Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anas Bachtiar
"Kematian yang disebabkan oleh kanker diperkirakan akan terus meningkat, terutama untuk kanker prostat. Penyakit ini adalah jenis kanker yang paling umum untuk pria di dunia. Jumlah kematian dapat dikurangi dengan deteksi dini menggunakan machine learning. Salah satunya adalah klasifikasi data kanker prostat. Data kanker yang digunakan memiliki berbagai fitur, tetapi tidak semua fitur adalah fitur penting. Dalam penelitian ini, kami menggunakan Support Vector Machine-Recursive Feature Elimination (SVM-RFE) dan One Dimensional Naïve Bayes Classifier (1-DBC) sebagai metode seleksi fitur. Dalam kedua metode itu akan mendapatkan peringkat untuk setiap fitur. Penggunaan kedua metode ini dalam klasifikasi data kanker prostat menghasilkan tingkat evaluasi yang tinggi. Kedua metode ini dapat menghasilkan tingkat akurasi 100%, precision 100%, dan recall 100% pada metode klasifikasi Random Forest. Dan menghasilkan tingkat akurasi 95%, precision 100%, dan recall 94,11% pada metode klasifikasi SVM. Dalam evaluasi tambahan, SVM-RFE memiliki running time lebih rendah dari 1-DBC.

Death caused by cancer is expected to continue to increase, especially for prostate cancer. This disease is the most common type of cancer for men in the world. The number of deaths can be reduced by early detection using machine learning. One of them is the classification of prostate cancer data. Cancer data used has various features, but not all features are essential features. In this study, we use Support Vector Machine-Recursive Feature Elimination (SVM-RFE) and One Dimensional Naïve Bayes Classifier (1-DBC) as a feature selection method. In both methods, it will get a rating for each feature. The use of these two methods in the classification of prostate cancer data produces a high level of evaluation. Both of these methods can produce 100% accuracy, 100% precision, and 100% recall in the Random Forest classification method. And it produces 95% accuracy, 100% precision, and 94.11% recall in the SVM classification method. In the additional evaluation, SVM-RFE has a running time lower than 1-DBC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Eric Sibastian
"Pendahuluan: Kanker prostat adalah keganasan terbanyak pada pria, penyebab kematian kedua terbesar akibat keganasan. Colok dubur adalah pemeriksaan dasar dan deteksi dini untuk mendiagnosis kanker prostat. Saat ini pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA) dianggap sebagai tumor marker yang paling bermanfaat untuk mendeteksi kanker prostat. The American Cancer Society dan American Urologic Association merekomendasikan penyaringan kanker prostat setiap tahun dengan pemeriksaan colok dubur dan PSA.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemeriksaan colok dubur dan nilai PSA pada pasien kanker prostat di RSUP DR Sardjito Yogyakarta periode Januari 2011 sampai Desember 2011.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah kasus kontrol. Data dikumpulkan secara retrospektif dari catatan medis RSUP DR Sardjito pada pasien dengan colok dubur yang abnormal atau colok dubur normal dengan nilai PSA ≥ 10 ng/dl selama periode Januari 2011 sampai Desember 2011. Hasil pemeriksaan colok dubur dan nilai PSA didapatkan pada saat kunjungan pertama pasien ke rumah sakit. Analisis data nominal menggunakan Chi Square dengan SPSS 18.
Hasil: Terdapat 87 pasien yang berhasil dikumpulkan selama periode Januari 2011 sampai Desember 2011 yang memiliki hasil pemeriksaan colok dubur abnormal atau colok dubur normal dengan nilai PSA ≥ 10 ng/dl. Pasien memiliki usia rata-rata 70 tahun, nilai median PSA 10,9 ng/dl. Pada pasien ini ditemukan colok dubur abnormal 43 (49,4%), colok dubur normal 44 (50,6%), PSA ≥ 10 ng/dl 69 (79,3%) dan PSA < 10 ng/dl 18 (20,7%). Pemeriksaan colok dubur dan PSA dinilai signifikan secara statistik untuk mendeteksi kanker prostat, hasil secara berurutan 67,2% vs 32,8% (p < 0,001) and 71,9% vs 28,1% (p = 0,002. Semua pasien dengan colok dubur abnormal dan PSA ≥ 10 ng/dl terdiagnosis kanker prostat (p < 0,001).
Simpulan: Pemeriksaan colok dubur dan Prostate Specific Antigen (PSA) adalah prediktor terbaik untuk kanker prostat.

Introduction: Prostate cancer is the most frequent form of cancer in males, being also second cause of death by cancer. Digital Rectal Examination (DRE) is the basic examination and early diagnosis for prostate cancer. The Prostate-Specific Antigen (PSA) assay is currently considered the most useful tumor marker for detecting prostate cancer. Both the American Cancer Society and American Urologic Association recommended annual cancer screening with both Digital Rectal Examination (DRE) and PSA.
Objective: The objective of this study is to understand the correlation between DRE and PSA level in prostate cancer at Sardjito General Hospital Yogyakarta during januari 2011 until december 2011.
Research Method: This is a case control study. The data were retrospectively collected from medical record in sardjito general hospital who had abnormal DRE or normal DRE with PSA ≥ 10 ng/dl during januari 2011 until December 2011. The DRE and PSA value were examined in the first time they came to the hospital. A chi-square was performed to analyzed the nominal data with SPSS 18.
Result: There are 87 patients were collected during januari 2011 until December 2011 who had abnormal DRE or normal DRE with PSA ≥ 10 ng/dl. The median age was 70 years, median PSA level was 10,9 ng/dl. Of these patient, we found abnormal DRE in 43 (49,4%), normal DRE in 44 (50,6%), PSA ≥ 10 ng/dl was 69 (79,3%) and PSA < 10 ng/dl was 18 (20,7%). Digital Rectal Examination and PSA was statistically significant to detected prostate cancer, 67,2% vs 32,8% (p < 0,001) and 71,9% vs 28,1% (p = 0,002), respectively. All patient who had abnormal DRE and PSA ≥ 10 ng/dl were diagnosed with prostate cancer (p < 0,001).
Conclusion: Digital Rectal Examination (DRE) and Prostate Specific Antigen (PSA) are the best predictor for prostate cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Arie Monoarfa
"Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana upaya diagnosis kanker prostat yang dilakukan oleh spesialis urologidi Indonesia.
Metode: Dilakukan pembagian kuesioner yang dirancang sendiri kepada Spesialis Urologi di Indonesia. Kuesioner berisi 11 pertanyaan tentang jenis dan indikasi pemeriksaan yang dilakukan, serta fasilitas yang tersedia di tempat responden dalam penegakan diagnosis kanker prostat.
Hasil: Sebanyak 65 (36%) dari 182 (saat penelitian ini dilakukan) spesialis urologi di Indonesia mengembalikan formulir kuesioner. Dari jenis RS primer tempat bekerja terbanyak berasal dari RS swasta (35%), disusul RS pendidikan utama Fakultas Kedokteran (32%). Seluruh responden menjadikan lower urinary tract symptoms (LUTS) sebagai indikasi untuk melakukan pemeriksaan colok dubur. Selain itu 83% responden juga menjawab, peningkatan PSA sebagai salah satu indikasi pemeriksaan colok dubur. Pemeriksaan PSA dilakukan oleh 72% responden pada penderita dengan kecurigaan kanker prostat tanpa melihat usia. Sebanyak 66% responden mengerjakan sendiri pemeriksaan transrectal ultrasonografi (TRUS) dan biopsi, 18% merujuk pada sejawat lain di propinsi yang sama dan 15% tidak memiliki fasilitas TRUS dan biopsi di propinsi tempat bekerja. Sebanyak 75% responden memiliki fasilitas bone scan di Rumah Sakit primer, atau tersedia di RS pada propinsi yang sama. Indikasi tersering melakukan biopsi prostat adalah pada PSA lebih dari 10 ng/ml tanpa melihat usia. Sebanyak 86% responden melakukan biopsi pada kecurigaan kanker prostat melalui colok dubur tanpa melihat usia. Sembilan puluh persen responden menggunakan antibiotik profilaksis golongan Kuinolon untuk biopsi prostat. Sebanyak 46% menggunakan analgesia oral atau suppositoria atau kombinasi keduanya sebagai analgesia dalam biopsi prostat.
Kesimpulan: Dalam mendiagnosis kanker prostat, spesialis urologi di Indonesia melakukan pemeriksaan colok dubur, PSA dan TRUS biopsi prostat, namun masih terdapat perbedaan pendapat tentang indikasi dan waktu dilakukannya masing-masing pemeriksaan. Ketersediaan fasilitas diagnostik juga berpengaruh dalam diagnostik kanker prostat di Indonesia. Belum tersedianya guideline Nasional pada saat penelitian ini dilakukandiduga menyebabkan perbedaan pendapat tersebut.

Purpose: To get information on diagnosis of prostate cancer conducted by urologist in Indonesia.
Method: A self-constructed questionnare of 11 questions about the type and indication of the tests, as well as the available facilities at the place of the respondents to diagnose prostate cancer distributed to Indonesian Urologist.
Result: As much as 65 (36%) from 182 (when the survey was conducted) Indonesian Urologist returned the questionnare. Most of them worked in Private Hospital (35%), followed by Medical School Hospital (32%). All respondents performed DRE in patients with Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Elevated PSA was also indication for conducting DRE in 83% respondents. PSA level was tested by 72% respondents in patients with suspicion of prostate cancer regardless of age. As much as 66% respondents did Trans Rectal Ultrasound (TRUS) and prostate biopsy by themselves, 18% referred to other urologists in the same province and 15% didn?t have TRUS and prostate biopsy facilities in their province. Bone scan was available in the Primary Hospital or another hospital in the province of 75% respondents. Main indication to perform prostate biopsy was elevated PSA level above 10ng/ml regardless of the age. Meanwhile, 86% respondents did prostate biopsy in suspiciousness of prostate cancer by DRE regardless of age. Most respondents (90%) chose Quinolon as prophylaxis antibiotic in prostate biopsy and 46% respondents used oral analgesia or suppository or both in prostate biopsy.
Conclusions: In diagnosing prostate cancer, Indonesian Urologists performed DRE, PSA serum analysis and TRUS biopsy of the prostate. But the Indonesian Urologists still had different opinions about the indications and timing of the procedure. The availability of diagnostic equipment and unavailability of National Guideline of Prostate Cancer when this study was conducted played a role of how the prostate cancer diagnosed in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatan Abshari
"Kanker prostat adalah penyakit progresif yang menghasilkan moribiditas dan mortalitas yng tinggi. Penelitian ini berutujuan untuk menilai ketepatan dari Indonesian Prostate Cancer Risk Calculator IPCRC dalam memprediksi risiko kanker prostate. Data penelitian didapatkan secara retrospektif selama periode Agustus 2014 hingga Desember 2015 dari rekam medis pasien terduga kanker prostat. Pemeriksaan colok dubur, Prostate specific antigen PSA, dan volume prostat digunakan sebagai parameter prediktif dalam IPCRC. Biopsi prostat digunakan sebagai standar baku. Akurasi IPCRC divalidasi dengan menggunakan analisis ROC. Penelitian ini memiliki 127 subjek penelitian dengan median usia pasien BPH dan pasien kanker prostat adalah 66 52-85 dan 69.5 50-100 tahun. Pemeriksaan colok dubur yang tidak normal ditemukan pada 2 pasien 2. Median dari PSA dari pasien BPH dan kanker prostat dalah 10.2 1.6-203.1 dan 74.06 6.94-1412. Volume prostate pasien BPH memiliki median sebesar 47.9 13.774-108 dibandingkan 50.25 19.2-107 pada pasien kanker prostate. Area tersebesar dibawah kurva probabilitas kanker prostat adalah 0.907 95 CI 0.84-0.97. Jika probabilitas kanker prostate lebih dari 15 pada IPCRC, sensitivitas IPCRC mencapai 88.5 dan spesifitas IPCRC mencapai 81.8, dimana bila ditemukan probabilitas kanker prostate lebih dari 20 dengan menggunakan IPCRC, sensitivitasnya mencapai 80.8 dengan spesifitas sebesar 89.9. Dan bila probabilitas kanker prostate lebih dari 25 dalam IPCRC, sensitivitas sebesar 65.4 dan spesifisitas sebesar 89.9. Sehingga, dapat disimpulkan IPCRC merupakn perangkat yang akurat dalam prediksi kanker prosate pada populasi ini. Validasi lebih lanjut masih dibutuhkan pada populasi lain.

Prostate cancer is a progressive disease resulting in morbidity and mortality. The aim of this study is to assess the accuracy of Indonesian Prostate Cancer Risk Calculator IPCRC in predicting prostate cancer risk. Data were obtained retrospectively during August 2014 to December 2015 from medical records of suspected prostate cancer patients. Digital rectal examination, Prostate Specific Antigen PSA, and prostate volume PV were used as predictive parameters in IPCRC. Prostate biopsy was used as the diagnostic gold standard. The accuracy of IPCRC was validated using the ROC analysis. Our study included 127 subjects. Median age of BPH patients and prostate cancer patients were 66 52-85 and 69.5 50-100. The digital rectal examination was found abnormal in 2 patients 2. Median of PSA of BPH patients and prostate cancer patients were 10.2 1.6-203.1 and 74.06 6.94-1412 respectively. The prostate volume of BPH patients 47.9 13.74-108 median compared to prostate cancer patients 50.25 19.2-107 median. The largest area under the curve of the probability of prostate cancer using IPCRC is 0.907 95 CI 0.84-0.97. If the probability of prostate cancer more than 15 using IPCRC, the sensitivity is 88.5 and specificity is 81.8, besides, if the probability of prostate cancer more than 20 using IPCRC, the sensitivity is 80.8 and specificity is 89.9 and if the probability of prostate cancer more than 25 using IPCRC, the sensitivity is 65.4 and specificity is 89.9 IPCRC is accurate for predicting prostate cancer in our population. Further validation is needed in other population. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raga Manduaru
"Pendahuluan: Kanker prostat merupakan jenis kanker yang paling sering kedua dan penyebab kematian kelima terbanyak di kalangan pria di seluruh dunia. Meskipun ada kemajuan dalam terapi, masalah kekambuhan dan resistensi terhadap pengobatan masih menjadi perhatian, seperti kanker prostat metastasis resisten kastrasi (MCRPC) yang tidak merespons terapi pengurangan androgen tradisional. Penghambat Poly ADP-ribose polymerase (PARP) dianggap sebagai pengobatan yang menjanjikan untuk pasien MCRPC. Oleh karena itu, kombinasi terapi PARP dan antiandrogen perlu dievaluasi.
Bahan & Metode: Review sistematis dilakukan dengan mengikuti panduan Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Pencarian literatur dilakukan pada lima basis data yang berbeda dan disaring sesuai dengan kriteria PICO yang ditentukan. Pengambilan data dilakukan untuk membandingkan Kelangsungan Hidup Bebas Progresi (PFS), Kelangsungan Hidup Keseluruhan (OS), Kualitas Hidup Terkait Kesehatan (HRQOL), dan efek samping, dilanjutkan dengan analisis kuantitatif.
Hasil & Diskusi: Sebanyak empat RCT yang memenuhi syarat, termasuk dua studi besar, dimasukkan dalam penelitian ini. Analisis PFS menunjukkan penurunan risiko yang signifikan dengan rasio bahaya (HR) sebesar 0.53 (95% CI 0.43-0.66;p<0.001). Hasil serupa juga ditemukan dengan penurunan risiko kematian dengan OS HR sebesar 0.75 (95% CI 0.58-0.97;p=0.03). Analisis HRQOL pada Functional Assessment of Cancer Therapy - Prostate (FACT-P) melaporkan hasil yang tidak signifikan [HR=0.97 (95% CI 0.80-1.17;p=0.72)], dengan hasil serupa pada skor rasa sakit terburuk BPI-SF [HR=0.66 (95% CI 0.32-1.35;p=0.26). Analisis efek samping cukup menarik dengan penurunan risiko pada efek samping ringan dan risiko lebih besar pada kejadian efek samping yang parah, dengan efek kumulatif perbedaan efek samping yang tidak signifikan antara kedua kelompok [HR=1.13 (95% CI 0.79-1.62;p=0.49).
Kesimpulan: Penambahan penghambat PAPR pada pengobatan pasien mCRPC secara signifikan meningkatkan PFS dan OS tanpa memberikan dampak negatif pada HRQoL dan efek samping. Studi lanjutan harus dilakukan untuk menentukan manfaatnya dalam berbagai pengaturan.

ntroduction: Prostate cancer is the second most common cancer and the fifth leading cause of death among men worldwide. Despite the advancement in therapy, recurrence and resistancy after treatment is still a concerning issue, such as metastatic castration-resistant prostate cancer (MCRPC) which is resistant to traditional androgen-deprivation therapy (ADT). Poly ADP-ribose polymerase (PARP) inhibitor is hailed as a promising treatment for MCRPC patients. Thus, combination therapy on PARP and antiandrogen should be evaluated.
Material & Methods: Systematic review was conducted by adhering to the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA) statement. The literature search were conducted on five different databases and screened against the predetermined PICO criteria. Data extraction were completed to compare Progression-Free Survival (PFS), Overall Survival (OS), Health-Related Quality of Life (HRQOL), and adverse effects, continued by quantitative analysis
Results & Discussion: A total of four eligible RCTs, comprising of two large studies were included. The PFS analysis has reported significant risk reduction with hazard ratio (HR) of 0.53 (95% CI 0.43-0.66;p<0.001). Similar results are also found with reduced risk of death with OS HR of 0.75 (95% CI 0.58-0.97;p=0.03). The HRQOL analysis on Functional Assessment of Cancer Therapy - Prostate (FACT-P) reported insignificant results [HR=0.97 (95% CI 0.80-1.17;p=0.72)], with similar results with the BPI-SF worst pain score [HR=0.66 (95% CI 0.32-1.35;p=0.26). The adverse effects analysis was quite interesting with risk reduction on mild adverse effects and
greater risk in severe adverse events, with a cumulative effect of insignificant adverse events difference among the two group [HR=1.13 (95% CI 0.79-1.62;p=0.49).
Conclusion: The addition of PAPR inhibitor to the treatment of mCRPC patients has significantly improved the rPFS and OS with no negative impact on HRQoL and adverse effects. Further studies should be conducted to determine the benefits in various settings.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Riza Perdana
"Kanker prostat merupakan kanker yang terdiagnosis kedua terbanyak dan menduduki
peringkat keenam dari penyebab kematian pada pria di seluruh dunia. Diperkirakan
914.000 kasus ditemukan dan berperan dalam 6% (258.400) dari total angka kematian
di tahun 2008. Telah diciptakan Indonesian Prostate Cancer Risk Calculator (IPCRC)
yang diperoleh dari penelitian multisenter sebelumnya, namun masih perlu dilakukan
validasi eksternal untuk menguji validitas dari kalkulator tersebut. Kami inklusikan
seluruh pasien pembesaran prostat jinak (BPH) dan kanker prostat (PCa) yang
menjalani biopsi prostat ataupun prostatektomi di RS Adam Malik Medan pada periode
11 Agustus sampai 31 Desember 2014. Dilakukan analisis untuk membandingkan
variabel-variabel yang terkait resiko kanker prostat, termasuk: usia, kadar PSA, volum
prostat, dan temuan pemeriksaan colok dubur (DRE). Kemudian resiko kanker prostat
pada masing-masing pasien dihitung menggunakan IPCRC dan dianalisis hasilnya
menggunakan kurva receiver operating characteristic (ROC). Kami juga
membandingkan hasilnya dengan luas area di bawah kurva (AUC) untuk PSA. Pada
studi ini dijumpai 21 pasien PCa dan 24 pasien BPH. Rata-rata umur, PSA, dan volum
prostat secara berturut-turut adalah 66.8±7.3 tahun, 27.3±32.2 ng/ml, dan 64.9±38.1 ml.
Temuan DRE abnormal dijumpai pada 6 pasien PCa dan 1 pasien BPH. Seluruh
variabel antara PCa dan BPH tidak berbeda signifikan (p>0.05). AUC dari IPCRC
adalah 79.8% (95% IK= 66.2%-93.3%; p=0.001) dalam memprediksi kanker prostat.
Analisis ROC IPCRC memiliki sensitivitas 85.7% dan spesifisitas 70.8%. AUC IPCRC
ini lebih tinggi daripada AUC PSA dengan selisih sebesar 11.4%. Indonesian Prostate
Cancer Risk Calculator (IPCRC) lebih baik daripada PSA tunggal dalam memprediksi
kejadian kanker prostat. Validasi dan studi prospective lebih lanjut dengan sampel yang
lebih besar perlu dilakukan.

Prostate cancer is the second most frequently diagnosed cancer and the sixth leading
cause of cancer death in men worldwide. It was estimated 914.000 new cases were
found and responsible for 6% (258.400) of total cancer deaths in men in 2008.
Indonesian Prostate Cancer Risk Calculator (IPCRC) was developed from a multicentric
study to predict the risk of prostate cancer in suspected patient. An external
validation is needed to c onfirm the validity of the calculator. We included all benign
prostatic hyperplasia (BPH) and prostate cancer (PCa) patients who underwent prostate
biopsy and prostatectomy in Adam Malik Hospital between August 11th and December
31st 2014. The relationship between variables affecting the percentage of prostate
cancer risk were evaluated, including: age, PSA level, prostate volume, and digital
rectal examination (DRE) findings. We calculated the risk of prostate cancer for each
patient using IPCRC and analyse the results using the receiver operating characteristic
(ROC) curve. We also compared them with the area under curve (AUC) of PSA results.
There were 21 PCa and 24 BPH patients in our study. The mean ages, PSA, and prostate
volume were 66.8±7.3 years old; 27.3±32.2 ng/ml and 64.9±38.1 ml, repectively.
Abnormal DRE was found in 6 PCa and 1 BPH. Each variable didnt show significant
difference between PCa and BPH groups (p > 0.05). The AUC of IPCRC was 79.8%
(CI 95%: 66.2%-93.3%; p=0.001) in predicting prostate cancer. The ROC analysis of
IPCRC had sensitivity of 85.7% and specificity of 70.8%. This AUC of IPCRC was
higher than of PSA, with 11.4% difference. The Indonesian Prostate Cancer Risk
Caluclator is better than PSA alone in predicting prostate cancer in this population.
Further validation and future prospective study in larger population is needed."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rafianto
"Pada tahun 2018, kanker prostat merupakan penyakit ganas kedua terbanyak pada pria secara global setelah kanker paru-paru. IDC-P merupakan varian agresif dari kanker prostat yang sering sering disalahinterpretasikan dengan proliferasi intraduktal seperti HGPIN yang dapat mempengaruhi perawatan pasien laki-laki pengidap kanker prostat. Teknik analisis spektroskopi Raman merupakan teknik molekuler berprospek untuk menganalisa jaringan biologis yang telah banyak digunakan dalam mencoba untuk mengidentifikasi berbagai macam jenis kanker. Sayangnya, spektroskopi Raman menghasilkan sinyal yang lemah dan mudah dipengaruhi oleh noise dan latar belakang floresens. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pipeline yang mencakup tahapan prapengolahan dan klasifikasi terhadap spektra Raman dari spesies IDC-P dan HGPIN untuk mendapatkan hasil metrik evaluasi yang optimal. Tujuan ini dicapai dengan menemukan nilai parameter optimal pada tahapan prapengolahan (smoothing, baseline correction, normalisasi), dan klasifikasi untuk menghasilkan hasil klasifikasi yang terbaik. Dihasilkan sebuah pipeline yang mencakup tahapan prapengolahan dan klasifikasi dengan kemampuan untuk meng- hasilkan hasil evaluasi metrik yang tinggi untuk metrik evaluasi F1 Test, accuracy, dan AUC-ROC masing-masing bernilai : 98.8%, 97.9%, dan 98.8%. Berdasarkan hasil anali- sis ANOVA, ditemukan bahwa perbedaan pada parameter window length dan polynomial order pada tahapan Savitzky-Golay smoothing tidak memiliki signifikansi terhadap hasil evaluasi metrik (p > 0.05). Sebaliknya, metode baseline correction beserta nilai polynomial degree yang berbeda cenderung memberikan signifikansi ke hasil evaluasi metrik (p < 0.05).

In 2018, prostate cancer was the second most common malignant disease in men globally, following lung cancer. IDC-P is an aggressive variant of prostate cancer often misinterpreted as intraductal proliferation like HGPIN, which can impact the treatment of male patients with prostate cancer. Raman spectroscopy analysis is a promising molecular technique for analyzing biological tissues and has been extensively used in attempts to identify various types of cancer. Unfortunately, Raman spectroscopy produces weak signals that are easily influenced by noise and fluorescent backgrounds. This research aims to develop a pipeline that includes preprocessing and classification stages for Raman spectra of IDC-P and HGPIN species to achieve optimal evaluation metric results. This goal is achieved by finding the optimal parameter values in preprocessing stages (smoothing, baseline correction, normalization) and classification to produce the best classification results. A pipeline was created that includes preprocessing and classification stages capable of producing high evaluation metric results for the F1 Test, accuracy, and AUC-ROC metrics, respectively valued at 98.8%, 97.9%, and 98.8%. Based on ANOVA analysis, it was found that differences in the ’window length’ and ’polynomial order’ parameters in the Savitzky-Golay smoothing stage do not significantly affect the evaluation metric results (p > 0.05). Conversely, the baseline correction method and different ’polynomial degree’ values tend to significantly impact the evaluation metric results (p < 0.05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fahrezi
"Kanker prostat merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian utama di kalangan pria. Deteksi dini melalui pemindaian medis dapat membantu dalam pengobatan dan penanganan yang efektif. Namun, interpretasi dari pemindaian ini seringkali sulit dan memerlukan keahlian klinis yang tinggi oleh para ahli patologi. Selain itu keterbatasan dataset publik dengan bentuk biopsi H&E dengan anotasi level biopsy hinggal level patch yang tersedia terbatas jumlahnya sehingga menyebabkan pelatihan machine learning menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dataset dengan model machine learning yang dapat membantu mengimprove model machine learning pengklasifikasi kanker prostat. Model machine learning yang digunakan untuk mengembangkan dataset dalam penelitian ini adalah conditional Progressive Growing GAN (ProGleason-GAN), sebuah jenis jaringan saraf tiruan yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menghasilkan gambar sintetis dari pemindaian prostat yang telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam generasi gambar sintetis beresolusi tinggi. Dataset yang ditambahkan dengan hasil gambar sintesis ProGleason-GAN digunakan untuk melatih model klasifikasi kanker prostat yaitu Semi Supervised Learning yang di gabungkan dengan Multiple Instance Learning. Dataset yang yang berisikan dataset SICAPv2 yang ditambahkan dengan hasil augmentasi ProGleason-GAN dinamakan SICAPv2 augmented. Penulis juga mengembangkan model klasifikasi dengan penambahan batch normalization yang dimana memungkinkan setiap batch data yang diberikan ke jaringan untuk dinormalisasi terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut oleh jaringan. Ketika model klasifikasi ditambahkan dengan batch normalization serta dilatih dengan SICAPv2 augmented , maka nilai accuracy yang dihasilkan sebesar 76% lebih tinggi 4% model acuan.

Prostate cancer is a disease that is the main cause of death among men. Early detection through medical scanning can help in effective treatment and management. However, interpretation of these scans is often difficult and requires a high degree of clinical skill by pathologists. In addition, the limited number of available public datasets in the form of H&E biopsies with biopsy level to patch level annotations makes machine learning training more difficult. Therefore, this research aims to develop a dataset with a machine learning model that can help improve machine learning models for prostate cancer classification. The machine learning model used to develop the dataset in this research is Conditional Progressive Growing GAN (ProGleason-GAN), a type of artificial neural network that can be used to learn and generate synthetic images from prostate scans which has shown promising results in the generation of high-resolution synthetic images. tall. The dataset added with the ProGleason-GAN synthetic image results is used to train a prostate cancer classification model, namely Semi Supervised Learning combined with Multiple Instance Learning. The dataset containing the SICAPv2 dataset added with the results of ProGleason-GAN augmentation is called SICAPv2 augmented. The author also developed a classification model with the addition of batch normalization, which allows each batch of data given to the network to be normalized first before being further processed by the network. When the classification model was added with batch normalization and trained with augmented SICAPv2, the resulting accuracy value was 76%, 4% higher than the reference model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan. Kadmium memiliki peranan penting karena banyak digunakan di berbagai macam industri. Kadmium dapat masuk dan terakumulasi dalam tubuh termasuk di prostat. Kadmium sangat toksik dan bisa menyebabkan kanker. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang tepat terkait hubungan antara pajanan kadmium di tempat kerja dan kanker prostat pada pekerja. Metode. Pencarian literatur dilakukan melalui database PubMed, Scopus dan Cochrane Library. Kata kunci yang digunakan adalah cadmium, cancer, prostate, work* dan occupation*. Pemilihan artikel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan penilaian kritis menggunakan kriteria yang relevan untuk studi etiologi atau systematic review berdasarkan Oxford Center for Evidence-Based Medicine. Hasil. Terpilih dua artikel yang relevan dan valid dengan desain studi systematic review dan meta-analisis. Penelitian dari Ju-Kun, dkk menunjukkan rasio kematian terstandarisasi (standardized mortality ratio) antara pajanan Cd dan risiko terjadinya kanker prostat adalah 1.66 (95% CI 1.10–2.50) pada populasi pekerja yang terpajan Cd. Berdasarkan penelitian Chen, dkk menunjukkan bahwa pekerja dengan pajanan kadmium memiliki risiko terjadinya kanker prostat yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum, namun secara statistik tidak signifikan yakni dengan nilai OR pada studi case-control 1.17 (95%CI [0.85-1.62]), dan standardized mortality ratio (*100) pada studi kohort adalah 98 (95%CI [75-126]). Kesimpulan. Hasil studi yang ada tidak menunjukkan bukti yang cukup untuk memastikan bahwa pajanan kadmium bisa menyebabkan kanker prostat pada pekerja.

Introduction. Cadmium has an important role because widely used in various industries. Cadmium penetrates and can be accumulated in human body including prostate. Cadmium is highly toxic and can cause human carcinogens. The aim of this evidence-based case report is to get an appropriate answer about the association between occupational cadmium exposure and prostate cancer in worker. Method. The literature searching was conducted through PubMed, Scopus and Cochrane Library. The keywords used were cadmium, cancer, prostate, work* and occupation*. The selection of articles was performed using the defined inclusion and exclusion criterias. Then, they were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-Based Medicine for etiological study or systematic review. Result. Two relevant and valid articles with systematic review and meta-analysis study design were included. Studies by Ju-Kun, et al. showed that the combined standardized mortality ratio of the association between Cd exposure and risk of prostate cancer was 1.66 (95% CI 1.10–2.50) in populations exposed to occupational Cd. While a study by Chen, et al. showed that workers with cadmium exposure have more risk for prostate cancer than general population but was not significant statistically with the weighted OR in case-control studies was 1.17 (95%CI [0.85-1.62]), and the weighted standardized mortality ratio (*100) in cohort studies was 98 (95%CI [75-126]). Conclusion. The current evidences do not show sufficient evidence to ensure that cadmium exposure can cause prostate cancer in worker."
[Jakarta;, ]: [Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;, ], 2022
SP-pdf;;;;
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Klotz, Laurence, editor
"The volume provides an introduction to the concept of active surveillance in oncology in general and prostate cancer specifically. The primary focus is to provide a comprehensive guide to the management of patients on surveillance. The volume covers the many complexities and nuances to this approach including, patient selection, risk assessment, how to overcome 'cancer hysteria' when counseling patients, identifying appropriate triggers for intervention, use of PSA kinetics and MR imaging information, technique and frequency of biopsies, secondary prevention interventions, and the relative roles of surveillance and focal therapy.
"
New York: Springer, 2012
e20420678
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>