Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194242 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diksi Priyono
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kebiasaan bernapas melalui mulut pada anak-anak dapat memberikan dampak pada pertumbuhan gigi, wajah dan dapat mempengaruhi bau mulut. Bau mulut merupakan suatu kondisi yang dapat memberikan rasa tidak nyaman pada individu maupun orang lain.
Tujuan: Menganalisa perbandingan Streptococcus mutans serotype c dan Solobacterium moorei terhadap nilai organoleptik dan status kebersihan mulut pada anak yang bernapas melalui hidung dan melalui mulut, dan menganalisa korelasi Streptococcus mutans serotype c dan Solobacterium moorei pada anak yang bernapas melalui mulut pada sampel yang diisolasi dari usap lidah dan plak.
Metode: Sampel yang diisolasi dari usap lidah dan plak diuji menggunakan metode ELISA. Nilai Optical Density dibaca pada panjang gelombang 450 nm. Nilai organoleptik dikorelasikan dengan jumlah antigen Streptococcus mutans serotype c dan Solobacterium moorei pada sampel yang diisolasi dari usap lidah dan plak.
Hasil: Jumlah antigen Streptococcus mutans serotype c lebih banyak ditemukan pada anak yang bernapas melalui mulut, sedangkan jumlah antigen Solobacterium moorei lebih banyak ditemukan pada anak bernapas melalui hidung. Jumlah antigen Streptococcus mutans serotype c dan Solobacterium moorei lebih banyak ditemukan pada kategori ada bau, sedangkan pada anak yang bernapas melalui mulut jumlah antigen Streptococcus mutans serotype c dan Solobacterium moorei lebih banyak ditemukan pada kategori tidak ada bau yang diisolasi dari sampel usap lidah dan plak. Perbandingan pada kategori OHI-S anak yang bernapas melalui hidung, jumlah antigen pada Streptococcus mutans serotype c lebih banyak pada OHI-S dengan kategori baik, sedangkan jumlah antigen Solobacterium moorei lebih banyak ditemukan pada OHI-S kategori sedang yang diisolasi dari sampel usap lidah dan plak. Pada anak yang bernapas melalui mulut, jumlah antigen Streptococcus mutans serotype c lebih banyak ditemukan pada kategori OHI-S sedang dan Solobacterium moorei lebih banyak ditemukan pada kategori baik pada sampel yang diisolasi dari usap lidah dan plak.
Kesimpulan: Terdapat kecenderungan korelasi negatif lemah antara jumlah antigen Streptococcus mutans serotype c dan Solobacterium moorei dengan skor organoleptik pada sampel usap lidah, sedangkan pada sampel plak diperoleh korelasi positif lemah.

ABSTRACT
Background: Mouth breathing behavior in children gives impact to oromaxillofacial skeletal growth and oral malodor. Oral malodor is a condition that gives an uncomfortable sensation to the person and their surrounding.
Objective: To analyze the difference between Streptococcus mutans serotype c and Solobacterium moorei towards organoleptic scores and oral hygiene status in children with and without mouth breathing behavior, and to analyze correlation between Streptococcus mutans serotype c and Solobacterium moorei within sample from tongue swab and plaque in children with mouth breathing behavior.
Methods: Isolated sample from tongue swab and plaque are tested with ELISA methods. Optical density scores are read on wave length at 450 nm. Organoleptic scores are being correlated with the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Solobacterium moorei within isolated sample from tongue swab and plaque.
Result: The quantity of Streptococcus mutans serotype c were counted more on children with mouth breathing behavior, as for the Solobacterium moorei were counted more on children without mouth breathing behavior. The quantity of Streptococcus mutans serotype c and Solobacteriun moorei were counted more on the malodor category, while for children with mouth breathing behavior the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Solobacterium moorei were counted more on the no odor category which isolated sample from tongue swab and plaque. On children without mouth breathing behavior the Streptococcus mutans serotype c were found more in the high OHI-S category, while for Solobacterium moorei the quantity of the bacteria were found more on the moderate OHI-S category. On children with mouth breathing behavior, within tongue swab and plaque sample the Streptococcus mutans serotype c bacteria were found more on the high OHI-S category and the Solobacterium moorei bacteria were found more on the moderate OHI-S category.
Conclusion: There is slightly negative correlation between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Solobacterium moorei on organoleptic score within tongue swab sample while there is slightly positive correlation on plaque sample."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eszy Celina Asmi
"Latar Belakang: Kebiasaan bernapas melalui mulut umum memengaruhi anak-anak dan
dapat mengakibatkan perubahan kondisi cairan dalam rongga mulut sehingga
memengaruhi kebersihan mulut dan memicu terjadinya bau mulut. Keadaan ini dapat pula
mengakibatkan kondisi mikroorganisme seperti Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans pada mulut mengalami perubahan. Tujuan: Menganalisis kadar
Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans terhadap kondisi bau mulut dan
OHI-S pada sampel saliva dan usap lidah. Metode: Sampel saliva dan usap lidah dari
subjek di uji dengan menggunakan ELISA-indirect dan dibaca nilai absorbansinya
dengan ELISA reader pada panjang gelombang 450nm. Nilai absorbansi dijadikan
sebagai nilai kadar antigen mikroorganisme pada subjek dan dibandingkan terhadap hasil
pemeriksaan organoleptik dan OHI-S. Hasil: Jumlah anak bernapas melalui mulut
ditemukan lebih sedikit pada SD Tugu Ibu 1, Depok. Kondisi bau mulut tidak berkaitan
dengan kebersihan mulut subjek. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans yang terisolasi pada sampel saliva maupun usap lidah lebih banyak
ditemukan pada anak bau mulut. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e yang
terisolasi pada sampel saliva dan usap lidah tidak memiliki tendensi pada salah satu
kategori OHI-S. Sedangkan kadar antigen Candida albicans memiliki tendensi lebih
banyak pada kategori OHI-S sedang pada kedua sampel dan subjek kecuali pada sampel
usap lidah anak bernapas melalui hidung, lebih banyak ditemukan pada kategori baik.
Kesimpulan: Kondisi bau mulut tidak berhubungan dengan status kebersihan mulut.
Banyaknya kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans tidak
berpengaruh dengan kondisi kebiasaan bernapas anak dan tidak dapat menentukan bau
mulut serta status kebersihan mulut pada subjek anak bernapas melalui hidung maupun
melalui mulut

Background: Mouth breathing is common affects children and can cause changes in fluid
conditions in the oral cavity that affect oral hygiene and trigger bad breath. This situation
can change the condition of microorganisms such as Streptococcus mutans serotype e and
Candida albicans in the mouth. Objective: To analyze the level of Streptococcus mutans
serotype e and Candida albicans on the condition of bad breath and oral hygiene status
in bad breath and oral hygiene condition in subjects. Methods: Saliva and tongue swabs
samples were tested using indirect ELISA, and the absorbance values read with an ELISA
reader at a wavelength of 450nm. Absorbance value is used as the value of microorganism
antigen levels in the subject and compared to the results of organoleptic examination and
OHI-S. Result: The number of mouth breather children is fewer than normal in SD Tugu
Ibu 1, Depok. Bad breath is not related to the subject's oral hygiene. Antigen levels
of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans used in saliva samples or
tongue swabs are more common in children with bad breath. Antigen level of
Streptococcus mutans serotype e isolated in saliva samples and tongue swabs didnt have
a tendency to any of the OHI-S categories. While antigen levels of Candida albicans had
more tendency in the OHI-S category while in both the sample and the subject except for
the nose breather childs tongue swabbing samples, more were found in the good category.
Conclusion: The condition of bad breath is not related to oral hygiene status. The large
number of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens does not
affect the childs breathing habits and cannot determine bad breath and oral hygiene status
in nose breathing and mouth breathing children
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stifan Jamin
"Early childhood caries ECC merupakan keadaan terdapatnya satu atau lebih gigi karies, hilang atau ditambal pada anak dengan usia kurang dari 71 bulan. Streptococcus mutans serotype c merupakan bakteri utama penyebab ECC. Imunoglobulin A dan saliva berperan pada pencegahan terbentuknya biofilm pada permukaan gigi.
Tujuan: Menganalisis level IgA anti-Streptococcus mutans serotype c serta korelasinya dengan viskositas dan skor dmft pada saliva pasien ECC.
Metode: Level IgA anti-S. mutans serotype c dari 11 sampel saliva pasien ECC di ukur menggunakan metode ELISA. Nilai absorbansi dibaca pada panjang gelombang 405 nm. Level IgA anti-S. mutans serotype c kemudian dikorelasikan dengan data skor dmft dan viskositas saliva pasien ECC.
Hasil: Level IgA anti-S. mutans serotype c saliva terstimulasi adalah 4,6 sedangkan saliva tidak terstimulasi adalah 6. Level IgA anti-S. mutans serotype c pada saliva kental dan encer berturut turut adalah 6 dan 3,5. Peningkatan skor dmft tidak di ikuti dengan penurunan level IgA anti-S. mutans serotype c.
Kesimpulan: Pada pasien ECC, tidak terdapat perbedaan bermakna antara level IgA anti-S. mutans serotype c saliva terstimulasi dan tidak terstimulasi. Terdapat korelasi positif antara level IgA anti-S.mutans serotype c dengan viskositas saliva pasien ECC, sedangkan dengan skor dmft pasien ECC diperoleh korelasi negatif.

Background: Early Childhood Caries is the presence of one or more decayed, missing or filled tooth in a child 71 months of age or younger. Streptococcus mutans serotype c is the main causes of ECC. Salivary Immunoglobulin A inhibit the biofilm formation of S. mutans serotype c on the tooth surface.
Objective: To analyze Immunoglobulin A anti Streptococcus mutans serotype c level and the correlation towards saliva viscosity and dmft score of ECC patients.
Methods: Levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c calculated from 11 saliva sample of ECC patients using ELISA methods. Absorbance readings conducted at 405 nm wavelength. Levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c then correlated with saliva viscosity and dmft score of ECC patients.
Result: Levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c in stimulated saliva is 4.6, while unstimulated saliva is 6. Levels of IgA anti S. mutans serotype c in high and low saliva viscosity. The escalation of dmft score causes a decrease in the levels of IgA anti Streptococcus mutans serotype c.
Conclusion: There's no significant differences of IgA anti S.mutans serotype c level in stimulated and unstimulated saliva. There is a positive correlation between IgA anti Streptococcus mutans serotype c levels with saliva viscosity of ECC patients, while dmft score of ECC patients has negative correlations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrita Widyagarini
"ABSTRAK
Streptococcus mutans (S. mutans) diketahui merupakan bakteri patogen utama
dalam proses karies. Koloni S. mutans pada anak dapat terbentuk melalui
transmisi S. mutans yang terutama bersumber dari ibu. S. mutans serotipe c, e, dan
f diklasifikasikan berdasarkan pada komposisi kimia polisakarida spesifik serotipe
dan sering ditemukan pada sampel plak. Sampel plak didapatkan dari 66 pasang
anak usia 3-5 tahun dan ibunya. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang
dipakai dengan menggunakan primer gtfB dalam penelitian ini telah
mengkonfirmasi keberadaan S. mutans pada 46 sampel plak pasang anak dan
ibunya. Terdapat hubungan yang bermakna antara karies anak dan karies ibunya
(p<0,05). Skor karies anak akan meningkat seiring dengan peningkatan skor
karies ibu. Distribusi S. mutans serotipe c ditemukan dalam proporsi yang banyak,
sedangkan S. mutans serotipe e ditemukan paling sedikit pada sampel plak anak
usia 3 – 5 tahun dan ibunya.Terdapat hubungan tidak bermakna antara S. mutans
serotipe c dan e dengan status karies anak dan ibunya (p>0,05). Terdapat
hubungan sangat lemah, tidak bermakna antara S. mutans serotipe c dan e anak
dengan ibunya (0,000 < r < 0,199; p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus mutans (S. mutans) are considered to be an important bacterial
pathogen of dental caries. The major reservoir from which children acquire these
organisms is their mothers. S. mutans is classified into three serotypes, c, e and f,
based on the chemical composition of its cell surface serotype-specific
polysacharide. S. mutans serotypes c,e and f were reported to be frequently
isolated from human dental plaque. Plaque samples were collected from 66 3- to
5-years-old and mothers with caries. Polymerase chain reaction (PCR) method
using gtfB primer in this research has confirmed S. mutans from 46 dental plaque
samples child-mother pairs. There is significant relationship between children
caries score and mother caries score (p<0.05). Child caries score increases as
mother caries score rise. Distribution of serotype c S. mutans has more prevalent
detected than serotype e S. mutans. There is no significant relationship (p>0.05)
between serotype c/e S. mutans and child-mother caries score. There is also no
significant relationship (0,000 < r < 0,199 ;p>0,05) between serotype c/e S.
mutans in children and their mothers.
"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Aurellian Kusuma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan adanya satu atau lebih gigi berlubang, hilang, atau ditambal pada anak anak dengan usia sampai dengan 71 bulan. Mikroorganisme utama dari karies adalah Streptococcus mutans yang terklasifikasi menjadi empat, yaitu serotipe c, e, f, dan k. Menurut penelitian sebelumnya, ditemukan banyak Candida albicans pada plak anak dengan ECC, namun interaksinya dengan Streptococcus mutans belum diketahui secara pasti. Tujuan: Menganalisis kuantitas dan hubungan dari antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak anak dengan karies dini serta bebas karies dikaitkan dengan laju alir saliva. Metode: Kuantitas antigen dari 36 sampel plak karies dan 14 sampel bebas karies diketahui melalui uji ELISA kemudian dikaitkan dengan laju alir saliva. Hasil: Perbandingan antara kuantitas kedua antigen pada laju alir saliva <30 detik didapatkan nilai 0,000 dan pada laju alir 30-60 detik sebesar 0,001. Hubungan antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe e dan Candida albicans pada plak karies didapatkan nilai r = 0,639 dan r = 0,247 untuk plak bebas karies. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas kedua antigen pada masing-masing tingkat laju alir saliva dan terdapat korelasi positif antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak karies dan plak bebas karies. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
"Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis

Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Tri Wardhani
"Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang ketika diberikan dalam jumlah yang tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan host. Lactobacillus Casei merupakan salah satu contoh bakteri asam laktat yang digunakan dalam probiotik. Bakteri ini dapat mencegah adhesi dan invasi bakteri patogen, memodifikasi lingkungan usus dan memodulasi respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik di Jakarta. Subyek penelitian berusia 9-12 tahun, sebanyak 13 orang anak. Sampel penelitian berupa koloni S.mutans yang terdapat dalam plak gigi anak. Jumlah koloni diukur dengan colony forming unit. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan rerata jumlah koloni S.mutans pada hari ketiga dan ketujuh, sebelum dan setelah minum probiotik. Pada perhitungan statistik ditemukan perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik.

Probiotics are live microorganisms which when administered in adequate amounts confer a health benefit on the host. Lactobacillus Casei is one example of lactic acid bacteria used in probiotics. These bacteria may prevent bacterial adhesion and invasion of pathogens, modify the intestinal environment and modulate the immune response. This research was conducted to determine the differences of total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption in Jakarta. Subjects aged 9-12 years, 13 children. Research sample are S.mutans on children dental plaque. Total S.mutans colony were measured using colony forming unit. The results showed a mean difference between total S.mutans colony on children dental plaque, on the third day and the seventh day, before and after probiotics consumption. From the results of statistical analysis showed significant differences between total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31730
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deajeng Laras Hanayurianingtyas
"ABSTRAK
Streptococcus mutans adalah agen penyebab utama karies gigi, dan aptamer adalah DNA untai tunggal atau RNA oligonukleotida yang disintesis in vitro menggunakan teknik SELEX Systematic Evolution of Ligands by Exponential Enrichment yang memiliki kemampuan mengikat dengan afinitas dan spesifisitas yang tinggi terhadap target molekul. Salah satu RNA-aptamer yang sedang dikembangkan yaitu Ca-apt 12 spesifik terhadap C.albicans mengalami cross binding dengan S.mutans. Penelitian ini menggunakan uji biofilm kristal violet dan uji TPC Total Plate Count untuk menguji potensi Ca-apt 12 konsentrasi 10, 1, 0,1 ng/ l sebagai biomaterial penghambat pembentukan biofilm dan viabilitas S.mutans serotipe c, d, e masing-masing dengan konsentrasi 102, 104, 106, 108 CFU/ml . Ca-apt 12 yang telah diikat oleh bakteri diinokulasi pada mikroplat sumur dan diinkubasi pada waktu 3 jam dan 24 jam dengan suhu 37oC. Hasil menunjukkan bahwa Ca-apt 12 berpotensi sebagai ligan penghambat S.mutans tidak berdasarkan serotipe bakteri, konsentrasi bakteri, maupun konsentrasi aptamer itu sendiri namun berdasarkan waktu inkubasi.

ABSTRACT
Streptococcus mutans is the main causative agent of tooth caries, and aptamer is a single stranded DNA or RNA oligonucleotide synthesized in vitro using the SELEX Systematic Evolution of Ligands by Exponential Enrichment technique that has the ability to bind with high affinity and specificity towards the target molecule. One of the RNA strand being developed is Ca apt 12 that is specific towards C.albicans crosslinked with S.mutans. This research used crystal violet biofilm assay and TPC Total Plate Count to test the potential of Ca apt 12 in concentration 10, 1, 0,1 ng l as the biomaterial to inhibit biofilm formation and viability of S.mutans serotype c, d, e each serotype in different concentrations of 102, 104, 106, 108 CFU ml. Ca apt 12 binded with bacterias were inoculated in well microplates and incubated within 3 hours and 24 hours period in room temperature 37oC. Results showed that Ca apt 12 has the potential as ligand inhibiting S.mutans biofilm formation that is not differentiated based on bacterial serotype, bacterial concentration, nor the aptamer concentration, but by the incubation period."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Chaerisa Saleh
"Latar Belakang: Kebiasaan bernafas melalui mulut menjadi perhatian
di bidang kesehatan karena 50%-56% kebiasaan bernafas melalui mulut terjadi pada anak-anak. Kebiasaan ini dapat berdampak pada dehidrasi pada rongga mulut anak sehingga dapat mengakibatkan munculnya peradangan pada jaringan periodontal dan kecenderungan untuk anak mengalami bau mulut. Kemungkinan penyebab penyakit periodontal terlibat dalam kejadian pernapasan melalui mulut antara lain adalah bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, namun prevalensi keduanya belum sepenuhnya diketahui bersih. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prevalensi Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola pada biofilm permukaan lidah dan air liur anak-anak bernafas melalui mulut. Metode: Deteksi dan identifikasi bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola pada 60 subjek (19 subjek bernapas melalui mulut)
dan 41 subjek pernapasan normal) menggunakan teknik PCR konvensional. Analisis Statistik dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil: Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis dapat dideteksi pada biofilm saliva dan lidah, tetapi tidak Ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi kedua bakteri di rongga mulut anak-anak
yang bernapas melalui mulut dan normal (p>0,05). Hasil studi menunjukkan ada hubungan positif antara skor organoleptik dan skor OHI-S dengan kejadian bernafas melalui mulut. Kesimpulan: Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis dapat ditemukan pada anak-anak dengan dan tanpa kebiasaan bernapas melalui mulut dengan tingkat prevalensi yang sama.

Background: The habit of breathing through the mouth is a concern
in the health sector because 50%-56% of the habit of breathing through the mouth occurs in children. This habit can have an impact on dehydration in the child's oral cavity so that it can result in the appearance of inflammation in the periodontal tissue and a tendency to swell
child has bad breath. Possible causes of periodontal disease involved in the incidence of mouth breathing include the bacteria Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, but the prevalence of both is not yet fully known. Objective: The aim of this study was to compare the prevalence of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola in the biofilm of the tongue and saliva surfaces of children breathing through the mouth. Methods: Detection and identification of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola bacteria in 60 subjects (19 subjects breathed through the mouth) and 41 normal respiratory subjects) using conventional PCR techniques. Statistical analysis was performed using the Chi-square test. Results: Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis were detected in salivary and tongue biofilms, but there was no significant difference in the prevalence of the two bacteria in the oral cavity of children. who breathed through the mouth and were normal (p>0.05). The results of the study showed that there was a positive relationship between organoleptic scores and OHI-S scores with the incidence of mouth breathing. Conclusion: Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis can be found in children with and without mouth breathing habits with the same prevalence rate.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Vanessa Achmad
"S.mutans dikatakan sebagai salah satu penyebab utama karies. Bakteri ini dinyatakan sebagai bakteri pertama yang dapat melekat dan berkoloni pada permukaan gigi dan menyebabkan plak terbentuk secara terus menerus, dan terjadinya penurunan pH plak. Probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang apabila dipergunakan dalam jumlah yang cukup, memberikan manfaat kesehatan bagi host. Berdasarkan berbagai penelitian, berbagai produk probiotik dapat mempengaruhi bakteri-bakteri penyebab karies gigi, terutama S.mutans. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans dalam plak anak sebelum dan sesudah kumur minuman probiotik. Pengambilan sampel plak dilakukan terhadap 13 subyek dan dilakukan pertama kali yaitu sebelum memulai kumur minuman probiotik. Setelah itu subyek diinstruksikan untuk kumur minuman probiotik selama 7 hari dan pada saat hari ke 3 dan ke 7 kumur minuman probiotik sampel plak diambil kembali. Hasil penelitian memperlihatkan penurunan jumlah koloni S.mutans dari sebelum kumur minuman probiotik, kemudian pada hari ke 3 kumur, hingga setelah kumur minuman probiotik selama 7 hari. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa kumur minuman probiotik selama 3 dan 7 hari dapat menurunkan jumlah koloni S.mutans dalam plak gigi anak secara bermakna dibanding dengan sebelum kumur (p = 0,001).

S.mutans is said as one of the major etiology of caries. This bactery is said to be the first bactery that sticked and colonized on the tooth surface and caused the continuity of plaque formation, also the decrease of plaque?s pH. Probiotic is living microorganisms that, if used in adequate amount, will give health benefits to the host. Based on previous researches, various products of probiotic can influence caries etiology bacterias, especially S.mutans. The aim of this study is to know the differences of S.mutans colonization total amount before and after rinsing with probiotic drink. The plaque samples were first taken from 13 subjects before starting the probiotic oral rinse. After that subjects were instructed to rinse with probiotic drink for 7 days, and then in the 3rd and 7th days of rinsing, the plaque samples were taken again. The study showed that after 7 days rinsing with probiotic drink, the total amount of S.mutans colonization was found decreasing on the 3rd day and continued to the 7th day. Statistic count showed that rinsing with probiotic drinks for 3 and 7 days can make a significant difference on the amount of S.mutans colonization than before rinsing (p = 0,001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31182
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>