Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prasiswantoro Saksono
"Objektif: Pengurangan pada jumlah gigi posterior dapat dihubungkan dengan asupan nutrisi, status nutrisi, dan kemampuan mastikasi pada lansia. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara kehilangan gigi, asupan nutrisi, status nutrisi, dan kemampuan mastikasi. Metode: Total 158 subjek berusia diatas 60 tahun di kota Depok, Jawa Barat, Indonesia. Gigi posterior dibagi menjadi 2 grup berdasarkan Index Eichner; grup A2-B3 dan grup B4-C3. Untuk pengukuran asupan nutrisi dilakukan menggunakan semi-quantitative food-frequency questionnaire dengan mengukur jumlah kalori, dan untuk mengukur status nutrisi menggunakan Mini-Nutritional Assessment-Short Form. Hasil: 74% subjek perempuan, 26% laki-laki. Terdapat perbedaan signifikan pada nilai rata-rata kemampuan mastikasi (p = 0.000), Eichner grup A2-B3 (5.66 ± 1.80) dan B4-3 (3.20 ± 1.25). Namun, tidak ada perbedaan signifikan antara status nutrisi dan asupan nutrisi pada kedua grup Eichner. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kehilangan gigi berhubungan dengan kemampuan mastikasi, namun tidak pada status nutrisi ataupun asupan nutrisi pada lansia.

Objective: A reduction in the number of posterior teeth is associated with diminished nutrition intake, nutritional status, and masticatory performance in the elderly. Previous studies on the relationships between tooth loss, nutrition intake, nutritional status, and masticatory performance have yield varying results. Methods: A total of 158 subjects aged 60 years and older from Depok, West Java, Indonesia were enrolled in the study. Posterior tooth contacts were assessed based, and the subjects were accordingly divided into two groups based on the Eichner Index; group A2-B3 and group B4-C3. A semi-quantitative food-frequency questionnaire was used to measure nutritional intake in the form of total calories, and the Mini-Nutritional Assessment-Short Form was used to measure nutritional status. Results: Seventy-four percent of participants were females, and the remaining (26%) were males. A significant difference in the mean masticatory performance score (p = 0.000) was noted between Eichner group A2-B3 (5.66 ± 1.80) and B4-C3 (3.20 ± 1.25). However, no statistically significant differences in nutritional status and calorie intake were noted between the two groups. Conclusion: These findings indicate that the number of teeth lost is related to mastication, but not to nutritional status or calorie intake in the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Getha Gazela Yuniendra
"Latar Belakang: Komponen terbesar pada indeks DMFT ialah kehilangan gigi dan terjadi paling banyak pada kelompok lansia. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengunyah makanan sehingga berdampak pada kurangnya asupan nutrisi.
Metode: Metode potong lintang yang dilakukan di 4 Puskesmas di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Jumlah subjek lansia ialah sebanyak 93 subjek dan didapatkan melalui teknik convenience sampling. Pada subjek dilakukan pemeriksaan intraoral, pengukuran antropometri BMI dan diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment MNA.
Hasil: Ditemukan bahwa 53,8 subjek masih memiliki jumlah gigi sebanyak 20 buah atau lebih. Sebanyak 55,9 subjek memiliki risiko terhadap malnutrisi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gigi yang tersisa, gigi karies, gigi hilang, gigi yang ditambal dan kemampuan mastikasi p > 0,05 dengan status nutrisi.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan mastikasi terhadap status nutrisi pada lansia.

Background: The biggest component in DMFT index is tooth loss, and mostly occur in elderly. Tooth loss can affect the ability in chewing food then it may affect the lack of nutrition intake.
Methods: The cross sectional study was performed in 4 community health center in Central Jakarta, South Jakarta and East Jakarta. It was involving 93 elderly age ge 60. The sampling method was convenience sampling. Subjects were submitted to intraoral examination, anthropometric measurement BMI and as well as interview using Mini Nutritional Assessment MNA.
Results: 53,8 subjects have 20 or more sum of natural teeth. 55,9 subjects have risk at malnutrition. The results of correlation test showed that sum of natural teeth, decay teeth, missing teeth, filling teeth, and masticatory performance p 0,05 were not significantly correlated with nutritional status BMI and MNA.
Conclusion: There is no relationship between oral health status and masticatory performance with nutritional status in elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Feria
"Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut serta kemampuan mastikasi terhadap status nutrisi pada lansia. Metode: Penelitian potong lintang yang dilakukan di 9 kegiatan posbindu lansia yang berada di beberapa wilayah di DKI Jakarta. Jumlah subjek lansia ialah sebanyak 177 subjek yang datang ke kegiatan posbindu lansia. Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan klinis standar WHO oleh dua orang pemeriksa, pengukuran antropometri BMI, serta wawancara kuesioner Mini Nutritional Assessment MNA dan penilaian kemampuan mastikasi secara subjektif. Hasil: Prevalensi karies pada 177 subjek lansia berusia 60 tahun ke atas sebesar 84,7 dengan nilai DMF-T 13,88. Ditemukan bahwa 56,8 subjek masih memiliki 20 gigi atau lebih dan 50,8 subjek memiliki kemampuan mastikasi yang baik. Didapatkan pula bahwa 58,8 subjek memiliki status nutrisi yang baik berdasarkan MNA dan 47,5 subjek tergolong kelebihan berat badan berdasarkan BMI. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara skor DMF-T, M-T, jumlah gigi yang tersisa, jumlah gigi sehat, dan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi berdasarkan MNA, sedangkan skor DMF-T dan jumlah gigi sehat memiliki hubungan yang bermakna dengan status nutrisi berdasarkan BMI. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan mastikasi self-assessed terhadap status nutrisi pada lansia.
Objective: The aim of this study is to evaluate the association between oral health status and masticatory ability with nutritional status in elderly. Methods: This cross sectional study was performed in 9 community health centers in several regions in Indonesia rsquo s capital, Jakarta. The study population involved 177 independently living elderly aged 60 and above. Assessment of oral health status was carried out by two examiners. Masticatory ability was assessed by interviewing subjects. Nutritional status was assessed by anthropometric measurement BMI and Mini Nutritional Assessment MNA by interview method. Results: The caries prevalence of 177 independent elderly subjects is 84,7 , with a DMF T socre of 13,88. One half of the participants still has 20 teeth or more which corresponds to the number of participants with good masticatory ability 50,8 . According to MNA screening, 58,8 of subjects has normal nutritional status and 47,5 of subjects are overweight according to BMI screening. There was a significant association between DMF T score, amount of tooth loss M T , number of remaining teeth, number of sound teeth, and masticatory ability with nutritional status according to MNA score. DMF T score dan number of sound tooth was also significantly associated with BMI. Conclusion: Oral health status and masticatory ability was associated with nutritional status in elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cipako Sinamo
"Skripsi ini membahas hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh (PLT), asupan zat gizi makro (kalori, karbohidrat, lemak dan protein), asupan zat gizi mikro (thiamin, riboflavin, piridoksin, vit.C dan Fe), dan aktivitas fisik dengan VO2max. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 81 mahasiswa Reguler Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI angkatan 2010 dan 2011. VO2max diukur dengan menggunakan alat Fitmate Med Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan negatif antara IMT (r= -0,231) dan persen lemak tubuh (r= -0,447) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Terdapat hubungan positif antara asupan Fe (r=0,231), dan aktivitas fisik (r=0,338) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada atlet dengan pengendalian yang lebih ketat terhadap faktor-faktor lain yang berpotensi menyebabkan bias dalam penelitian agar korelasi variabel indepenen dengan data VO2max dapat merepresentasikan kekuatan hubungan yang sebenarnya.

This thesis discusses the relationship between body mass index (BMI), body fat percent (BFP), the intake of macro nutrients (calories, carbohydrates, fats and proteins), the intake of micro nutrients (thiamin, riboflavin, pyridoxine, vit. C and Fe), and physical activity with VO2max. The study was a quantitative study with cross sectional design conducted in 81 undergraduate students of Public Health University of Indonesia majoring Nutrition in 2012. VO2max was measured by using Fitmate Med. The result of correlation test showed a negative relationship between BMI (r= -0,231) and percent body fat (r= -0,447) with VO2max in the overall respondents. Artifacts positive association between intake of Fe (r=0,231) and physical activity (r=0,338) with VO2max in the overall respondents. There were no significant relationship between other independent variables with VO2max. Further research is needed with larger samples in athletes with a more strict control of other factors that could potentially lead to bias in the study so that the data correlation with VO2max independen variables can represent the real strength of the relationship."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Dennisa
"Latar Belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan status nutrisi. Keberhasilan perawatan gigi tiruan selain dipengaruhi oleh penilaian dokter gigi juga dipengaruhi oleh penilaian pasien. Penilaian dari pasien diukur oleh tingkat kepuasaan pasien. Faktor yang mempengaruhi kepuasaan pasien diantaranya adalah fungsi mastikasi yang berpengaruh pada status nutrisi pasien.
Tujuan: Menganalisis hubungan kepuasan pemakaian gigi tiruan lepasan menggunakan kuesioner Turker’s patient’s perceptions-ID dengan status nutrisi menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment- Short Form (MNA-SF) pada pralansia dan lansia. Menganalisis pengaruh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis gigi tiruan lepasan, klasifikasi Eichner, dan lama pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap tingkat kepuasan pemakai gigi tiruan dan status nutrisi.
Metode: 88 subjek (27 laki-laki dan 61 perempuan) berusia 45 tahun ke atas berpartisipasi dalam penelitian ini. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner Turker’s patient’s perceptions-ID dan MNA-SF.
Hasil penelitian: Tingkat kepuasan pemakai gigi tiruan lepasan memiliki hubungan bermakna dengan status nutrisi pada pralansia dan lansia (p < 0,05). Kepuasan pasien dan status nutrisi memiliki hubungan bermakna dengan usia, tingkat pendidikan, jenis gigi tiruan lepasan dan klasifikasi Eichner.
Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lepasanya maka akan semakin baik tingkat status nutrisinya.

Background: Tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutritional status of pre-elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patient’s nutrition. The success of denture treatment is not only influenced by the assessment of the dentist but also influenced by the assessment of the patient. Patient assessment is measured by the level of patient satisfaction. Mastication is one of factors that influence patient satisfaction which can affects patients nutritional status.
Objective: The aim of this study is to analyze the relationship between satisfaction of removable denture using the Turker's patient's perceptions-ID questionnaire and nutritional status using the MNA-SF questionnaire in the elderly, and analyze the influence of age, gender, education level, type of removable denture, Eichner classification, duration of using removable dentures to denture satisfaction level and nutritional status.
Method: 88 subjects (27 male and 61 female) aged 45 years and older were included in the study. Subjects personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for Turker’s patient’s perceptions-ID and MNA-SF were conducted.
Results: The level of satisfaction of removable denture users had a significant relationship with nutritional status in elderly (p <0.05). Patient satisfaction and nutritional status have a significant relationship with age, level of education, type of removable denture and tooth loss based on Eichner's classification.
Conclusion: The better level of patient satisfaction with their removable dentures, the better their nutritional status is.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Dwi Hutami
"Nilai VO2max yang rendah pada anak-anak merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi dengan nilai estimasi VO2max. Pada penelitian ini responden sebanyak 89 (laki-laki = 48; perempuan = 41) siswa kelas 4 dan 5 SD Islam As-Syafi’iyah 02 Bekasi. Nilai VO2max diukur menggunakan tes 20m shuttle run.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata VO2max laki-laki (44,30 ml/kg/menit) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata VO2max perempuan (41,22 ml/kg/menit). Pada penelitian ini, variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai estimasi VO2max yaitu jenis kelamin, status gizi (IMT/U), dan aktivitas fisik. Status gizi yang baik dan aktivitas fisik yang baik dibutuhkan untuk mencapai nilai VO2max yang baik.

The low value of VO2max was a risk factor for cardiovascular disease in children. The purpose of this cross-sectional study was to investigated the correlation between sex, nutritional status (BMI/A), physical activity, and nutritional intake with the estimated value of VO2max. The samples were 89 (male = 48; female = 41) students grade 4 and 5 from SD Islam As-Syafi'iyah 02 Bekasi. VO2max was measured by 20m shuttle run test.
The results showed that the mean of VO2max in male students (44,30 ml/kg/min) was higher than the mean of VO2max in female students (41,22 ml/kg/min). Sex, nutritional status (BMI/A), and physical activity was significantly related to estimated value of VO2max by bivariat analysis. Good nutritional status and high physical activity are required to improve VO2max value.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Yulianti
"Latar belakang. CAPD merupakan modalitas dialisis yang berkembang di Indonesia. Status nutrisi dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesintasan pasien CAPD. Indonesia belum memiliki data mengenai status nutrisi pasien CAPD, serta faktor-faktor yang berkorelasi dengan status nutrisi pada kelompok pasien tersebut.
Tujuan. Mengetahui faktor-faktor yang berkorelasi dengan status nutrisi pada pasien CAPD.
Metode. Penelitian potong lintang dilaksanakan di poliklinik CAPD RSCM dan RS PGI Cikini bulan Desember 2012 sampai Mei 2013. Status nutrisi dinilai dengan Malnutrition Inflammation Score. Inflamasi didapatkan dari pemeriksaan hsCRP. Asidosis metabolik didapatkan dari pemeriksaan HCO3 vena. Asupan energi dan protein harian didapatkan dari analisis food record dengan menggunakan program FP2. Usia dan lama menjalani CAPD didapatkan dari kartu identitas dan rekam medis. Analisis bivariat dilakukan dengan metode Pearson atau Spearman/Kendall. Analisis tidak dilanjutkan ke analisis multivariat karena distribusi status nutrisi sebagai variabel tergantung tidak normal.
Hasil. Dari 44 subjek penelitian, didapatkan 75% subjek penelitian memiliki status nutrisi baik. Rerata usia 48,4+12,6 tahun. Median lama menjalani CAPD adalah 20,5 bulan (2-94 bulan) dan median kadar hsCRP sebesar 2,8 mg/L (0,2-204,2 mg/L). Rerata kadar HCO3 sebesar 25,2+2,3 mEq/L. Rerata asupan energi adalah 37,3+ 9,3 kkal/kg/hari dan rerata asupan protein 1,0+ 0,3 gram/kg/hari. Faktor inflamasi berkorelasi dengan status nutrisi pada pasien CAPD (r=0,433; p=0,003).
Simpulan. Faktor yang berkorelasi dengan status nutrisi pada pasien CAPD adalah inflamasi. Korelasi antara usia, lama menjalani CAPD, asupan energi dan protein serta asidosis metabolik dengan status nutrisi belum dapat dibuktikan pada penelitian ini.

Background. CAPD is a developing dialysis modality in Indonesia. Nutritional status is considered as one of determinant factor in CAPD patients survival. There is no data regarding nutrional status and correlated factors with nutritional status in CAPD patients in Indonesia.
Objectives. To know correlated factors with nutritional status in CAPD patients.
Methods. A cross sectional study was conducted in CAPD clinic at Cipto Mangunkusumo and Cikini Hospital during December 2012 until May 2013. Nutritional status was determined by Malnutrition Inflammation Score, inflammation by hsCRP and metabolic acidosis by vein HCO3. DEI and DPI were determined by food record analysis by using FP2 program. Age and dialysis vintage were based on identity card and medical record. Statistical analysis was performed by using Pearson or Spearman/Kendall methods. Multivariat analysis can't be done in this study because of the distribution abnormality of nutritional status as independent variable.
Results. Out of 44 subjects, the nutritional status of 75% subjects was found good. Mean age was 48.4+12.6 years old. Dialysis vintage median was 20.5 (2-94) months and hsCRP level median was 2.8 (0.2-204.2) mg/L. Mean HCO3 level was 25.2+2.3 mEq/L. Mean DEI was 37.3+9.3 kcal/kg/d and mean DPI was 1.0+0.3g/kg/d. Inflammation is correlated with nutritional status in CAPD patients (r=0.433 ; p=0.003).
Conclusion. Factors that correlated with nutritional status in CAPD patients is inflammation. Correlation between age, dialysis vintage, DEI, DPI and metabolic acidosis with nutritional status can not be determined yet in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nafisah
"ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi posterior dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi. Belum ada penelitian yang mengamati asupan dan status nutrisi pada sebelum dan setelah pemakaian gigi tiruan di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan asupan dan status nutrisi di Indonesia dilakukan dengan studi potong lintang dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kehilangan gigi posterior dengan faktor sosiodemografi, hubungan antara kehilangan gigi posterior, pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan asupan dan status nutrisi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 45 tahun ke atas yang akan dibuatkan gigi tiruan lepasan. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner FFQ semikuantitatif dan MNA-SF. Hasil penelitian: Kehilangan gigi posterior diketahui tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi. Kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan usia dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Uji analisis Paired T-Test menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan asupan nutrisi. Terdapat perbedaan bermakna antara usia dengan asupan nutrisi pada 1 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Uji analisis Wilcoxon menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan status nutrisi. Kesimpulan: Kehilangan gigi tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Namun, pemakaian gigi tiruan berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia.

ABSTRACT
Background Posterior tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patients nutrition. There has been no research that discusses nutrient intake and nutritional status before and after denture wearing in Indonesia. Previous studies on tooth loss and denture wearing with nutrient intake and nutritional status were using cross sectional study and showed inconclusive result. Objectives To analyze the relationship between posterior tooth loss and sociodemographic factors, the relationship between posterior tooth loss, denture wearing, denture type, and sociodemographic factors age, gender, educational level with nutrient intake and nutritional status. Methods Observational study was conducted on 30 patients that will be made a removable denture at RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 45 years and over. Subjects 39 personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for semiquantitative FFQ and MNA SF were conducted. Results There was no significant difference between posterior tooth loss and nutrient intake, and between posterior tooth loss and nutritional status. Posterior tooth loss is known to be age related and unrelated to gender and educational level. Paired T Test analysis showed significant difference between denture wearing and nutrient intake. There was a significant difference between age and nutrient intake 1 month after denture wearing. Wilcoxon analysis showed significant difference between denture wearing and nutritional status. Conclusion Posterior tooth loss is not related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. However, denture wearing is related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loritta Yemina
"Stroke merupakan abnormal fungsi sistem saraf pusat akibat suplai darah ke otak terhenti. Manifestasi klinis yang menyertai pasien stroke adalah disfagia. Penatalaksanan gangguan proses menelan adalah kegiatan mengunyah agar mengembalikan fungsi motorik volunter yang cedera.
Tujuan umum mengetahui pengaruh kegiatan mengunyah terhadap asupan nutrisi dan lama perbaikan fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia. Penelitian menggunakan desain Randomized Control Trial dengan rancangan pretest-posttest with control group. Total sampel adalah 30 responden dibagi atas 2 kelompok.
Hasil penelitian dinyatakan ada perbedaan yang signifikan asupan nutrisi dan lama perbaikan fungsi menelan sesudah diberikan kegiatan mengunyah, dengan p value 0,001 (α =0,05). Pemberian kegiatan mengunyah terbukti dapat meningkatkan asupan nutrisi dan mempercepat perbaikan fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia.

Stroke is an abnormal function of the central nervous system caused by inadekuat blood supply to the brain. Clinical manifestations that often accompanies stroke patients is dysphagia. Swallowing disorder process, the intervention form of chewing activity. Chewing activities aimed to restoring voluntary motor function.
This study aims to determine the effect of chewing activities to nutrition intake and the time of swallow function recovery of stroke patients with dysphagia. This study uses a Randomized Control Trial design. Total sample used by 30 respondents divided in 2 group. Each group consist of 15 respondents.
Results of this study revealed that there are significant differences intake nutrition and the time of swallow function recovery after chewing activities, with a p value of 0.001 (α = 0,05). Giving chewing activities proven to increase the intake of nutrients and accelerate the improvement of swallowing function of stroke patients with dysphagia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Prima Dewi Putri
"Latar Belakang: Perubahan kondisi rongga mulut akibat penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi pada lansia. Penurunan kemampuan mastikasi dapat menyebabkan kesulitan menggigit, mengunyah, dan menelan makanan sehingga memengaruhi pemilihan jenis makanan. Hal ini diyakini dapat memengaruhi kecukupan asupan nutrisi sehingga pada akhirnya dapat juga berpengaruh terhadap kelainan status nutrisi.
Tujuan: Menganalisis hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia yang dievaluasi menggunakan Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) dan hubungan keduanya berdasarkan kehilangan gigi (indeks Eichner), pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi).
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode potong lintang pada 100 pasien berusia ≥ 60 tahun di Puskesmas Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada subjek dilakukan pengambilan data diri, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran tinggi dan berat badan, serta wawancara untuk mengisi kuesioner Alat Ukur Kemampuan Mastikasi dan MNA-SF.
Hasil: Uji Kruskal Wallis menunjukkan kemampuan mastikasi memiliki hubungan yang bermakna dengan status nutrisi (p = 0,009). Hubungan yang bermakna juga terdapat antara kedua variabel tersebut yaitu berdasarkan jenis kelamin perempuan (p = 0,040) dan pada kelompok yang tidak memakai gigi tiruan (p = 0,014).
Kesimpulan: Terdapat hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia.

Background: Changes in the condition of the oral cavity due to aging can cause a decrease in the function of mastication in the elderly. Decreased ability of mastication can cause difficulty biting, chewing, and swallowing food, which affects the choice of food. This is believed to affect the adequacy of nutrient intake so that in the end it can also affect abnormalities in nutritional status.
Objective: To analyze the relationship between mastication ability and nutritional status of the elderly evaluated using the Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) and their relationship based on tooth loss (Eichner index), denture use, and sociodemographic factors (sex, education level, and economic status).
Methods: This study was conducted using a cross-sectional method for 100 patients aged ≥ 60 years at the Kramat Jati Health Center, East Jakarta. Subjects were collected for self data, oral cavity examination, height and weight measurements, and interviews to fill in the Mastery Ability Measurement and MNA-SF questionnaire.
Results: The Kruskal Wallis test showed the ability of mastication to have a significant relationship with nutritional status (p = 0.009). A significant relationship also exists between the two variables based on the female sex (p = 0.040) and in the group that does not use dentures (p = 0.014).
Conclusion: There is a relationship between the ability of mastication with the nutritional status of the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>