Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20283 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shabirah Rahmah
"ABSTRAK
Orang Jepang dikenal sebagai bangsa yang menghargai dan mencintai alam. Salah satu bentuk penghargaan orang Jepang terhadap alam adalah dengan adanya tradisi dan kebiasaan yang berkaitan dengan alam, salah satunya ialah kebiasaan menikmati mekarnya bunga sakura atau yang dikenal dengan hanami yang dilakukan setiap musim semi. Dalam kebiasaan ini bunga sakura dijadikan sebagai objek karena memiliki arti yang khusus bagi orang Jepang yang didukung dengan adanya sakura zensen atau ramalan mengenai mekarnya sakura di seluruh negeri. Oleh karena itu, tugas akhir ini membahas mengenai kebiasaan hanami yang merupakan wujud dari naturalisme Jepang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan tinjauan pustaka dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini digunakan teori naturalisme oleh Nakamura Hajime untuk dapat menganalisis sumber-sumber yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Jepang sangat memperhatikan secara detil segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, salah satunya adalah dengan adanya sakura zensen yang secara tidak langsung sebagai daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan hanami.

ABSTRACT
Japanese people are known as their respects and loves towards nature. One form of Japanese peoples appreciation for nature is the existence of tradition and custom related to nature, one of which is the custom of enjoying the blooming of cherry blossoms or known as hanami, which is done every spring. In this custom, cherry blossoms is used as an objects because they have special meanings for Japanese people who are supported by the presence of sakura zensen or known as predictions about the blooming of cherry blossoms throughout the country. Therefore, this paper discusses the hanami custom which is a form of Japanese naturalism. This paper uses descriptive analytical methods with literature reviews from various sources. In this paper Nakamura Hajimes naturalism theory was used to analyze the sources used. The results of the study showed that Japanese people were very concerned about everything related to nature, one of which was the presence of sakura zensen which indirectly served as an attraction for the people to do hanami."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiyah Ratna Putri
"Skripsi ini membahas tata saji hanami bentou yang merupakan bagian dari budaya kuliner Jepang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksposisi.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menjelaskan mengenai tata saji hanami bentou pada kegiatan hanami di Jepang. Hanami Bentou merupakan jenis obentou yang disajikan pada kegiatan hanami di Jepang. Tata saji hanami bentou sangat memperhatikan mengenai tampilannya yang berwarnawarni disesuaikan dengan suasana musim semi. Warna yang dominan terlihat pada hanami bentou merupakan warna yang melambangkan kegiatan hanami.

The focus of this study is the food arrangement of hanami bentou which is a part of Japanese culinary culture. This research is qualitative interpretive exposition. The purpose of this study is to provide information and to explain the food arrangement of hanami bentou during hanami in Japan. Hanami Bentou is a kind of obentou served at the hanami in Japan. The colorful appearance plays an important role in the food arrangement of hanami bentou. The colors of the food represent the atmosphere of hanami in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S262
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiasrini Eliza Puteri
"Fokus dari tulisan ini adalah membahas komponen-komponen pembentuk tata ruang chashitsu bergaya sōan berdasarkan konsep wabi-sabi. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk menunjukan chashitsu bergaya sōan merefleksikan nilai estetika wabi dan sabi. Wabi dan sabi merepresentasikan pandangan tradisional Jepang akan keindahan yang fokus pada penerimaan atas ketidaksempurnaan. Wabi merepresentasikan keindahan dalam kemelaratan, kesedihan, kemiskinan, kekecewaan, ketidak sempurnaan, kesederhanaan, dan apresiasi dari proses penuaan. Sedangkan sabi merepresentasikan keindahan dalam seauatu yang pudar, dingin, sepi, terlantar, dan berkarat. Sōan chashitsu adalah ruang minum teh yang dibangun terpisah dari rumah utama. Karena sōan chashitsu mengandung nilai estetika wabi dan sabi, walau hanya berupa bangunan yang kecil, namun mengandung keindahan yang luar biasa.

The focus of this study is in researching the layout components of sōan chashitsu based on the concept of wabi-sabi. The aims of this paper is to show that sōan chasitsu truly reflects the aesthetic of wabi and sabi. Wabi and sabi represents a view of Japanese aesthetic centered on the acceptance of imperfection. Wabi represents beauty through poverty, imperfection, asperity, simplicity, austerity, modesty, and appreciation of natural aging process. Whereas sabi represents beauty through the dull, cold, withered, and rust. Sōan chashitsu is a tea house which built separate from the main house. Because it contains the Japanese aesthetic of beauty of wabi and sabi, even though sōan chashitsu is a tiny building, it contains tremendous amount of beauty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42332
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djohan Rady
"Tesis ini adalah sebuah upaya eksplorasi potensi teori evolusi Darwin sebagai basis penjelasan kausal bagi fenomena sosial dan budaya. Upaya tersebut dicapai melalui analisa terhadap ontologi ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi dipilih karena sampai saat ini ilmu ekonomi adalah satu-satunya cabang ilmu sosial yang dianggap memiliki derajat eksplanasi setingkat ilmu-ilmu eksak. Dari analisa tersebut, penulis berpendapat bahwa dua dimensi ilmu ekonomi, yakni asumsi homo economicus dan mekanisme pasar, memiliki kompatibilitas yang tinggi dengan prinsip teori evolusi Darwin mengenai keberlangsungan hidup (survivability) dan adaptasi. Jadi, penulis beranggapan bahwa tingginya derajat eksplanasi yang dihasilkan ilmu ekonomi semata-mata disebabkan adanya kesesuaian antara ontologi ilmu ekonomi dengan ontologi evolusi Darwinian. Sebagai kesimpulan, penulis beranggapan bahwa ilmu-ilmu sosial akan dapat memberikan eksplanasi yang lebih baik jika mengadopsi prinsip-prinsip teori evolusi Darwin sebagai paradigma utamanya.

This graduate thesis is an attempt to explore the potentiality of Darwin's theory of evolution as the basic explanation of social and cultural phenomena. That main objective is realized through the means of analysis upon the ontology of economics, since economics is the only social science deemed equal to those of natural sciences. Upon analysis, it is apparent that the 'exactness' of economics explanations very much indebted to its ontological similarities with the ontology of Darwin's theory of evolution. The two main economics ontological assumptions, homo economicus and market mechanism, are very much alike with Darwin's two main ontological assumptions of evolution, survivability and adaptation. Consequentially, we can think of economics 'exactness' as a result of its ontological compatibility with Darwin's theory of evolution. As a conclusion, this thesis staunch to the hypothesis that humanities and social sciences can gain methodological status equivalent to economics only if they accept Darwin's theory of evolution as its very basic ontological assumption. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nadia Fitriana Mawarni
"[ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang nilai-nilai naturalisme yang diimplementasikan pada motif kimono Jepang dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Kajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana hubungan kedekatan orang Jepang dengan alam yang diimplementasikan melalui motif kimono. Rasa cinta orang Jepang yang sangat besar terhadap alam, tidak lepas dari sisi religiositas mereka yang meyakini bahwa tidak ada satu tempat pun yang tidak dihuni oleh dewa, sehingga bentuk apresiasi terhadap alam mereka aplikasikan di dalam segala lini kehidupan, termasuk pengaplikasian lukisan alam yang terdapat pada motif kimono. Teori Nakamura Hajime digunakan dalam penelitian ini sebagai dasar pemahaman tentang konsep naturalisme. Dari hasil kajian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa kedekatan orang Jepang dengan alam tercermin dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Pernyataan ini didasari dari pemikiran orang Jepang yang menganggap bahwa terdapat suatu kekuatan supranatural di alam karena mereka menganggap segala sesuatu yang ada di dunia ini, termasuk alam adalah perwujudan dari Budha ABSTRACTThis study discusses the values of naturalism which has been implemented within kimono patterns using the method of descriptive analysis. The purpose of this study is to show the closeness of Japanese people towards nature which has been implemented through kimono patterns. The passion of nature that is shown through Japanese people, are also attached to the spiritual side where they believe that there are no places in this world are not owned by God, therefore their form of appreciation towards nature are shown through their daily life, also including the application of nature through art that is shown in kimono patterns. This study uses Nakamura Hajime?s theory as a basic understanding of the naturalism concept. From this study, drawning out a conclusion that the closeness of Japanese people towards nature are reflected through their daily life. This statement is based on the idea of the assumption that Japanese people have made where there is a supernatural power in nature because they consider everything that has existed in this world is the personification of Buddha.;This study discusses the values of naturalism which has been implemented within kimono patterns using the method of descriptive analysis. The purpose of this study is to show the closeness of Japanese people towards nature which has been implemented through kimono patterns. The passion of nature that is shown through Japanese people, are also attached to the spiritual side where they believe that there are no places in this world are not owned by God, therefore their form of appreciation towards nature are shown through their daily life, also including the application of nature through art that is shown in kimono patterns. This study uses Nakamura Hajime?s theory as a basic understanding of the naturalism concept. From this study, drawning out a conclusion that the closeness of Japanese people towards nature are reflected through their daily life. This statement is based on the idea of the assumption that Japanese people have made where there is a supernatural power in nature because they consider everything that has existed in this world is the personification of Buddha., This study discusses the values of naturalism which has been implemented within kimono patterns using the method of descriptive analysis. The purpose of this study is to show the closeness of Japanese people towards nature which has been implemented through kimono patterns. The passion of nature that is shown through Japanese people, are also attached to the spiritual side where they believe that there are no places in this world are not owned by God, therefore their form of appreciation towards nature are shown through their daily life, also including the application of nature through art that is shown in kimono patterns. This study uses Nakamura Hajime’s theory as a basic understanding of the naturalism concept. From this study, drawning out a conclusion that the closeness of Japanese people towards nature are reflected through their daily life. This statement is based on the idea of the assumption that Japanese people have made where there is a supernatural power in nature because they consider everything that has existed in this world is the personification of Buddha.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aurelia Putri Dehars
"Skripsi ini membahas tentang berbagai bentuk ketidaksetaraan gender di Jepang dengan fokus utama adalah matahara atau maternity harassment yang terjadi di lingkungan kerja Jepang. Penulis menggunakan teori feminisme radikal untuk menganalisa bagaimana budaya masyarakat Jepang terkait dengan matahara. Analisis menunjukkan bahwa sistem patriarki dalam masyarakat Jepang bukan menjadi pemicu utama terjadinya matahara, tetapi faktor ekonomi lah yang menjadi faktor utama terjadinya matahara di perusahaan Jepang. Matahara dan ekonomi saling berhubungan karena matahara menyebabkan penurunan populasi dan menurunnya populasi menyebabkan ekonomi Jepang dalam kondisi stagnan.

This undergraduate thesis examines about forms of gender inequality in Japan and focusing on matahara or maternity harassment that happens on Japanese work environment. The writer uses radical feminism theories to analyze how Japanese culture relates with maternity harassment. The analysis shows that patriarchy in Japanese society is not the main cause of maternity harassment. It is economic factor which becomes the main factor of maternity harassment in Japanese companies. Maternity harassment and economy corresponds to each other because maternity harassment causes the declining of youth population and this declining population causes Japan economy stuck in a stagnant condition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Bragas Putri
"ABSTRAK
Penulisan ini membahas mengenai bentuk dari wagashi sebagai cerminan dari harmonisnya hubungan manusia Jepang dengan alam. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, selanjutnya metode analisa kualitatif. Budaya merupakan suatu sistem yang menghubungkan antara manusia dengan lingkungan alamnya. Hubungan manusia Jepang dengan alam adalah harmonis dan bersatu padu. Bagi manusia Jepang, alam adalah teman manusia, bukan untuk ditaklukan atau dikuasai. Berdasarkan ajaran dari kepercayaan mereka, alam dan manusia memiliki kesamaan, yaitu diberkati oleh roh yang sama. Orang Jepang sangat mencintai alam sehingga mereka berusaha hidup dekat dengan alam dengan cara mewujudkan objek- objek alam ke dalam bentuk miniatur. Hubungan yang harmonis ini telah menjadi bagian penting dari kebudayaan Jepang. Wagashi adalah manisan tradisional Jepang. Wagashi bukan hanya sebuah manisan, tetapi wagashi sebuah esensi dari kebudayaan Jepang dan selaras dengan alam sehingga dapat dirasakan setiap perubahan kecil yang terjadi di alam Wagashi dengan bentuk objek alam disajikan dalam upacara minum teh dan ritual keagamaan di Jepang. Bentuk, warna, aroma dan nama dari wagashi ini memiliki esensi sebagai simbol pergantian musim dan cerminan keharmonisan hubungan manusia Jepang dengan alam.

ABSTRACT
The writer discusses the form of wagashi as a reflection of harmony relationship between Japanese man with nature. Methods of collecting data used in this research are to study literature, and further qualitative analysis method. Culture is a system that connects human and natural environment. Japanese human rsquo s relationship with nature is harmonious and united. For Japanese people, nature is a friend of man, not to be conquered or controlled. Based on the teachings of their religion, nature and man have something in common, which is that both of them are blessed by the same spirit. Japanese people love nature so they try to live close to nature by creating objects of nature in miniature form. This harmonious relationship has become an important part of Japanese culture. Wagashi is a Japanese traditional sweets. Wagashi is not just a confectioner, but it is an essence of Japanese culture and in harmony with nature so every little change that occurs in nature can be felt. Wagashi in the form of natural objects are presented in tea ceremonies and religious rites in Japan. The Shape, color, aroma and name of wagashi have an essence as a symbol of seasonal changes and the reflection of harmony between Japanese human and nature."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Andrissa
"Putri Andrissa. Abstrak skrpsi sbb. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kecintaan masyarakat Jepang terhadap alam yang diimplementasikan kedalam aspek seni, terutama dalam chashitsu dan taman Roji. Untuk mendapatkan tujuan penelitian tersebut, penulis melakukan analisis dengan menggunakan teori naturalisme yang dikemukakan oleh Nakamura Hajime. Selain itu dengan teori konsep keindahan wabi dan sabi yang dikemukakan oleh Terao Ichimu, lalu menurunkannya ke dalam konsep wabicha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13800
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Yasminia
"ABSTRAK
Pada masa Perang Dunia ke-1 (1914-1918) terjadi booming ekonomi di Jepang, di mana pada waktu itu sektor ekonomi Jepang meningkat tajam. Negara Eropa yang tengah berperang tidak lagi fokus pada perdagangan luar negeri sehingga tidak ada saingan bagi Jepang dalam sektor perdagangan. Namun, setelah perang usai, perekonomian Jepang cenderung menurun. Kondisi perekonomian menjadi sulit, banyak pekerja kehilangan pekerjaan, harga barang-barang pokok naik namun upah buruh dan pekerja tidak mengalami peningkatan. Kesulitan ekonomi mengakibatkan masalah sosial. Masyarakat mulai mencari jawaban atas kesulitan ekonomi dan masalah sosial yang tengah melanda Jepang. Hal ini menjadi salah satu faktor masuknya paham komunis ke Jepang. Penyebaran paham komunis dilakukan secara klandestin. Pemerintah Jepang pada masa itu menganggap paham ini sebagai paham yang terlarang dan melanggar Undang-Undang Dasar Meiji 1889 sehingga pada tanggal 15 Maret 1928 terjadilah sebuah penangkapan besar-besaran terhadap tokoh-tokoh Komunis Jepang. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan analisa deskriptif. Melalui penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan mengapa pemerintah Jepang menolak paham Komunis dan dampak terjadinya peristiwa 15 Maret 1928 bagi masyarakat Jepang dan perkembangan paham komunis sendiri.

ABSTRACT
During World War 1 (1914-1918), economic booming occurred in Japan. In those times, Japan's economy has rose drastically. European countries at war no longer focus on foreign trade so there are no rivals for Japan in the trade sector. However, after the war, the Japanese economy is likely to decrease. The economic condition becomes difficult, many workers lost their jobs, the price of staple goods rose but wages for workers are not increased. Economic difficulties result in social problems. People are starting to look for answers for the difficult economic and social problems that hit Japan. This is one of the factors why communism entered Japan. The spread of communism is done clandestinely. The Japanese government at that time regarded this ideas are forbidden and violates the Meiji Constitution of 1889. So, on March 15, 1928 there was a massive arrests to Japanese Communism Figures. This study uses historical research. Through this study is expected to answer the question why the Japanese government rejected communism and the impact of that events for the Japanese society and the development of communism itself."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>