Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194740 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michelle Nasseri
"ABSTRAK
Latar belakang: Mamografi merupakan pemeriksaan baku emas dan merupakan modalitas satu-satunya untuk skrining payudara perempuan. Namun efektivitas mamografi menurun terutama pada payudara berdensitas padat. Handheld ultrasonography (HHUS) sering diperlukan sebagai pelengkap mamografi dan dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas untuk deteksi kanker payudara berdensitas padat. Automated breast ultrasound (ABUS) merupakan modalitas relatif baru dengan beberapa kelebihan dibandingkan dengan HHUS antara lain reproducible, variabilitas yang rendah, waktu akuisisi lebih singkat dan konsisten, serta ukuran transduser yang lebar sehingga mencakup payudara lebih menyeluruh dan dapat melakukan karakterisasi lesi yang ukurannya melebihi lebar transduser HHUS dengan lebih baik. Saat ini penggunaan ABUS belum merata di rumah sakit di Indonesia, dan penelitian mengenai ABUS masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai ABUS dibandingkan dengan modalitas lain secara lebih obyektif. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian temuan, morfologis, dan lokasi lesi di payudara berdasarkan densitas mamografi dan HHUS dengan densitas mamografi dan ABUS. Metode: Dilakukan pemeriksaan payudara menggunakan mamografi, HHUS GE tipe Logic S8 dengan transduser linear 7-12 MHz, dan ABUS GE Invenia dengan transduser konkaf linear 6-12 MHz. Seluruh pemeriksaan HHUS dan ABUS dilakukan sendiri oleh peneliti di Departemen Radiologi RSCM, dan dikonfirmasi oleh Dokter Spesialis Radiologi konsultan payudara bersertifikasi ABUS untuk menentukan ada atau tidaknya lesi, morfologis, dan lokasi lesi. Kesesuaian hasil pemeriksaan mamografi-ABUS dan mamografi HHUS dianalisis menggunakan uji Mc Nemar. Hasil: Terdapat 30 subyek penelitian dan diperoleh 48 sampel payudara, dengan rentang usia 36-66 tahun (rerata ± SD 51,4 ± 8,5 tahun). Dalam menentukan ada tidaknya lesi, pemeriksaan mamografi-HHUS dan mamografi-ABUS memiliki kesesuaian dengan level sedang (moderate agreement), nilai Kappa 0,43 dan 0,49 (p 0,002 dan p 0,001); dalam menentukan morfologis lesi memiliki kesesuaian dengan level sedang (moderate agreement) dengan nilai Kappa 0,51 dan 0,43 (p 0,000 dan 0,000); serta dalam menentukan lokasi lesi memiliki kesesuaian dengan level fair agreement dengan nilai Kappa 0,37 dan 0,36 (p 0,000 dan 0,000). Simpulan: Kombinasi mamografi-HHUS memiliki kesesuaian dengan level relatif setara dalam menentukan ada tidaknya lesi dan lokasi lesi, namun sedikit lebih tinggi dalam menilai morfologis lesi dibandingkan dengan kombinasi mamografi-ABUS.

ABSTRACT
Background: Mammography is the gold standard and well known to be a powerful screening tool in the detection of breast cancer. However its sensitivity is reduced in women with dense breasts. Additionally, women with dense breasts have an increased risk of developing breast cancer while mammography has a lower sensitivity.
Handheld ultrasonography (HHUS) is often needed as a adjunction to mammography, can increase sensitivity and specificity for detection of cancer in dense breast breasts. Automated breast ultrasound (ABUS) is a relative new modality with several advantages compared to HHUS including reproducible, low variability, shorter and consistent acquisition time, and a wide transducer size that covers the breast more thoroughly and can characterize lesions whose size exceeds the width of the transducer HHUS better. At present the use of ABUS is not evenly distributed in hospitals in Indonesia, and research on ABUS is still limited, so it is necessary to conduct research on ABUS compared to other modalities more objectively. Objective : This study aims to determine the alternative selection of HHUS and ABUS examination to detect abnormalities in the breast based on mammographic density. Method: Breast examination using mammography, HHUS GE Logic S8 with 7-12 MHz linear transducer, and GE Invenia ABUS with 6-12 MHz linear concave transducer. All HHUS and ABUS examinations are carried out solely by researchers in the Radiology Department of the RSCM, and are confirmed by an ABUS certified breast consultant radiologist to determine the presence, morphology, and location of the lesion. The suitability of ABUS mammography and HHUS mammography results were analyzed using the Mc Nemar test. Result: There were 30 subjects and 48 breast samples were obtained, with an age range of 36-66 years (mean ± SD 51.4 ± 8.5 years). In determining the presence or absence of lesions, examination of mammography-HHUS and mammography-ABUS is in accordance with moderate agreement and Kappa values 0.43 and 0.49 (p 0.002 and p 0.001); in determining the morphology of the lesion is in accordance with moderate agreement and Kappa value 0.51 and 0.43 (p 0,000 and 0,000); and in determining the location of the lesion is in accordance with fair agreement and Kappa values ​​of 0.37 and 0.36 (p 0,000 and 0,000). Conclusion : The mammographic-HHUS combination is compatible with a relatively equal level in determining the presence or absence of the lesion and location of the lesion, but is slightly higher in assessing the morphology of the lesion compared with the mammographic-ABUS combination."
2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Nasseri
"Mamografi merupakan pemeriksaan baku emas dan merupakan modalitas satu-satunya untuk skrining payudara perempuan. Namun efektivitas mamografi menurun terutama pada payudara berdensitas padat. Handheld ultrasonography (HHUS) sering diperlukan sebagai pelengkap mamografi dan dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas untuk deteksi kanker payudara berdensitas padat. Automated breast ultrasound (ABUS) merupakan modalitas relatif baru dengan beberapa kelebihan dibandingkan dengan HHUS antara lain reproducible, variabilitas yang rendah, waktu akuisisi lebih singkat dan konsisten, serta ukuran transduser yang lebar sehingga mencakup payudara lebih menyeluruh dan dapat melakukan karakterisasi lesi yang ukurannya melebihi lebar transduser HHUS dengan lebih baik. Saat ini penggunaan ABUS belum merata di rumah sakit di Indonesia, dan penelitian mengenai ABUS masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai ABUS dibandingkan dengan modalitas lain secara lebih obyektif. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian temuan, morfologis, dan lokasi lesi di payudara berdasarkan densitas mamografi dan HHUS dengan densitas mamografi dan ABUS. Metode: Dilakukan pemeriksaan payudara menggunakan mamografi, HHUS GE tipe Logic S8 dengan transduser linear 7-12 MHz, dan ABUS GE Invenia dengan transduser konkaf linear 6-12 MHz. Seluruh pemeriksaan HHUS dan ABUS dilakukan sendiri oleh peneliti di Departemen Radiologi RSCM, dan dikonfirmasi oleh Dokter Spesialis Radiologi konsultan payudara bersertifikasi ABUS untuk menentukan ada atau tidaknya lesi, morfologis, dan lokasi lesi. Kesesuaian hasil pemeriksaan mamografi-ABUS dan mamografi HHUS dianalisis menggunakan uji Mc Nemar. Hasil: Terdapat 30 subyek penelitian dan diperoleh 48 sampel payudara, dengan rentang usia 36-66 tahun (rerata ± SD 51,4 ± 8,5 tahun). Dalam menentukan ada tidaknya lesi, pemeriksaan mamografi- HHUS dan mamografi-ABUS memiliki kesesuaian dengan level sedang (moderate agreement), nilai Kappa 0,43 dan 0,49 (p 0,002 dan p 0,001); dalam menentukan morfologis lesi memiliki kesesuaian dengan level sedang (moderate agreement) dengan nilai Kappa 0,51 dan 0,43 (p 0,000 dan 0,000); serta dalam menentukan lokasi lesi memiliki kesesuaian dengan level fair agreement dengan nilai Kappa 0,37 dan 0,36 (p 0,000 dan 0,000). Simpulan: Kombinasi mamografi-HHUS memiliki kesesuaian dengan level relatif setara dalam menentukan ada tidaknya lesi dan lokasi lesi, namun sedikit lebih tinggi dalam menilai morfologis lesi dibandingkan dengan kombinasi mamografi- ABUS.

Background: Mammography is the gold standard and well known to be a powerful screening tool in the detection of breast cancer. However its sensitivity is reduced in women with dense breasts. Additionally, women with dense breasts have an increased risk of developing breast cancer while mammography has a lower sensitivity. Handheld ultrasonography (HHUS) is often needed as a adjunction to mammography, can increase sensitivity and specificity for detection of cancer in dense breast breasts. Automated breast ultrasound (ABUS) is a relative new modality with several advantages compared to HHUS including reproducible, low variability, shorter and consistent acquisition time, and a wide transducer size that covers the breast more thoroughly and can characterize lesions whose size exceeds the width of the transducer HHUS better. At present the use of ABUS is not evenly distributed in hospitals in Indonesia, and research on ABUS is still limited, so it is necessary to conduct research on ABUS compared to other modalities more objectively. Objective : This study aims to determine the alternative selection of HHUS and ABUS examination to detect abnormalities in the breast based on mammographic density. Method: Breast examination using mammography, HHUS GE Logic S8 with 7-12 MHz linear transducer, and GE Invenia ABUS with 6-12 MHz linear concave transducer. All HHUS and ABUS examinations are carried out solely by researchers in the Radiology Department of the RSCM, and are confirmed by an ABUS certified breast consultant radiologist to determine the presence, morphology, and location of the lesion. The suitability of ABUS mammography and HHUS mammography results were analyzed using the Mc Nemar test. Result: There were 30 subjects and 48 breast samples were obtained, with an age range of 36-66 years (mean ± SD 51.4 ± 8.5 years). In determining the presence or absence of lesions, examination of mammography- HHUS and mammography-ABUS is in accordance with moderate agreement and Kappa values 0.43 and 0.49 (p 0.002 and p 0.001); in determining the morphology of the lesion is in accordance with moderate agreement and Kappa value 0.51 and 0.43 (p 0,000 and 0,000); and in determining the location of the lesion is in accordance with fair agreement and Kappa values of 0.37 and 0.36 (p 0,000 and 0,000). Conclusion : The mammographic-HHUS combination is compatible with a relatively equal level in determining the presence or absence of the lesion and location of the lesion, but is slightly higher in assessing the morphology of the lesion compared with the mammographic- ABUS combination. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Merinda
"Latar belakang: Kombinasi Handheld Ultrasonography (HHUS) dan Color Doppler Ultrasonography (CDUS) memberikan informasi morfologis dan vaskularisasi lesi, sehingga mampu meningkatkan nilai diagnostik. Modalitas pencitraan baru Automated Breast Ultrasound (ABUS) memiliki keunggulan yaitu akuisisi gambar otomatis, tidak bergantung operator serta waktu penggunaannya lebih singkat dan dilakukan dalam satu kali pemeriksaan. Saat ini ABUS belum banyak digunakan di Rumah Sakit seluruh Indonesia dan penelitian mengenai ABUS masih terbatas. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai ABUS terhadap metode lain yang lebih obyektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menilai kesesuaian antara kombinasi HHUS dan CDUS dengan ABUS terhadap hasil patologi anatomi (PA) lesi payudara. Metode: Dilakukan pemeriksaan kombinasi HHUS dan CDUS menggunakan transduser linear 7-12 MHz ultrasonografi GE tipe Logic S8, kemudian dilakukan pemeriksaan ABUS menggunakan transduser konkaf linear 6-12 MHz ABUS GE tipe Invenia. Seluruh pemeriksaan dilakukan sendiri oleh peneliti di Departemen Radiologi RSCM, kemudian dikonfirmasi oleh dokter spesialis radiologi konsultan payudara yakni pembimbing penelitian sebelum pendataan hasil penelitian. Seluruh sampel penelitian telah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Kesesuaian hasil pemeriksaan kombinasi HHUS dan CDUS dengan ABUS dianalisis menggunakan uji Mc Nemar. Hasil: Pada penelitian ini, diperoleh 25 sampel lesi payudara dari 22 subyek (rentang usia 35-62 tahun; rerata ± SD usia 46,8 ± 8,3 tahun). Kesesuaian hasil pemeriksaan kombinasi HHUS dan CDUS dengan ABUS didapatkan kesesuaian kuat antara kedua modalitas untuk membedakan lesi jinak, indeterminate, dan ganas dengan nilai Kappa Cohen R 0,870 (p 0,001). Hasil kesesuaian kombinasi HHUS dan CDUS terhadap PA lesi payudara memiliki nilai p 0,082 dan Kappa Cohen R 0,421 (p 0,001) sedangkan hasil kesesuaian ABUS terhadap PA lesi payudara memiliki nilai p 0,189 dan Kappa Cohen R 0,356 (p 0,01). Simpulan: kombinasi HHUS dan CDUS memiliki kesesuaian sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ABUS terhadap hasil pemeriksaan PA dalam menilai lesi payudara jinak, indeterminate dan ganas. Kombinasi pemeriksaan HHUS dan CDUS terhadap pemeriksaan PA memiliki kesesuaian sedang (moderate agreement). Sedangkan pemeriksaan ABUS terhadap pemeriksaan PA memiliki kesesuaian lemah (fair agreement) dalam menilai lesi payudara. Kombinasi pemeriksaan HHUS dan CDUS terhadap ABUS dan HHUS terhadap ABUS memiliki kesesuaian kuat (almost perfect agreement) dalam menilai lesi payudara.

Background: Combinations of Handheld Ultrasonography (HHUS) and Color Doppler Ultrasonography (CDUS) provide morphological information and vascularity of lesions, so as to increase diagnostic values. The new imaging modalities of Automated Breast Ultrasound (ABUS) have the advantage of automatic image acquisition, no operator dependence and the examination time is shorter. At present ABUS is not widely used in hospitals throughout Indonesia and research on ABUS is still limited. So it is necessary to do research on ABUS on other methods that are more objective. Objective: This study aimed to assess the suitability between the combination of HHUS and CDUS with ABUS on the results of Pathological Anatomy (PA) of breast lesions. Methods: A combination of HHUS and CDUS was examined using linear transducer 7-12 MHz GE ultrasonography Logic type S8, then ABUS was examined using a 6-12 MHz linear concave transducer GE Invenia ABUS type. All examinations were carried out by the researchers in the Radiology Department of the RSCM, then confirmed by the radiology specialist breast consultant before the data collection. All research samples have been examined for anatomical pathology. The suitability of the HHUS and CDUS combination results with ABUS was analyzed using the Mc Nemar test. Results: In this study, 25 samples of breast lesions were obtained from 22 subjects (age range 35-62 years; mean ± SD age 46.8 ± 8.3 years). The suitability of the results of the combination of HHUS and CDUS with ABUS found a strong match between the two modalities to distinguish benign, indeterminate, and malignant lesions with Kappa values 0.870 (p 0.001). The results of the suitability of the combination of HHUS and CDUS on PA breast lesions have Kappa values 0.421 (p 0.001) whereas the results of ABUS conformity to PA breast lesions have Kappa values 0.356 (p 0.01). Conclusion: The combination of HHUS and CDUS examination against PA examination has moderate agreement while the ABUS examination of PA examination has fair agreement in breast assessment. The combination of examining HHUS and CDUS against ABUS and HHUS against ABUS has a almost perfect agreement in assessing breast lesions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Bayu Handayani
"ABSTRAK Skrining maupun diagnostik mamografi merupakan pemeriksaan yang dianjurkan dalam mendeteksi kanker payudara sehingga dapat menurunkan angka mortalitas kanker payudara. Kekurangan mamografi adalah pada payudara dengan densitas tinggi yang banyak ditemui pada perempuan Indonesia. Pemeriksaan kombinasi mamografi dan USG dapat meningkatkan hasil sensitivitas dan spesifisitas deteksi lesi, namun tidak efisien dan efektif dalam segi pembiayaan dan waktu. Mengetahui hasil mamografi berdasarkan densitas payudara dan rasio volume lesi dan volume payudara berguna dalam optimalisasi penggunaan ultrasonografi dalam mendeteksi lesi.

Tujuan : Mengetahui penggunaan modalitas mamografi dan ultrasonografi dalam upaya mendeteksi lesi dan pengukuran rasio volume lesi pada pemeriksaan diagnostik payudara untuk efisiensi waktu dan biaya.

Metode : Menggunakan dua jenis disain penelitian yang saling terkait. Penilaian tingkat kesesuaian hasil temuan lesi berdasarkan pemeriksaan mamografi dengan ultrasonografi, dan mamografi saja dengan kombinasi mamogafi dan ultrasonografi dilakukan disain studi asosiasi. Untuk pengukuran rerata rasio volume lesi dan volume payudara menurut tingkat densitas payudara dilakukan dengan disain survei deskriptif. Kesimpulan : Deteksi lesi menggunakan mamografi pada payudara densitas a dan b dikombinasikan dengan ultrasonografi hanya dilakukan hanya bila perlu saja, namun pada payudara densitas c dan d dilakukan kombinasi dengan ultrasonografi. Volume lesi dan volume payudara dapat dicantumkan sebagai salah satu pertimbangan informasi tata laksana.


ABSTRACT
Mammography is recommended tool for breast cancer screening and diagnostic to decrease mortality. Lack of mammography in detecting lesions related with high breast density, which founded in Indonesian women. The use of diagnostic ultrasonography combined with mammography able to improve the specificity and sensitivity on lesions detection, but it has an issue with cost and time effective. Knowing the result of mammography based on breast density and the ratio of volume lesions and breast volume is useful in optimizing the use of ultrasonography in lesions detection. Purpose : To determine the ability of mammography and ultrasonography on lesion detection and assess the volume lesion ratio and breast volume with the purpose of cost and time efficient. Method : Using two related research design. Assessment of breast lesion findings based on mammography and ultrasonography and the combination findings were carried out with association study design, and the assessment of lesion volume ratio and breast volume was carried out with descriptive study design. Conclusion : The use of ultrasonography combined with mammography for lesions detection is carried out for breast density c and d. The implementation for this combination method for breast density a and b is only for necessary purpose. Lesions volume and breast volume can be included in the report as a consideration for therapy.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andita Dwi Hidayati
"Latar Belakang: USG payudara dan mamografi secara luas digunakan sebagai modalitas diagnostik yang efektif untuk mengevaluasi kelainan payudara. Derajat keganasan histopatologis berperan penting dalam
manajemen karsinoma payudara. Ketersediaan pemeriksaan histopatologis yang terbatas dan sebaran pemeriksaan USG dan mamografi yang lebih luas diharapkan dapat membantu klinisi dalam menentukan penatalaksanaan karsinoma payudara lebih dini. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai
mamografi serta USG payudara dengan mengetahui keterkaitan temuan morfologis lesi berdasarkan USG payudara dan mamogram yang dapat mengidentifikasi derajat keganasan histopatologis karsinoma payudara. Metode: Studi retrospektif ini melibatkan subyek dengan karsinoma payudara primer yang
menjalani USG dan mamografi serta belum menjalani prosedur apapun. Temuan USG dan mamogram dianalisis dan dikorelasikan dengan derajat keganasan histopatologis. Variabel dianalisis menggunakan uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasil: Diperoleh 174 subyek karsinoma payudara. Usia rerata subyek 52 tahun. Ukuran massa <5 cm paling banyak ditemukan (61,1%) dan memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat keganasan histopatologis (p<.05). Batas lesi, ekhogenisitas lesi dan kalsifikasi
lesi pada USG (p <.05) berhubungan dengan derajat keganasan histopatologis. Sedangkan untuk bentuk lesi, bentuk irregular lebih banyak ditemukan dibandingkan lesi lain dengan distribusi yang hampir sama antara derajat 1, 2, dan 3. Proporsi batas lesi paling banyak di derajat 3 yakni batas tidak tegas.
Ekhogenisitas heterogen lebih sering ditemukan pada tumor derajat 2 dan lesi hipoekhoik lebih banyak ditemukan pada tumor derajat 3. Saat dilakukan analisis tambahan dengan membagi derajat keganasan menjadi 2 grup (derajat rendah dan derajat tinggi), batas dan orientasi lesi pada USG (p <.05) berhubungan dengan derajat keganasan histopatologis sedangkan kalsifikasi lesi dan ekhogenisitas lesi tidak berhubungan. Tidak ada hubungan antara karakteristik lesi pada mamogram (densitas payudara, bentuk,
batas, densitas lesi, dan kalsifikasi) dengan derajat keganasan histopatologis (nilai p > 0,05). Proporsi batas spikulasi lebih banyak ditemukan pada lesi derajat rendah. Simpulan: Orientasi pararel lebih banyak
ditemukan pada tumor derajat tinggi. Batas tidak tegas paling banyak ditemui di kedua kelompok derajat keganasan namun proporsi lebih banyak ditemukan pada lesi derajat tinggi. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara morfologis lesi pada mamogram dengan derajat keganasan.

Background: Breast ultrasonography (USG) and mammography are widely used as effective diagnostic modalities to evaluate breast abnormalities. Histological grade plays big role in management of breast
carcinoma. The purpose of this study was to increase the value of mammography and ultrasound. Also, knowing which features on ultrasound and mammogram that can predict histological grade. The limited
availability of histopathological examinations and better access of ultrasound and mammography can assist clinicians in management of breast carcinoma. Method: A retrospective study was conducted by
reviewing imaging of women with breast cancer who had not undergone any procerdure. Mammogram and US findings were analyzed in compliance with operational definition and later compared with histopathological data. All variables were analyzed using chi-square and Kolmogorov-Smirnof. Result:
Mean age at diagnosis of breast cancer was 52 years. Tumor size <5 cm was the most common (61.1%) and had significant relation with tumor grade (p<.05). In terms of ultrasound findings, the only differential
findings between ultrasound findings and histopathological grade were margin, echogenicity, and calcifications (p < .05). As for the shape of the lesions, an irregular shape was more observed compared to other lesions with almost equal distribution between grade 1, 2, and 3. Heterogene echogenicity was more frequently found on grade 2 and hypoechoic lesions were more common in grade 3 tumor. When additional analysis was carried out by dividing the histological grade into 2 groups (low grade and high grade), margin and orientation on the ultrasound (p <.05) had relation to tumor grade while the
calcification of the lesion and the echigenicity were not related. No significant difference between mammogram features (breast density, shape, margin, lesion density, and calcifications) and tumor grade
(p>.05). The proportion of spiculated margin in mamogram is more common in low-grade lesions. No significant association between ultrasound features (shape, echogenicity, posterior pattern, and calcifications) with histological grade. Conclusion: Margin and orientation of the lesion on ultrasound have a relationship with histological grade. Parallel orientation is more common seen in high-grade
tumors. Indistinct borders were commonly found in both groups; however, a higher proportion was found
in high-grade lesions. No significant relation was found between mammogram features and tumor grade
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Ica Yulianti
"Tujuan:
Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan pemeriksaan mamografi dan atau USG payudara di Departemen Radiologi FKUI/RSUPN- Cipto Mangunkusumo
Metode:
Penelitian ini studi deskriptif analitik, menggunakan data sekunder untuk menilai akurasi hasil pemeriksaan mamografi dan atau USG payudara terhadap hasil pemeriksaan histopatologis dalam mendiagnosis kelainan payudara.
Hasil dan diskusi :
Hasil uji diagnostik perbandingan hasil pemeriksaan USG payudara dengan hasil pemeriksaan histopatologis akurasi diagnostik tinggi. Hasil pemeriksaan mamografi dan pemeriksaan kombinasi dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologis didapatkan asumsi akurasi rendah. Hasil pemeriksaan klinis dibanding dengan hasil pemeriksaan histopatologis didapatkan akurasi diagnostik yang tinggi.
Kesimpulan:
Pemeriksaan USG payudara dengan hasil pemeriksaan histopatologis didapatkan akurasi diagnostik yang tinggi.

Objective:
To get The evaluated hope can be increase examination mammography and ultrasound in departemenof radiology RSUPN-Cipto Mangunkusumo.
Methods :
This study is a descriptive analytic study assessment process using secondary data to assess the accuracy of the results of the examination / expertise mammography or breast ultrasound and the results of histopathologic examination in the diagnosis of breast abnormalities.
Results :
Diagnostic test results comparing breast ultrasound examination results with the results of histopathologic examination found a high diagnostic accuracy. The results of examination of the combination of mammography and compared with histopathologic examination results obtained assuming a low accuracy. The results of the clinical examination compared with the results of histopathologic examination found a high diagnostic accuracy.
Conclusion :
Ultrasound examination of the breast with histopathologic examination found a high diagnostic accuracy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dema Zurtika
"Latar Belakang: Kanker payudara adalah salah satu keganasan yang paling sering dan penyebab utama kematian terkait kanker pada perempuan. Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas radiologis yang paling banyak dipakai dan banyak tersedia untuk menilai kelainan payudara. Pemeriksaan imunohistokimia bertujuan untuk mengetahui karakteristik molekular kanker payudara di antaranya adalah subtipe luminal A dan luminal B. Hasil imunohistokimia menjadi dasar dalam pemberian terapi dan prognosis pasien kanker payudara, namun pemeriksaan tersebut belum tersedia secara luas. Data temuan morfologis lesi berdasarkan USG payudara dalam membedakan kanker payudara subtipe luminal A dan luminal B masih terbatas dan memberikan hasil yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui temuan morfologis lesi berdasarkan USG payudara yang dapat membedakan kanker payudara subtipe luminal A dan luminal B.
Metode: Studi retrospektif ini melibatkan subyek dengan kanker payudara yang belum mendapat terapi serta memiliki data USG dan data imunohistokima subtipe luminal A dan luminal B. Dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square antara temuan morfologis USG (echogenic rim, batas spikulasi, posterior shadowing, dan indeks Adler) dengan imunohistokimia subtipe luminal A dan luminal B.
Hasil: Diperoleh 188 subyek dengan usia rerata subyek 49,4 tahun, nilai median ukuran lesi 6 cm, dan sebesar 68% subyek adalah stadium lokal lanjut. Proporsi kelompok luminal B 62% sedangkan luminal A 38%. Terdapat perbedaan bermakna antara stadium kanker payudara dengan kelompok subtipe luminal (p = 0,014). Ditemukan perbedaan yang bermakna antara morfologis lesi echogenic rim dengan kelompok luminal, dengan nilai p = 0,03 dan OR 1,94 (95% CI 1,06 – 3,55). Pada analisis subyek usia ≥ 50 tahun ditemukan perbedaan proporsi yang signifikan pada ukuran tumor (p = 0,043), stadium (p = 0,001), echogenic rim (p = 0,05), dan penebalan kutis subkutis (p = 0,007).
Simpulan: Proporsi temuan echogenic rim berdasarkan USG payudara di kelompok kanker payudara subtipe luminal A secara bermakna lebih tinggi dibandingkan subtipe luminal B. Adanya lesi dengan echogenic rim maka kemungkinan untuk diagnosis kanker payudara subtipe luminal A adalah 1,94 kali dibandingkan lesi tanpa echogenic rim.

Background: Breast cancer is one of the most common malignancies and the leading cause of cancer-related death in women. Ultrasonography (USG) is the most widely used radiology modality for assessing breast abnormalities. Immunohistochemistry examination allow to determine the molecular characteristics of breast cancer, includes luminal A and luminal B subtypes. The results are used as the treatment guidance and prognosis, but these tests are not widely available. The study of morphologic lesions based of breast ultrasound to differentiate luminal A and luminal B subtypes of breast cancer are still limited and give varied results. The aim of this study is to determine the morphologic lesions on breast ultrasound that can be used to differentiate luminal A and luminal B subtype.
Method: A retrospective study was conducted by reviewing imaging of subjects with untreated breast cancer who had undergone ultrasound examination and immunohistochemistry examination of luminal A and luminal B subtypes. Chi Squared test was performed to evaluate the relationship between morphological findings of ultrasound (echogenic rim, spiculation, posterior shadowing, and Adler's index) and luminal A and luminal B subtypes breast cancer.
Result: Total subject was 188 with the mean age of the subjects was 49,4 years, the median value of the lesion size was 6 cm, and 68% of the subjects were locally advanced stage. Luminal B group was 62% of the subject while luminal A was 38%. There was a significant difference between the stage of breast cancer and the luminal subtype group (p = 0,014). A significant difference also was found between the echogenic rim lesions and the luminal group, with p value = 0,03 and OR 1,94 (95% CI 1,06 – 3,55). In the subgroup analysis (aged ≥ 50 years), also noted that there were significant differences in the proportion of tumor size (p = 0,043), stage (p = 0,001), echogenic rim (p = 0,05), and skin thickening (p = 0,007).
Conclusion: The proportion of echogenic rim findings in the luminal A subtype breast cancer group was significantly higher than the luminal B subtype. The presence of a lesion with an echogenic rim means the probability of a diagnosis of luminal A subtype breast cancer is 1,94 times compared to lesion without an echogenic rim.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sukhelmi Julisafitria
"Latar Belakang: Mastitis adalah inflamasi kelenjar payudara dengan berbagai macam etiologi yang mendasarinya mulai dari infeksi, non infeksi serta inflamasi akibat keganasan payudara. Kanker payudara adalah penyebab kematian terbanyak pada perempuan di dunia maupun di Indonesia. Gambaran klinis dan radiologis mastitis non-maligna dapat tumpang
tindih dengan gambaran keganasan payudara. Sehingga diperlukan korelasi gambaran radiologis dan patologi anatomi serta evaluasi karakteristik morfologis yang lebih detil lesi payudara pada mastitis non-maligna dan kanker payudara, berupa pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebagai salah satu modalitas radiologis yang cukup terjangkau, tanpa radiasi dan efisien sehingga penatalaksanaan pasien dapat lebih optimal. Tujuan: Mengetahui perbedaan temuan USG pada mastitis non-maligna dan kanker payudara berdasarkan patologi anatomi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode: Dilakukan pembacaan ulang hasil USG 110 pasien yang didapatkan dari sistem PACS di Departemen Radiologi dengan klinis tumor payudara T1-T3 dan atau mastitis non-maligna yang telah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Data riwayat pasien didapatkan dengan melihat catatan rekam medis. Dilakukan analisis pada variabel kualitatif (usia, riwayat laktasi dan temuan tanda inflamasi) dan karakteristik temuan lesi pada USG terhadap hasil patologi anatomi yang dinilai dengan uji komparatif chi square atau fischer. Dilanjutkan analisis multivariat regresi logistik variabel yang signifikan secara statistik dengan metode enter dan backward disajikan dalam bentuk odds
ratio. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada variabel usia (p = 0,000), gambaran posterior accoustic lesi (p = 0,000), temuan ill defined fluid collection (p = 0,001), temuan rongga abses (p = 0,013) dan morfologi kelenjar limfe (p = 0,000) antara mastitis non-maligna dengan kanker payudara. Analisis multivariat variabel temuan USG mencakup gambaran posterior lesi, penebalan kulit, ill defined fluid collection, rongga abses, kelenjar limfe dan dilatasi duktus retroareolar. Didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada temuan USG ill defined fluid collection dengan nilai odds ratio 0,07 (p = 0,006) dan kelenjar limfe maligna dengan nilai odds ratio 11,17 (p = 0,001) terhadap kejadian kanker payudara. Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna temuan USG pada mastitis non-maligna dengan kanker payudara yaitu pada gambaran posterior accoustic lesi, temuan ill defined fluid collection, temuan rongga abses dan morfologi kelenjar limfe. Temuan USG kelenjar limfe morfologi maligna bisa memprediksi kemungkinan terjadinya keganasan. Sedangkan temuan USG berupa ill defined fluid collection memiliki resiko rendah terhadap kejadian keganasa

Background: Mastitis is an inflammation of the breast glands with various underlying etiologies range from infection, non-infection and inflammation due to breast cancer.
Breast cancer is the leading cause of death in women in the world and also in Indonesia.
The clinical and radiological features of non-malignant mastitis may overlap with those of breast cancer. Therefore, it is necessary to correlate radiological images and anatomical pathology as well as more detailed evaluation morphological characteristics of breast lesions in non-malignant mastitis and breast cancer, by utilize ultrasonography (USG) as
one of the radiological modalities that is quite affordable, without radiation and efficient.
Therefore patient management can be more optimal. Purpose: Knowing the difference in ultrasound findings of non-malignant mastitis with breast cancer based on anatomical pathology at Cipto Mangunkusumo General Hospital. Methods: Ultrasound images of 110 patients obtained from the PACS system in the Radiology Department with clinical diagnosis breast tumor T1-T3 and / or non-malignant mastitis who has been examined for anatomical pathology at Cipto Mangunkusumo General Hospital are reevaluated. Patient history data is obtained by looking at medical records. Analyzes of qualitative variables (age, history of lactation and findings of signs of inflammation) and the characteristics of the lesion findings on ultrasound based on anatomical pathology were presented using chi square or fischer comparative test. Multivariate logistic regression analysis of statistically significant variables using the enter and backward methods presented in the form of odds ratios. Results: There were a statistically significant difference in the variable age (p = 0.000), posterior acoustic lesion (p = 0.000), ill defined fluid collection (p = 0.001), abscess cavity (p = 0.013) and lymph node morphology (p. = 0.000) between nonmalignant mastitis and breast cancer. Multivariate analysis of the ultrasound findings including posterior features of the lesion, skin thickening, ill-defined fluid collection, abscess cavity, lymph nodes and retroareolar duct dilatation. There were a statistically significant difference in the findings of USG ill defined fluid collection with an odds ratio 0.07 (p = 0.006) and malignant lymph nodes with an odds ratio 11.17 (p = 0.001) on the incidence of breast cancer. Conclusions: There were significant differences in ultrasound findings of non-malignant mastitis with breast cancer, including age, posterior acoustic lesion, ill defined fluid collection finding, abscess cavity and the lymph node morphology. Malignant morphology of lymph nodes can predict the possibility of malignancy. Meanwhile, USG findings in the form of an ill defined fluid collection have a low risk of malignancy.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Floryanti
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi dan penyebab kematian utama akibat kanker pada perempuan di dunia. Penggunaan implan payudara pasca mastektomi maupun tujuan kosmetik juga ikut meningkat. Ultrasonografi, mamografi dan MRI adalah modalitas pencitraan utama dalam mendeteksi lesi kanker payudara pada pengguna implan payudara. Peranan USG dalam hal tersebut masih kontroversi; sensitivitas mamografi dilaporkan menurun sementara MRI terbatas penggunaanya akibat kendala ketersediaan dan biaya pemeriksaan tinggi. Telaah sistematis ini dibuat untuk menilai akurasi diagnostik USG, mamografi dan MRI dalam mendeteksi lesi kanker payudara pada pengguna implan payudara. Metode: Pencarian sistematis dilakukan pada Januari 2022 untuk mengidentifikasi studi yang menilai akurasi diagnostik USG, mamografi dan MRI dalam mendeteksi lesi kanker payudara dengan referensi baku pemeriksaan patologi anatomi dengan menggunakan data dasar Scopus, PubMed, jurnal dan riset nasional, hand searching serta grey literature. Nilai sensitivitas dan spesifisitas pada masing-masing uji indeks diekstraksi. Penilaian kualitas metodologi studi dilakukan menggunakan QUADAS-2. Hasil: Tiga belas studi diidentifikasi. Nilai sensitivitas USG terendah 62%, tertinggi 95%, spesifitas 93%. Nilai sensitivitas mamografi terendah 22%, tertinggi 80%, spesifitas 100%. Sementara itu, nilai sensitivitas MRI terendah 86%, tertinggi 100% dengan spesifisitas terendah 17%, tertinggi 75%. Sepuluh studi menunjukkan risiko bias tinggi pada salah satu domain, tiga studi di antaranya menunjukkan risiko bias tinggi pada domain yang lain. Kesimpulan: Akurasi diagnostik modalitas USG, mamografi dan MRI dalam mendeteksi lesi kanker payudara pada pengguna implan payudara sangat bervariasi.

Background: Breast cancer is cancer with the highest incidence and leading cause of cancer death among women worldwide. Breast implant use for post mastectomy patients and for cosmetic purposes is also increasing. Ultrasonography, mammography and MRI are imaging modalities mostly used to detect breast lesions in patients with breast implants. Ultrasound role is still unclear; mammography has been reported to have lower sensitivity while MRI availibility is still limited and highly cost. This systematic review is written to analyze diagnostic accuracy of ultrasound, mammography and MRI in detecting breast cancer in patients with breast implants. Methods: Studies contained diagnostic accuracy of ultrasound, mammography and MRI in detecting breast cancer lesions with pathological examination as reference standard were identified. Scopus, PubMed, national journals and research, hand searching and grey literatures were systematically searched through January 2022. Sensitivity and specificity value of each index tests from eligible studies is extracted. Methodological quality was assessed using QUADAS-2. Results: Thirteen studies were identified. The lowest and the highest sensitivity value are 62% and 95 % for ultrasound, 22% and 80 % for mammography, 86% and 100% for MRI while specificity value are 93% for ultrasound, 100% for mammography, the lowest and the highest of MRI 17% and 75%, respectively. Ten studies demonstrated high risks of bias in one domain with three of them also have high risk of bias in another domain. Conclusion: Diagnostic accuracy of ultrasound, mammography and MRI to detect breast cancer in patients with breast implants is varied."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Kusuma Putri
"Latar Belakang: Kanker payudara merupakan keganasan yang dapat bermetastasis ke kelenjar limfe aksila dan/atau organ jauh. Studi-studi sebelumnya menunjukkan terdapat kaitan antara sejumlah morfologi mamogram dan gambar ultrasonografi (USG) payudara dengan adanya metastasis kelenjar limfe. Seringkali pasien dengan kecurigaan kanker payudara diperiksakan di rumah sakit ketika sudah dalam stadium lanjut atau bahkan terdapat metastasis yang seharusnya dapat dideteksi lebih awal. Mamografi dan USG payudara merupakan modalitas radiologis yang mudah untuk dikerjakan untuk diagnosis kanker payudara dan tersedia di banyak rumah sakit. Sampai saat ini, belum ada penelitian mengaitkan secara langsung temuan morfologis mamografi dan USG payudara pada pasien kanker payudara yang mengalami metastasis. Tujuan: Mengetahui perbedaan temuan morfologis mamografi dan USG payudara pada pasien kanker payudara dengan metastasis dengan pasien kanker payudara tanpa metastasis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode: Dilakukan pembacaan ulang hasil mamogram dan gambar USG payudara dari 112 pasien yang didapatkan dari sistem Picture Archiving and Communication System (PACS) di Departemen Radiologi RSCM dengan klinis karsinoma payudara berdasarkan patologi anatomi. Data riwayat pasien didapatkan dengan melihat catatan di rekam medis melalui Electronic Health Record (HER) atau Hospital Information System (HIS). Dilakukan analisis pada usia dan karakteristik morfologis lesi meliputi variabel bentuk lesi, ukuran terbesar lesi, jarak tumor ke kutis, adanya kalsifikasi, jenis kalsifikasi, distribusi kalsifikasi, dan adanya distorsi arsitektur pada mamogram, dan bentuk lesi, ukuran terbesar lesi, jarak tumor ke kutis, vaskularisasi lesi, adanya kalsifikasi, dan adanya distorsi arsitektur pada gambar USG payudara menggunakan uji Chi-Square atau Fisher. Dilakukan juga analisis multivariat regresi logsitik pada variabel yang signifikan secara statistik menggunakan metode backward yang disajikan dalam bentuk odds ratio (OR). Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada variabel usia (p=0,032), ukuran terbesar lesi pada mamogram (p<0,001), jarak tumor ke kutis pada mamogram (p=<0,001), ukuran terbesar lesi pada gambar USG payudara (p<0,001), dan jarak tumor ke kutis pada gambar USG payudara (p=0,001) antara pasien kanker payudara dengan metastasis dengan tanpa metastasis. Pada analisis multivariat gabungan temuan morfologis mamogram dan gambar USG payudara, didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada ukuran terbesar lesi pada mamogram dengan nilai OR 3,73 (p=0,003) dan jarak tumor ke kutis pada mamogram dengan nilai OR 3,34 (p=0,006). Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna temuan mamogram dan USG payudara yaitu masing-masing ukuran terbesar lesi>5 cm dan jarak tumor ke kutis ≤0,5 cm dengan adanya metastasis pada kanker payudara. Temuan ukuran terbesar lesi>5 cm dan jarak tumor ke kutis ≤0,5 cm pada mamogram dapat memprediksi kemungkinan terjadinya metastasis pada kanker payudara.

Background: Breast cancer is a malignancy that can metastasize to axillary lymph nodes and distant organs. Previous studies have shown an association between the morphological findings of mammograms and ultrasound images of the breast and the presence of lymph node metastasis. Patients with suspected breast cancer are often examined in the hospital when they are in an advanced stage or even have metastasis that should have been detected earlier. Mammography and breast ultrasound are radiological modalities that are easy to perform to diagnose breast cancer and are available in many hospitals. To date, no studies have directly compared the morphological findings of mammography and breast ultrasound in patients with metastatic breast cancer. Purpose: To identify the differences in the morphological findings of mammography and breast ultrasound in breast cancer patients with metastasis compared to those without metastasis at Dr Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM). Methods: Mammogram results and breast ultrasound images from 112 patients diagnosed with breast carcinoma based on anatomical pathology were obtained from the Picture Archiving and Communication System (PACS) at the Department of Radiology RSCM. The images were then reviewed. Patient history is obtained from the Electronic Health Record (EHR) or Hospital Information System (HIS). Analyzes were performed on age and morphological characteristics of the lesion, including the shape of the lesion, the largest diameter of the lesion, the distance of the tumor to the skin, the presence of calcification, the type of calcification, the distribution of calcifications, and the presence of architectural distortion on mammograms, and the shape of the lesion, the largest diameter of the lesion, the distance of the tumor to the skin, the vascularity of the lesion, the presence of calcification, and the presence of architectural distortion on breast ultrasound images using Chi-Square or Fisher method. Multivariate logistic regression analysis was also conducted on statistically significant variables using the backward method, which was presented as an odds ratio (OR). Results: There was a statistically significant difference in age (p=0,032), the largest diameter of the lesion on the mammogram (p<0,001), the distance of the tumor to the skin on the mammogram (p<0,001), the largest diameter of the lesion on breast ultrasound (p<0,001), and the distance of the tumor to the skin on breast ultrasound images (p=0,001) between metastatic and non-metastatic breast cancer patients. In the multivariate analysis of the combination of morphological findings of the mammogram and breast ultrasound images, there were statistically significant differences in the largest diameter of the lesion on mammograms with an OR value of 3.73 (p=0,003) and the distance of the tumor to the skin on mammograms with an OR value of 3.34 (p= 0,006). Conclusion: There is a significant difference in mammogram and breast ultrasound findings, such as the largest diameter of the lesion >5 cm and the distance of the tumor to the skin ≤0,5 cm with the presence of metastasis in breast cancer. The findings of the largest diameter of the lesion >5 cm and the distance of the tumor to the skin ≤0,5 cm on the mammogram can predict the probability of metastasis in breast cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>