Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satya Darma Ramadhoni
"

Skripsi ini membahas perkembangan preposisi di dan pada dalam Harian Kompas dari tahun 1991 sampai tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi jenis nomina yang mengikuti preposisi di dan pada dalam artikel berita Harian Kompas dari tahun 1991 sampai tahun 2016 dan (2) memaparkan perkembangan penggunaan preposisi di dan pada dilihat dari nomina yang mengikutinya dalam artikel berita Harian Kompas dari tahun 1991 sampai tahun 2016. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah artikel berita tahun 1991, 1996, 2001, 2006, 2011 dan 2016. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa (1) nomina yang mengikuti preposisi di dan pada adalah nomina tempat (terbagi atas nomina konkret dan nomina abstrak) dan nomina waktu dan (2) perkembangan preposisi di dan pada dalam artikel berita Harian Kompas pada tahun 1991 sampai tahun 2016 dapat dilihat melalui nomina waktu yang mendahuluinya.

 


This paper discuss about di and pada preposition on Harian Kompas from 1991—2016. Purpose of this research is (1) noun identified who following di and pada preposition on Harian Kompas news article from 1991—2016 and (2) describing evolution of di and pada preposition by noun followed on Harian Kompas news article from 1991—2016. Source data of this research is news article on Harian Kompas who published on 1991, 1996, 2001, 2006, 2011, and 2016. The result of this research (1) noun identified who following di and pada preposition is place-noun (divided by concrete place and abstract place) and time-noun and (2) evolution of di and pada preposition on Harian Kompas news article can be seen on time-noun who following.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Malay grammarian mainly regards the function of the preposition as an adjuncts (Nik Safiah Karim et al. 1996 and Arbak Othman 1981) or as an adverbs (Asmah Hj. Omar 1993, Liaw Yock Fang & Abdullah Hassan 1994). The function of the prepositions as an adjunts or an adverbs displays that the occurence of the prepositions in clause is not important or optional. Hence this article attempts to exhibit more functions of the preposition phrase in clauses. The functions of Malay prepositions will be divided into two types: those with non-predicative functions and those with predicative functions. Predicative prepositions act as predicates, in that they contribute substantive semantic information to the clauses in which they occur. While non-predicative prepositions do not add any substantive semantic information to the clause and do not license the argument they mark. On the contrary, the argument of the preposition is licensed by the main predicate namely core argument (Van Valin & LaPolla 1997; Van Valin 2005). Jolly (1993) also notes that predicative prepositions functionally similar to adverbial phrases, which convey circumstantial information about an action, object or process. Thus, this study suggests that the prepositions may function either predicatively or non-predicatively is determined by the types of verbs it appear with"
LIND 27:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tyana Rahestrie
"ABSTRAK
Penelitian ini mengenai penggunaan preposisi bahasa Inggris oleh penutur bahasa Indonesia yang sedang belajar bahasa Inggris. Preposisi yang digunakan dianalisis berdasarkan makna preposisi yang berkaitan dengan orientas ruang dari Tyler dan Evans 2003 dan Lindstromberg 2010 . Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan orientasi ruang apa saja yang terdapat pada penggunaan preposisi bahasa Inggris oleh penutur bahasa Indonesia sehingga dapat diketahui perbedaannya dengan orientasi ruang preposisi sesuai dengan kaidah kolokasi dalam tata bahasa Inggris. Metode yang digunakan adalah metode simak dan catat. Penelitian awal dilakukan dengan mengedarkan kuesioner mengenai penggunaan dan penguasaan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk memilih mahasiswa dengan karakteristik sesuai dengan yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Dari hasil pengolahan 100 data esai, terdapat 37 esai yang mengandung kesalahan penggunaan preposisi dan 58 data kalimat kesalahan penggunaan preposisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 8 preposisi yang penggunaannya salah karena adanya perbedaan makna orientasi ruang, yaitu 1 for, 2 to, 3 with, 4 in, 5 on, 6 at, 7 behind, dan 8 by. Selain itu, terdapat 3 kategori perbedaan makna orientasi ruang berupa orientasi arah tujuan, orientasi lokasi, dan orientasi pertalian.

ABSTRACT
The focus of this study is the use of English preposition by Indonesian speakers who are learning English. The preposition used are analyzed based on spatial orientation meaning from Tyler and Evans 2003 and Lindstromberg 2010 . The purpose of this study is to elaborate the differences between the spatial orientation meanings in English preposition used by Indonesian speakers and spatial orientation meaning based on English collocation rules. This research uses observation method metode simak and writing technique teknik catat . Preliminary research was conducted by distributing questionnaires on the use and mastery of local languages, Indonesian, and English to select students with appropriate characteristics required for this study. Based on data processing of 100 essays, 58 sentences with misuse of preposiion in 37 essays were found. The result of this study shows that there are 8 misused English preposition because of the differences on spatial orientation meaning, which are 1 for, 2 to, 3 with, 4 in, 5 on, 6 at, 7 behind, and 8 by. Moreover, there are 3 categories of differences on spatial orientation meaning which are destination direction orientation, location orientation, and affiliation orientation."
2018
T49378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Anindyadjati FM
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspitorini
"Preposisi yang dalam bahasa Jawa disebut tembung ancer-ancer, tembung panggandheng atau tembung lantaran adalah jenis kata yang berfungsi sebagai panghubung atau perangkai yang merangkaikan seluruh struktur sumbu dengan struktur gramatikal lain yang merupakan bagiannya. Preposisi biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris berupa frase preposisional. Dalam bahasa Jawa temyata preposisi juga dapat diikuti oleh sumbu berupa verba, ajektiva dan lain-lain.
Preposisi mengandung makna gramatikal yaitu hanya mempunyai fungsi dan makna dalam struktur sintaksis. Dalam kalimat, preposisi selalu hadir bersama-sama sumbunya membentuk frase preposisional sehingga dalam bahasa Jawa preposisi tidak pernah berada pada akhir kalimat.
Secara sintaksis, preposisi berfungsi sebagai pemeri frase nominal pada tataran frase dan berfungsi sebagai pengungkap predikat, penanda fungsi obyek dan fungsi keterangan dalam tataran klausa.
Secara semantis, preposisi dalam bahasa Jawa berfungsi manandai peran-peran tertentu sebagai hasil hubungan antara argumen pengisi sumbu dan predikator pengisi predikat dalam suatu proposisi. Peran-peran yang dapat ditandai oleh preposisi bahasa Jawa adalah : peran pelaku, tempat, arah, tujuan, sebab, waktu, cara, alat, penderita, pemeroleh, batas, sumber, asal, pemisah, peserta, dasar, perihal, perantara, akibat, kemiripan, kesesuaian, persamaan, perbandingan, perkecualian dan pemeran.
Pembicaraan mengenai preposisi tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan kata yang mendahuluinya yaitu verba pengisi predikat. Verba tertentu bisa menentukan kehadiran preposisi dalam kalimat. Dalam bahasa Jawa verba-verba yang bisa menentukan kehadiran preposisi adalah verba aksi-lokatif, verba keadaan-lokatif, verba proses-lokatif serta verba yang mengandung makna perbuatan yang melibatkan 2 pihak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S11701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anfebe Kapoh
"ABSTRAK
Preposisi sebagai salah satu jenis kata yang biasanya diletakkan di depan kata benda atau padanan kata benda. gategori ini tidak hanya dikenal dalam bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa Jerman. Jika kita analisa preposisi dalam kedua bahasa tersebut naka akan dapat kita lihat persanaan naupun perbedaannya.
Begitu banyak preposisi yang kita kenal dalam kedua bahasa tersebut, sehingga penulis nerasa perlu untuk nembatasi topik penbahasan dalan skripsi mni yaitu hanya nenbahas.secara detail preposisi yang nenyatakan hubungan lokal. Tidak hanya dari segi kuantitasnya saja, preposisi juga nemiliki fungsi dan variasi penggunaan yang sangat beraneka ragam.
Perbedaan yang paling menyolok antara preposisi yang Indonesia adalah Rektion. Mungkin istilah ini masih asing bagi kita dan semoga skripsi ini dapat membantu para pembaca untuk lebih mengenal istilah tersebut serta hal_hal lain yang berhubungan dengan preposisi, khususnya preposisi yang menyatakan hubungan lokal.

"
1990
S14586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"Selama mengikuti kuliah bahasa Belanda, saya dan juga mahasiswa-mahasiswa lain sering menemui kesulitan dalam menghadapi kata ER yang dalam perwujudannya ada bermacam--macam. Kadang-kadang ER tersebut dalam kalimat berdiri sendiri tidak berkombinasi dengan konstituen lain, tetapi sering pula ER tersebut berkombinasi dengan konstituen-konstituen lain, misalnya: VAN, UIT, IN, OM dan sebagainya, yang dipandang sebagai preposisi dalam bahasa Belanda. Kadang-kadang kombinasi ER. berdiri bersama-sama membentuk kesatuan kata majemuk, tetapi kadang-kadang ER tersebut dipisahkan jauh-jauh dari konstituen pelengkapnya, sehingga kedua konstitu_tuen tersebut membentuk sebuah konstruksi gunting yang menjepit konstituen-konstituen lain di antaranya. Yang sangat menarik perhatian saya adalah proses permutasi atau perpindahan tempat preposisi oleh karena perwujudan ER dalam kalimat. Preposisi yang menga_lami permutasi ditempatkan jauh di bagian belakang ka_limat sebelum kata kerja kala selesai (past participle) atau kata kerja infinitif, sedangkan konstituen ER menduduki tempat preposisi sesudah PV (verb). Yang lebih membingungkan lagi adalah dalam menen_tukan kelas kata konstituen pelengkap ER di mana ka_dang-kadang AAN, ACHTER, BIJ, OH dan sebagainya bukan termasuk kelas kata preposisi melainkan termasuk kelas kata adverbia. Bagi para pemakai bahasa Belanda seba_gai bahasa asing hal demikian tentu menimbulkan kesulitan. Dalam menghadapi perwujudan kata majemuk ER ki_ta dituntut untuk mampu membedakan jenis .kelas kata konstituen pelengkap ER tersebut. Agar jelasnya kita lihat contoh-oontoh kalimat di bawah ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S15756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This Research deals witl1 grammatical mistakes in translation English (as
source language [SL]) into bahasa Indonesia (as target language [TL]). The
investigation was in a text that consists of 301 sentences in both SL and TL.
Following Wills in Noss, (1982: 3) that stresses translation is a transfer process
which aims at the transformation of a written SL text into an optimally
equivalent TL text, and which requires the syntactic, the semantic and the
pragmatic understanding and analytical processing of the SL. Grammatical
mistakes belong to syntactic analytical processing and will influence the
semantic and pragmatic understandings. The investigation focused on the
preposition and determiner article (a/an) of the SL. The results of the
investigation that (1) There are two types of grammatical mistakes in the
‘ translating of the textbook, i.e. the mistakes in translating prepositions and die determiners (‘a’/’an’). There are 14 mistakes all together. (2) The dominant
mistake in the translating textbook are in translating determiner ‘a’/’an’, that
sometimes are translated and sometime are not."
EXPLORA 1:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jauharul Anwar
"Tesis ini membahas praktik pengemasan media sebagai suatu bentuk dialektika terhadap arena politik Indonesia pasca-Orde Baru, khususnya arena pemilihan presiden (Pilpres) 2014. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui studi kasus Harian Kompas, tesis ini menunjukkan bahwa praktik pengemasan itu tidak dapat dilepaskan dari posisi dan peran pemilik sekaligus pendiri Harian Kompas melalui nilai dan gaya pemberitaan yang dibangunnya sebagai pedoman dalam melakukan praktik pengemasan di arena Pilpres 2014. Hal itu tidak lain untuk mempertahankan posisi dominan Harian Kompas di arena jurnalistik pasca-Orde Baru yang semakin kompetitif dan padat modal ekonomi sekaligus untuk membentuk opini publik mengenai kontestan Pilpres 2014 yang layak menjadi presiden Indonesia. Akan tetapi, kondisi demikian membuat dukungan terhadap Jokowi-JK yang dianggap sebagai figur yang humanis dan sejalan dengan nilai humanisme sebagai nilai pemberitaan Harian Kompas dilakukan secara implisit melalui strategi pengenaan simbolik yang memperkuat opini publik terhadap figur tersebut sebagai kandidat yang layak menjadi presiden dan wakil presiden.

This thesis describes the packaging practice of media as a dialectical form to the political field of post-New Order in Indonesia, particularly in the Presidential Election 2014's Field. Using the qualitative method, through a case study of Kompas Daily, this thesis show that the packaging practice of Kompas Daily cannot be separated from the position and role of both the owner and the founder through his news value and news style that he build up as a news guidance for packaging practice in Presidential Election 2014?s Field. The purpose was to maintain Kompas dominant position in the journalism industry in post-New Order era which was very competitive and capital-intensive, and also to shape public opinion about candidates of presidential election 2014 who deserves to be the next president of Indonesia. However, these conditions make support for Jokowi-JK which was regarded as a humanist figure and in line with the Kompas?s news value implicitly declared by the symbolic strategies that strengthening public opinion about these figures as appropriate president and vice president canditates.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allamandawati Sumarna
"Diberlakukannya Pakta 27 tahun 1933 menimbulkan persaingan ketat di kalangan perbankan. Bank berlomba— lomba menciptakan dan memperkenalkan produk tabungan baru kepada masyarakat bahkan ada yang berhadian ratusan juta rupiah. Berbagai kelebihan dan keuntungan tabungan disebutkan terutama dalam iklan tabungan setelah Pakto 27. Penelitian ini bertujuan melihat kecenderungan pola penyajian dan gambaran perbedaan pesan iklan tabungan sebelum dan sesudah Pakto 27 tahun 1953 di harian Kompas. Penelitian mengenai iklan tabungan ini bersifat deskriptif analitis dan dilakukan dengan metode analisis isi. Sampel penelitian berjumlah 34 iklan tabungan. 3 iklan dari periode pertama (1988) dan 31 iklan berasal dari periode kedua (1990) Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat 3 tema pesan yang diangkat ke dalam iklan tabungan pada periode pertama dan kedua, yaitu: keuntungan, layanan dan citra-keamanan. Iklan tabungan pada periode pertama cenderung bertema layanan kepada nasabah sedangkan pada periode kedua memfokuskan pada keuntungan. Jumlah produk tabungan, frekuensi pemunculan dan versi iklan tabungan jauh iebih banyak pada periode kedua dibandingkan periode pertama. Pendekatan kreatiP iklan pada periode pertama cenderung menggunakan tipe informasi, pada periode kedua menggunakan tipe emosi, raaa kedua periode sebagian besar iklan menggunakan unsur verbal aan non verbal. Unsur heaaiine, boay copy dan slogan tidak mengalami perubahan pada periode kedua, yaitu tetap menggunakan jenis news headline dengan cara penyampaian langsung, \ body copy jenis straight line copy dan slogan jenis corporate. Sementara unsur lain pada iklan tabungan periode kedua mengalami perubahan. Seperti metode penulisan cenderung menggunakan copy panjang, menggambarkan karakteristik produk dengan work. Sedangkan tata letaknya banyak menggunakan ilustrasinya teknik artjemsposter dan sebagian besar iklan tabungan tampil oerwarna. Kesimpulannya iklan tabungan pada periode kedua lebih berkembang dalam ide maupun penampilan fisik karena situasi persaingan dunia perbankan menuntut kreatifitas yang tinggi pula dalam iklannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>