Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nindy Atika Rahayu
"ABSTRAK
Remaja yang berada dalam fase pembentukan identitas memerlukan sistem pendukung yang dapat memberikan rasa aman, dalam hal ini adalah kelompok teman. Remaja akan berusaha mencari kelompok teman dengan karakteristik yang sama seperti diri mereka sendiri atau mencoba menunjukkan karakteristik yang dapat diterima oleh kelompok yang mereka inginkan, salah satunya adalah karakteristik agresi verbal. Agresi verbal adalah salah satu perilaku agresif dalam bentuk penghinaan dengan bahasa kasar yang menunjukkan kemarahan, ancaman, sumpah serapah, dan sarkastik untuk melukai dan menyakiti secara emosional dan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan agresivitas verbal dengan harga diri dan depresi pada remaja awal yang merupakan pelaku agresi verbal. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, cross-sectional, deskriptif-korelatif. Menggunakan teknik purposive sampling, kami merekrut 415 siswa sekolah menengah pertama di Jakarta Indonesia yang telah melakukan agresi verbal. Alat pengukuran dalam penelitian ini adalah Verbal Aggressiveness Scale (VAS), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), dan 11-ITEM Kutcher Adolescent Depression Scale (KADS-11); semua telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Dari semua peserta, 55,9% melaporkan melakukan tingkat agresivitas verbal yang moderat, 45,5% memiliki harga diri yang rendah, dan 50,4% mengalami depresi. Agresivitas verbal, harga diri rendah, dan depresi lebih sering terjadi pada remaja perempuan. Hasil uji product-moment Pearson menunjukkan hubungan yang signifikan antara agresivitas verbal dan harga diri (p = 0,000), sedangkan uji Mann-Whitney juga menunjukkan hubungan antara agresivitas verbal dan depresi (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan bahwa agresivitas verbal dikaitkan dengan harga diri dan depresi remaja yang melakukan agresivitas verbal. Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan, institusi kesehatan, dan orang tua untuk lebih memperhatikan insiden agresi verbal pada remaja, terutama pada remaja awal.

ABSTRACT
Teenagers who are in the phase of identity formation need a support system that can provide a sense of security, in this case a group of friends. Teenagers will try to find groups of friends with the same characteristics as themselves or try to show characteristics that can be accepted by the group they want, one of which is the characteristics of verbal aggression. Verbal aggression is one of aggressive behavior in the form of insults with abusive language that shows anger, threats, expletive and sarcastic to hurt and hurt emotionally and psychologically. This study aims to determine the relationship of verbal aggressiveness with self-esteem and depression in early adolescents who are verbal aggressors. This research uses a quantitative, cross-sectional, descriptive-correlative design. Using a purposive sampling technique, we recruited 415 junior high school students in Jakarta Indonesia who had committed verbal aggression. Measurement tools in this study are Verbal Aggressiveness Scale (VAS), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), and 11-ITEM Kutcher Adolescent Depression Scale (KADS-11); all have been tested for validity and reliability. Of all participants, 55.9% reported moderate verbal verbal aggressiveness, 45.5% had low self-esteem, and 50.4% were depressed. Verbal aggressiveness, low self-esteem, and depression are more common in adolescent girls. Pearson product-moment test results showed a significant relationship between verbal aggressiveness and self-esteem (p = 0,000), while the Mann-Whitney test also showed a relationship between verbal aggressiveness and depression (p = 0,000). These results indicate that verbal aggressiveness is associated with self-esteem and depression in adolescents who carry out verbal aggressiveness. This study recommends educational institutions, health institutions, and parents to pay more attention to the incidence of verbal aggression in adolescents, especially in early adolescents."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Trisnawardhani
"Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk melihat penggunaan peta dibandingkan dengan penggunaan instruksi verbal terhadap performa menemukan jalan (wayfinding) pada kelompok orang dewasa muda. 31 partisipan yang berusia antara 23 tahun hingga 34 tahun dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok pengguna peta dan kelompok pengguna instruksi verbal. Kemudian setiap partisipan diminta untuk menemukan jalan dalam mencapai beberapa titik target. Sejumlah perilaku, jarak tempuh dan waktu dicatat untuk mengukur perfoma wayfinding. Hasilnya mengindikasikan ada perbedaan yang signifikan dalam hal jarak, frekuensi berhenti, salah belok dan kembali ke titik sebelumnya, namun tidak ditemukan perbedaan dalam hal waktu tempuh, durasi berhenti dan frekuensi bertanya antara kelompok yang menggunakan peta dengan kelompok yang menggunakan instruksi verbal. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan penelitian sehubungan dengan perilaku wayfinding di Indonesia.

This experimental study aims to find out the use of map on wayfinding performance compared to the use of verbal instructions in young adults. Thirty one participants ages 23 - 34 were divided into two different groups, map users and verbal instruction users. Numbers of behaviors, distance and time needed were regarded as indicators of wayfinding behaviors. The results in dicated that there are significant differences in distance, stop, wrong direction and returning to previous point, but no difference are found in time needed, stop duration and ask a question frequency between these two groups. The results can be used for the development of related research topics on wayfinding performance in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
155.5 DIA p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uzlifatil Jannah
"Remaja yang sering menggunakan internet melalui media sosial akan lebih rentan terhadap cyberbullying daripada remaja yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses internet. Salah satu tantangan yang perlu dihadapi remaja di internet tersebut yakni rentan menjadi korban cyberbullying (perundungan maya). Cyberbullying sangat berdampak terhadap korban karena dampak yang ditimbulkan memengaruhi keadaan psikologis dan mental korban, salah satunya self-esteem (harga diri). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cyberbullying dengan self-esteem pada remaja di Kota Depok, Jawa Barat. Desain penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan menerapkan desain analitik korelasi menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah anak usia remaja (11-20 tahun) yang berjumlah 348 responden dan diambil menggunakan multistage cluster sampling. Instrumen yang digunakan adalah Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Hasil penelitian menunjukkan 53,4% responden berada pada kategori keterlibatan berat sebagai korban cyberbullying serta 70,4% responden memiliki self-esteem tinggi. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara cyberbullying dengan self-esteem pada remaja di Kota Depok, Jawa Barat (p-value = 0,005; α = 0,05). Peneliti merekomendasikan pada penelitian ini adalah perawat mencegah dampak dari cyberbullying melalui program pendidikan kesehatan tentang dampak negatif cyberbullying pada remaja, sehingga dapat berfokus pada tugas-tugas perkembangan masa remaja.

Adolescents who frequently use the internet through social media will be more vulnerable to cyberbullying than teenagers who do not have the ability to access the internet. One of the challenges that teenagers need to face on the internet is that they are vulnerable to becoming victims of cyberbullying. Cyberbullying is very impactful on victims because the impact caused affects the psychological and mental state of the victim, one of which is self-esteem. This study aims to determine the relationship between cyberbullying and self-esteem in adolescents in Depok City, West Java. The research design used quantitative methods by applying a correlation analytic design using a cross-sectional approach. The samples used in this study were teenagers (11-20 years old) totaling 348 respondents and were taken using multistage cluster sampling. The instruments used were the Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). The results showed that 53.4% of respondents were in the category of heavy involvement as victims of cyberbullying and 70.4% of respondents had high self-esteem. Chi Square test results show that there is a significant relationship between cyberbullying and self-esteem in adolescents in Depok City, West Java (p-value = 0,005; α = 0,05). The researcher recommends that nurses prevent the impact of cyberbullying through health education programs on the negative impact of cyberbullying on adolescents, so that it can focus on the developmental tasks of adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anselma Prasti Keishani
"Latar Belakang Masa remaja perempuan krusial untuk persiapan kehamilan di kemudian hari, namun isu gizi tetap persisten, terutama keterbatasan variasi dan keberagaman. Kualitas diet yang buruk, yang terkait dengan kebiasaan makan yang tidak sehat, dapat memengaruhi kesehatan mental, termasuk harga diri remaja putri Meskipun demikian, hubungan antara kualitas diet dan harga diri masih belum terungkap. Metode Penelitian ini melibatkan 340 remaja putri bersekolah dari tiga kabupaten terpilih di Provinsi Jawa Barat di Indonesia. Peserta melengkapi pengumpulan data tentang asupan makanan menggunakan 2-days repeated 24-hour recall. Data mengenai asupan makanan dimasukkan kedalam NutriSurvey versi 2007, program yang menyediakan analisis nutrisi terperinci. Hasil analisis digunakan untuk menghitung skor Healthy Eating Index-2015 (HEI-2015), sebuah penilaian yang mengukur sejauh mana asupan makanan peserta mengikuti pedoman diet. Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), merupakan instrument pengukur harga diri yang terdiri dari sepuluh item. Hasil Analisis regresi berganda dilakukan untuk menilai hubungan antara skor HEI-2015 dan skor RSES, dengan menyesuaikan faktor perancu. Skor median HEI-2015 adalah 26.9(26.2-25.6)yang jauh dibawah skor yang direkomendasikan ≥ 80, sementara skor rata-rata RSES adalah 16.72 ± 2.88. Uji linear berganda menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara skor HEI-2015 dan RSES pada remaja putri (β = -0.03; 95%CI = -0.07 – 0.03; p = 0.54). Kesimpulan Penelitian ini menampilkan tidak adanya hubungan antara kualitas diet dan harga diri pada remaja putri yang bersekolah di Jawa Barat, tahun 2018. Temuan ini menegaskan pentingnya mengatasi kualitas diet yang buruk dan menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut.

Introduction The adolescence period for girls is crucial for maternal preparation, yet nutritional issues persist in the limited variety and diversity of dietary intake. Poor dietary quality, associated with unhealthy eating habits, may impact mental health, including self-esteem of adolescent girls. Though the relationship between dietary quality and self-esteem remains unclear. Methods A total of 340 school going adolescent girls from 3 chosen district sin West Java province in Indonesia, in the year 2018 was analysed in this study. Participants completed a 2-days repeated 24-hour dietary recall, and the results were entered into Nutrisurvey2007, before used to calculate dietary quality score using HEI-2015, to measure how well dietary intake follow dietary guidelines. Measure of self-esteem was conducted using the Rosenberg Self-Esteem Scale, consisting of 10 items. Results A multiple regression analysis was performed to assess the association between the HEI- 2015 score and RSES score, adjusting for potential confounders. The median HEI-2015 score was 26.9(26.2-25.6), which was far below the recommended score of ≥ 80, while the mean RSES score was 16.72±2.88. Multiple linear regression testing showed no statistically significant association between HEI-2015 and RSES in adolescent girls (β = -0.03; 95%CI = -0.07 – 0.03; p = 0.54). Conclusion The study features no association between dietary quality and self-esteem among adolescent girls in West Java, in 2018 These findings underscore the importance of addressing poor dietary quality and highlight the need for further research to elucidate the underlying factors and potential interventions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sahda Febi Wilendari
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem pada remaja awal anak buruh migran. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) subskala dukungan orangtua dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Penelitian ini melibatkan 164 remaja usia 11-16 tahun dengan orangtua buruh migran di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial dari orangtua pada remaja anak buruh migran dengan r=0,264; p=0,000. Dengan demikian dukungan sosial dari orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan self-esteem yang baik pada remaja awal anak buruh migran.

The purpose of this research is to discusses the relationship between social support from parents and self-esteem among early adolescent with migrant worker parents. This research methodhology using a quantitative study with a correlational design. To measure self-esteem and social support from parents, the author using Child and Adolescent Social support Scale (CASSS) parental support subscale and Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Respondents in this research were 164 adolescent, age 11-16 years old in Cilamaya, Karawang, West Java.
The result showed there is a significant positive correlation between self-esteem and social support from parents with r=0,264; p=0,000. In conclusion, social support from parents needed for a good development of self-esteem on early adolescent migrant worker's children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Anandiza Syafris
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku cyberbullying atau rundungan siber pada remaja. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel 195 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang usianya berkisar antara 15-17 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber r=0,095 dan p=0,185. Hasil lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku rundungan siber dan jenis sekolah, di mana perilaku rundungan siber siswa sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah negeri.

This reserach aims to find the relationship between self esteem and cyberbullying offending in adolescence. This research was conducted based on the knowledge that prior studies about cyberbullying perpetrators and self esteem showed inconsistent results. This research involved 195 high school students in Jakarta aged 15 to 17 as participants.
The result shows that there is no significant relationship between self esteem and cyberbullying offending behavior in adolescence r 0,095, p 0,185, and there is a significant relationship between the levels of cyberbullying offending behavior and the type of schools where a higher level of cyberbullying is found in private highschool students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riszky Pertiwi Ramadhanty
"ABSTRAK
Remaja mengalami masa pubertas dan mengalami perubahan fisik. Hampir seluruh remaja mengalami kondisi kulit berjerawat saat masa pubertas yang dipicu oleh aktivitas hormonal. Penampilan wajah merupakan bagian dari penampilan fisik yang dapat memengaruhi persepsi citra tubuh. Citra tubuh merupakan penilaian seseorang terhadap tubuhnya, jika seseorang memiliki ideal diri yang tinggi mengenai penampilannya dan ideal diri tidak terpenuhi maka berisiko akan munculnya harga diri rendah yang dapat menggangu tugas perkembangan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi citra tubuh dengan harga diri pada remaja berjerawat di SMAN 2 Cibinong. Penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan jenis deksriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan teknik purposive sampling dan melibatkan 173 siswa SMA yang didapatkan melalui screening.Instrument yang digunakan untuk mengukur citra tubuh ialah Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearrance Scale dan instrument untuk mengukur harga diri ialah Coppersmith Self-Esteem Inventory yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.Penelitian ini telah lolos kaji etik oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia No.132/UN2.F12.D/HKP.02.04/2019.Hasil analisis penelitian dengan menggunakan uji chi squaremenunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara persepsi citra tubuh dan harga diri (p : 0,000). Implikasi penelitian terhadap pelayanan keperawatan ialah pentingnya mengefektifkan peran bimbingan konseling untuk membimbing kesehatan mental remaja. Penelitian ini merekomendasikan pada institusi pendidikan, institusi kesehatan dan orang tua untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang remaja khususnya dalam pertumbuhan fisik remaja dan membantu remaja membangun aspek aspek positif yang dimiliki, sehingga remaja mampu mengevaluasi kemampuannya dengan baik dan memiliki harga diri tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Tunjung Wijayanti
"Remaja dengan talasemia berisiko memiliki permasalahan psikosial seperti tingkat self-esteem dan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat self-esteem dan kualitas hidup remaja talasemia di rawat jalan IPT KIA Kiara RSCM. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diambil dengan teknik consecutive sampling terhadap 108 remaja talasemia di rawat jalan anak. Hubungan tingkat self-esteem dengan kualitas hidup dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara tingkat self-esteem dengan kualitas hidup remaja talasemia (P-value 0,000 dan r= 0,526). Mayoritas remaja memiliki tingkat self-esteem dan kualitas hidup yang rendah. Rekomendasi terkait penelitian ini adalah perlunya layanan konseling psikososial bagi remaja talasemia untuk meningkatkan self-esteem.

Adolescents with thalassemia are at risk for psychosocial issues related to their self-esteem and quality of life. This study aims to determine the association between the level of self-esteem and quality of life among thalassemia adolescents in outpatient IPT KIA Kiara RSCM. This quantitative study used a cross-sectional approach and collected data through consecutive sampling of 108 adolescents in the pediatric outpatient. The results shown there was a quate strong association between the level of self-esteem with the quality of life of thalassemia adolescents (P-value 0,000 and r= 0.526). Based on these results, it is recommended that psychosocial counseling services be provided to improve the self-esteem of thalassemia adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronni Rombe
"Jakarta adalah kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Selain padat penduduk Jakarta juga berasal dari berbagai daerah dan suku dengan perkembangan yang tinggi. Perkembangan masyarakat ini juga menimbulkan berbagai masalah-masalah sosial yang sebelumnya tidak terpikirkan. Salah satu masalah sosial yang seringkali terjadi adalah masalah perkelahian antar pelajar. Dari statistik terlihat bahwa akibat dari perkelahian pelajar inipada tahun 1996 tercatat 73 orang luka ringan, 19 orang Iuka berat,dan 13 orang meninggal, belum lagi kerusakan-kerusakan fasilitas umum lainnya. Umumnya perkelahian yang dilakukan oleh para peiajar ini terjadi karena hal yang sepele, tetapi adanya nilai solidaritas yang tinggi yang ditampilkan melalui tingkah laku konform dalam kelompok kemudian memperkuat tingkah laku mereka. Yang jadi pertanyaan kemudian adalah apakah mereka ini terlibat perkelahian pelajar hanya untuk diterima oleh kelompoknya atau mereka berkelahi memang karena kemauan sendiri dan kebetulan sesuai dengan keinginan kelompok mereka.
Pada masa remaja ini memang ada dorongan yang kuat dari dalam diri remaja untuk dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya. Tingkat kesetiakawanan mereka lebih tinggi pada teman sebaya daripada kepada lembaga (SMU/Sekolah). Hal ini mendorong mereka untuk konform dengan harapan dan tuntutan kelompok yang mereka terima. Keinginan untuk konform ini didasari juga oleh adanya norma yang berlaku didalam kelompok dan ketakutan akan sanksi yang akan diberikan kelompok bila individu melanggar norma tersebut.
Konformitas merupakan perubahan tingkah laku dari individu sehingga makin menyerupai tingkah laku kelompok. Konformitas mempunyai 2 bentuk yaitu Acceptance dan Compliance. Pada bentuk konformitas compliance individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku lersebut, sedangkan pada bentuk konformitas acceptance, tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya.
Dalam kaitannya dengan harga diri, individu yang mudah terpengaruh, mudah terbawa arus, tidak memiliki keberanian menolak ajakan teman serta takut kehilangan kawan dikatakan memiliki harga diri yang rendah. Tingkat kesetiakawanan mereka yang tinggi lebih didasari adanya rasa takut dianggap tidak konform dengan tuntutan dan harapan kelompoknya.
Harga diri merupakan penilaian individu terhadap diri, yang kemudian diekspresikan dalam sikap terhadap dirinya tersebut. Harga diri juga dapat diartikan sebagai penilaian antara 2 kemampuan pengenalan diri, yaitu pengenalan seseorang akan kualitas dirinya yang sesungguhnya (actual self ) dan pandangan tentang bagaimana orang tersebut seharusnya (ideal self). Keseimbangan antara actual self dan ideal self ini menentukan bagaimana individu menilai dirinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dikatakan bahwa individu yang menampilkan konformitas compliance memiliki harga diri yang lebih rendah daripada individu yang menampilkan konformitas acceptance, karena mereka kurang berani menampilkan diri mereka yang sesungguhnya (actual self-nya rendah), kurang memiliki penghargaan yang baik terhadap diri dan mudah untuk mengikuti tekanan kelompok.
Didalam penelitian ini yang ingin dikaji adalah bagaimana hubungan antara bentuk konformitas yang ditampilkan remaja yang terlibat perkelahian pelajar dengan tingkat harga diri yang mereka. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah apakah ada hubungan antara tingkat harga diri dengan bentuk konformitas siswa SMU dalam perkelahian pelajar?
Penelitian ini dilakukan di Jakarta terhadap 60 responden. Sampel penelitian ini adalah siswa SMU pelaku perkelahian pelajar, dengan rentang usia antara 15-I9 tahun, dan pernah terlibat dalam perkelahian pelajar dalam 6 bulan terakhir. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur konformitas yang dikonstruk sendiri oleh peneliti dan Self Esteem Inventory dari Coopersmith.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk konformitas dengan tingkat harga diri yang dimiliki oleh individu, Walaupun demikian terlihat bahwa frekuensi tinggi pada subyek dengan bentuk konformitas acceptance juga dimiliki oleh subyek dengan tingkat harga diri tinggi dan frekuensi rendah terlihat pada subyek dengan tingkat harga diri rendah pula, sedangkan pada bentuk konformitas compliance tidak terlihat adanya perbedaan tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Self-esteem merupakan penilaian individu mengenai gambaran atau potret dirinya dan komponennya terdiri atas security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Komponen security dan selfhood yang akan digunakan dalam penelitian ini karena komponen tersebut merupakan dua komponen dasar pembentuk self-esteem. Penelitian ini berbentuk single-case design yang melibatkan seorang remaja lelaki usia 13 tahun dengan tingkat self-esteem yang rendah. Keberhasilan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen self-esteem security dan selfhood dapat terlihat dari perubahan skor yang signifikan pada Behavior Checklist Borba-Self Esteem Tally B-SET , penurunan skor internalizing behavior problems pada Child Behavior Checklist CBCL , dan hasil wawancara yang menunjukkan peningkatan komponen security dan selfhood pada diri partisipan. Hasil penerapan 7 sesi program intervensi ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Hal tersebut terlihat dari tercapainya kriteria keberhasilan program.

This study is aimed to find a general picture of the implementation of the Esteem Builders Program in correlation to develop the selfhood and security components in an adolescent with low self esteem. Self esteem is the process of evaluating or judging inner self descriptions. The component of self esteem consist of security, selfhood, affiliation, mission, and competence. The security and selfhood components are used as two basic components in this study, since both components are at the first stages of self esteem components. This study is a single case design which involved a 13 years old adolescent with a low self esteem. The success results of Esteem Builders Program in correlation to improve the self esteem security and selfhood components can be seen by the significant changing in Behavior Checklist Borba Self Esteem Tally B SET scores, the decreasing in internalizing behavior problems in Child Behavior Checklist CBCL scores and the interview results, which showed the increasing numbers of security and selfhood components of the participant, itself. The application result of this intervention program showed that there is an improvement in security and selfhood components in an adolescent with low self esteem, which can be seen by the achievement of the program success criteria."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>