Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iva Nistiyanti
"

Pada terapi radiasi, foton energi tinggi  diatas energi 10 MV dapat memproduksi neutron. Dosis neutron yang kecil dapat memberikan efek biologi pada tubuh pasien dalam jangka panjang dengan resiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dosis neutron ( Non Small Cell Lung Cancer- NSCLC) untuk target bergerak dan target tidak bergerak. Dosis neutron diukur dengan menggunakan TLD 600(Lif:Mg,Ti) dan TLD 100 (Lif:Mg,Ti) di dalam target tumor dan sumsum tulang belakang sebagai organ berisiko (OAR). Dalam penelitian ini, kami menggunakan phantom  thoraks dinamik in-house yang dapat dipindahkan secara translasi dan rotasi dalam amplitudo  5, 10, dan 15 mm. Kalibrasi TLD dibagi menjadi dua proses. Pertama, TLD 600 dan TLD 100 diiradiasi dengan menggunakan sumber Gamma 60Co untuk menentukan faktor koreksi pembacaan neutron-gamma. Kedua, TLD 600 terpapar dengan menggunakan 252Cf yang memancarkan neutron untuk mendapatkan faktor kalibrasi. Selain itu, kami mengekspos phantom pada teknik 3DCRT, IMRT, dan VMAT dengan energi sinar foton 15 MV. Hasil pengukuran penelitian dengan perhitungan menggunakan faktor kalibrasi termal menunjukkan rata-rata kenaikkan distribusi dosis target tumor pada amplitudo dengan teknik 3DCRT diperoleh masing-masing kenaikkan 9%, 34%, 68%. Sementara pada teknik IMRT diperoleh masing-masing kenaikkan 2%, 25%, 70%. Pada teknik VMAT diperoleh masing-masing kenaikkan 3%, 8%, 54% berturut-turut, semua pada pergerakan dengan amplitudo 5, 10 ,dan 15 mm terhadap statik. Hasil pengukuran penelitian dengan perhitungan menggunakan faktor kalibrasi termal menunjukkan rata-rata kenaikkan distribusi dosis spinal cord pada amplitudo dengan teknik 3DCRT diperoleh masing-masing kenaikkan 15%, 30%, 46%. Sementara pada teknik IMRT diperoleh masing-masing kenaikkan 10%, 15%, 42%. Pada teknik VMAT diperoleh masing-masing kenaikkan 8%, 17%, 30% berturut-turut, semua pada pergerakan dengan amplitudo 5, 10, dan 15 mm terhadap statik. Penilitian ini menunjukkan bahwa distribusi dosis neutron pada target tumor dan sumsum tulang belakang sebagai organ sehat meningkat dengan kenaikkan amplitudo. Sementara rata rata teknik VMAT memberikan dosis  neutron tinggi dari semua teknik iradiasi.

 


In radiation therapy, the high energy photon above 10 MV could produce neutron. The dose of small neutron tends to cause biological effect in patient’s body in a long term with high risk. The study aims to find out the distribution of neutron dose (Non Small Cell Lung Cancer - NSCLC) for the moving and non-moving target of tumor. The neutron dose was measured by using TLD 600(Lif: Mg,Ti) and TLD 100 (Lif: Mg.Ti) inside of tumor target and spinal cord as organs at risk (OAR). The study used In-House Dynamic Thorax phantom movable in translation and rotation within the amplitude of 5, 10, and 15 mm. The calibration of TLD was divided in two processes. First, TLD 600 and TLD 100 were got radiation by using the source of Gamma 60Co  to determine the correction factor of neutron-gamma reading. Second, TLD 600 was exposed by using 252Cf emitting neutron to obtain calibration factor. Moreover, the phantom was irradiated by the techniques of 3DCRT, IMRT, and VMAT using 15 MV. The results of the study measurements with calculations using thermal calibration factors show the average increase in the distribution of tumor target doses at amplitude with the 3DCRT technique obtained respectively an increase of 9%, 34%, 68%. Besides that, the IMRT technique was obtained by each increase of 2%, 25%, 70%. In the VMAT technique each increases is 3%, 8%, 54% respectively. All of the increases were in the movements of amplitude of 5, 10, and 15 mm to static.  The results of measurements of study with calculations using thermal calibration factors show the average increase in the distribution of spinal cord doses in amplitude with the 3DCRT technique obtained each increase of 15%, 30%, 46%. Then, the IMRT technique was obtained by each increase of 10%, 15%, 42%. In the VMAT technique, each increases 8%, 17%, 30% respectively. All of the increases were in the movements of amplitude of 5, 10, and 15 mm to static. This study gives conclusion that the distribution of neutron doses on target tumors and spinal cord as healthy organs increases along with the  increase of amplitude movemrnts. Besides that, the average VMAT technique provides high neutron doses of all irradiation techniques.

 

"
2019
T55105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
571.978 TUM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mely Mediawati
"Tesis ini membahas dosis neutron ekuivalen pada beberapa pesawat Linear Accelerator di bawah kepala Linac dengan variasi luas lapangan dan beberapa titik pengukuran di sekitar ruang treatment. Pengukuran menggunakan dosimeter pasangan TLD 100 dan TLD 600 dengan moderator berbentuk bola dari bahan polyethylene diameter 8 inch untuk pengukuran di bawah kepala Linac. TLD disinari dengan sumber gamma 60Co untuk memperoleh faktor koreksi gamma dan dikalibrasi dengan 252Cf untuk memperoleh faktor kalibrasi neutron. Dosis neutron terbesar di bawah kepala Linac yaitu pada pesawat Linac energi 15 MV dengan luas lapangan 20 × 20 cm2 sebesar 0.35 mSv/Gy. Nilai dosis ekuivalen di pintu luar ruang treatment berkisar antara (1,37 × 10-5 – 4,23 × 10-4) μSv/MU dan di dinding operator berkisar antara (4,30 × 10-6 – 2,42 × 10-4) μSv/MU Kontribusi neutron pada dosis efektif per tahun untuk beberapa pesawat Linac di dinding operator adalah 0,1% - 2,1% dan di pintu luar ruang treatment adalah 0,3% - 2,2% dari nilai batas dosis yang ditetapkan

This thesis discusses the neutron dose equivalent on several Linear Accelerators in the isocentre with the field size variation and some measurement points around the treatment room. The measurements are performed using TLD 100 and TLD 600 dosimeter which is inserted in a ball-shaped moderator of an 8-inch diameter polyethylene material for measurements in the isocentre. TLDs are calibrated with the 60Co gamma source to find gamma correction factors and calibrated with 252Cf to find neutron calibration factors. The largest neutron dose in the isocentre was on a 15 MV energy Linac with a field size of 20 × 20 cm2 of 0.35 mSv/Gy. The equivalent dose values at the outer door of the treatment room are the range from (1.37 × 10-5 – 4.23 × 10-4) μSv/MU, whereasit is in the range from (4.30 × 10-6 – 2.42 × 10-4) μSv/MU on the operator wall. In addition neutron contribution at effective doses per year for some Linac on the operator's wall is 0,1% - 2,1%, and at the outer door of the treatment room is 0,3% - 2,2% of the set dose limit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggi Sahmura Ramadhan
"Pipa kalor telah terbukti efektif dalam memindahkan sejumlah besar kalor secara pasif, dan telah diujikan untuk berbagai aplikasi. Untuk dapat memahami fenomena aliran fluida, peristiwa penguapan-pendidihan, serta perpindahan kalor pada pipa kalor, dibutuhkan suatu pengujian yang komperhensif meliputi pengambilan data temperatur, tekanan dan visualisasi aliran fluida. Pada studi ini, pipa kalor berbahan dasar aluminium, bersumbu kapiler serbuk aluminium disinter dan berfluida kerja air dengan rasio pengisian fluida 10-90% diujikan, dengan parameter pengujian temperatur dan tekanan. Visualisasi aliran fluida pada pipa kalor juga dilakukan dengan metode radiografi neutron, menggunakan fasilitas radiografi neutron RN1 milik Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSTBM-BATAN) Serpong.
Hasil pengujian menunjukan terdapat nilai optimum rasio pengisian fluida kerja terkait ketersediaan ruang uap dan tekanan dalam pipa kalor, dimana nilai optimum untuk desain pipa kalor pada pengujian ini berada pada rentang 50-70%. Sementara visualisasi aliran fluida dalam pipa kalor dengan radiografi neutron menghasilkan pencitraan yang dapat menggambarkan fenomena penguapan-pendidihan serta kondensasi pada bagian dalam pipa kalor.
Hasil pencitraan menghasilkan gambar yang dapat diolah lebih lanjut untuk mendapatkan besaran kuantitatif. Visualisasi dengan radiografi neutron menunjukan fenomena menarik pembentukan gelembung pada pipa kalor, serta membuktikan fungsi sumbu kapiler pada pipa kalor. Dari studi ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa radiografi neutron merupakan metode yang baik untuk digunakan sebagai metode.

visualisasi aliran fluida pada pipa kalor;Heat pipe is proven to be effective in transferring great amount of heat passively, and has been tested for many applications. To get better understanding about the fluid flow phenomenon, the evaporation-boiling occurrence and the heat transfer inside heat pipe, a more comprehensive testing including the acquisition of temperature and pressure data as well as the fluid visualization is needed. In this study, an aluminium-based heat pipe using sintered aluminium powder as wick and water as working fluid with 10-90% filling ratio is tested, with testing parameter of temperature and pressure. Visualization of fluid flow inside heat pipe was conducted using neutron radiography method, at neutron radiography facility RN1 owned by PSTBM-BATAN, Serpong.
The result shows that there is an optimum value of filling ratio, where the value for the design used in this study laid between 50-70%. Meanwhile the visualization of fluid flow inside the heat pipe producing images that could briefly explained the evaporation-boiling and condensation inside the heat pipe. The images could be further processed to give quantitative values.
The visualization shows the interesting phenomenon of bubble generation inside the heat pipe and proving the function of wick for heat pipe. From this study, it can be inferred that neutron radiography is a powerful visualization method especially for fluid visualization inside heat pipe."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T46949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa
"

Telah dibuat model tekanan anisotropik pada modifikasi gravitasi EMSG (Energy Momentum Squared Gravity) untuk menyelidiki lebih dalam pengaruh tekanan anisotropik terhadap massa, densitas energi, dan profiles bintang neutron. Persamaan medan Einstein digunakan dan dimodifikasi dari definisi aksi dan densitas Lagrangian untuk menghasilkan persamaan TOV (Tolman–Oppenheimer–Volkof) termodifikasi sebagai hasil rumusan nilai massa dan tekanan radial bintang neutron. Digunakan model anisotropik Doneva-Yazadjiev (DY) untuk dibahas secara analitik sampai ke perhitungan numerik. Perhitungan numerik persamaan keadaan bintang neutron dengan hiperon menggunakan parameter BSP dan SU(6). Program ini juga dimodifikasi dari model standar dengan menambahkan fungsi kecepatan suara. Hasil relasi massa-radius menunjukkan massa bintang menjadi 2 sampai 2,5 kali massa matahari terhadap aplikasi EMSG di model tekanan isotropik dengan parameter BSP. Hasil prediksi massa maksimum bintang pada model ini sensitif terhadap data observasi pulsar baru-baru ini pada pengukuran massa dan radius PSR J0740+6620.


We have made an anisotropic pressure model of neutron stars into Energy Momentum Squared Gravity (EMSG) to investigate impact of neutron star mass, energy density, and profiles due to anisotropic pressure factor. Einstein field equation is used and it is modified from least action priciple and Lagrangian density to extract modified TOV (Tolman–Oppenheimer–Volkof) equations as radial mass and pressure results. Doneva-Yazadjiev (DY) anisotropic model is used to discuss this model analytically and numerically. Numerical details has been using BSP and SU(6) equation of state with hyperon and these are modified from standard model by adding speed of sound function. We show that the mass-radius relations incerase neutron star mass to 2-2,5  from BSP model in EMSG. The maximum mass and radius prediction of this model corresponds with PSR J0740+6620.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasmudin
"Dipelajari sifat-sifat bintang neutron statik dan berotasi dengan menggunakan pendekatan medan rata-rata relativistik dengan menggunakan parameter set NL3, TM1, FSUGold, FSUGZ03, dan FSUGZ06. Tekanan materi nuklir pada kerapatan tinggi yang diperoleh dengan menggunakan parameter set NL3 bersifat paling stiff sedangkan FSUGZ06 bersifat paling soft. Relasi massa dan jari-jari bintang neutron diperoleh dengan menyelesaikan persamaan Tollman-Oppenheimer-Volkoff (TOV) dengan input persamaan keadaan, baik dengan atau tanpa crust. Prediksi sifat-sifat bintang neutron statik berdasarkan model medan rata-rata relativistik menghasilkan massa maksimum berkisar antara 1,720 M⊙ -2,771 M⊙, sedangkan jari-jari antara 10,963 km - 13,356 km, juga kerapatan jumlah barion pada titik saturasi antara 0,145 fm−3 - 0,151 fm−3. Kerapatan jumlah barion di pusat bintang neutron pada saat massanya maksimum berkisar antara 0,668 fm−3 - 1,181 fm−3 dan kerapatan jumlah barion di daerah transisi dari materi homogen ke materi inhomogen antara 0,049 fm−3 - 0,074 fm−3, sedangkan tekanan materi nuklir pada daerah transisi tersebut berkisar antara 0,177 MeV fm−3 - 0,368 MeV fm−3. Prediksi momen inersia, momen kuadrupol, eliptisitas equator, dan amplitudo regangan gelombang gravitasi juga dipelajari.

Static and rotating neutron star properties prediction based on relativistic mean-field (RMF) approximation using NL3, TM1, FSUGold, FSUGZ03, and FSUGZ06 parameter sets have been studied. Pressure of nuclear matter at high densities predicted by NL3 parameter set is the stiffest, but FSUGZ06 is the softest. The mass and radius relation of neutron stars are obtained by solving Tollman-Oppenheimer-Volkoff (TOV) equation where the input is equation of state of neutron star matter and with or without taking into account the neutron star crust. RMF parameter sets predict the value of maximum mass between 1,720 M⊙ - 2,771 M⊙, while the radius between 10,963 km - 13,356 km, as well as the value of barion number density at saturation point between 0,145 fm−3 -0,151 fm−3. The value of barion number density at central of neutron star with maximum mass is between 0,668 fm−3 - 1,181 fm−3 and the barion number density at transition region from core to crust is between 0,049 fm−3 - 0,074 fm−3, while the corresponding pressure is between 0,177 MeV fm−3 - 0,368 MeV fm−3. The neutron stars inertia moment, quadrupole moment, equatorial ellipticity, and gravitational-wave strain amplitude predicted by RMF model also have been discussed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T21581
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alka Budi Wahidin
"Pada tesis ini penulis melaporkan dua buah pekerjaan, yaitu i)efek boson skalar terhadap sifat-sifat bintang gelap fermionik dan ii)efek peluruhan gelap pada bintang netron dengan hyperon. Pada pekerjaan yang pertama, penulis menghitung sifat-sifat makro dari bintang seperti massa radius, momen inersia dan deformasi tidal dari bintang tersebut. Efek skalar akan membuat bintang menjadi lebih mampat. Dengan mengatur kuat interaksinya maka kita dapat melewati batas C=0.22. Pada pekerjaan yang kedua, penulis menguji usulan Fornal dan Grinstein (2019) yang menyatakan bahwa mungkin saja netron mengalami peluruhan menjadi dark matter(materi gelap) pada bintang netron dengan Hyperon. Didapati bahwa mungkin saja materi gelap ada pada inti bintang netron, namun ia hanya muncul pada kerapatan tinggi dan populasinya kecil sekali dengan populasi maksimum sekitar 0.1%.

In this thesis two things have been done, i) the effect of the scalar boson on fermionic dark stars and ii) the dark decay effect on neutron stars with hyperon. In the first work, we calculated the macro properties of stars such as mass radius, moment of inertia and tidal deformability of the star. Scalar effects will make stars more compact. By controlling the interaction, we can exceed the C=0.22 limit. In the second work, we examined the proposals of Fornal and Grinstein (2019) which stated that perhaps neutrons experience decay into dark matter in neutron stars with Hyperon. It was found that dark matter may be present in the core of a neutron star, but it only appears at high densities and the population is very small with a maximum population of about 0.1%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rossalyn Sandra Andrisa
"Latar belakang : Tumor ganas adneksa mata merupakan keganasan epitel yang berasal dari kelopak mata, konjungtiva dan kelenjar kelenjar yang berada pada jaringan tersebut. Tumor ini sebenarnya mempunyai prognosis baik bila diobati pada stadium dini.
Metode : Dilakukan studi historical cohort dengan survival analysis. Subyek adalah penderita tumor ganas adneksa mata yang berobat ke poliklinik subbagian Tumor Mata FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode 1 Januari 1996 sampai 31 Desember 2000 mendapat tindakan operasi. Analisis data menggunakan cara cox proportional hazard dan analisis life table menurut metode Kaplan-Meier.
Hasil : Dari 74 penderita tumor ganas adneksa mata didapat angka harapan hidup 74.24%. Penderita terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa (51.4%), karsinoma set basal (28.4%), adenokarsinoma (14.8%) dan melanoma maligna (5.4%). Metastasis memberikan resiko tertinggi terhadap kematian HR 51.69(9.72-274.76), kelompok tumor karsinoma sel skuarnosa - adenokarsinoma HR 4.91 (0.62-38.81), penderita mendapat tambahan radiasi HR 10.72(1.25-92.18), dan jenis operasi eksenterasi HR 7.63(1.59-36.48)
Kesimpulan : Faktor resiko yang berhubungan dengan kematian adalah metastasis, kelompok tumor karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma, dilakukan tindakan radiasi dan tindakan eksenterasi orbita.

Background : Malignant eye adnexa tumor originates from epithelium of eye lid, conjunctiva, and nodes of those tissues. The prognosis of this tumor is good if it is treated during the initial stadium.
Method : A historical cohort study was carried out with survival analysis. The subject of the study were patients with malignant eye adnexa tumor who went to Sub-division of Eye Tumor FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from the period of January I, 1996 to December 31, 2000 and received surgical treatment. Data analysis used was cox proportional hazard and life table analysis with Kaplan Meier method.
Result : From 74 patients with malignant eye adnexa tumor we obtained a survival rate of 74.24%. Most of them suffer from squamous cell carcinoma (51.4%), basal cell carcinoma (28.4%), adenocarcinoma (14.8%) and melanoma maligna (5.4%). Metastasis contributes to a high risk of death HR 51.69 (9.72-274.76), squamous cell carcinoma - adenocarcinoma group type HR 4.91 (0.62-38.81), patients receiving additional radiation treatment HR 10.72 (1.25-92.18), and exenteration HR 7.63 (1.59-36.48).
Conclusion : The risk factor which causes death is metastasis, squamous cell carcinoma and adenocarcinoma group type, radiation treatment and exenteration of the orbit were done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusron Effendi
"Latar belakang dan tujuan: Pemeriksaan MRI standar terkadang sulit untuk membedakan tumor ganas dan jinak orbita karena karakteristik imaging yang nonspesifik, padahal biopsi pada lokasi tertentu seperti apeks orbita dan basis kranium periorbital sulit dilakukan dan memiliki risiko komplikasi yang tinggi sehingga klinisi memerlukan pemeriksaan MRI yang lebih spesifik untuk memperkirakan sifat tumor. Pada beberapa penelitian sebelumnya, nilai Apparent Diffusion Coefficient ADC baik menggunakan MRI 3Tesla T, 1,5T, dan gabungan keduanya, mampu membedakan tumor ganas dan jinak orbita, namun memiliki nilai ambang bervariasi. Penelitian ini bertujuan mencari rerata nilai ADC menggunakan MRI 1,5T pada kelompok tumor ganas dan jinak orbita serta mencari nilai ambang untuk membedakan keduanya.
Metode: Sebanyak 33 pasien tumor orbita yang telah menjalani pemeriksaan MRI orbita dengan kekuatan 1,5T dan mendapatkan nilai ADC tumor, dikelompokkan berdasarkan hasil histopatologis menjadi kelompok ganas dan jinak. Analisis statistik nilai ADC antara kelompok ganas dan jinak dilakukan menggunakan uji nonparametrik. Selanjutnya, penentuan nilai ambang optimal untuk membedakan tumor ganas dan jinak dilakukan menggunakan kurva receiver-operating characteristic ROC.
Hasil: Dari 33 sampel diperoleh 17 tumor ganas dan 16 tumor jinak. Hasil histopatologis mayoritas pada kelompok tumor ganas dan jinak masing-masing adalah limfoma 4/17 dan meningioma grade I 9/16. Median dan range nilai ADC pada kelompok tumor ganas adalah 0,8 0,6-2,1 10 minus;3 mm2/s yang berbeda bermakna dengan kelompok tumor jinak 1,1 0,8-2,6 10 minus;3 mm2/s p=0,001. Nilai ambang optimal ADC untuk membedakan tumor ganas dan jinak adalah 0,88 10 minus;3 mm2/s dengan perkiraan sensitivitas 76,5 dan spesifisitas 93,8.
Simpulan: Nilai ADC pada kelompok tumor ganas orbita lebih rendah dibandingkan tumor jinak dan bisa digunakan untuk memperkirakan karakteristik suatu tumor orbita.

Background and purpose: Differentiating between malignant and benign orbital tumor using standard MRI sometimes is difficult because of nonspecific imaging characteristics, meanwhile biopsy in certain area such as orbital apex and periorbital skull base is difficult to do with higher risk of complication so that ophthalmologist may need suggestion from MRI result to predict the characteristic of tumor. In previous studies, the Apparent Diffusion Coefficient ADC value using MRI 3Tesla T, 1,5T, and combination of both, are able to differentiate between them but with variable cut-off value. This study aims to find out the ADC value of malignant and benign orbital tumor using MRI 1,5T and calculate the optimum cut-off value to differentiate them.
Methods: Thirty-three patients with orbital tumor who has undergone MRI examination and get the ADC value of tumor are classified into malignant and benign group. ADC value between malignant and benign group is statistically analyzed using nonparametric test. The optimal cut off value between malignant and benign tumor is calculated receiver-operating characteristic ROC curve.
Results: Among all samples, 17 are malignant and 16 are benign. Majority of histopathological result in malignant group are lymphoma 4/17 while in benign group are meningioma grade I 9/16. The mean ADC value in malignant group 0,8 10 minus;3 mm2/s is significantly different from benign group 1,1 10 minus;3 mm2/s p=0,001. The optimum cut-off ADC value to differentiate between malignant and benign orbital tumor is 0,88 10 minus;3 mm2/s with prediction of sensitivity 76,5 and specificity 93,8.
Conclusion: ADC value in malignant orbital tumor is lower than benign tumor and it can be used to predict the characteristic of orbital tumor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Gustina Purwati
"Kontribusi terbesar pada penentuan persamaan keadaan di lapisan kulit luar bintang neutron adalah kontribusi dari inti kisi dan elektron Kami mempelajari sifat sifat lapisan kulit luar bintang neutron dengan menggunakan toy model yang pertama kali diperkenalkan oleh Roca Maza Toy model menggunakan dua asumsi yaitu inti atom sebagai tetes cairan dan elektron sebagai gas Fermi relativistik Hasil perhitungan numerik toy model kami cocokkan dengan tabel massa milik Audi untuk mengetahui variasi unsur yang ada di lapisan ini Sedangkan untuk melihat keakuratan toy model kami bandingkan dengan hasil dari referensi pada kerapatan drip dari neutron Hasilnya toy model ini memperlihatkan prediksi kerapatan drip dari neutron pada nilai kerapatan jenuh neutron sekitar 0.26424 MeV fermi kubik dan cocok dengan unsur Zirkonium 109.

The main contributions for determining the equation of state of the outer crust of neutron star are from nuclear electronic and lattice We have already studied a toy model developing first time by Roca Maza that use two assumptions i e nucleus are liquid drop LDM and electrons are relativistic Fermi gas For knowing the variations of elements in the outer crust the parameters of the model are obtained by fitting to atomic nuclear mass tables by Audi Wapstra 2003 To show the accuracy of toy model rsquo s calculation we compare it with the result of the neutron drip in this region This result calculation of toy model successfully showing the neutron drip on the value of neutron drip densities about 0 26424 MeV fermi cubic and that corresponding to the 109 Zirkonium element.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>