Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147806 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Septia Andi Akbarsyah
"ABSTRAK
Penelitian ini menyajikan gambaran lengkap mengenai partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam pengembangan pariwisata yang berlangsung di Pulau Pramuka. Keberadaan pariwisata di Pulau Pramuka saat ini tidak lepas dari keterlibatan secara aktif masyarakat setempat. Penelitian ini membahas mengenai proses partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat setempat Pulau Pramuka untuk melihat sejauh mana masyarakat berperan penting dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di suatu kawasan. Penelitian ini juga berfokus pada pengetahuan dan perspektif yang dibentuk oleh masyarakat Pulau Pramuka (emic) dengan menggunakan metode etnografi dan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan partisipasi observasi. Melalui data-data tersebut nantinya akan menjadi penting dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan selama ± 40 hari di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

ABSTRACT
This research presents a comprehensive picture regarding community participation in the development of tourism that takes place on Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. The existence of tourism on Pulau Pramuka is currently inseparable from the involvement of local community. This study discusses the participation process carried out by local community of Pulau Pramuka in which they play important role in the development of community-based tourism in stated area. This research also focuses on the knowledge and perspective created by the local community of Pulau Pramuka (emic) using ethnographic methods with in-depth interviews and participatory observation data colections techniques. Furthermore, these data will be important in this study. Data collection was carried out for ± 40 days on Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Achmad Arvanza Rivaie
"Teritip (Thecostraca) adalah satu krustasea laut yang memiliki keragaman paling tinggi dan sangat penting secara ekologis di dunia. Pulau Pramuka dengan keragaman terumbu karang yang sangat tinggi, merupakan habitat bagi berbagai biota laut. Diduga keragaman teritip cukup tinggi di pulau ini, mengingat ekosistem lautnya yang hangat, merupakan habitat optimal bagi teritip. Akan tetapi, sejauh ini informasi mengenai keragaman teritip di Pulau Pramuka masih terbatas. Untuk itu, telah dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji keragaman spesies teritip secara morfologi di Pulau Pramuka dan Area Perlindungan Laut Taman Nasional Kepulauan Seribu, guna mendapatkan informasi yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari dan Februari 2024, pada pengambilan sampel di kedalaman 10–25 m. Identifikasi dan deskripsi morfologi dari sampel teritip dilakukan dengan cara mencocokkan karakter morfologi dari spesimen teritip yang diperoleh dengan deskripsi terdahulu untuk dilihat persamaan dan perbedaannya, di laboratorium Krustasea dan Entomologi, BRIN Cibinong. Hasil penelitian ini menemukan 7 genus dan 10 spesies teritip di perairan Pulau Pramuka. Spesies-spesies teritip tersebut berasal dari 3 famili teritip acorn dan 1 famili teritip penggali (burrowing barnacle). Spesies-spesies teritip yang ditemukan antara lain adalah Chthamalus malayensis, Chthamalus sp., Trevethana sarae, Darwiniella angularis, Tetraclita squamosa, Neonrosella vitiata, Megabalanus tintinnabulum, Amphibalanus Amphitrite, Amphibalanus reticulatus, dan Amphibalanus zhujiangensis. Teritip-teritip tersebut ditemukan baik di zona intertidal maupun pada rataan terumbu karang. Pada zona intertidal, sebagian besar teritip menempel pada struktur buatan manusia, sedangkan pada zona subtidal ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang sebagai inangnya.

Barnacle (Thecostraca) is one of the most diverse and ecologically important marine crustaceans in the world. Pramuka Island, with its very high diversity of coral reefs, is a habitat for various marine biota. It is suspected that the diversity of barnacles is quite high on this island, considering that its warm marine ecosystem is an optimal habitat for barnacles. However, so far, information regarding their diversity on Pramuka Island is still limited. A research was carried out to identify the morphological diversity of barnacle species on Pramuka Island and the National Park Marine Protection Area at Seribu Islands in order to obtain the information needed for further research. The research was carried out in January and February 2024, at a depth of 10–25 m. Identification and morphological description of the barnacle samples were carried out by matching the morphological characters of the barnacle specimens obtained with the previous description to see the similarities and differences at the Crustacean and Entomology Laboratory, BRIN Cibinong. The results of this research revealed seven genera and 10 species of barnacles in the waters of Pramuka Island. Species of barnacles come from three families of acorn barnacles and one family of burrowing barnacles. The barnacle species found included Chthamalus malayensis, Chthamalus sp., Trevethana sarae, Darwiniella angularis, Tetraclita squamosa, Neonrosella vitiata, Megabalanus tintinnabulum, Amphibalanus amphitrite, Amphibalanus reticulatus, and Amphibalanus zhujiangensis. These barnacles were found both in the intertidal zone and on coral reef flats. In the intertidal zone, most barnacles were attached to man-made structures, while on coral reef flats, they were found associated with coral reefs as their hosts."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionanda Dafito
"Penelitian terhadap komunitas mikroalga epiplastik pada substrat plastik polyethylene terephthalate (PET) dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan seribu. Sampel plastik kemasan minuman diambil dari tiga stasiun di bagian Barat, Utara, dan Timur Pulau Pramuka. Sampel yang diisolasi kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dan kelimpahan, serta keanekaragaman mikroalga pada setiap stasiun dihitung. Mikroalga tersebut diidentifikasi, sehingga struktur komunitas dan adanya mikroalga berpotensi toksik diketahui. Mikroalga yang diidentifikasi berasal dari tiga divisi, yaitu Bacillariophyta, Dinophyta, dan Cyanobacteria. Bacillariophyta merupakan divisi yang paling melimpah dan ditemukan 11 genus yang berasal dari divisi tersebut, antara lain Coscinodiscus, Diploneis, Pleurosigma, Gyrosigma, Nitzschia, Cymbella, Thalassiosira, Synedra, Navicula, Fragilaria, dan Thalassionema. Dinophyta yang ditemukan berasal dari genus Prorocentrum dan Cyanobacteria yang ditemukan berasal dari genus Chroococcus. Nitzschia merupakan mikroalga yang paling melimpah dengan total kelimpahan 395,9 sel/ml, sedangkan kelimpahan terendah dimiliki oleh Chroococcus dengan nilai 1,18 sel/ml. Mikroalga berpotensi toksik ditemukan pada beberapa stasiun, yaitu Nitzschia dan Prorocentrum. Indeks keanekaragaman dan kemerataan tertinggi terdapat pada stasiun 1 (1,62 dan 0,78) karena tidak ada genus yang mendominasi, sedangkan indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 3 (0,52).

Research on epiplastic microalgal communities on polyethylene terephthalate (PET) plastic substrates was conducted in the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Beverage packaging plastic samples were taken from three stations in the western, northern, and eastern parts of Pramuka Island. The isolated samples were then observed under a light microscope and the abundance and diversity of microalgae at each station were calculated. The microalgae were identified so that community structure and the presence of potentially toxic microalgae were known. The microalgae identified came from three classes, namely Bacillariophyta, Dinophyta, and Cyanobacteria. Bacillariophyta is the most abundant class and 11 genera were found from the class, including Coscinodiscus, Diploneis, Pleurosigma, Gyrosigma, Nitzschia, Cymbella, Thalassiosira, Synedra, Navicula, Fragilaria, and Thalassionema. Dinophyta found came from the genus Prorocentrum and Cyanobacteria found came from the genus Chroococcus. Nitzschia is the most abundant microalgae with a total abundance of 395.9 cells/ml, while the lowest abundance is owned by Chroococcus with a value of 1.18 cells/ml. Potentially toxic microalgae were found at several stations, namely Nitzschia and Prorocentrum. The highest diversity and evenness indices were found at station 1 (1.62 and 0.78) because there was no genus dominating the station, while the highest dominance index was found at station 3 (0.52)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Ari Iwari
"Peningkatan gas CO2 di atmosfer dapat mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Padang lamun, salah satu komunitas penyusun ekosistem pesisir pantai memiliki fungsi yang dapat dipertimbangkan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju penyerapan karbon dan potensi tiap jenis lamun sebagai penyimpan karbon serta mengestimasi total kandungan karbon komunitas lamun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2013 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Data diperoleh dengan menggunakan metode transek kuadrat untuk menentukan struktur komunitas dan biomassa. Pengukuran pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan dengan metode penandaan daun, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Analisis kandungan karbon dalam bagian tanaman lamun dan serasah lamun dilakukan dengan metode Walkley & Black.
Hasil menunjukan bahwa rata-rata laju penyerapan karbon di Pulau Pramuka sebesar 0,53 gC/m2/hari. Dua jenis lamun yang mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi yaitu Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/hari) dan Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/hari), sedangkan jenis lamun yang memiliki cadangan karbon yang tertinggi yakni Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) diikuti oleh Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) dan yang terendah ditemukan pada Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Rata-rata cadangan karbon pada komunitas lamun Pulau Pramuka sebesar 200,90 gC/m2. Berdasarkan estimasi, total luas padang lamun di Pulau Pramuka sebesar 59,25 ha, sehingga total kandungan karbon yang diperoleh yakni 119,03 ton atau setara dengan 2,01 ton/ha dan jumlah CO2 yang diserap oleh padang lamun Pulau Pramuka yakni sekitar 436,84 ton CO2.

The increase of CO2 in the atmosphere may caused the increasing average temperature of the earth, which could cause climate change. Seagrass beds, one of the constituent communities and coastal ecosystems has a function that can be considered as a carbon sink and carbon stock. This study aims to analyze the rate of carbon sequestration and the potential of each species of seagrass as a carbon sink as well as estimating total carbon stock in seagrass communities. The study was conducted in January - June 2013 in the Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Data obtained using quadratic transect method for determining community structure and biomass of seagrass. Measurement of seagrass growth and leaf production is done by the leaf marking method, while for leaf litter productivity using cages method. Analysis percentage of carbon in the plant parts of seagrass and seagrass leaf litter carried by Walkley & Black method.
The results show that the average rate of carbon sequestration at Pramuka Island is 0,53 gC/m2/day. There are two species of seagrass that have a high rate of carbon sequestration is Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/day) and Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/day). While seagrass species that has the highest carbon stocks that Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) followed by Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) and the lowest was found in Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Average carbon stock in seagrass communities Pramuka Island at 200,90 gC/m2. Based on estimates​​, the total area of ​​seagrass beds at Pramuka Island of 59,25 ha. The total carbon stock can be determined that 119,03 tons, or equivalent to 2,01 tons/ha and the amount of CO2 absorbed by seagrass Pramuka Island which is about 436,84 tons of CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hilmi Rizadha
"Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, membuat Indonesia memiliki banyak perbedaan pada kondisi lingkungan, tingkat keanekaragaman hayati, hingga pada tingkat komposisi kimia dan kuantitas suatu senyawa yang terdapat dalam suatu makhluk hidup, salah satunya adalah senyawa metabolit sekunder. Hal ini membuat perlu adanya analisis secara metabolomik terhadap suatu makhluk hidup dengan membandingkan lokasi yang berbeda. Phyllidiella nigra merupakan salah satu Nudibranchia yang banyak ditemui di Pulau Rambut dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Phyllidiella nigra mendapatkan metabolit sekunder dari mangsanya dengan cara mengakumulasi kemudian memanfaatkan senyawa metabolit sekunder untuk peran ekologisnya seperti sebagai antimicrobial, antifeedant, dan antifouling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui perbandingan metabolit sekunder pada Phyllidiella nigra di lokasi yang berbeda yaitu Pulau Rambut dan Pulau Pramuka. Sampel diambil dengan cara jelajah bebas sebanyak sepuluh sampel. Metabolit sekunder diekstraksi menggunakan metanol 96%, diuapkan, kemudian dideteksi menggunakan GC-MS. Data kemudian dianalisis dengan PCA dengan scatter plot dan HCA dengan dendrogram. Terdapat delapan senyawa yang dapat dianalisis, tiga senyawa diantaranya memiliki pengaruh yang tinggi dalam pembentukan kelompok yaitu 1-propene-1,2,3-tricarboxylic acid, tributyl ester; tributyl acetylcitrate; dan phenol, 2,4-bis (1,1- dimethylethyl)-. Senyawa metabolit sekunder di kedua pulau tidak ditemukan adanya perbedaan karena berdasarkan PCA dan HCA, sampel di kedua pulau saling campur dan tidak membentuk kelompok sesuai lokasinya yaitu Pulau Rambut dan Pulau Pramuka.

As one of the largest archipelagic countries in the world that is rich in biodiversity, Indonesia has various environmental conditions and biodiversity, either at the chemical composition and quantity contained in a living thing such as secondary metabolites. Hence, there is a need to perform a metabolomic analysis of a living thing that lived at different locations. Phyllidiella nigra is one of the Nudibranchia that is commonly found on Rambut Island and Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Phyllidiella nigra accumulates secondary metabolites from its prey and then used the compounds for several ecological roles such as antimicrobial, antifeedant, and antifouling. This study analyses and compares the secondary metabolites of Phyllidiella nigra from two different locations, namely Rambut Island and Pramuka Island. Samples were taken by free-roaming as many as ten. The secondary metabolites were extracted using 96% methanol, evaporated, and then detected using GC-MS. Data was then analyzed by PCA with scatter plot and HCA with dendrogram. Eight compounds could be analyzed, three of which were dominant on group formation, namely 1-propene-1,2,3-tricarboxylic acid, tributyl ester; tributyl acetylcitrate; and phenol, 2,4-bis (1,1-dimethylethyl)-. There were no differences in the secondary metabolites between islands. Based on PCA and HCA, the samples on the two islands mixed and did not form groups according to their location, namely Rambut Island and Pramuka Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrey Banyudoyo
"Sebagai sebuah negara yang kaya akan kekayaan alam, Indonesia adalah sebuah negara agraria dengan potensi kekayaan alam yang luar biasa. Maka dari itu, untuk memaksimalkan implementasi pengembangan wisata, terdapat regulasi oleh pemerintah pusat yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Pengembangan pariwisata nasional memang sudah meningkat selama lima tahun terakhir ini, hal ini dikarenakan terdapat kesempatan bagi masing-masing wilayah untuk mengembangkan potensi wilayahnya sendiri. Hal ini kemudian memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk membuat langkah yang konkrit untuk mengembangkan sebuah daerah yang memiliki potensi yang bagus untuk dijadikan tempat pariwisata kedepannya, selama pengembangan tersebut memiliki dampak kepada komunitas/penduduk yang ada di tempat tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini berupa studi dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam dengan menggunakan informan dan menggunakan Purposive Sampling. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah, bahwa pemerintah daerah telah membuat bermacam-macam usaha, seperti pembangunan infrastruktur dan pembangunan fasilitas untuk mengembangkan area pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

As one of the countries that has rich natural potential, Indonesia is an archipelago country that has extraordinary natural potential. Therefore, to ensure maximum efforts from the implementation of these efforts, a regulation was formed whereby the Central Government authorizes the Regional Government to maximize its potential. the. . The development of national tourism which is quite good in the last five years provides opportunities for each region that has the potential to further develop and maximize all the potential of its region. This then provides an opportunity for the government to build concrete steps in developing an area that originally had potential in the end. can be used to encourage the area to become a tourist area, where these conditions have an impact on the community in the area. The purpose of writing this article is to find out the efforts of the local government in building community welfare through the development of tourist areas on Pari Island. This research use a qualitative approach with descriptive research type. Data collection techniques in the form of documentation study, observation and in-depth interviews. By taking informants using purposive sampling. The results obtained are that the government has made various efforts, such as facility and infrastructure development to develop the tourism area on Pari Island. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elwiena Maulida
"ABSTRAK
Penelitian eksperimental untuk menguji aktifitas antifeedant ekstrak kasar ascidia Didemnum sp. terhadap ikan karang telah dilakukan di perairan Pulau Pramuka. Sampel diekstrak dengan metode maserasi menggunakan metanol, kemudian ekstrak dicampurkan dengan jeli yang mengandung makanan ikan dan karaginan pada konsentrasi yang sama dengan konsentrasi alaminya yaitu sebesar 10 mg/ml. Uji di lapangan dilakukan dengan mengaitkan pelet pengujian pada tali polipropilen yang ditambatkan ke biorock pada kedalaman 3 m di bawah dermaga Restoran Nusa Keramba di Pulau Pramuka. Analisis data menggunakan uji jumlah-jenjang Wilcoxon menunjukkan bahwa Rhit < Rtab 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kasar Didemnum sp. memiliki aktivitas antifeedant terhadap ikan-ikan karang meliputi Neopomacentrus sp., Pomacentrus sp. Halichoeres sp., dan Siganus sp.

ABSTRACT
Field experiment was conducted to investigate antifeedant activity of crude extract from urn-shaped ascidian Didemnum sp. against reef fishes at Pramuka Island. Ascidian samples were extracted by maceration in methanol then mixed with agar containing fish food and carrageenan at the same concentration as the extract occurred in living organism which is 10 mg/ml. Antifeedant assay on the field was conducted by attaching pellets using safety pins to polypropylene ropes then tied them to a biorock in 3 m depth below the pier of Nusa Keramba Restaurant at Pramuka Island. Data analysis with Wilcoxon?s rank-sum test showed that R < Rtab 0.05, which means that crude extract of Didemnum sp. has antifeedant activity against reef fishes including Neopomacentrus sp., Pomacentrus sp., Halichoeres sp., and Siganus sp.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatin Nabilah
"Pertahanan hidup dilakukan oleh tiap organisme agar dapat terhindar dari kepunahan. Pada organisme laut, bentuk pertahanan diri ada tiga macam, dimana khususnya pada hewan dari filum Echinodermata yang menggunakan senyawa metabolit sekunder sebagai bentuk pertahanan dirinya. Tujuan dari penelitian berikut untuk mengetahui perilaku makan spesifik ikan karang terhadap pakan uji yang mengandung ekstrak Holothuria atra yang berbeda konsentrasinya telah dilakukan pada tanggal 8-14 November 2018 di Perairan Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Proses yang dijalani yaitu ekstrasi menggunakan metanol dan menghasilkan persentase ekstrak kasar sebesar 0,56% dan memiliki konsentrasi fisiologis yang mengacu pada penelitian terdahulu yaitu 8 mg/mL. Proses pengujian dilakukan dengan memberikan pakan uji yang mengandung ekstrak kasar Holothuria atra yang telah dicampur oleh jeli dan pelet ikan sebanyak 4 set dengan komposisi set terdiri dari kontrol, pakan dengan ekstrak 0,5% dari konsentrasi fisiologis, pakan dengan ekstrak 1% dari konsentrasi fisiologis dan pakan dengan ekstrak 2% dari konsentrasi fisiologis. Uji perilaku makan ikan karang dilakukan di rataan terumbu karang pada tujuh titik berbeda di kedalaman 3-5 meter. Hasil uji statistik Chi-Kuadrat pada taraf signifikasi (α) 0,01 menyatakan bahwa ada perbedaan perilaku makan ikan karena perbedaan konsentrasi pakan yang digunakan dan untuk membuktikan keeratan hubungan, digunakan uji Cramer yang menunjukkan bahwa dengan nilai 0,316 dan uji ANOVA sebagai uji akhir yang pula menyatakan bahwa perilaku makan ikan karang berbeda pada masing-masing pakan yang berbeda konsentrasinya.

Life defense is carried out by each organism in order to avoid extinction. In marine organisms, there are three types of self-defense, especially in animals from phylum Echinodermata that use secondary metabolites as a form of defense.The research was purposed to know specific fish feeding behavior towards the fish food that contains different concentrations of crude extract of Holothuria atra. It was conducted on 8th until 14th November 2018 in Pramuka Island Waters, Kepulauan Seribu National Park, DKI Jakarta. The process begun with extractions of specimen using methanol to yield the 0,56% of crude extract that is equal to 8 mg/mL of physiological concentration. The fish feeding behavior assay was conducted by using artificial foods which is contained Holothuria atras crude extract mixed with jelly and fish pellets and it is made into 4 sets. Those sets composed with control, fish pellet mixed with 0,5% crude extract from physiological concentration, fish pellet mixed with 1% crude extract from physiological concentration and fish pellet mixed with 2% crude extract from physiological concentration. This field experiment conducted above the coral reefs on 7 different spots at 3-5 meter depth. Chi-square analysis (α=0,01) showed that there is difference feeding behaviour of reef fishes based on different of concentration in fish pellet. Another test used as in Cramer test to see the close relation and the result showed 0,316 and for ANOVA test showing that there is also different fish feeding behaviour as well."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Sekar Ratih Prabhacitra
"Penapisan amilase 32 isolat actinomycetes dari sedimen pesisir dan serasah lamun Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dilakukan secara kualitatif dan semi-kuantitatif menggunakan metode iodin. Penapisan amilase dari isolat secara kualitatif pada medium starch agar dilakukan dengan mengukur lebar clear zone dan diekspresikan dalam nilai indeks aktivitas. Penapisan amilase secara semi-kuantitatif pada medium pertumbuhan starch broth dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang cahaya 620 nm. Pengukuran kadar glukosa yang terbentuk dan aktivitas amilase dari isolat terpilih dalam medium soluble starch 1% (SBs) dan tepung beras 1% (SBb) dilakukan dengan metode Dinitrosalicylic Acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Hasil penapisan amilase kualitatif menunjukkan indeks aktivitas amilase tertinggi diperoleh dari isolat SD 5 (4,259), SD 13 (4,154), SD 14 (3,457), dan SD 15 (4,436). Sementara itu, hasil penapisan amilase semi-kuantitatif menunjukkan isolat SD 13 memiliki transmitansi tertinggi dengan nilai 64,3% dan aktivitas amilase diukur lebih lanjut dengan metode DNS. Hasil uji kadar glukosa menunjukkan bahwa isolat SD 13 dalam SBs menghasilkan kadar glukosa yang lebih tinggi (6.379,345 μg/mL) dibandingkan dengan isolat SD 13 SBb (3.254,741 μg/mL). Aktivitas amilase SD 13 pada medium SBs lebih tinggi (26,124 ± U/mL) dibandingkan dengan aktivitas amilase pada medium SBb (14,205 U/mL). Tingginya aktivitas amilase pada SBs tersebut setara dengan banyaknya kadar glukosa yang terbentuk. Isolat SD 13 teridentifikasi secara molekuler berdasarkan data sekuens gen 16S rRNA sebagai anggota dari spesies Streptomyces champavati.

Amylase activity of 32 Actinomycetes isolates from coastal sediment and seagrass litter of Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta were screened using two different methods involving iodine in starch medium. The first amylase screening test using starch agar was performed by measuring width of the clear zone and was expressed in activity index value. The second amylase screening test used starch broth for was done by using spectrophotometer in 620 nm of wave length.The first result showed amylase activity index is highest in SD 5 (4.259), SD 13 (4.154), SD 14 (3.457), and SD 15 (4.436) respectively. The second result indicated SD 13 has the highest transmittance of 64,3% and its glucose concentration and amylase activity was further measured using Dinitrosalisylic acid (DNS) method with two different media; 1% soluble starch (SBs) dan 1% rice flour (SBb) in 540 nm of wave length. The result showed that SD 13 isolate in SBs medium has higher glucose concentration (6,379.345 μg/mL) than in SBb (3,254.741 μg/mL). Amylase activity assay result indicated that SD 13 in SBs produced amylase with 26.124 of Enzyme Unit (U/mL), higher than in SBb (14.205 U/mL). The result was supported by the previous glucose concentration measurement. Molecular identification based on 16S rRNA gene sequences showed that SD 13 belongs to Streptomyces champavati.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>