Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166930 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Fitriannisa
"Dalam penyelidikan tanah untuk kebutuhan pembangunan jalan tol di Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta, dilakukan dengan cara pengeboran di setiap titik rancangan tiang fondasi untuk mendapatkan nilai N-SPT dan sampel tanah. Nilai N-SPT digunakan untuk mengetahui tingkat kekerasan tanah, sedangkan sampel tanah digunakan untuk mengetahui klasifikasi tanah. Bagaimana pun dengan cara ini, penyelidikan tanah membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit dengan hasil data hanya 1-Dimensi. Untuk mengatasinya, digunakan metode geofisika yang dapat memvisualisasikan bawah permukaan dalam bentuk 2 dimensi. Metode ini disebut Ground Penetrating Radar (GPR) yang mengandalkan gelombang radio untuk menembus lapisan bawah permukaan dan merefleksikan sinyalnya pada batas lapisan karena perbedaan konstanta dielektrik. Pengukuran GPR yang dilakukan membentuk lintasan sejajar melewati titik bor menggunakan alat radar Python-3 dengan frekuensi sebesar 25 MHz, agar lapisan bawah permukaan dapat diidentifikasi sesuai kedalaman data bor. Data bor digunakan sebagai data acuan dalam melakukan interpretasi. Dari hasil interpretasi data GPR disimpulkan bahwa lapisan tanah terdiri dari batuan lempung, lanau dan pasir dengan batuan dasar berada pada kedalaman 16,5 meter dengan kemiringan relatif datar dibawah permukaan tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data GPR terkorelasi dengan baik terhadap data hasil bor sebelumnya dengan tingkat resolusi terbatas

In soil investigation for highways construction needs in Kelapa Gading, Jakarta, it was carried out by drilling at each foundation piles design point to obtain N-SPT values and soil samples. The N-SPT value is used to determine the level of soil hardness, while the soil sample is used to determine soil classification. However in this method, soil investigation requires a lot of time and cost with only 1-Dimension data results. To overcome this, geophysical methods are used that can visualize subsurface in 2- dimensional form. This method is called Ground Penetrating Radar (GPR), which relies on radio waves to penetrate the subsurface layer and reflect signals at the boundary layer due to differences in dielectric constants. GPR measurements are carried out by forming a parallel path through the drill point using a Python-3 radar device with a frequency of 25 MHz, so that the subsurface layer can be identified according to depth of the drilling data. Drilling data is used as reference data in interpreting. From the interpretation result of GPR data is concluded that the soil layer consisted of clay, silt and sand with bedrock at a depth of 16.5 meters with a relatively flat slope below ground level. This study indicate that the GPR data is well correlated with the previous drilling data with a limited resolution level."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoiron
"Pemrosesan data GPR (Ground Penetrating Radar) yang telah dilakukan di gedung A dan gedung B Bank Indonesia masih belum sempurna. Dari hasil pemrosesan data, masih terlihat ringing/background noise berupa terhapusnya amplitude yang menerus hingga lapisan yang lebih dalam. Akibat dari Ringing/background noise ini, kemenerusan/kontinuitas lapisan secara horisontal menjadi buram. Dalam penelitian ini, penulis membandingkan metode penghilangan ringing/background noise dengan berbagai metode yaitu background removal, bandpass filtering, bandpass-butterworth filtering, f-k filtering, dan radon transform. Hasilnya, metode yang lebih efektif yaitu menggunakan radon transform (Kim et all., 2007) yang terlihat dari kemenerusan/kontinuitas lapisan secara horisontal semakin baik. Setelah kemenerusan/kontinuitas lapisan secara horisontal semakin baik, penelitian diteruskan dengan melakukan pemodelan perlapisan bawah permukaan berupa pemodelan litologi dan pemodelan lapisan bedrock pada data GPR dengan mengacu kepada data kecepatan rata-rata GPR dari data WARR (Wide Angle Reflection Refraction), dibandingkan dengan data kedalaman litologi maupun data kedalaman SPT (Standard Penetrarion Test) sumur sehingga data twt (two way traveltime) dapat dihitung untuk dilakukan picking horizon pada batas litologi maupun batas bedrock. Kontras litologi maupun kontras lapisan bedrock pada data GPR sendiri tidak cukup kuat, namun dengan mengacu kepada kecepatan WARR dan kedalaman dari data litologi maupun data SPT sumur, posisi twt reflektor dapat ditentukan dan pemodelan perlapisan bawah permukaan dapat dilakukan.

GPR data processing (Ground Penetrating Radar) that has been conducted in building A and B of Bank Indonesia was still imperfect. The result of data processing still shows the ringing / background noise that constitutes the elimination of continuously infiltrated amplitude to the deeper layers. Due to this Ringing / background noise, the horizontal layer of continuity becomes opaque. In this study, the author compared the methods of removing ringing / background noise with different methods: background removal, bandpass filtering, bandpass-butterworth filtering, f-k filtering, and radon transform. The result shows that the more effective method is using radon transform (Kim et al., 2007) as seen from a better horizontal layer of continuity. After the horizontal layer of continuity became better, the study continued to do the modeling of the surface bottom layer in the form of lithology and bedrock layer modeling based on GPR data which refers to average velocity of GPR compared to WARR (Wide Angle Reflection refraction) data. If it is compared to the depth of lithology data as well as the depth data of SPT (Standard Penetrarion Test) wells, so the data of TWT (Two Way Traveltime) will be able to be calculated for picking horizon at the limit of both lithology and bedrock. Both of lithology contrast and bedrock layer contrast on GPR data are not strong enough, but referring to the velocity of WARR and the depth of both lithology data and SPT well, TWT reflector position can be determined and the modeling of surface bottom layer can be conducted. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Mazaya Muhsin
"Banjir merupakan kejadian ketika air di dalam saluran meningkat dan melampaui kapasitas daya tampungnya. Kejadian banjir di wilayah perkotaan banyak dipengaruhi faktor fisik dan faktor sosial. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah banjir, ketinggian wilayah, sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Penelitian ini menggunakan metode overlay dan analisis deskriptif keruangan. Kecamatan Kelapa Gading terletak di Kota Jakarta Utara dengan ketinggian wilayah 5 - 10 mdpl dan dialiri oleh Sungai Sunter, Sungai Betik Pertamina, Sungai Cakung Lama, Sungai Warung Jengkol, dan Sungai Petukangan. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik banjir pada setiap kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading pada umumnya disebabkan faktor yang sama, yaitu faktor sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Terdapat pengecualian pada Kelurahan Kelapa Gading Timur yang menurut hasil penelitian karakteristik banjir pada kelurahan ini tidak disebabkan oleh faktor sungai. Pada Kelurahan Kelapa Gading Barat faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi volume drainasenya. Sementara pada Kelurahan Kelapa Gading Timur dan Pegangsaan Dua faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi kualitas drainasenya.

Flood is an event when the water in the channel rises and exceeds its capacity. The occurrence of floods in urban areas is greatly influenced by physical factors and social factors. In this study, the variables used are floods, land height, rivers, land use, and drainage. This study uses the overlay method and spatial descriptive analysis. Kelapa Gading District is located in North Jakarta City with a land height of 5 - 10 m above sea level and is drained by the Sunter River, Betik Pertamina River, Cakung Lama River, Warung Jengkol River, and Petukangan River. Based on the results of the study, the characteristics of flooding in each sub-district in Kelapa Gading District are generally caused by the same factors, namely river factors, land use and drainage. There is an exception in the Kelapa Gading Timur Village, which according to the results of the study, the characteristics of flooding in this village are not caused by river factors. In Kelapa Gading Barat sub-district, the drainage factors that affect flooding include the volume of drainage. Meanwhile, in the Kelapa Gading Timur and Pegangsaan Dua sub-districts, the drainage factors that affect flooding include the quality of drainage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Wulandari
"Cijeruk adalah salah satu daerah strategis yang akan digunakan untuk pariwisata karena lingkungannya masih asri dan memiliki akses yang mudah dari Jakarta dengan adanya ruas Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi, tol Ciawi-Cigombong. Sayangnya, Cijeruk memiliki potensi gerakan tanah longsor sedang hingga tinggi sejak awal 2019. Oleh karena itu, perencanaan pembagunan yang baik diperlukan untuk mengurangi risiko bencana dari gerakan tanah longsor. Salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan membuat fondasi bangunan hingga ke batuan dasar. Metode yang digunakan untuk menentukan kedalaman batuan dasar adalah Ground Penetrating Radar (GPR). Alat GPR yang digunakan dalam penelitian ini memiliki frekuensi 25 MHz, penetrasi gelombang mencapai kedalaman75 m. Dari penelitian ini, peneliti memperoleh gambaran bawah permukaan secara 2 dimensi, kedalaman batuan dasar antara 10-20 m. Hasil ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk fondasi bangunan tahan longsor.

Cijeruk is one of the strategic locations to be used for tourism because the environment is still beautiful and it has easy access from Jakarta with the existence of the Section 1 toll road Bogor-Ciawi-Sukabumi, Ciawi-Cigombong toll road. Unfortunately, Cijeruk has medium to high potential for landslide movements in early 2019. Therefore, good development planning is needed to reduce the disaster risk of landslide movements. One geophysical efforts that can be done by making the foundation of the building down to the bedrock. The method used to determine the depth of the bedrock is Ground Penetrating Radar (GPR). GPR tool used in this research has frequency range 25 MHz, depth penetration 75 m. From this research, we obtained 2D subsurface visualization, bedrock detected at depth 10-20 m. This result could be used as a reference for the foundation of landslide-resistant buildings."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Susilowati
"Pengembangan perumahan tidak akan terlepas dari pengembangan fasilitas yang akan memenuhi tiga kebutuhan pokok konsumen perumahan yaitu tempat belanja kebutuhan sehari-hari, tempat ibadah dan sekolah. Bagi konsumen perumahan, terutama keluarga muda atau keluarga yang memiliki anak usia sekolah dasar, pemilihan lokasi perumahan akan mempertimbangkan keberadaan sekolah dasar di lingkungan perumahan dan sekitarnya. Kondisi ini terjadi karena kemampuan jangkauan anak usia sekolah dasar masih relatif rendah atau tidak jauh dari tempat tinggalnya. Oleh karena itu sekolah dasar yang balk diharapkan berada dalam lingkungan perumahan, apalagi Iingkungan perumahan tersebut sengaja direncanakan oleh pengembang Di Kecamatan Kelapa Gading saat ini berkembang 37 sekolah dasar yaitu 17 sekolah dasar negeri (SDN) dan 20 sekolah dasar swasta (SDS), yang jika ditinjau lebih dalam terdapat beberapa perbedaan antara SDN dan SDS yaitu perbedaan distribusi lokasi, daya tampung siswa, jenjang akreditasi dan biaya pendidikan. Perbedaan antara SDN dan SDS yang disebutkan di atas, menyebabkan persaingan antar sekolah yang akan menambah perbedaan atau variasi antar sekolah dan akan mengurangi kesamaan akses terhadap pendidikan. Di sisi lain perkembangan SDS menimbulkan beberapa penyimpangan penggunaan lahan karena pemilihan lokasi SDS yang mempertimbangkan pasar sehingga perlu memperluas jangkauan pelayanan. Konsekuensinya lokasi yang dipilih seringkali tidak sesuai dengan kriteria lokasi SD. Hal ini mendorong munculnya pertanyaan penelitian yang perlu dijawab yaitu `Bagaimana penyediaan sekolah dasar di Kecamatan Kelapa Gading?', `Apakah penyediaan sekolah dasar sesuai dengan kebutuhan masyarakat (efektif)?', dan `Bagaimana penerapan kriteria penyediaan sekolah dasar di Kecamatan Kelapa Gading?'.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka akan dilakukan beberapa analisis dengan beberapa metode yaitu analisis deskriptif, perbandingan, non parametrik, faktor dan keruangan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah penyediaan SD 1) selaras dengan perkembangan perumahan walaupun menimbulkan kesenjangan antar SD dan penyimpangan penggunaan lahan, 2) melibatkan multistakeholder, 3) terutama SDS, didorong oleh permintaan masyarakat yang cukup tinggi terutama masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi, penawaran pelayanan pendidikan yang kurang memadai, keterbatasan pemerintah serta dukungan pemerintah bagi swasta untuk lebih berperan dalam penyelenggaraan pendidikan, 4) efektif atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, 5) didasari oleh penerapan kriteria penyediaan SD mencakup perhitungan kebutuhan SD dan lingkup pelayanan SD, 6) tidak didasari oleh penerapan kriteria penyediaan SD mencakup alokasi lahan dan distribusi Iokasi, 7) terkait dengan distribusi lokasi SD, dipengaruhi oleh perkembangan perumahan, status sekolah dasar, kualitas sekolah dan penggabungan SD dengan jenjang sekolah lainnya. Kesimpulan ini diduga tidak hanya berlaku di Kecamatan Kelapa Gading, tetapi berlaku juga di wilayah lain yang memiliki karakteristik serupa.
Adapun rekomendasi penelitian ini adalah pemerintah harus menerapkan integrated and multi-stakeholders approach dalam penyediaan SD di Kecamatan Kelapa Gading (dan kasus lain yang serupa, mengkaji kembali kriteria penyediaan SD, membentuk format dan program kemitraan, dan pembenahan legal adminstratif penggunaan lahan dan perijinan pembangunan; pengembang harus merencanakan fasilitas perumahan yang memadai dan sesuai kebutuhan masyarakat sejak awal pengembangan perumahan dan sebagai bagian dari perencanaan pengembangan perumahan dengan mempertimbangkan rencana kota secara keseluruhan; yayasan pendidikan dan pemerintah harus mempertimbangkan berbagai hal dalam pemiiihan lokasi, dari faktor lokasi, perkembangan perumahan, status dan kualitas sekolah, penggabungan sekolah dan rencana kota secara keseluruhan; melakukan beberapa kajian lanjutan karena adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, mengenai kesenjangan SDN dan SDS, keterlibatan multi-stakeholder dalam penyediaan terkait dengan format dan program kemitraan antar stakeholder, penerapan kriteria penyediaan SD dengan kasus lain dan integrasi perencanaan fasilitas dengan perencanaan kota.

Facilities development in a housing development is inevitable and shall be able to provide three basic needs of housing consumer they are shopping places for common goods, worships places and schools. Housing consumer, typically young couples or a family with primary school-age children would consider chosen a housing complex by considering the presence of primary school in the neighborhood. This consideration was based on the limited mobility of primary school-age children to go to school. In this case, parents expecting that there will be good primary school in their neighborhood, especially when the neighborhood was planned/ designed by the housing developer, In Kecamatan Kelapa Gading currently established 37 primary schools consisting of 17 public schools (Sekolah Dasar Negeri - SDN) and 20 private schools (Sekolah Dasar Swasta -- SDS). Based on further review it was found out that there are few differences between them, such as location distribution, school capacity, accreditation level and tuition fee. These differences create higher school competition that will lead to school variation and decreasing equal access to education. In the other side the development of private primary school introduced few discrepancies in the land use implementation, since the private school's location is mainly selected based on market demands and the need to increase service area. As consequences of this selection, the chosen location usually not complies with the primary school location criteria.
Above facts triggered research questions, that will be answered in this research such as "How is the provision of primary school in Kecamatan Kelapa Gading?, 'Did the primary school provision meet the consumer needs (effective)?', and 'How does the implementation of primary school provision criteria in Kecamatan Kelapa Gading?'.
To answer above questions there are few analysis will be conducted by utilizing various analysis methods such as descriptive analysis, comparative analysis, non-parametric analysis, factorial analysis and spatial analysis. The conclusions of those analysis are 1) the provision of primary school is aligned with housing development even it's caused gap among primary schools and discrepancies in the land use, 2) the provision of primary school involves multistakeholders, 3) the provision of primary school, especially private primary school, is influenced by demand of consumer whose high social economic level, inadequate education service supply, Iimitations of government and supports from government for private sector to be involved in education service production 1 provision, 4) the provision of primary school met the consumer needs, 5) the provision of primary school is based on implementation of primary school provision criteria including calculation of primary school need and primary school service area, 6) the provision of primary school isn't based on implementation of primary school provision criteria including land classification and distribution of location, 7) the provision of primary school, especially primary school location distribution, influenced by housing development, school status, school quality and combination of primary school with other school level in one location. These conclusions are assumed to be applicable not merely in Kecamatan Kelapa Gading, but in other area that have similiar condition with Kecamatan Kelapa Gading.
Recommendations from this study are government must implement integrated and multi-stakeholders approach in primary school provision especially in Kecamatan Kelapa Gading (and other similar area), review the primary school provision criteria, create partnership format and program, and improve legal administrative approach in land use and building permit sector; ensure that developer must plan housing facilities as part of housing development plan with consideration to the entire of urban plan; education institution and government must consider some factors in location selection (location factors, housing development trend, status and quality school, and urban plan); conduct various further study, due to limitation of this study, related to the gap between private - public primary school, multi-stakeholders involvement in primary school provision in regards to the partnership format and program among stakeholders, the implementation of primary school provision criteria in another case and the integration of facilities planning into urban planning."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wylma Lukman
"Karya akhir ini membahas tentang perencanaan usaha untuk membentuk suatu restoran Jepang dengan menu sushi sebagai perluasan usaha dari Restoran A yang dikelola oleh PT. X. dillihat dari aspek pasar dan keuangan. Dari analisis aspek pasar, usaha ini masih layak untuk dijalankan dengan menggunakan diferensiasi sebagai strategi untuk menjalankan usaha ini.
Analisis terhadap aspek keuangan menggunakan beberapa metode, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitabilty Index (PI), dan Discounted Payback Period (DPP). Selain itu dilakukan pula analisis simulasi Monte Carlo dengan menggunakan software Crystall Ball. Dari hasil analisis pasar dan keuangan, restoran sushi layak untuk dijalankan.

This thesis studies how to make business plan of a Japanese restaurant which sushi as a diversification of Restaurant A which is operated by PT X based on Market and Financial aspects. From the market point of view, this business is still good to be carried out by using differentiation as the strategy to run the business.
Financial aspect analysis is made by using several methods; Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), and Discounted Payback Period (DPP). Monte Carlo simulation analysis is made by using Crystall Ball software. Referring to market and financial aspect analysis, sushi restaurant is feasible to be operated."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25391
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Perawat merupakan tenaga terbesar di rumah sakit yang memberikan pelayanan
keperawatan selama 24 jam kepada pasien dan keluarga. Kepuasan kerja perawat dapat
mempengaruhi pelayanan keperawatan yang diberikan. Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian kepuasan kerja perawat di RS. Mitra Keluarga Kelapa Gading,
untuk mengetahui gambaran kepuasan kenja perawat dan karakteristik perawat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana dengan alat ukur kuesioner.
Porter (1961) menyatakan bahwa kepuasan seseorang terhadap pekeljaanya tergantung
dari perbedaan atau ketidaksesuaian antar apa yang diinginkan dengan apa yang
diperoleh. Penelitian ini mendapatl-can kepuasan kerja perawat dimana lebih dari separuh
perawat merasa puas yaitu sebesar 72,2 %. Perawat yang tidak puas sebesar 27,8 %.
Ketidakpuasan terjadi karena sistim penghargaan dan peningkatan jenjang karir yang
belum memenuhi harapan perawat. Oleh sebab itu rumah sakit hendaknya menentukan
sistim dan rnekanisme yang tepat dan konsisten pada semua perawat, sehingga kepuasan
kerja perawat dapat dicapai."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5499
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Geusan Nariswari Erdianty Puteri
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek dilaksanakan di Apotek Mitrasana Kelapa Gading. Tujuan dari PKPA di apotek adalah untuk mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab seorang apoteker dalam pengelolaan apotek dan memahami serta melaksanakan kegiatan di apotek, baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Pada pelaksanaan PKPA juga dilakukan penyusunan tugas khusus yang berjudul analisis kebutuhan konsumen Apotek Mitrasana Kelapa Gading berdasarkan analisis data penjualan. Penyusunan tugas khusus ini bertujuan mengetahui, mengamati dan menganalisis kebutuhan pelanggan pada Apotek Mitrasana Kelapa Gading.

Apothecary Profession Internship (PKPA) in pharmacy was held in Apotek Mitrasana Kelapa Gading. The aims of PKPA in pharmacy were to understand the main duties, functions and role of apothecary in managing a pharmacy and understand to activities in pharmacy. The special assignment of PKPA in pharmacy was analysis of consumer needs based analysis of sales data. This special assignment aimed to find, observe and analyze customer needs at Apotek Mitrasana Kelapa Gading.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>