Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dahrul Effendi
"ABSTRAK
Produksi Gas metana Batubara (GMB) dapat ditingkatkan dengan cara biologi, yaitu melalui teknik biostimulasi dan bioaugmentasi yang dapat dilakukan secara in situ atau ex situ. Penelitian ini memanfaatkan mikroba cairan rumen yang diambil dari limbah rumah potong hewan. Cairan rumen mengandung konsorsium mikroba yang terdiri dari bakteri, protozoa dan fungi yang potensial dapat mendegradasi batubara untuk menghasilkan gas metana. Mikroba rumen memiliki kemampuan mencerna lignin dari tanaman yang merupakan materi asal mula batubara. Penelitian ini dilakukan dengan variasi konsentrasi campuran cairan rumen, jenis batubara, air formasi, suhu, dan tekanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroba cairan rumen memiliki kemampuan untuk memproduksi gas metana, Volume gas tertinggi didapatkan dari batubara peringkat subbituminous pada suhu 60oC, tekanan 400 psi dan salinitas 35.000 ppm, yaitu diperoleh gas metana sejumlah 256 cf/ton dengan lama inkubasi 75 hari. Sedangkan pada batubara lignit dengan kondisi tekanan dan temperatur ruang (ambient condition), menghasilkan gas metana sebanyak 73,39 cf/ton dalam waktu 95 hari inkubasi. Produksi gas metana akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan lama inkubasi dan tersedianya substrat batubara. Mikroba cairan rumen telah terbukti memiliki kemampuan untuk mendegradasi batubara menjadi gas metana sehingga potensi implementasinya dapat ditingkatkan dari skala laboratorium ke skala lapangan bawah permukaan untuk sumur CBM non-produktif."
Jakarta: Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS", 2017
665 LPL 51:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindito Andhika Budianto
"[Sekitar 58,9% penduduk Indonesia bergantung pada tangki septik untuk mengolah tinja, namun 90% dari IPLT yang ada tidak beroperasi dengan baik. Anaerobic digestion (AD) adalah teknologi alternatif yang dapat menggantikan sistim saat ini, namun dibutuhkan inokulum yang sesuai agar dapat mengolah lumpur tinja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencampuran inokulum cairan rumen sapi (R) dan feses sapi (F) ke dalam lumpur tinja, dan penambahan co-substrat serbuk kayu (SK) dan daun kering (DK) terhadap pembentukan gas metana. Metode yang digunakan adalah biochemical methane potential (BMP). Batasan yang digunakan adalah massa inkubasi 28 hari, suhu inkubator 35oC, rasio substrat/inokulum (RSI) 1:2, sampel triplo, dan volume efektif 50%. Substrat lumpur tinja memiliki karakteristik COD 8,99 g/L, TS 8,1 g/L, VS 7,1 g/L, dan C/N 15,2. Hasil kombinasi substrat lumpur tinja dengan co-substrat SK dan DK menghasilkan nilai C/N 24,6 dan 16,8. Dari hasil uji BMP 28 hari, potensi gas metana RSK dan RDK adalah 60,5 dan 51,5 mLCH4/gVS. Kombinasi feses sapi, FSK dan FDK, menghasilkan 1,7 dan 37,7 mLCH4/gVS. Kesimpulan dari penelitian ini adalah inokulum (R) memiliki potensi menghasilkan gas metana lebih besar ketimbang (F), dan campuran co-substrat tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan gas metana.

About 58,9% of Indonesian‟s people rely on septic tank to process fecal waste, but 90% of fecal treatment facilities doesn't function properly. Anaerobic Digestion (AD) is an alternative technology than could replace the existing system, but it requires a compatible inoculum to digest fecal sludge waste. This research aims to determine the effects of adding inoculum from cow's rumen fluid (R) and cow‟s feces (F) into fecal sludge, and also determine the effect of combination of sawdust (SK) and dried leaves (DK) to the methane gas production. The biochemical methane potential (BMP) method is used in this research. The research frameworks consist of 28 days incubation period, incubator temperature of 35oC, 1:2 substrate-to-inoculum ratios (RSI), triplicate sample and 50% effective volume. The sewage sludge characteristics are COD 8,99 g/L, TS 8,1 g/L, VS 7,1 g/L and C/N 15,2. The combination of fecal sludge substrate with sawdust co-substrate and dried leaves yields C/N value of 24,6 and 16,8 respectively. The results of this research are the combination of rumen with RSK and RDK yields 60,5 dan 51,5 mLCH4/gVS respectively. The combination of cow feces with FSK and FDK yields 1,7 dan 37,7 mLCH4/gVS. This experiment concluded that inoculum (R) has the highest methane production compare to (F) and the combination of co-substrate (SK) and (DK) has little influence in methane gas production., About 58,9% of Indonesian‟s people rely on septic tank to process fecal waste, but 90% of fecal treatment facilities doesn‟t function properly. Anaerobic Digestion (AD) is an alternative technology than could replace the existing system, but it requires a compatible inoculum to digest fecal sludge waste. This research aims to determine the effects of adding inoculum from cow‟s rumen fluid (R) and cow‟s feces (F) into fecal sludge, and also determine the effect of combination of sawdust (SK) and dried leaves (DK) to the methane gas production. The biochemical methane potential (BMP) method is used in this research. The research frameworks consist of 28 days incubation period, incubator temperature of 35oC, 1:2 substrate-to-inoculum ratios (RSI), triplicate sample and 50% effective volume. The sewage sludge characteristics are COD 8,99 g/L, TS 8,1 g/L, VS 7,1 g/L and C/N 15,2. The combination of fecal sludge substrate with sawdust co-substrate and dried leaves yields C/N value of 24,6 and 16,8 respectively. The results of this research are the combination of rumen with RSK and RDK yields 60,5 dan 51,5 mLCH4/gVS respectively. The combination of cow feces with FSK and FDK yields 1,7 dan 37,7 mLCH4/gVS. This experiment concluded that inoculum (R) has the highest methane production compare to (F) and the combination of co-substrate (SK) and (DK) has little influence in methane gas production.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setijo Bismo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Xena Ratih Esperanza
"Kebutuhan energi di dunia terus meningkat sementara pasokan bahan bakar fosil terus berkurang dari hari ke hari. Alternatif energi baru dan terbarukan sangat dibutuhkan di setiap belahan dunia. Biogas memiliki potensi besar untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi baru karena kapasitas energi yang dapat dihasilkannya dan juga ramah lingkungan. Sebagai penghasil kopi terbesar ke-4, Indonesia membuang limbah kopi dari sisa pengolahan kopi setiap harinya dalam jumlah yang besar. Telah dipelajari dari berbagai penelitian bahwa limbah kopi dapat dimanfaatkan sebagai sesuatu yang lebih bernilai dengan kemampuannya untuk menghasilkan biogas dengan kandungan metana yang tinggi. Meskipun demikian, limbah kopi memiliki kandungan dinding sel selulosa yang tinggi dan ikatan antara selulosa dan lignin yang akan mengganggu proses degradasi oleh mikroba anaerob dan mempengaruhi produksi metana.
Untuk mengatasi masalah ini, cairan rumen sapi digunakan sebagai inokulum untuk meningkatkan efisiensi biodegradasi. Untuk meningkatkan produksi metana, limbah kopi dicerna bersama dengan kotoran dengan empat variasi rasio perbandingan antara limbah kopi dengan kotoran sapi yang berbeda dan empat variasi jumlah inoculum yang dicampurkan untuk mendapatkan variasi optimal dari pencernaan tersebut. Variasi optimal ditempatkan pada tiga suhu berbeda lainnya untuk menentukan suhu optimal untuk produksi biogas. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa perbandingan optimal kotoran sapi dengan limbah kopi untuk menghasilkan biogas adalah 3: 1 dengan rasio substrat terhadap inokulum 1: 1 pada suhu 37.

The demand of energy in the world keeps increasing while the supply of fossil fuel is decreasing day by day. Alternative new and renewable energy is urgently needed in every part of the world. Biogas has a big potential to replace fossil fuel as the new source of energy due to the capacity of energy it can produce and it is environmentally friendly. As the 4 biggest coffee producer, Indonesia disposed a large amount of coffee waste from coffee processing every day, or usually known as spent coffee grounds (SCG). It has been learned from various studies that coffee waste can be utilized as something more valuable by reason of its ability to produce high methane composition biogas. Nonetheless, coffee waste has high cell wall content of cellulose and bonds between cellulose and lignin that would interrupt the degradation process by anaerobic microbes and affect the production of methane.
To overcome this problem, cow rumen fluid was used as inoculum in order to increase biodegradation efficiency. To boost the production of methane, SCG was being co-digested with cow manure. It was mixed with four different variations of co-digestion ratio and four different variations of inoculum amount to obtain the optimum variation of the co-digestion. The optimum variation is placed at other three different temperatures to determine the optimum temperature for biogas production. From this research, it was found that the optimum ratio of cow manure to SCG to produce biogas is 3 : 1 with 1 : 1 ratio of substrate to inoculum at 37.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byan Muslim Pratama
"ABSTRAK
Kelas batubara dianggap sebagai parameter utama yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi metana (Kim, 1993). Batubara yang digunakan adalah batubara Lignit, Sub-Bituminus dan Bituminus yang diklasifikasi sesuai dengan ASTM D388 berdasarkan kandungan volatilnya yaitu antara (0-65 %wt) dalam basis DMMF. Penelitian ini dilakukan pada temperatur isotermal pada temperatur konstan pada suhu ± 50oC, dengan variasi tekanan dari 0.7 MPa hingga 6,4 MPa. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa secara umum semakin meningkatnya kelas batubara maka semakin tinggi adsorpsi yang dihasilkan, pada batubara Lignit titik puncak minimal pengujian adsorpsi isotermal batubara sebesar 2,42 m3/ton dan titik puncak maksimalnya adalah 8,56 m3/ton, batubara Sub-Bituminus titik puncak minimal sebesar 4,87 m3/ton dan titik puncak maksimalnya mencapai 12,52 m3/ton, dan batubara Bituminus titik puncak minimal sebesar 4,93 m3/ton dan titik puncak maksimalnya adalah 13,41 m3/ton. Pada analisa proksimat kandungan air dan kandungan abu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya adsorpsi, kadar karbon batubara cenderung meningkat seiring meningkatnya adsorpsi gas metana, sedangkan kandungan volatilnya semakin menurun seiring meningkatnya daya adsorpsi batubara.

ABSTRACT
Coal Rank is considered as the main parameter affecting the adsorption capacity of methane (Kim, 1993). Coal used is Lignite coal, Sub-Bituminous coal and Bituminous coal Where the coal are classified in accordance with ASTM D388 under volatile content between (0-65 wt%) in DMMF based. The research was carried out at isothermal temperature at a constant operating temperature at 50oC, with variations in pressure from 0.7 MPa to 6.4 MPa. The results of adsorption tests showed that in general affect the grade of coal to coal methane adsorption in which the increasing grade, the higher adsorption of coal produced, the coal on the cusp of a minimum of Lignite coal adsorption isotherm testing of coal is 2.42 m3/ton cusp the maximum is 8.56 m3/ton, Sub-bituminous coal cusp minimal adsorption isotherm testing of coal is 4.87 m3/ton cusp maximum is 12.52 m3/ton and minimum peak point of bituminous coal adsorption isotherm testing of coal is 4.93 m3/ton peak maximum is 13.41 m3/ton. In the analysis proximate moisture content and ash content had no significant effect on the adsorption, the fixed carbon of coal tends to increase with increasing adsorption of methane gas, whereas the more volatile levels decreased with increasing adsorption of coal."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43054
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ayunda Rachmalia
"Kandungan air pada batubara mempunyai efek yang signifikan terhadap kapasitas adsorpsi gas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji adsorpsi gas metana untuk meneliti pengaruh kandungan air terhadap kapasitas adsorpsi gas pada batubara Indonesia. Batubara yang digunakan adalah batubara Barito dan Ombilin dengan kandungan air 0%, 3%, 7%, dan 10% untuk batubara Barito, dan 0%, 1%, 3%, dan 7% untuk batubara Ombilin. Uji adsorpsi dilakukan pada suhu 25-26oC dari tekanan 116-816 Psia, dengan rentang 100 psia. Uji adsorpsi metana menggunakan metode volumetrik dengan temperatur konstan sehingga dapat dilakukan dengan perhitungan adsorpsi isotermal Gibbs. Dalam penelitian ini, digunakan model Langmuir yang dimodifikasi untuk permodelan kapasitas adsorpsi batubara. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi metana batubara kering Barito pada tekanan 816 psia adalah 2,01 mmol/gr, lebih besar 9,5% dibandingkan dengan batubara kering Ombilin (1,82 mmol/gr). Secara umum, kapasitas adsorpsi metana pada batubara berkurang dengan penambahan kandungan air sampai pada kandungan air kesetimbangannya. Kandungan air pada batubara diatas kesetimbangannya tidak berpengaruh signifikan terhadap pengurangan kapasitas adsorpsi lebih lanjut. Kapasitas adsorpsi batubara Barito dengan kandungan air 3% serta 7% (kesetimbangan) turun sebesar 20,96% dan 35,45% dibandingkan dengan batubara Barito kering, sedangkan kapasitas adsorpsi batubara Ombilin dengan kandungan air 1% serta 3% (kesetimbangan) turun sebesar 26,9% dan 37,76% dibandingkan dengan batubara Ombilin kering. Hasil data adsorpsi isotermal gas metana pada batubara Ombilin dan Barito tersebut dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan adsorpsi isotermis Langmuir modifikasi dengan rata-rata %AAD sebesar 4,2%.

Moisture content in coal has significant effect on gas adsorption capacity. Therefore, this study of methane adsorption test are to examine the influence of moisture content on gas adsorption capacity of Indonesia coal. Barito and Ombilin Coal with moisture content 0%, 3%, 7%, and 10% for Barito coal, and 0%, 1%, 3% and 7% for Ombilin coal are used in the experiment. Adsorption tests are performed at 25-26oC temperature and 116- 816 psia pressure, with a range of 100 psia. Methane adsorption test in this study use volumetric method with a constant temperature, hence the method could be done with the calculation of isothermal Gibbs adsorption. In this study, Langmuir model modified is used for modeling adsorption capacity of coal. Adsorption test results show that methane adsorption capacity of dry Barito coal at 816 psia was 2.01 mmol/g, 9.5% higher than dry Ombilin coal (1.82 mmol/g). In general, methane adsorption capacity on coal is reduced in response to the addition of moisture content which were added until equilibrium moisture content is reached. Moisture content in coal above the equilibrium has no significant effect on further reduction of adsorption capacity. Adsorption capacity of Barito coal with moisture content of 3% and 7% (equilibrium) decreased by 20.96% and 35.45% compared with dry Barito coal, while the adsorption capacity of Ombilin coal with moisture content of 1% and 3% (equilibrium) decreased by 26.9% and 37.76% compared with dry Ombilin coal. The results of methane adsorption isotherm data in Barito and Ombilin coal could be appropriately represented by the Langmuir model modified with an average AAD percentage of 4.2%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1607
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>