Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahya Mukti Setiyanto
"Elektroda boron-doped diamond (BDD) memiliki banyak keunggulan seperti jendela potensial lebar, arus latar rendah, inertness tinggi dan stabilitas. Modifikasi permukaan BDD dengan nanopartikel emas dilakukan dalam penelitian ini untuk meningkatkan konduktivitas dan sensitivitasnya sebagai sensor oksigen. Sintesis nanopartikel emas (AuNPs) dilakukan dengan menggunakan allicin, yang diperoleh dengan isolasi dari bawang putih dengan cara mengeluarkan ekstrak, sebagai agen penutup karena allicin memiliki kelompok fungsional Sulfur (S) untuk bereaksi dengan emas dan ikatan rangkap untuk direaksikan untuk memasang BDD permukaan di bawah radiasi sinar UV. Allicin yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), sedangkan emas yang disintesis dikoreksi dengan spektrofotometer UV-VIS, Particle Size Analyzer (PSA), dan Transmission Electron Microscopy (TEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran rata-rata AuNPs adalah sekitar 8.893 nm. Lebih lanjut, modifikasi permukaan BDD oleh AuNP yang disintesis ditandai oleh Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), menegaskan bahwa 0,6% dari AuNP dapat dipasang pada permukaan BDD. Aplikasi AuNPs yang dimodifikasi BDD sebagai elektroda kerja untuk sensor oksigen dan sensor Biokimia Oxygen Demand (BOD) menunjukkan kinerja yang baik dengan rasio sinyal-ke-latar belakang 4,6, batas deteksi oksigen terlarut 0,0537 ppm dan batas deteksi BOD 0,1214 ppm.

Boron-doped diamond (BDD) electrodes have many advantages such as wide window potential, low background current, high inertness and stability. Surface modification of BDD with gold nanoparticles was carried out in this study to improve its conductivity and sensitivity as an oxygen sensor. Synthesis of gold nanoparticles (AuNPs) is carried out using allicin, which is obtained by isolation from garlic by extracting extracts, as a cover agent because allicin has a functional group of Sulfur (S) to react with gold and double bonds to be reacted to attach the BDD surface under UV radiation. Allicin obtained was characterized using Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), while the synthesized gold was corrected with UV-VIS spectrophotometer, Particle Size Analyzer (PSA), and Transmission Electron Microscopy (TEM). The results showed that the average size of AuNPs was around 8,893 nm. Furthermore, the modification of BDD surfaces by synthesized AuNP was marked by Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), confirming that 0.6% of AuNP could be mounted on BDD surfaces. Applications of BDD modified AuNPs as working electrodes for oxygen sensors and Biochemical Oxygen Demand (BOD) sensors show good performance with a signal-to-background ratio of 4.6, a dissolved oxygen detection limit of 0.0537 ppm and a BOD detection limit of 0.1214 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Amalia
"Penelitian ini merupakan bagian dari pengembangan metode baru dalam penentuan nilai COD berbasis fotoelektrokatalisis. Proses fotoelektrokatalisis tersebut dikembangkan sebagai alternatif untuk menggantikan metode penentuan nilai COD konvensional yang rumit dan kurang ramah lingkungan. Penentuan nilai COD berbasis fotoelektrokatalisis ini dilakukan dengan menggunakan titanium dioksida foto anoda yang berfungsi sebagai pembangkit oksidator, menggantikan peran dikromat pada metode konvensional.
Dalam proses fotoelektrokatalisis, terjadi reaksi oksidasi senyawa organik pada permukaan TiO2. Terjadinya reaksi tersebut dapat diamati dengan munculnya arus cahaya selama proses pengukuran. Arus cahaya tersebut berkorelasi dengan banyaknya jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam air. Oleh karena itu arus cahaya dapat digunakan untuk menentukan nilai COD dalam sampel air yang diukur.
Dalam penelitian ini dilakukan uji COD berbasis fotoelektrokatalisis terhadap sampel tiruan dan sampel lingkungan. Dalam proses penentuan tersebut diterapkan metode standar adisi agar pengaruh matrik sampel dapat dikurangi dan untuk menguji pengaruh zat kimia yang digunakan sebagai senyawa standar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode standar adisi dapat digunakan untuk pengukuran sampel tiruan, baik saat menggunakan larutan standar dari senyawa yang sama maupun saat menggunakan larutan standar dari senyawa berbeda yang menghasilkan hasil yang tidak berbeda. Hasil uji terhadap sampel lingkungan yang sebenarnya dengan metode tersebut, memberikan hasil yang tidak berbeda secara signifikan dengan nilai COD yang ditentukan secara konvensional.

This research is part of the development of new method in the determination of COD values based on photoelectrocatalysis. The newly develop Photoelectrochemil Chemical Oxugen Demand (PECOD) can be used as an alternative method to replace the conventional method which is complicated and not environmental friendly. The PECOD was employing titanium dioxide photo anode, as an oxidant generator replacing potassium dichromate in conventional method.
In the photoelectrocatalysis process, organic compound oxidation reaction occurs at the TiO2 surface. The occured reaction can be monitored as emergence photocurrent during the process. The photocurrents have a correlation with the number of required amount of oxygen to oxydized organic compounds in the water. Thus, the COD value can be easily derived from the observed photocurrent.
In this research, the mentioned PECOD was examined to determine COD value of the synthetic sample and environmental sample as well. The standar addition was employed, in order to reduce the matrix effect and effect of the organic chemical that was being choosen as a standard compound.
The results indicated that a good agreement were obtained for all synthetic samples, wether by using exactly same or different compound as a standard compound. In addition, the COD values that were determined by proposed PECOD method and conventional methods showed no significant different both for synthetic and environmental samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S764
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Basit Febrian
"Air merupakan kebutuan vital bagi kehidupan dan perlu dijaga kualitasnya. Sejalan dengan itu, monitoring kualitas air untuk berbagai peruntukan merupakan langkah penting dan strategis. Salah satu parameter penting kualitas air adalah nilai COD (Chemical Oxygen Demand). Nilai COD menggambarkan seberapa besar air telah tercemar oleh pengotor, khususnya pengotor berupa zat organik. Metoda konvensional penentuan nilai COD yang popular adalah metoda dikromat, dimana dalam penentuannya menggunakan oksidator kimiawi berupa kalium bikromat, asam sulfat, dan senyawa merkuri sebagai katalis. Kepedulian akan proses yang ramah lingkungan dan kebutuhan cara praktis dan "real time", yang memungkinkan otomatisasi, telah mendorong para peneliti mempertanyakan penggunaan metoda ini. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian pengembangan metoda baru cara penentuan nilai COD berbasis fotoelektrokatalisis. Secara khusus akan dilaporkan evaluasi respon sensor COD yang dikembangkan terhadap berbagai jenis surfaktan dalam air. Sensor COD yang disusun adalah berupa TiO2 yang diimmobilisasi pada kaca berlapis Indium Tin Oxide (ITO), dioperasikan sebagai elektroda kerja dalam sel fotoelektrokatalisis. Dengan melakukan pengukuran arus cahaya dalam sel fotoelektrokimia yang disinari lampu UV pada suatu selang waktu tertentu, akan didapatkan respon arus cahaya (photocurrent) yang dapat dikonversi menjadi muatan [Q = FI dt; i: photocurrent; t: waktu (detik)], dan merupakan representasi reaksi oksidasi surfaktan dalam air yang diperiksa. Dari pengukuran yang telah dilakukan terhadap tiga jenis surfaktan (anionik, kationik dan nonionik), didapatkan hubungan yang linier antara konsentrasi surfaktan terhadap nilai muatan [Q=nFCV; n:jumlah elektron; F: bilangan Faraday; C: konsentrasi zat; V:volume aktif]. Respon photocurrent cenderung akan turun pada kondisi pH asam. Pembandingan hasil pengukuran COD dengan metoda konvensional (metoda dikromat) dan metoda berbasis fotoelektrokatalisis yang dikembangkan, terhadap contoh air yang sama, memberikan nilai yang tidak berbeda secara signifikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30413
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya Khalisa Manzis
"Air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Untuk mengetahui karakteristik air limbah diperlukan pengujian segera setelah sampel diambil, namun pada realitanya seringkali sampel tidak dapat langsung diuji dan membutuhkan waktu tunggu penyimpanan sebelum diuji di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh waktu tunggu terhadap perubahan konsentrasi dan laju penurunan konsentrasi, serta memprediksi konsentrasi awal berdasarkan perubahan konsentrasi BOD dan COD. Penentuan koefisien laju penurunan dilakukan menggunakan fitur “Trendline” jenis eksponensial dari grafik scatter plot pada Microsoft Excel, sedangkan analisis prediksi konsentrasi awal dilakukan dengan pemodelan menggunakan solusi persamaan diferensial reaksi orde pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi BOD menurun seiring waktu tunggu, sedangkan konsentrasi COD mengalami peningkatan setelah turun terlebih dahulu. Diperoleh rata-rata koefisien laju penurunan BOD sebesar 0,278/hari pada sampel tanpa pengawetan dan 0,13/hari pada sampel dengan pengawetan, sedangkan rata-rata koefisien laju penurunan COD sebesar 0,046/hari pada sampel tanpa pengawetan dan 0,0185/hari pada sampel dengan pengawetan. Hasil pemodelan untuk memprediksi konsentrasi awal BOD reliabel hingga hari ke-2 penyimpanan pada sampel tanpa pengawetan dan hari ke-2,25 penyimpanan pada sampel dengan pengawetan. Sementara itu, hasil pemodelan untuk memprediksi konsentrasi awal COD reliabel hingga hari ke-21 penyimpanan pada sampel dengan pengawetan, namun tidak reliabel sama sekali pada sampel tanpa pengawetan.

Domestic wastewater originates from daily human activities involving the use of water. To determine the characteristics of wastewater, testing is required immediately after sample collection. However, samples often cannot be tested immediately and require a holding period before laboratory testing. This study aims to analyze the impact of holding time on the concentration changes and the degradation rate, as well as to predict the initial concentration based on changes in BOD and COD concentrations. The determination of the degradation rate coefficient was performed using the "Trendline" feature with an exponential type from the scatter plot graph in Microsoft Excel, while the analysis of the initial concentration prediction was conducted through modeling using the solution of the first-order reaction differential equation. The results showed that BOD concentration decreases over the holding time, whereas COD concentration increases after initially decreasing. The average degradation rate coefficient for BOD was found to be 0.278/day in samples without preservation and 0.13/day in preserved samples, while the average degradation rate coefficient for COD was 0.046/day in samples without preservation and 0.0185/day in preserved samples. The modeling results for predicting the initial BOD concentration were reliable up to the 2nd day of storage for samples without preservation and the 2.25th day for preserved samples. Meanwhile, the modeling results for predicting the initial COD concentration were reliable up to the 21st day of storage in preserved samples but not reliable at all in samples without preservation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elang Nur Reiz M. N. Insaani
"Sungai Citarik menjadi salah satu percontohan nyata dari permasalahan pencemaran sungai. Selain karena perkembangan wilayah industri di kecamatan Rancaekek dan sekitarnya yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Citarik. Mayoritas penggunaan lahan sebagai wilayah pertanian yang sangat masif juga menjadi salah satu penyebab utamanya. Di antara berbagai jenis kandungan pada badan sungai, BOD dan TSS merupakan salah satu indikator utama yang patut untuk diberi perhatian lebih. Nilai BOD di 14 titik pemantauan sepanjang sungai Citarik berada pada kisaran 0,3 mg/L-14,7 mg/L untuk nilai rataan, dan 1 mg/L-31 mg/L untuk nilai maksimum. Adapun kandungan TSS berada pada kisaran 20 NTU-51,3 NTU untuk nilai rataan, serta 20 NTU-88 NTU untuk nilai maksimum Penelitian ini bertujuan untuk menyimulasikan hidrolika Sungai Citarik menggunakan HEC-RAS, mengidentifikasi dan mengkuantifikasi besaran pencemar BOD dan TSS yang masuk ke badan air Sungai Citarik, menyimulasikan kualitas air Sungai Citarik berupa BOD, dan TSS dengan menggunakan HEC-RAS, mengevaluasi kesesuaian dari program Citarum Harum dalam penanganan limbah BOD dan TSS di sungai Citarik. Pada penlitian ini, menggunakan metode HEC-RAS. Proporsi sumber pencemar pada Sungai Citarik yang terdiri dari limbah domestik, industri, dan tata guna lahan terhadap timbulan beban BOD ke Sungai Citarik yaitu: limbah domestik sebesar 78,12%, limbah tata guna lahan sebesar 21,77%, serta limbah industri sebesar 0,12%. Adapun untuk timbulan beban TSS yaitu: limbah domestik sebesar 98,86%, limbah tata guna lahan sebesar 1,05%, serta limbah industri sebesar 0,09%. Meski industri memiliki proporsi kontribusi beban pencemar yang sangat rendah dibandingkan dua jenis sumber lainnya, namun beban pencemar industri dapat meningkatkan konsentrasi BOD Sungai Citarik hingga sebesar 6 mg/L pada lokasi titik pembuangannya. Sumber limbah domestik ke Sungai Citarik berasal dari 3 wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Sumedang. Kondisi kualitas Sungai Citarik belum memenuhi Baku Mutu Kelas II sepanjang keseluruhan segmen. Keberadaan program pada Rencana Aksi Citarum belum mampu memperbaiki kualitas Sungai Citarik secara signifikan.

The Citarik River is a real example of the problem of river pollution. Apart from the development of industrial areas in the Rancaekek sub-district and its surroundings, which are part of the Citarik River Basin. The majority of land use as a very massive agricultural area is also one of the main causes. Among the various types of content in river bodies, DO, BOD and TSS are one of the main indicators that deserve more attention. DO values ​​at 14 monitoring points along the Citarik river are in the range of 6.3 mg/L-12.2 mg/L for the average value, and 7.8 mg/L-13.43 mg/L for the maximum value. Then the BOD value is in the range of 0.3 mg/L-14.7 mg/L for the average value, and 1 mg/L-31 mg/L for the maximum value. The TSS content is in the range of 20 NTU-51.3 NTU for the average value, and 20 NTU-88 NTU for the maximum value. Citarik River water body, simulating the water quality of the Citarik River in the form of BOD, and TSS using HEC-RAS, evaluating the suitability of the Citarum Harum program in handling BOD and TSS waste in the Citarik river. In this study, using the HEC-RAS method. The proportion of pollutant sources in the Citarik River consisting of domestic, industrial, and land use waste to the generation of BOD loads to the Citarik River, namely: domestic waste of 78.12%, land use waste of 21.77%, and industrial waste of 0 .12%. As for the generation of TSS loads, namely: domestic waste of 98.86%, land use waste of 1.05%, and industrial waste of 0.09%. Although the industry has a very low proportion of the contribution of the pollutant load compared to the other two types of sources. However, the industrial pollutant load has a significant effect on the point of discharge to the Citarik River so that it can increase the BOD concentration by 6 mg/L. Sources of domestic waste to the Citarik River come from 3 regencies, namely Bandung Regency, Garut Regency, and Sumedang Regency. The quality condition of the Citarik River has not met the Class II Quality Standard throughout the entire segment. The existence of the program in the Citarum Action Plan has not been able to significantly improve the quality of the Citarik River."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sadewo Panghudi Luhur
"Elektroda Boron-Doped Diamond termodifikasi core-shell nanopartikel AuPd telah berhasil dipreparasi dengan cara perendaman BDD terminasi N dalam koloid nanopartikel AuPd. Lapisan shell Pd NP terbentuk pada core nanpartikel Au dari hasil reduksi larutan HAuCl4 dengan variasi penambahan H2PdCl4 1,0 mM dan asam askorbat. Spektrum UV-Vis dari nanopartikel Au menunjukkan panjang gelombang maksimum pada ? = 523 nm yang diikuti dengan penurunan absorbansi AuPd NP seiring pembentukan nanopartikel palladium. Karakterisasi nanopartikel menggunakan Transmission Electron Microscopy TEM menunjukkan bahwa core-shell AuPd NP memiliki bentuk flower shape dengan diameter Au NP sebesar 14,26 nm dan ketebalan Pd NP masing-masing 6,91 nm dan 4,05 nm. AuPd NP yang dideposisi ke permukaan elektroda BDD-N dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive X-Ray SEM-EDX dan X-Ray Photoelectron Spectroscopy XPS. Penentuan kadar oksigen dilakukan menggunakan teknik siklik voltammetri dalam larutan buffer fosfat PBS dengan variasi lamanya waktu aerasi oksigen yang diukur menggunakan DO meter. Hasil pengukuran menujukkan bahwa kemampuan pemisahan sinyal arus terhadap background pada elektroda BDDN-AuPdNP 1 S/B = 2,82 lebih baik dibandingkan BDDN-AuNP S/B = 2,59 dan BDDN-AuPdNP 2 S/B = 1,12 . Pembentukan Pd NP pada permukaan Au NP mempengaruhi sensitifitas pada elektroda sehingga modifikasi elektroda BDD-N dengan nanopartikel AuPd diharapkan dapat menghasilkan elektroda yang lebih sensitif untuk pengukuran oksigen dan dapat dikembangkan selanjutnya untuk penentuan BOD dalam air.

Core shell nanoparticle Au Pd modified Boron Doped Diamond electrode has been succesfully prepared by immersion of BDD terminating N in Au Pd colloid nanoparticles. The Pd shell layer was formed on Au nanoparticle cores from the reduction of HAuCl4 solution with variations of 1.0 mM H2PdCl4 volume addition and ascorbic acid. UV Vis spectra of Au nanoparticles showed the maximum wavelength was obtained at 523 nm which followed by the decreasing of absorbance of AuPdNP as the formation of Pd shell. Characterization of nanoparticles using Transmission Electron Microscopy TEM shows that the AuPd Np core shell has a flower like shape with 14.26 nm of AuNP core diameter and PdNP shell thickness of 6.91 nm and 4.05 nm, respectively. The AuPd NPs were deposited on BDD N surface and were characterized using Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive X Ray SEM EDX and X Ray Photoelectron Spectroscopy XPS. Determination of oxygen level was carried out using cyclic voltammetry in phosphate buffer solution PBS at various oxygen aeration time where its concentration was measured using DO meter. The results show that BDDN AuPdNP 1 had a better current to background signaling capability S B 2.82 than BDDN AuNP S B 2.59 and BDDN AuPdNP 2 S B 1.12 . It is belived that the formation of Pd shell on the surface of Au NP affects the sensitivity of the electrode. As the result, modification of BDD N electrodes with Au Pd nanoparticles are expected to produce more sensitive electrodes for oxygen measurements which can be further developed for Determination of BOD in the water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wellson Andreas Kurniawan
"Nanopartikel emas (AuNPs) memiliki keunggulan berupa luas permukaan yang besar sehingga banyak digunakan sebagai sensor. Boron-doped diamond (BDD) adalah salah satu elektroda dengan sifat superior seperti jendela potensial lebar, arus latar belakang yang rendah, inert, dan stabil. Pada penelitian ini, modifikasi permukaan BDD dengan nanopartikel emas dilakukan untuk meningkatkan konduktivitas dan sensitivitas elektroda BDD untuk aplikasi sebagai sensor oksigen. Sintesis AuNPs dilakukan dengan  menggunakan capping agent alil merkaptan yang cocok dengan Au berdasarkan sifat hard-soft acid base. Karakterisasi AuNPs dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis spektrofotometer UV-Vis menunjukkan panjang gelombang spesifik nanopartikel emas di sekitar 510-580 nm, sedangkan karakterisasi TEM dan PSA menunjukkan ukuran AuNPs rata-rata adalah 11±4 nm. AuNPs yang disintesis kemudian dimodifikasikan pada permukaan BDD dengan menggunakan metode perendaman di bawah radiasi UV. BDD termodifikasi AuNPs (AuNPs-BDD) yang terbentuk dikarakterisasi dengan X-ray photoelectron spectroscopy (XPS) dan scanning electron microscopy (SEM-EDS). Studi pendahuluan untuk penentuan sensor oksigen (DO) dilakukan dengan menggunakan teknik cyclic voltammetry (CV). Sementara itu, aplikasi AuNPs-BDD sebagai sensor oksigen untuk penentuan biochemical oxygen demand (BOD) dilakukan dengan menggunakan teknik amperometri. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa sensor yang dibuat memiliki kemampuan sebanding dengan elektroda emas dan memiliki performa yang cukup baik sebagai sensor oksigen dengan nilai S/B, LOD DO, dan LOD BOD berturut-turut sebesar 4,01, 0,085 ppm, dan 0,055 ppm.

Gold nanoparticles (AuNPs) have an advantage in terms of surface area and are widely used as sensors. Boron-doped diamond electrode (BDD) is one of the electrodes with superior properties such as a wide potential window, low background current, inert, and stable. In this work, modification with gold nanoparticles was carried out to increase the conductivity and sensitivity of BDD electrode for application as oxygen sensors. The synthesize of AuNPs was performed using allyl mercaptan as the capping agent, which suitable for Au based on its hard-soft acid properties. Characterization by using UV-Vis spectrophotometer showed that AuNPs was successfully synthesized due to the specific gold nanoparticles wavelength at around 510-580 nm, while TEM and PSA characterization showed that the average of AuNPs size was 11±4 nm. The synthesized AuNPs was then employed to modify the BDD surface by immersion method under UV irradiation. The preliminary study of determining the oxygen (DO) sensor was carried out using the cyclic voltammetry (CV) technique. Meanwhile, the application of AuNPs-BDD as an oxygen sensor for the determination of biochemical oxygen demand (BOD) was carried out using amperometric technique. The result showed that the sensor was comparable to gold electrode and had a good performance as oxygen sensors with the S/B, LOD DO, and LOD BOD value were 4.01, 0.085 ppm, and 0.055 ppm respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aisyah Fauzillah
"Arsenik adalah salah satu elemen paling berbahaya di permukaan bumi. Kontaminan arsenik anorganik dilaporkan menyebabkan masalah serius dalam kesehatan manusia di seluruh dunia. Berlian boron-doped yang dimodifikasi oleh emas nanopartikel (AuNPs-BDD) dapat digunakan sebagai sensor arsenik dengan sensitivitas tinggi. Dalam karya ini, sintesis nanopartikel emas (AuNPs) dilakukan menggunakan agen capping allyl mercaptan (C3H6S) karena emas afinitas tinggi untuk kelompok yang mengandung unsur N atau S. Selain itu, allyl mercaptan memiliki ikatan rangkap yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan dengan permukaan BDD. Karakterisasi AuNP menggunakan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan panjang gelombang spesifik nanopartikel emas pada kisaran 510-580 nm, sedangkan karakterisasi menggunakan Transmission Electron Microscopy (TEM) menunjukkan ukuran distribusi rata-rata AuNPs pada 6,2 ± 2,31 nm dan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukkan ukuran rata-rata AuNPs pada 29,51 ± 5, 31 nm. AuNP yang disintesis diendapkan pada permukaan elektroda BDD dengan metode pencelupan di bawah sinar UV (λ = 254 nm) dan dikarakterisasi menggunakan X-Ray Photoelectron Spectroscopy (XPS) dan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Pemeriksaan sensor arsenik dilakukan dengan menggunakan teknik Anodic Stripping Voltammetry (ASV). Pengukuran As3 + dan As5 + menggunakan BDN (AuNPs-BDD) yang dimodifikasi AuNPs menunjukkan respons saat ini dengan linearitas yang baik (R2 = 0,99) dalam rentang konsentrasi 0-100 μM dengan nilai deteksi batas As3 + dan As5 + dari 0,064 μM dan 0,105 μM.

Arsenic is one of the most dangerous elements on the surface of the earth. Inorganic arsenic contaminants are reported to cause serious problems in human health throughout the world. Boron-doped diamonds modified by gold nanoparticles (AuNPs-BDD) can be used as arsenic sensors with high sensitivity. In this work, the synthesis of gold nanoparticles (AuNPs) is carried out using the capping allyl mercaptan (C3H6S) agent because gold has high affinity for groups containing N or S. elements. Additionally, mercaptan allyl has a double bond that can be used to form bonds with BDD surfaces. AuNP characterization using UV-Vis spectrophotometer produces specific wavelengths of gold nanoparticles in the range 510-580 nm, while characterization using Transmission Electron Microscopy (TEM) shows the average distribution size of AuNPs at 6.2 ± 2.31 nm and the Particle Size Analyzer ( PSA) shows the average size of AuNPs at 29.51 ± 5, 31 nm. The synthesized AuNP was deposited on the surface of BDD electrodes by immersion method under UV light (λ = 254 nm) and characterized using X-Ray Photoelectron Spectroscopy (XPS) and Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Arsenic sensor tests are carried out using the Anodic Stripping Voltammetry (ASV) technique. Measurement of As3 + and As5 + using BDN (AuNPs-BDD) modified with AuNPs shows the current response with good linearity (R2 = 0.99) in the concentration range of 0-100 μM with detection limits of As3 + and As5 + values ​​of 0.064 μM and 0.105 μM.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Raharto
"ABSTRAK
Modifikasi boron-doped diamond (BDD) dengan emas nanopartikel (AuNPs) telah dikembangkan untuk sensor elektrokimia (yaitu deteksi arsenik). Nanopartikel emas (AuNPs) disintesis dengan ekstrak bawang putih bertindak baik sebagai reduktor dan zat penstabil. Dengan kondisi optimum 1.602 mmol Au dari HAuCl4 dalam perbandingan dengan 1 gr ekstrak bawang putih pada pH=5 di bawah radiasi UV. Karakterisasi dari AuNPs menggunakan peralatan UV-Vis Spectrofotometer yang dikonfirmasi pada panjang gelombang 520 nm, dan Transmission Electron Microscope (TEM)  didapati ukuran partikel sebesar 3.420 +/- 1.740 nm.  AuNPs yang telah disintesis dimodifikasi pada permukaan BDD dengan teknik perendaman di bawah iradiasi UV pada panjang gelombang 254 nm. SEM EDX menunjukkan bahwa BDD dimodifikasi AuNPs dengan rasio Au: C = 36.59 : 62.53 (wt%)  dapat berhasil disiapkan.  Aplikasi BDD yang sudah dimodifikasi dengan nanopartikel emas juga sukses digunakan untuk mengukur kadar arsen secara random pada danau UI, dengan hasil negatip, tidak ada kandungan Arsen (As3+)  pada danau UI.  

 

Kata kunci   : Nanopartikel,  Emas, Green Synthesis, Ekstrak, Bawang putih, Boron Doped Diamond, Sensor, Arsen.


Modifications of boron-doped diamond (BDD) with gold nanoparticles (AuNPs) have been developed for electrochemical sensors (i.e. arsenic detection). Gold nanoparticles (AuNPs) synthesized with garlic extract act as both reducing agents and stabilizers. Under optimum conditions 1,602 mmol Au from HAuCl4 in comparison with 1 gr of garlic extract at pH = 5 under UV radiation. The characterization of AuNPs using a UV-Vis spectrophotometer was confirmed at a wavelength of 520 nm, and the Transmission Electron Microscope (TEM) found particle size of 3,420 +/- 1,740 nm. The synthesized AuNPs were modified on the BDD surface by immersion techniques under UV irradiation at 254 nm wavelength. SEM EDX showed that AuNPs were modified by BDD with Au: C = 36.59: 62.53 (wt%) ratio can be successfully prepared. The BDD application that has been modified with gold nanoparticles was also successfully used to measure arsenic levels randomly on UI lakes, with negative results, no Arsenic content (As3+) on UI lakes.

Keywords  :  Nanoparticles, Gold, Green Synthesis, Extracts, Garlic, Boron Doped Diamond, Sensors, Arsenic

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesara Maharani
"ABSTRAK
Industri pembuatan benang termasuk dalam kategori industri tekstil yang di mana air buangannya memiliki kandungan COD dan BOD yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji efisiensi penyisihan COD dan BOD dengan metode Anaerobic Baffled Reactor ABR serta berapa hydraulic retention time HRT optimum untuk pengolahan air limbah industri pembuatan benang. Air limbah diproses dalam reaktor ABR 5 kompartemen dengan volume 10 L. Proses penelitian meliputi tahapan seeding, aklimatisasi, dan feeding. Feeding dilakukan dengan variasi HRT 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Karakteristik air limbah memiliki kandungan COD 1.950 ndash; 3.210 mg/L, BOD 300,8 ndash; 421 mg/L dengan pH 5,66, dan temperature 28,5 ndash; 28,9oC. Efisiensi penyisihan mampu mencapai 97,58 untuk parameter COD dan 82,11 untuk parameter BOD. HRT optimum untuk parameter COD diperoleh pada saat HRT 12 jam dengan rata-rata penyisihan 94,79 dan untuk parameter BOD diperoleh pada saat HRT 18 jam dengan rata-rata penyisihan 71,73 . Tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan antar variasi HRT. HRT optimum pada penelitian ini adalah 12 jam.

ABSTRACT
Yarn making industry is part of textile industry with high COD and BOD wastewater. The purpose of this study is to figure the efficiency decreased levels of COD and BOD in processing with Anarobic Baffled Reactor ABR method and also the optimum HRT in processing yarn making industry wastewater. The wastewater processed in 5 compartment ABR with 10 L volume. The research process include seeding, acclimatization, and feeding. Feeding is done with HRT variations of 12 h, 18h, and 24h. The characteristic of the wastewater contain 1.950 ndash 3.210 mg L COD, 300,8 ndash 421 mg L BOD with pH 5,66 and temperature of 28,5 ndash 28,9oC. Highest efficiency of COD and BOD removal up to 97,58 and 82,11 , respectively. Optimum HRT achieved at HRT 12h for COD removal with average efficiency 94,74 and 18h for BOD removal with average efficiency 71,73 . There were no significant differences between HRT variations. Optimum HRT in this study is 12h."
2017
S66982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>