Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stefyana Hernawati
"Asam kojat merupakan metabolit sekunder yang disekresikan oleh beberapa kapang dari genus Aspergillus melalui proses fermentasi. Senyawa ini sering digunakan sebagai zat aktif pemutih kulit pada produk kosmetik karena dapat menghambat aktivitas tirosinase dalam melanogenesis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sumber nitrogen kompleks terbaik, nilai pH optimal, dan kadar air awal optimal untuk produksi asam kojat dengan Aspergillus oryzae menggunakan metode fermentasi substrat padat. Optimasi sumber nitrogen kompleks dilakukan dengan menggunakan medium yeast extract, kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah. Selanjutnya dilakukan optimasi nilai pH medium dan kadar air awal secara bertahap. Optimasi nilai pH medium dilakukan dengan tiga variasi, yaitu 3,5; 4,5; dan 5,5. Kadar air awal medium dioptimasi dengan variasi 70%, 80%, dan 90%. Dari empat variasi medium, didapatkan sumber nitrogen kompleks yang terbaik, yaitu kacang kedelai dengan perolehan kadar asam kojat sebesar 0,792 mg/ml. Nilai pH yang optimum untuk produksi asam kojat didapatkan pada pH 5,5 dengan kadar asam kojat sebesar 1,2888 mg/ml. Dari tiga variasi yang dilakukan dalam optimasi kadar air awal, diperoleh asam kojat dengan kadar tertinggi sebesar 3,1852 mg/ml pada kadar air awal 80%. Nilai yield sebagai penentu efisiensi proses fermentasi pada keadaan optimum didapatkan sebesar 0,0043 gg-1. Produktivitas dari proses fermentasi pada keadaan optimum diperoleh sebesar 0,0001 gg-1jam-1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi optimal pada fermentasi substrat padat dengan Aspergillus oryzae untuk asam kojat diperoleh dengan kacang kedelai sebagai sumber nitrogen kompleks, nilai pH 5,5, dan kadar air awal 80%.

Kojic acid is a secondary metabolite secreted by several molds from genus Aspergillus. It is often used as whitening agent in cosmetic products because of its ability to inhibit tirosinase activity in melanogenesis. The aim of this study is to obtain the best complex nitrogen source, optimal pH value, and optimal moisture content for kojic acid production by Aspergillus oryzae under solid-state fermentation. Optimization of complex nitrogen sources was carried out using medium yeast extract, soybean, mungbean, and groundnut. Furthermore, the optimization of pH value and initial moisture content were carried out gradually. Optimization of pH value was carried out with three variations (3.5, 4.5, and 5.5). Initial moisture content was also optimized with three variations (70%, 80%, and 90%). Of four variations of the medium, the optimal complex nitrogen source was obtained in soybeans with kojic acid levels of 0,792 mg/ml. The optimal pH value for kojic acid production was obtained at pH 5.5 with kojic acid levels of 1.2888 mg/ml. Three variations were carried out in the optimization of initial moisture content and the highest level of kojic acid was obtained 3.1852 mg/ml at an initial moisture content of 80%. The yield for determination of fermentation efficiency at optimal conditions was obtained at 0.0043 gg-1. The productivity of the fermentation process was obtained at 0.0001 gg-1hour-1 at optimal conditions. The conclusion of this experiment is optimal condition for solid-state fermentation by Aspergillus oryzae for kojic acid production was obtained with soybean as complex nitrogen source, pH value of 5.5, and initial moisture content of 80%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Niawati
"Aspergillus oryzae dilakukan kultivasi pada medium limbah berupa onggok dan ampas tahu dengan menggunakan metode submerged fermentation dan ekstraksi sonikasi dengan pelarut etanol untuk menghasilkan asam lemak tak jenuh. Ekstraksi etanol merupakan salah satu ekstraksi yang aman, sehingga asam lemak yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan pada industri pangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu optimum dalam produksi asam lemak tak jenuh berada pada suhu 300C dengan menghasilkan 65,88 % asam lemak tak jenuh terdiri dari 1,28% MUFA dan 64,6 % PUFA, serta pH 4 menghasilkan asam lemak tak jenuh tertinggi sebesar 54,44% dengan 1,84% MUFA dan 52,6% PU.

Aspergillus oryzae is cultivated in medium based on onggok and tofu?s solid waste by using submerged fermentation and extraction of sonication with ethanol solvent to produce unsaturated fatty acid. Ethanol extraction is one of the safe extraction methods, so the fatty acid can be applied to the food industry.
The result showed the optimum incubation temperature in the production of unsaturated fatty acid at 300C with 65.88% unsaturated fatty acids that consist of 1.28% MUFA and 64.6% PUFA. And also pH 4 result the highest unsaturated fatty acid of 54.44 with 1.84% MUFA and 52.6% PUFA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnina Fithra Azzahra
"ABSTRAK
Asam kojat merupakan asam organik yang memiliki banyak kegunaan diantaranya sebagai antibakteri, antifungal, antimelanosis, dan agen pengkelat, yang dihasilkan melalui fermentasi kapang genus Aspergillus dan Penicillium. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi yang optimal pada fermentasi menggunakan Aspergillus oryzae dengan melakukan optimasi medium dan kondisi fermentasi secara bertahap. Kadar asam kojat ditentukan dengan metode KLT densitometri dengan detektor UV pada panjang gelombang 318 nm. Kombinasi sukrosa dan yeast extract dipilih sebagai sumber karbon dan nitrogen terbaik dari sembilan variasi medium dengan jumlah asam kojat yang dihasilkan sebesar 1,5425 g/L. Keasaman medium yang paling optimum adalah pada pH 4,5 dibandingkan dengan pH 3,5 dan 5,5 dengan hasil asam kojat sebesar 1,7127 g/L. Fermentasi pada suhu 35 C menunjukkan kadar asam kojat yang lebih tinggi dibandingkan pada suhu ruang. Optimasi kondisi aerasi dilakukan dengan empat variasi volume medium dimana medium dengan volume 100 ml menghasilkan asam kojat dengan jumlah tertinggi yaitu 1,6472 g/L.. Hasil optimasi yang paling baik memiliki nilai yield sebesar 0,0370 gg-1.

ABSTRACT
Kojic acid is an organic acid that has many uses such as antibacterial, antifungal, antimelanosis, and chelating agent, which is produced by fermentation of genus Aspergillus and Penicillium. This study aimed to obtain optimal conditions on fermentation using Aspergillus oryzae by optimizing the medium and fermentation conditions gradually. Levels of kojic acid were determined by the method of TLC densitometry with UV detector at 318 nm wavelength. The combination of sucrose and yeast extract was chosen as the best source of carbon and nitrogen from nine medium variations with the amount of kojic acid produced at 1.5425 g L. The optimum acidity of the medium is at pH 4.5 in which 1.7127 g L of kojic acid produced, compared to medium with pH value of 3.5 and 5.5. Fermentation at 35 C indicates higher kojic acid production compared to room temperature. Optimization of aeration conditions was performed with four variations of medium volume where medium with 100 ml volume produced the highest amount of kojic acid at 1.6472 g L. The most optimum result has a yield value of 0.0370 gg 1."
2017
S69803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaina Tania
"Gangguan spectrum autisma GSA merupakan gangguan perkembangan neurologis pada anak di mana terdapat perubahan dalam metabolisme asam lemak tak Jenuh dengan rasio EPA Eicosapentaenoic Acid dan AA Arachidonic Acid yang tinggi yang menurunkan produksi ceruloplasmin Cp yang menyebabkan gejala-gejala perilaku dalam individu GSA. Oleh karena itu, gangguan sosial pada penderita GSA dapat ditangani dengan suplementasi AA.
Dalam penilitian ini, akan dilihat kemampuan Aspergillus oryzae dalam memproduksi asam lemak dan PUFA dengan fokus pada AA dengan metode fermentasi tiga tahap serta konsentrasi glukosa optimum untuk propagasi miselium pada medium tahap satu dan akumulasi lipid pada medium tahap dua. Ekstraksi dlakukan dengan menggunakan klroform dan metanol.
Hasil penelitian konsentrasi glukosa optimum untuk propagasi miselium adalah 60 g/L dengan berat biomassa kering 1,079 g. Sedangkan, untuk medium tahap dua konsentrasi glukosa yang optimum adalah 40 g/L dengan perbandingan berat lipid dan biomassa kering 17,18. Dengan metode fermentasi tiga tahap kadar asam lemak tak jenuh yang terbaik mencapai 64,43 dengan 31,67 asam lemak jenuh. Sedangkan produksi AA terbaik didapatkan pada kultur dengan konsentrasi glukosa 60 g/L pada medium tahap dua dengan 0,06.

Acid to AA Arachidonic Acid ratio, this decreases the production of ceruloplasmin Cp that can be cured from AA supplementation. The main source PUFA is fish oil, which is limited, thus an alternative source is needed. A possible source can be found in microorganisms.
In this paper Aspergillus oryzae is evaluated for its ability to produce fatty acids and AA with the three stage fermentation method as well as the optimum glucose concentration for the first and second stage of fermentation. The extraction of lipids is done with a mixtrure of chloroform and methanol.
The results of this research find the optimum glucose concentration for miscellium propagation in the first stage medium is 60 g L resulting in 1,079 g of dry biomass. On the other hand, the optimum glucose concentration for the second stage, which is the lipid accumulation stage is 40 g L resulting in 17,18 of lipid compared to the dry biomass. With the three stage fermentation method, the best unsaturated fatty acid content in the lipid produced is 64,43 with 31,67 of saturated fatty acid. While the highest amount of AA produced is 0,06 with 60g L of glucose in the second stage medium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Putri Pinasthika
"Dua persen dari 48 juta penyandang cacat menderita tuna grahita, dimana penyebab terbesar adalah kekurangan Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA dan Eicosapentanoic Acid EPA yang berperan dalam perkembangan otak. Single Cell Oil, yaitu pemanfaatan mikroorganisme satu sel, dapat menjadi solusi, seperti kapang Aspergillus oryzae, untuk menghasilkan AA, DHA EPA. Kapang A. oryzae dikultivasi pada medium Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA dan Malt Extract Agar MEA, lalu divariasikan waktu inkubasinya selama 2,4,5,6 dan 7 hari pada medium yang optimal. Lipid kapang diekstrak menggunakan etanol dan n-heksana. Karakterisasi lipid kapang dilakukan dengan metode kromatografi gas GC. Medium yang paling optimal adalah CDA dengan produktivitas lipid 21,516. Waktu inkubasi yang paling optimal pada medium CDA adalah 5 hari dengan produktivitas lipid sebesar 33,59 yang mengandung 58,3 asam lemak tak jenuh. Komposisi asam lemak tak jenuh yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 29,2 oleat; 29,1 linoleat dan 0,046 EPA.

Two percent of the 48 million people with disabilities suffer from mental illness, where the biggest cause is the lack of Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA and Eicosapentanoic Acid EPA that play a role in brain development. Single Cell Oil, which utilizes one cell microorganism, can be a solution, such as Aspergillus oryzae, to produce AA, DHA EPA. A. oryzae was cultivated on Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA and Malt Extract Agar MEA, then the incubation time are 2,4,5,6 and 7 days in optimal medium. Lipid were extracted using ethanol and n hexane. The characterization of lipid was done by gas chromatography GC method. The most optimal medium is CDA with a lipid yield of 21.516. The most optimal incubation time on CDA medium was 5 days with 33.59 lipid productivity containing 58.3 unsaturated fatty acid. The unsaturated fatty acid composition produced on the 5th day was 29.2 oleate 29.1 linoleate and 0.046 EPA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Swasono Adhi
"Bekatul merupakan salah satu produk sampingan sebanyak 10% dari seluruh hasil penggilingan padi. Bekatul mengandung sekitar 12-18,5% minyak bekatul yang menjadi sumber senyawa-senyawa bioaktif yang bermanfaat. Kandungan-kandungan bioaktif dan asam lemak di dalam minyak bekatul dapat dimanfaatkan pada bidang kesehatan. Peningkatan hasil rendemen minyak bekatul dapat dilakukan dengan melakukan proses fermentasi padat menggunakan kapang Aspergillus terreus. Faktor yang dapat mempengaruhi proses fermentasi bekatul diantaranya adalah rasio massa penambahan sumber nutrisi dan jenis sumber nitrogen tambahan. Penelitian ini memvariasikan rasio massa penambahan karbon dan nitrogen sebagai sumber nutrisi sebesar 25:1, 30:1, 35:1, 40:1, dan 45:1. Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil metabolisme kapang dalam peningkatan asam lemak. Bekatul yang telah difermentasi, akan diekstraksi menggunakan metode sonikasi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana dan etanol. Analisis kandungan yang terdapat di dalam minyak bekatul akan dilakukan dengan menggunakan instrumen Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis nitrogen tambahan yang cocok untuk sumber nutrisi Aspergillus terreus pada fermentasi padat dengan medium bekatul adalah jenis nitrogen organik (pepton) dengan rendemen minyak bekatul sebesar 10,46% dan rasio massa penambahan sumber nutrisi karbon dan nitrogen adalah rasio 45:1 dengan rendemen minyak bekatul sebesar 10,40%. Proses ekstraksi dari sampel hasil fermentasi padat bekatul dengan kapang Aspergillus terreus untuk menghasilkan minyak bekatul terbanyak adalah dengan menggunakan pelarut polar (etanol). Senyawa antioksidan yang teridentifikasi pada ekstrak minyak bekatul yaitu asam linoleat dan asam a-linolenat

Rice bran is one of the by-products, accounting for about 10% of the total rice milling yield. Rice bran contains approximately 12-18.5% rice bran oil, which serves as a source of beneficial bioactive compounds. The bioactive contents and fatty acids in rice bran oil is beneficial for health. To increase the rice bran oil yield, solid-state fermentation processes can be conducted using Aspergillus terreus. Factors affecting the rice bran fermentation process include the mass ratio of nutrient sources addition in fermentation medium and the addition of nitrogen sources. This study varied the mass ratio of carbon and nitrogen addition as a nutrient source in fermentation medium at 25:1, 30:1, 35:1, 40:1, and 45:1. Both factors can affect fungal metabolism and the increase in fatty acids during rice bran fermentation. After that, the result of rice bran fermentation process will undergo an extraction process using a multi-step sonication method with n-hexane and ethanol as solvents. The content of rice bran oil will be analyze using Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS). The results of this study indicate that the suitable type of additional nitrogen for Aspergillus terreus nutrition in solid-state fermentation with rice bran medium is organic nitrogen (peptone), yielding rice bran oil at 10,46%. The optimal mass ratio of added carbon and nitrogen nutrients is 45:1, resulting in a rice bran oil yield of 10.40%. The extraction process of rice bran oil from the solid-state fermentation sample with Aspergillus terreus is most effective using a polar solvent (ethanol). The identified antioxidant compounds in the rice bran oil extract include linoleic acid and a-linolenic acid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Joviani Aisyah
"Aspergillus adalah salah satu sumber yang dapat menghasilkan asam kojic. Asam Kojic adalah diproduksi melalui proses fermentasi dalam keadaan aerobik dengan yang sesuai media terutama sumber karbon substrat yang mengandung gula seperti sukrosa dan glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh substrat yang sama baiknya dengan sukrosa tetapi dengan harga yang lebih ekonomis. Optimasi media dilakukan menggunakan 3 berbeda
jenis sumber karbon seperti sukrosa, pati jagung dan pati singkong, juga menggabungkan sukrosa dengan pati jagung dan sukrosa dengan pati singkong. Dari 8 optimasi sedang dilakukan dalam skala kecil, medium dengan campuran substrat pati sukrosa-jagung (3: 2) diperoleh dengan nilai asam kojat tertinggi 5,9716 g / L dengan nilai hasil 0,1537 g / g. Proses optimasi berlanjut untuk skala yang lebih besar dari fermentasi dilakukan dengan berbagai variasi aerasi dan agitasi. Hasil optimal dari nilai asam kojic pada skala yang lebih besar diperoleh pada media 500 mL menggunakan bioreaktor pengaduk magnetik yang 1,4223 g / L dari asam kojic, di mana hasil ini belum berhasil melebihi nilai kojic asam dalam skala kecil.

Aspergillus is one source that can produce kojic acid. Kojic acid is produced through a fermentation process in an aerobic state with suitable media especially carbon sources containing sugar substrates such as sucrose and glucose. This study aims to obtain substrates that are as good as sucrose but at a more economical price. Media optimization is done using 3 different methods
types of carbon sources such as sucrose, corn starch and cassava starch, also combine sucrose with corn starch and sucrose with cassava starch. From 8 optimizations being carried out on a small scale, medium with a mixture of sucrose-corn starch (3: 2) was obtained with the highest kojic acid value of 5.9716 g / L with a yield value of 0.1537 g / g. The optimization process continues for a larger scale of fermentation carried out with a variety of aeration and agitation. Optimal results from the value of kojic acid on a larger scale were obtained on 500 mL media using a magnetic stirring bioreactor which was 1.4223 g / L of kojic acid, where these results have not succeeded in exceeding the value of kojic acid on a small scale.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Miranti
"Zat yang harus terpenuhi untuk proses perkembangan sel terutama sel otak, adalah asam lemak seperti AA, DHA dan EPA. Kapang dapat menjadi sumber alternatif asam lemak tak jenuh seperti omega 3, omega 6, dan omega 9 khususnya AA, DHA dan EPA. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian mengenai variasi kondisi operasi yang sesuai untuk pertumbuhan Aspergillus oryzae dalam produksi asam lemak tak jenuh AA, DHA dan EPA dengan metode Submerged Fermentation menggunakan media sintetis dan ekstrasi bertingkat. Aspergillus oryzae akan dikultivasi pada medium PDA dengan menggunakan sumber karbon pada substrat berupa glukosa dan Ammonium sulfate serta yeast extract sebagai sumber nitrogen. Ekstraksi yang digunakan menggunakan etanol dan n-heksana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laju agitasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 120 RPM dengan yield lipid sebesar 28,28 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 50,36 . Laju agitasi optimum untuk produksi EPA adalah sebesar 120 RPM dengan komposisi EPA yang didapatkan sebesar 2,42. Serta pH medium optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah pH 6 dengan yield lipid sebesar 22,35 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 45,5. Sedangkan Suhu inkubasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 25°C dengan yield lipid sebesar 13,19 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 62,15 . Jenis asam lemak tak jenuh yang diperoleh dari Aspergillus oryzae adalah oleat, linoleat, linolenat dan EPA.
There are several substances that needs to be fulfill to keep the brain cell growth such as AA, DHA and EPA. Fungi is one of the alternative source of omega 3, omega 6, omega 9 especially AA, DHA and EPA. This research variates operating condition that is suitable for the growth of Aspergillus oryzae in AA, DHA, and EPA fatty acid production with Submerged Fermentation using synthetic medium and layered extraction. Aspergillus oryzae will be cultivated in medium using glucose as carbon source and Ammonium sulfate and yeast extract as nitrogen source. The extraction method using ethanol and n hexane as solvent.
The result shows that optimum agitation rate for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 120 RPM, lipid yield 28,28 and unsaturated fatty acid content 50,36. Optimum medium pH for PUFA production of Aspergillus oryzae is 6, lipid yield 22,35 and unsaturated fatty acid content 45,5. Optimum incubation temperature for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 25°C, lipid yield 13,19 and unsaturated fatty acid content 62,15. Unsaturated fatty acids produced from Aspergillus oryzae are oleic, linoleic, linolenic and EPA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimah
"Asupan gizi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh adalah lemak. Asam lemak esensial merupakan jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia sehingga perlu asupan dari luar, diantaranya jenis asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) seperti AA, DHA, dan EPA. Sumber asam lemak ini umumnya dari minyak ikan, namun ketersediaannya dari ikan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, sudah mulai digunakan mikroorganisme sebagai sumber bahan baku. Aspergilus oryzae adalah mikroorganisme yang dipilih dalam penelitian ini. A.oryzae dikultur dengan metode submerged fermentation memanfaatkan limbah padat tapioka dan tahu sebagai substrat. Variabel bebas yang dipilih untuk meningkatkan akumulasi lipid adalah variasi rasio C:N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield biomassa dan yield lipid maksimum ada pada rasio 30:1, dengan persentase berturut-turut 24,43% (w/w) dan 13, 44% (w/w). Jenis asam lemak yang mendominasi pada rasio ini adalah omega-9 yaitu 49,26% (w/w). Sedangkan persentase AA, DHA, dan EPA secara berturut-turut adalah 0,51% (w/w); 2,54% (w/w); dan 0,24% (w/w). Berdasarkan pada hasil ini, pemanfaatan A.oryzae serta limbah padat tapioka dan tahu cukup potensial untuk produksi asam lemak tak jenuh.
Nutritional intake is one of the basic requirement for human life. Variouse types of have a role in the provision of energy, growth, development, and other health aspects. One of the important nutrients is fatty acid, especially unsaturated fatty acid like omega-3, omega-6, and omega-9. For the more polyunsaturated fatty acid (PUFA) such as AA, DHA, and EPA also important for human body particulary for the fetus. This compounds are produce from fish oil, but it has limitation factor. Microorganism such as yeast, algae, fungus, and bactery commonly use as the alternative source. In this research, Aspergillus oryzae is used to produce the essential fatty acid using solid waste tofu and tapioca industry as the substrat. Limitation of C:N ratio from this substrate expected give high lipid accumulation, so we use C:N ratio from 20:1 until 80:1 with submerged fermentation method to culture this fungus. This research given a result that maximum lipid and biomass accumulation in 30:1 carbon and nitrogen ratio. Biomass and lipid yield maximum are 24.42% (w/w) and 13.44% (w/w). Fatty acid compotition in this ratio is dominated with monounsaturated fatty acid attain 49.26% (w/w), and total polyunsaturated fatty acid is 18.10% (w/w). The percentase of AA, DHA, and EPA as the PUFAs group are 0.51% (w/w), 2.54 % (w/w), and 0.24% (w/w). It’s potetially to produce AA, DHA, and EPA using A. oryzae in solid waste tofu and tapioca industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Esterina
"Bekatul merupakan limbah yang dihasilkan saat proses penggilingan padi. Bekatul dapat digunakan sebagai bahan baku penghasil minyak dengan melewati proses ekstraksi. Minyak bekatul bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung senyawa bioaktif. Salah satu senyawa bioaktif yang terkandung dalam minyak bekatul adalah tokotrienol. Tokotrienol merupakan senyawa keluarga bagian vitamin E. Pengayaan tokotrienol dalam minyak bekatul dapat dilakukan dengan fermentasi padat (solid state fermentation) menggunakan kapang Aspergillus terreus. Proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah waktu inkubasi. Penelitian ini mengkaji pengaruh waktu inkubasi kapang untuk mengetahui kandungan tokotrienol dalam minyak bekatul hasil fermentasi. Variasi waktu inkubasi dengan rentang 3-7 hari dilakukan untuk menentukan waktu inkubasi optimum dari Aspergillus terreus. Setelah melalui proses fermentasi, bekatul diekstraksi dengan metode ekstraksi Bligh Dyer termodifikasi untuk mengekstrak bekatul. Pada penelitian ini dilakukan analisis kandungan tokotrienol terhadap minyak bekatul dengan menggunakan instrumen Spektrofotometri UV dan Gas Chromatography /Mass Spectrometry (GC/MS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi untuk pengayaan tokotrienol dalam minyak bekatul dengan menggunakan Aspergillus terreus, yaitu selama 5 hari dengan kandungan tokotrienol semula 2005,405 ppm menjadi 3789,189 ppm dengan persentase peningkatan sebesar 88,95%. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam minyak bekatul setelah proses fermentasi adalah senyawa fenol, asetofenon, benzil salisilat, asam lemak MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) dan PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid).

Rice bran is a waste generated during the rice milling process. Rice bran can be used as raw material for producing oil by going through the extraction process. Rice bran oil is beneficial for health because it contains bioactive compounds. One of the bioactive compounds contained in rice bran oil is tocotrienols. Tocotrienols are part of the vitamin E family. Enrichment of tocotrienols in rice bran oil can be carried out by solid state fermentation using the Aspergillus terreus. The fermentation process is influenced by several factors, one of which is incubation time. This research examined the effect of fungi incubation time to determine the content of tocotrienols in fermented rice bran oil. Variations in incubation time with a range of 3-7 days were carried out to determine the optimum incubation time of Aspergillus terreus. After going through the fermentation process, the bran will be extracted using a modified Bligh Dryer extraction method to extract bran. In this research, an analysis of the tocotrienol content of rice bran oil will be carried out using UV Spectrophotometry and Gas Chromatography /Mass Spectrometry (GC/MS) instruments. The results showed that the incubation time for enrichment of tocotrienols in rice bran oil using Aspergillus terreus was 5 days with tocotrienol content from 2005,405 ppm to 3789,189 ppm with an increase of 88.95% percentage. The bioactive compounds contained in rice bran oil after the fermentation process are phenolic compounds, acetophenone, benzyl salicylate, MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) and PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid) fatty acids."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>