh Foundation.
Objective: The purpose of this study was to describe the profiles of mental disorder and independence level of residents in Galuh Foundation Bekasi from December 2012 until January 2013.
Methods: Clinical interview according to PPDGJ III (based on ICD 10) to get the profiles of mental disorder and by using the Barthel index to get the independency level of self care and daily activities of residents in Galuh Foundation, from December 2012 until January 2013.
Results: Of 210 residents who had psychotic disorder (F2) were 82.8%, affective disorder (F3) were 6.2%, mental retardation (F7) were 1.4%, organic mental disorder (F0) were 1%, and no psychopatology were 8.6%. From the 210 residents who were independence were 74.8%, mild dependence were 24.3%, and only 0,5% each for mediate and totally dependence.
Conclusion: There will be need improvement for mental health of residents in Galuh Foundation and their utilities by engaging with the government and with the institution to do more studies for better improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bibb, Benyamin O.
Semarang: Dahara Prize, 2003
111 BIB r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Widyarti Utami
"ABSTRAK
Gangguan jiwa dialami oleh 81 jiwa dari 13764 jiwa penduduk dikelurahan
Sindangbarang Bogor, pelayanan kesehatan jiwa masyarakat melalui puskesmas
belum berjalan dan belum adanya kelompok swabantu (self help group ) klien dan
keluarga. Penelitian ini berjudul pengaruh self help group terhadap kemampuan
keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa di kelurahan Sindangbarang
Bogor.Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pengaruh self help group terhadap
kemampuan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ”Quasi experimental pre-post test without control group”
dengan intervensi self help group. Cara pengambilan sampel adalah purposive
sampling dengan sampel sebanyak 18 keluarga . Self help group dilakukan pada tiga
kelompok; kelompok I diberikan self help group dengan enam kali pertemuan
(empat kali bimbingan dan dua kali mandiri), kelompok II diberikan self help group
dengan enam kali pertemuan ( dua kali bimbingan dan empat kali mandiri) dan
kelompok III diberikan self help group dengan tiga kali pertemuan tanpa dibimbing.
Kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga diukur dengan menggunakan
kuesioner dan dianalisis menggunakan statistik.Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga dalam merawat klien
gangguan jiwa secara bermakna. Kemampuan kelompok yang mendapatkan self help
group dan dibimbing dua kali meningkat lebih tinggi secara bermakna dibandingkan
dengan yang dibimbing empat kali dan tanpa bimbingan.Direkomendasikan
membentuk dan melaksanakan self help group bagi keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan jiwa.

ABSTRACT
Mental illness experienced by 81 people among 13.764 inhabitants in District of
Sindangbarang, Bogor At the same time, a serving for psychology health program by
Centre of Community Health is not run well, and self help group for client and his/her
family was not exist. The title of this research is The Influence of Self Help Group to
Family Ability in Taking Care Client with Mental illness in District of Sindangbarang,
Bogor.
The research was aimed to get a comprehensive picture about the influence of self help
group to family ability in taking care client with Mental illness. Design of the research
was using “quasi experimental pre-post test without control group” by using self help
group intervention. A sample consist of 18 families was chosen by using purposive
sampling. Self Help Group treatment was divided into 3 groups as follows: Group I (6
times meeting consists of 4 times assisting and 2 times self helping); Group II (6 times
meeting consists of 2 times assisting and 4 times self helping) and Group III (3 times self
helping meeting and none assisting ).
The family’s cognitive ability and psychomotor ability are valued by using cognitive
ability and psychomotor ability questioner, and then the results of questioners are
analyzed by using statistic method. The research showed a significant increase in
family’s cognitive ability and psychomotor ability in taking care client with mental
illness. The abilities of the group that treated by self help group with 2 times assisting
were increase highly and significantly compare to the group with 4 times assisting and
the group without assisting. It is recommended to form and to conduct self help group to
families who have client with mental illness."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Spiritualitas pada konsepnya adalah bagian integral dari manusia yang tidak dapat
dipisahkan dalam berbagai segi kehidupan. Namun, pemenuhan kebutuhan spiritual
belum menjadi prioritas dalam intervensi petugas kesehatan di Indonesia. Petugas
kesehatan seperti dokter atau perawat belum menjadikan kesehatan spiritual sebagai
bagian intervensi yang bertujuan menyejahterakan klien. Beberapa tahun terakhir ini,
kebutuhan untuk memenuhi aspek spiritual klien mulai menjadi tren yang
diperhatikan oleh institusi rumah sakit, terutama rumah sakit yang berbasis visi
keagamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status kesehatan
spiritual klien di Rumah Islam Jakarta. responden dalam penelitian ini adalah klien
rawat inap dewasa di Rumah Sakit Islam Jakarta, sebanyak 55 orang yang dipilih
secara acak (random sampling). Disain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
sederhana dcngan instrumen penelitian berupa kuesioner. penelitian ini menggunakan
analisa univariat dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan
mayoritas responden memiliki tingkat kesehatan spiritual sedang. Diharapkan dengan
adanya penelitian ini dapat menjadi acuan untuk dilakukannya penelitian yang lebih
dapat menggali faktor yang berhubungan dengan tingkat kesehatan spiritual, sehingga
dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5300
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Klien yang dirawat dengan pola praktik spitual yang baik diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisi hospitalisasi, sehingga praktik spiritual tetap dapat dilakukan selama menjalani perawatan. Disamping itu praktik spiritual merupakan sumber kekuatan, dukungan dan penyembuhan bagi klien yang sakit. Praktik spiritual cenderung bermasalah ketika seseorang merasa tidak bebas alau tidak tahu bagaimana untuk mengatakan pembahan aspek spiritualnya. Kecemasan yang dialami klien berkaitan dengan proses adaptasi dan cara mengatasinya tergantung pada kemampuan mengatasi perubahan yang terjadi; Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara pola praktik spiritual dengan tingkat kecemasan klien yang dirawat, dan bila ada hubungan maka ingin diketahui seberapa besar tingkat hubungannya. Metode penelitian yang digunakan adalah korelasi dan pengambilan sample secara simple random sampling. Pengambilan sampel dilakukan dari tanggal 15 s.d. 19 April 2002, diperoleh 30 sampel. Data yang terkumpul dianaiisa dengan statistik korelasi dau uji statistik korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian: dari 17 klien yang pola spiritualnya baik 6 orang (35,29%) tidak mengaiami kecemasan dan 11 orang (64,71%) mengalami kecemasan ringan, dari 8 orang yang poia spiritualnya kurang: 3 orang (37,5%) tidak mengaiami kecemasandan 5 orang (62,5%) mengalami kecemasan ringan. Dari 5 orang klien yang pola spirituahuya cukup 5 orang (100%) tidak mengalami kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa pola praktik spiritual klien cukup bervariasi dan tingkat kecemasan tidak tergantung pada pola praktik spiritual klien yang dirawat. Setelah uji statistik dengan korelasi Pearson Product Moment dengan, dimaua didapatkan r = 0,055 dan uji kemaknaan (α = 0,01, df = 28) menunjukkan tidak ada korelasi antara pola praktik spiritual dengan tingkat kecemasan klien yang dirawat (t hitung = 0,265 < nilai ktitis = 2,763)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5104
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agriana Mulyadaning
"Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pentingnya layanan discharge planning sebagai upaya preventif relapse pasien yang telah dipulangkan dari rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan mengenai layanan Discharge Planning mulai dari perencanaan hingga pada gambaran proses pelayanan Discharge Planning bagi pasien dengan gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Samarinda Kalimantan Timur. Teori Kesehatan Mental, Pelayanan Institusional, Rumah Sakit Jiwa, Discharge Planning, Kerja Tim dalam Psikiatri digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan kajian. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021, memiliki tujuh (7) informan dengan latar belakang dari profesi multidisiplin. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pemilihan informan adalah dengan metode non-probabilitysampling. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan studi literatur, observasi, dan wawancara secara mendalam untuk pengambilan data secara mendalam dengan masing-masing informan. Wawancara yang dilakukan sebagain secara daring dan sebagian wawancara secara langsung dengan penyesuaian dan protokol kesehatan. Selain itu, saat melakukan wawancara secara langsung penelitian memiliki kesempatan untuk melakukan observasi secara langsung di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada terutama saat tahapan edukasi dan administrasi saat keluarga menjemput paisen. Hasil dari penelitian ini adalah discharge planning merupakan layanan yang diterima pasien sejak pasien masuk rumah sakit berfokus dalam membantu pasien dan keluarga dalam memiliki rujukan ke perawatan selanjutnya, pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan kondisi kesehatan pasien agar dapat kembali ke masyarakat serta mampu mengembalikan keberfungsian sosial dan kesejahteraan pasien. Tahapan layanandischarge planning terbagi menjadi 2 tahapan: Pertama, proses perencanaan yang dilakukan oleh tim kesehatan multidisiplin dimulai sejak pasien masuk rumah sakit dan melalui clinical pathway dan mendapatkan assessment mengenai gejala klinis dan penegakkan diagnosis pasien, selain itu informasi yang dibutuhkan dari keluarga mengenai tempat tinggal pasca rumah sakit, siapa yang akan bertanggung jawab atas pasien. Kedua, informasi yang didapatkan dalam proses perencanaan akan diterapkan dalam proses pelayanan mulai dari edukasi dan konseling keluarga sampai pada kediatandropping dan home visit. erdasarkan hasil penelitian menunjukkan Discharge Planningdirasa kurang optimal dalam penerapannya di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam, hal ini disebabkan rumah sakit belum memiliki profesi pekerja sosial yang berdampak pada kurang optimalnya dalam proses pelayanan discharge planningkhususnya dalam assessment masalah pasien serta dalam pelaksanaan kegiatan home visit.

This study is based on the importance of discharge planning services as an effort to prevent relapse of patients who have been discharged from the hospital. The purpose of this study is to explain about Discharge Planning services starting from planning to the proses of discharge planning services for patients with mental illness at Atma Husada Mahakam Samarinda Mental Hospital, East Borneo. The study utilized the mental health theory, institutionalized services at mental hospital, and perspectives on discharge planning and interdisciplinary teamwork in Psychiatry. This research was conducted in 2021 and involved seven(7) informants with backgrounds from multidisciplinary professions. The study benefits from the use of qualitative approach and the descriptive method, purposive sampling in selecting the informants. This qualitative research was conducted with data collection methods using literature study, observation and in-depth interviews with each informant. Interviews were conducted partly online and partly in- person interviews with health adjustments and protocols. In addition, when conducting direct interviews, the study had the opportunity to make direct observations at the Atma Husada Mental Hospital, especially during the education and administration stages when the family picked up the patient.The results of this study shows the discharge planning at Atma Husada Hospital consist of a service received by patients from the time the patient enters the hospital focusing on helping patients and their families to have referrals for further treatment, gain knowledge, skills and attitudes in improving and maintaining the patient's health condition so that they can return to their community and be able to restore social functioning and patient well-being. The discharge planning service are divided into 2 stages: First, planning process carried out by a multidisciplinary health team starts from the time patient enters the hospital and goes through the clinical pathway and gets an assessment of clinical symptoms and patient diagnosis, in addition to the information needed from the family regarding the place of residence post-hospital, also who will be in charge of the patient through the treatment. Second, information obtained in the planning process will be applied in the service process starting from family education and counseling until dropping the patient and home visits. However, the findings indicate that discharge planning is considered less than optimal in its implementation at the Atma Husada Mahakam Regional Mental Hospital dute to lack of social worker’s engagementin the process that contributes to implementation of discharge planning services, especially in assessing patient problems and in carrying out home visit activities that felt not optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Sartika Sari
"Pasung merupakan bentuk pengekangan fisik atau kurungan yang dilakukan oleh masyarakat non professional pada ODGJ. Penanganan ODGJ paska pasung di ruang perawatan menjadi bagian penting dalam siklus perawatan. Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan secara mendalam penanganan orang dengan gangguan jiwa ODGJ paska pasung di ruang perawatan. Metode penelitian menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan multiple instrumental case study. Penelitian menggunakan 2 kasus dan partisipan sejumlah 11 partisipan dipilih dengan purposive sampling. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada para tenaga kesehatan dan penelusuran dokumen-dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan 6 kategori dengan beberapa subategori yaitu, 1 Kondisi ODGJ paska pasung dengan gejala dominan adalah gejala negatif dan diagnosis keperawatan utamanya isolasi sosial dan defisit perawatan diri, 2 Penanganan ODGJ paska pasung dilakukan di tiap tahap perawatan dan membutuhkan intervensi keperawatan dengan frekuensi lebih banyak, 3 Burnout yang dialami perawat 4 Kendala yang dialami tenaga kesehatan meliputi kebijakan lama rawat dan standar prosedur operasional perawatan kurang efektif, dukungan keluarga tidak adekuat, perbedaan budaya menghambat komunikasi terapeutik, dan ketidakdisiplinan tenaga kesehatan dalam perawatan, 5 Kolaborasi tenaga kesehatan, dan 6 Harapan tenaga kesehatan. Kesimpulan penelitian ini adalah penanganan ODGJ paska pasung di ruang perawatan dilakukan secara kolaboratif namun belum optimal, masih banyak kendala. Sistem pelayanan kesehatan jiwa perlu ditingkatkan baik di rumah sakit maupun di komunitas.

Pasung is a physical restraint or confinement performed by non professional society for people with serious mental illness PWSMI .The treatment for PWSMI post pasung in the mental ward is an important part in the treatment cycle. The objective of the study was to describe the treatment for PWSMI post pasung in the mental ward. The methode of the study was qualitative using multiple instrumental case study approach. Purposive sampling was used to select the participants. Data were obtained by indepth interview with the health care provider and documents tracking. The study used 2 cases and the number of theparticipants in the study was11 participants.
The result of the study was described in six categories 1 The condition of PWSMI post pasung was dominant in negative symptom and the main nursing diagnosis were social isolation and self care deficit, 2 The treatment for PWSMI post pasung in each of the mental ward needed more nursing interventions, 3 Burnout was experienced by the nurse, 4 The obstacles in the treatment experienced by the health care provider were the policy of length of stay and standard operational procedur in treatment were not effective, inadequate of family support, the culture difference between the client dan the health care provider, and indicipline of the health care provider 5 The collaboration of the health care provider in the treatment, 6 The expectation of the health care provider. The conclusion of the study was the treatment for PWSMI post pasung in the mental ward conducted by the health care provider collaboratively was not optimal yet, there were many obstacles. The health care system especially in the mental ward and community had to be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T46831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfan Pramoda Widyadaksa
"Sikap negatif terhadap gangguan jiwa masih menjadi fenomena yang kerap kali terjadi. Bahkan stigmatisasi ini dilakukan oleh mereka yang berpendidikan, seperti mahasiswa. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap mahasiswa psikologi terhadap gangguan jiwa. Peneliti memutuskan untuk meneliti sikap mahasiswa dengan dasar bahwa sebagian besar penduduk di Asia memiliki stereotipe yang negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa atau menstigma. Mahasiswa tidak lepas dari sikap ini. Padahal, mahasiswa adalah kaum terdidik. Survei dilakukan di empat universitas di Jabodetabek dengan partisipan berjumlah 104 orang, dengan perempuan berjumlah 83 dan laki-laki berjumlah 18 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur Belief in Mental Illness Scale BMI. Hasil menunjukkan bahwa sikap partisipan terhadap gangguan jiwa cenderung ke arah netral. Rata-rata tertinggi ditemukan pada item rang dengan gangguan jiwa sulit diprediksi, sementara rata-rata terendah ditemukan pada item orang dengan gangguan jiwa berbahaya. Peneliti kemudian mendiskusikan lebih lanjut mengapa temuan-temuan tersebut bisa terjadi. Untuk penelitian berikutnya, sebaiknya partisipan berasal dari kalangan nonpsikologi untuk memperkaya wawasan.

Negative attitude toward mental disorders is still an oft recurring. This stigmatization is even done by those who are educated, like college students. The purpose of the study is to get a picture of the attitude of psychology students to mental disorders. Researcher decided to examine student attitudes on the grounds that the majority of the populations in Asia perceive negative stereotype or stigma on people with mental disorders. College students, educated people, are not exempt from this attitude. The survey was conducted at four universities in Jabodetabek on 104 participants, with 83 women and 18 men. This study used the Belief in Mental Illness Scale BMI measurement tool. The results show that participants 39 attitudes toward mental disorders tend to be neutral. The highest average is found in item ldquo people with mental disorders are difficult to predict, rdquo while the lowest average is found on item people with mental disorders are dangerous. rdquo The researcher then discusses further why these findings could occur. For the next study, participants should come from non psychology backgrounds to enrich the insight.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>