Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143445 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifia Daariy
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Populasi nyamuk Aedes aegypti dewasa yang padat adalah faktor risiko dari kejadian DBD. Keadaan ini juga bisa dipengaruhi oleh karakteristik individu dan diperparah dengan kondisi lingkungan, perilaku individu dalam memberantas sarang nyamuk serta mencegah gigitan nyamuk. Penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan nyamuk Ae. aegypti dewasa di rumah dengan kejadian DBD di Kelurahan Tegal Alur, Kalideres, tahun 2019. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara pada 152 responden dan menangkap nyamuk di 55 rumah terpilih di 4 RW dengan kasus terbanyak. Pengukuran kepadatan dilakukan dengan menghitung sampel nyamuk Ae. aegypti menggunakan rumus angka istirahat per rumah (RR). Hasil studi memperlihatkan bahwa ada hubungan bermakna antara kepadatan nyamuk Ae. aegypti di rumah dengan kejadian DBD. Analisis juga menunjukkan faktor lingkungan yang berhubungan signifikan dengan kejadian DBD adalah penggunaan AC (3,77; 1,67-8,51), sedangkan karakteristik individu yang berhubungan termasuk usia (36,14; 11,84-110,29), jenis kelamin (5,01; 2,24-11,22), dan keberadaan individu (14,04; 5,06-39,01). Faktor perilaku yang memiliki hubungan dengan kejadian DBD ialah penggunaan kawat anti nyamuk (2,74; 1,28-5,87).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public health concerns in Indonesia. Aedes aegypti mosquito abundance is a risk factor for DHF. This condition is also influenced by individual characteristics and worsened by environmental factors, eradication of mosquito nests and prevention of mosquito bites practice. This quantitative study with a cross-sectional design aims to analyze the correlation of adult Ae. aegypti density in houses with DHF in Tegal Alur, Kalideres, 2019. The data were obtained from interviewing 152 study subjects and collecting adult mosquitoes in 55 selected houses in 4 high incidence RW. Adult Ae. aegypti density were determined by resting rate (RR) formula which defined as the number of resting mosquitoes per house.
The result showed that there is a significant relationship between Ae. aegypti mosquito density with DHF incidence. There are also significant correlation between environmental factor which is air-conditioner use (3,77; 1,67-8,51); individual characteristics including age (36,14; 11,84-110,29), sex (5,01; 2,24-11,22), and
individual whereabouts (14,04; 5,06-39,01); along with behavioral factor which is the use of mosquito nets (2,74; 1,28-5,87).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putrisuvi Nurjannah Zalqis
"Kepadatan nyamuk merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi curah hujan tinggi yang terjadi di Kecamatan Kelapa selama Januari-Februari yang menimbulkan banyaknya genangan air di sekitar rumah penduduk sebagai tempat perindukan nyamuk akibat sanitasi yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan nyamuk Aedes aegypti dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat dengan menggunakan studi cross-sectional selama Mei-Juni 2016. Sampel penelitian ini adalah seluruh warga Kecamatan Kelapa yang terpilih secara acak-proporsional berjumlah 230 orang dan 60 rumah yang terpilih sebagai lokasi pengambilan sampel nyamuk dalam rumah secara acak dari 230 responden terpilih.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah responden masih tergolong tinggi (51,7%) dan kejadian DBD sebesar 20%. Kepadatan nyamuk menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian DBD (p=0,458). Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu keberadaan jentik (p=0,017), usia <15 tahun (p=0,002), kepadatan hunian tinggi (p=0,006), tidak melakukan PSN 3M Plus secara rutin (p=0,024), kebiasaan menggantung baju (p=0,033), dan rumah yang tidak dipasang kawat kasa pada ventilasi (p=0,014).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti tidak berhubungan dengan kejadian DBD. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya monitoring lebih lanjut terhadap populasi nyamuk dan kasus DBD, kerja sama sektoral, serta peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

The density of mosquitoes is a risk factor for the occurrence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). It can be caused by conditions of high rainfall that occurred in Kelapa District during January-February which raises the amount of stagnant water around houses as a breeding place due to poor sanitation. This study aimed to analyze the relationship between the density of Aedes aegypti with the incidence of DHF in West Bangka Regency Kelapa District using cross-sectional study during May-June 2016. Samples were all chosen citizens of Kelapa District with proportional random sampling and 60 chosen houses from 230 citizen?s houses as the sampling sites of mosquitoes.
The analysis showed that the density of Aedes aegypti in the house still relatively high (51,7%) and the incidence of dengue by 20%. Mosquito density showed no significant association with the incidence of DHF (p=0,458). Other factors associated with incidence of dengue are the existence of larva (p=0,017), age <15 years (p=0,002), high house density (p=0,006), did not do PSN 3M Plus regularly (p=0,024), the habit of hanging shirt (p=0,033), and the house which not fitted wire netting on ventilation (p=0,014).
This study concluded that the density of Aedes aegypti mosquitoes is not associated with the incidence of dengue. Based on this result, we need further monitoring of mosquitoes populations and dengue cases, sectoral cooperation, and community participation for clean and healthy living behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Qurrota A'yun
"Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Insidensi lebih dominan di daerah tropis dan subtropis. Terdapat berbagai faktor yang diduga berkontribusi pada penyebaran DBD, seperti kepadatan penduduk, perubahan iklim, dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara kepadatan penduduk, iklim, dan larva nyamuk secara bersamaan di Jakarta Utara. Studi ini menggunakan uji cross sectional yang membandingkan insidensi demam berdarah di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2019 hingga 2022 dan diuji hubungannya dengan faktor iklim, seperti temperatur udara, curah hujan, kelembaban udara, serta kepadatan penduduk dan angka bebas jentik. Uji dilakukan dengan uji korelasi Pearson dan Spearman. Pengaruh terhadap insidensi demam berdarah, antara lain kelembaban udara pada bulan yang sama (p=0.037, r=0.303 pada Non TL), curah hujan pada satu bulan setelah curah hujan diukur (p=0.038, r=0.303 pada TL-1). temperatur udara pada 2 bulan setelah temperatur udara diukur (p=0.005, r=-0.405). Kepadatan larva pada bulan yang sama (p=0.006, r=-0.547). Kepadatan penduduk pada bulan yang sama (p=0.036, r=0.431). Kelembaban udara, kepadatan larva, dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh terhadap insidensi demam berdarah pada bulan yang sama, sedangkan curah hujan pada 1 bulan setelah pengukuran, dan temperatur udara tidak memiliki korelasi signifikan.

Dengue fever (DF) is a disease caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. The incidence is more dominant in tropical and subtropical areas. Various factors are believed to contribute to the spread of DF, such as population density, climate change, and environmental conditions. Therefore, this study aims to analyze the relationship between population density, climate, and mosquito larvae concurrently in North Jakarta. This study uses a cross-sectional design comparing the incidence of dengue fever in North Jakarta from 2019 to 2022 and examines its relationship with climatic factors such as air temperature, rainfall, humidity, as well as population density and the larval index. The analysis was performed using Pearson and Spearman correlation tests. Factors influencing the incidence of dengue fever include humidity in the same month (p=0.037, r=0.303 for Non TL), rainfall one month after it is measured (p=0.038, r=0.303 for TL-1), air temperature two months after it is measured (p=0.005, r=-0.405), larval density in the same month (p=0.006, r=-0.547), and population density in the same month (p=0.036, r=0.431). Humidity, larval density, and population density have an influence on the incidence of dengue fever in the same month, while rainfall measured one month later and air temperature doesn’t have significant temperature."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alima Mawar Tasnima
"Infeksi dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti kepada manusia kerap terjadi di area tropis dan subtropis. Oleh karena manifestasi klinis yang tidak spesifik, berbagai Rapid Diagnostic Tests (RDTs) termasuk SD Bioline Dengue Duo Antigen NS1 dan Antibodi IgM/IgG dibuat untuk memberikan diagnosis dini infeksi dengue yang lebih akurat.
Meskipun beberapa studi telah dilakukan untuk menguji sensitifitas dan spesifitas kit tersebut di berbagai negara tetapi informasi mengenai validitasnya dalam mendeteksi keberadaan protein NS1 dari DENV-3 belum dilaksanakan di Indonesia. Pada penelitian ini 105 serum dari pasien yang diduga menderita infeksi dengue diambil dan diuji menggunakan SD Bioline Dengue Duo. Standar baku emas yang digunakan pada penelitian ini adalah RT-PCR dan/atau isolasi virus di sel C6/36 dan atau kenaikan titer antibodi.
Hasil penelitian ini menunjukkan rasio deteksi NS1 berbanding terbalik dengan keberadaan antibodi IgM. Sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV menunjukkan 81.25%, 100%, 100%, dan 91.89% pada masing-masingnya di awal demam pasien yang terinfeksi DENV-3. Oleh karena itu, SD Bioline Dengue Duo sangat direkomendasikan untuk diagnosis infeksi DENV-3 karena cepat, mudah digunakan, sangat sensitive, spesifik, dan memiliki PPV dan NPV yang tinggi.

Dengue infection is transmitted through the bite of Aedes aegypti mosquitoes to human particularly occurs in tropic and subtropic area. Having unspecific spectrum of clinical manifestations, various rapid diagnostic tests (RDTs) including SD Bioline Dengue Duo NS1 antigen and IgM/IgG antibody were made to give early diagnosis of acute dengue infection.
Although several studies have been conducted to examine the sensitivity and spesificity of the kits in various countries, its validity to detect the presence of DENV-3 NS1 antigen has not been held in Indonesia. In total, 105 sera from patients suspected of suffering dengue infection were collected and subjected to SD Bioline Dengue Duo and RT-PCR test as the gold standard.
The result of this study showed NS1 detection rate was inversely proportional to the presence of IgM antibodies. The sensitivity, specificity, PPV, and NPV showed 81.25%, 100%, 100%, and 91.89% respectively at the beginning of fever in DENV-3 infected patients. Thus SD Bioline Dengue Duo is highly recommended for diagnosis of DENV-3 infction as it is rapid, easily applicable, sensitive, highly specific and has great PPV and NPV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Jonathan
"Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jakarta, termasuk di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Pemberantasan penyakit ini terutama dilakukan melalui pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Dalam upaya pemberantasan vektornya tersebut dilakukan juga penyuluhan pada masyarakat tentang bagaimana menjaga kebersihan lingkungan rumah demi mencegah berkembangnya vektor DBD.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan vektor DBD di dalam rumah sebelum dan sesudah penyuluhan sehingga dapat diketahui pengaruh penyuluhan dalam memberantas vektor DBD. Survei vektor DBD dilakukan dua kali, yakni pada tanggal 3 Mei 2009 (sebelum penyuluhan) dan tanggal 4 Juni 2009 (setelah penyuluhan) di Paseban Timur yang merupakan daerah dengan kasus DBD yang tinggi di Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah menggunakan metode larva tunggal (mengambil satu larva di tiap container yang ada di dalam rumah dan diidentifikasi menggunakan mikroskop). Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji McNemar untuk memperoleh hubungan penyuluhan terhadap keberadaan vektor.
Dari 100 rumah yang diteliti sebelum penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam rumah sebesar 11,40 %. Setelah dilakukan penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam rumah sebesar 5,70 %. Dari analisis menggukan uji McNemar, terdapat hubungan antara penyuluhan dengan keberadaan larva, dengan nilai p sebesar 0,041. Disimpulkan bahwa keberadaan vektor DBD di dalam rumah sesudah penyuluhan lebih rendah daripada sebelum penyuluhan.

Dengue haemorrhagic fever (DHF) has become a problem in public health especially in Paseban District, Central Jakarta. Controling the disease is mainly done by controling Aedes aegypti as the vector of the disease. In order to control the vector, informations are given to people about keeping their house environment clean to prevent the development of the DHF vector.
The objective of this study is to determine the presence of DHF vector, inside the house, before and after the briefing given, so it could be known whether the briefing is helpful or not. The surveys of DHF vector presence were conducted in twice, first was at 3rd of May 2009 (before the briefing given), and second was at 4th of June 2009 (after the briefing given) in East Paseban, which is considered as an area with high cases of DHF in Central Jakarta. Data collecting was conducted in 100 houses with single-larvae method (taking one larvae from each container in a house then identified them by using microscope). The data collected will be analyzed by McNemar test to know the correlation between the briefing and the vector presence.
From 100 houses surveyed before the briefing, the percentage of vector presence was 11,40 %. After the briefing, the percentage was reduced to 5,70 %. From McNemar test analysis, it was found that there is a correlation between the briefing and the vector presence, p = 0.041. Concluded then, that the vector presence inside the house after the briefing was reduced, compared with the vector presence before the briefing.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia, seperti banyak negara di wilayah tropis dan subtropis lainnya, merupakan wilayah endemik penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF). Di Kodya Denpasar, kasus DHF terus meningkat dari tahun ke tahun selama kurun 2002 -2008. Penelitian cross sectional ini dilakukan di di Banjar Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan, Kelurahan Sidakarya, Denpasar, dengan tujuan untuk mengetahui adanya larva nyamuk Aedes dan tingkat kepadatannya di rumah penduduk di kedua lokasi tsb. Semua rumah di kedua Banjar tsb diikutkan sebagai sampel penelitian. Semua tempat air yang ditemukan di dalam rumah diperiksa untuk kemungkinan adanya larva nyamuk dan ditetapkan speciesnya (Aedes, Culex dan Anopheles). Dari 262 rumah, didapatkan sebanyak 869 tempat air tergenang dan 68 di antaranya mengandung larva Aedes, terdiri dari 37 Aedes aegypti, 14 A. albopictus, dan campuran A. aegypti dan A. albopictus. House Index untuk Aedes adalah 17.2% dan Bruteau Index untuk Aedes adalah 20.6%, yang menunjukkan bahwa Aedes di Br Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan mempunyai potensi
untuk menularkan kasus-kasus DHF. Disarankan agar pelaksana program pengendalian kasus DHF di Kota Denpasar mengenali sifat-sifat biologis dari Aedes, termasuk lokasinya dalam tempat-tempat air di rumah tangga."
610 JKY 20:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah Anibras
"Sampai saat ini penyakit DBD belum ada terapi definitif dan pengendalian vektor DBD, Aedes aegypti, dengan insektisida sintetis menimbulkan resistensi. Sebagai alternatif, pengendalian vektor tersebut dengan metabolit sekunder tanaman dan nanokomposit Ag-TiO2 dilakukan sebagai upaya mengatasi resistensi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efektivitas ekstrak kulit Citrus sinensis yang mengandung Ag-TiO2 terhadap presentase kematian larva Aedes aegypti. Penelitian eksperimen ini terbagi menjadi kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan; 1 ekstrak kulit C. sinensis dengan 5 konsentrasi berbeda 100 ppm - 500 ppm, 2 AgTiO2 dengan 5 konsentrasi berbeda 5 ppm - 25 ppm, dan 3 campuran ekstrak kulit C. sinensis dan Ag-TiO2. Ekstrak kulit C. sinensis didapatkan LC50 2.171 ppm setelah jam ke-24. Korelasi positif dan bermakna ditemukan antara konsentrasi Ag-TiO2 dengan presentase kematian larva Ae.aegypti R = 0,823, P < 0,05. Pada kelompok Ag-TiO2 ditemukan: 1 larva mati 100 setelah jam ke-8, 2 LC50 jam ke- 4 11,4 ppm dan jam ke- 6 4 ppm, 3 LC90 jam ke- 4 19,64 ppm dan pada jam ke-6 8,54 ppm, 4 perubahan morfologi terdapat lekukan pada abdomen. Pada kelompok campuran, larva Ae. aegypti mati 100 disetiap konsentrasi pada jam ke-24. Kesimpulannya adalah penambahan Ag-TiO2 meningkatkan efektivitas larvasida ekstrak kulit C. sinensis terhadap presentase kematian larva Ae. aegypti.

Until now, dengue fever has no definitive treatment and control of vector DHF, Aedes aegypti, with synthetic insecticide cause resistance. Alternatively, vector controls with plant secondary metabolites and nanocomposites Ag TiO2 were performed in an attempt to overcome resistance The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of Citrus sinensis peel extract containing Ag TiO2 to the percentage of Aedes aegypti larvae mortality. The experimental study was divided into a control group and three treatment groups 1 peel extract C. sinensis with 5 different concentrations 100 ppm 500 ppm, 2 AgTiO2 with 5 different concentrations 5 ppm 25 ppm, and 3 mixture peel extracts C. sinensis and Ag TiO2 . Lethal concentration 50 peel extract of C. sinensis is 2,171 ppm after 24 hours. Positive and significant correlations were found between concentrations of Ag TiO2 and percentage of Ae.aegypti larvae mortality R 0.823, P "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanya Herdita
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di DKI Jakarta antara lain di kelurahan Paseban. Untuk merencanakan pemberantasan DBD, pengetahuan tentang kepadatan dan tempat berkembang biak vektor DBD diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan larva Ae.aegypti berdasarkan ada tidaknya penutup container sebagai upaya mempersiapkan pemberantasan vektor DBD. Survei keberadaan larva Ae.aegypti dilakukan pada tanggal 2-3 Mei 2009 di Paseban Timur, Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan metode single-larvae, yaitu mengambil satu larva di setiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Container kemudian dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok container berpenutup dan container yang tidak berpenutup. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan penutup container dengan keberadaan larva. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 19 %, container index 14,80 %, dan breteau index 41. Sebagian besar larva (84,47%) ditemukan pada container tanpa penutup. Namun pada uji chi-square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara container yang memakai penutup dan tanpa penutup (p=0,218). Dapat disimpulkan bahwa kepadatan dan penyebaran DBD di Paseban Timur termasuk tinggi dan keberadaan larva Ae.aegypti tidak berhubungan dengan ada tidaknya penutup pada container.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a major public health problem in Jakarta, including Paseban village. To control DHF, data of vector density and its breeding site is needed. The purpose of this research is to determine the density of DHF vector according to the cover of container and Ae.aegypti larvae existence as DHF vector eradication program preparation. The survey of Ae.aegypti larvae existence was conducted in 2-3 May 2009 at East Paseban, Central Jakarta. Data collection was conducted in 100 houses using single larvae method, by taking one larvae from each container in a house then identified them with microscope. The container is categorized into 2 (two) main category, ones container with the cover and container without cover. Collected data is analyzed using chi-square test to know the correlation between the cover of container and the existence of Aedes sp. From the surveyed house, the house index was 19 %, container index was 14,80 %, and Breteau index was 41. Most of the larvaes (84,47%) were found in container without cover. There is no association between Ae.aegypti density and container cover (p=0,218) from chi-square test, thus it was concluded that the DHF spread in Paseban district is considered high and the existence of Aedes sp. larvae was not associated by the container cover usage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Marina
"ABSTRAK
Transmisi kasus DBD melibatkan tiga organisme utama yaitu virus dengue, nyamuk Aedes, dan manusia sebagai host. Keberlangsungan ketiga organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pola perilaku. Kota Bekasi merupakan salah satu daerah endemis DBD di Provinsi Jawa Barat mengalami kecenderungan peningkatan jumlah kasus DBD setiap tahunnya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional yang bertujuan menganalisis keberadaan larva Aedes sp yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dalam hubungannya dengan status transmisi DBD di Kota Bekasi.Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan dengan jumlah kasus DBD tinggi dan rendah di Kecamatan Mustikajaya dengan jumlah sampel sebanyak 280 rumah tangga. Variabel yang diteliti yaitu kondisi lingkungan yang meliputi pencahayaan ruangan, keberadaan, tinggi dan rimbunan tanaman di pekarangan rumah, jumlah tempat penampungan air TPA , serta keberadaan larva Aedes di rumah dan perilaku PSN yang diamati meliputi frekuensi membersihkan TPA, penggunaan obat anti nyamuk, larvasida, pemeliharaan predator larva dan tanaman pengusir nyamuk terhadap status transmisi kasus DBD di Kota Bekasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan chi square dan regresi logistik berganda dengan p-value sebesar 0,05.Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan larva Aedes di daerah kasus rendah dipengaruhi oleh perilaku pemberantasan sarang nyamuk OR=14,14, 95 CI=5,24 - 38,11 , sedangkan di daerah kasus DBD tinggi keberadaan larva Aedes dipengaruhi oleh pencahayaan OR=3,65 95 CI=1,55 - 8,62 dan jumlah TPA OR=2,79 95 CI=1,32 ndash; 5,91 . Faktor lingkungan dan perilaku yang berkontribusi terhadap terjadinya transmisi kasus DBD yang tinggi di Kota Bekasi adalah pencahayaan OR=0,32 95 CI=0,15 ndash; 0,67 , tinggi tanaman 5-12 m OR=1,01 95 CI = 1,01 ndash; 2,02 , frekuensi membersihkan TPA OR=4,76 95 CI=2,47 ndash; 9,13 penggunaan obat anti nyamuk OR=2,28 CI=1,29 ndash; 4,31 , dan tanaman anti nyamuk OR=0,15 CI=0,06 ndash; 0,37 . Variabel yang paling dominan berkontribusi terhadap terjadinya transmisi kasus DBD yang tinggi di Kota Bekasi adalah frekuensi membersihkan TPA. Dari hasil tersebut disarankan agar sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk PSN lebih dioptimalkan dengan mengintensifkan peran juru pemantau jentik Jumantik serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan Jumantik untuk memonitor kondisi lingkungan masyarakat secara kontinyu.

ABSTRACT
Transmission of DHF cases involves three main organisms that is dengue virus, Aedes mosquito, and human host. The sustainability of the three organisms is influenced by environmental factors and behavior patterns. Bekasi city is one of the dengue endemic areas in West Java Province experienced a tendency of increasing number of dengue cases every year. This research was a cross sectional study that aims to analyze the presence of Aedes sp larvae that are influenced by environmental factors and mosquito breeding places eradication behavior in relation to the status of DHF transmission in Bekasi City.This research was conducted in two urban villages with high and low dengue fever cases in Mustikajaya Distric with total sample of 280 households. The variables observed were environmental conditions that include room lighting, presence, height and hedge of plants in the yard of the house, the number of water container, as well as the presence of Aedes larvae at home and observed eradication behaviours of mosquito include frequency behavior of cleaning water containers, use of mosquito repellent, larvacide, maintenance of larval predators and mosquito repellent plants on the transmission status of dengue cases in Bekasi City. The data obtained were analyzed using chi square and multiple logistic regression analysis with p value of 0.05.The results showed that the presence of Aedes larvae in low case areas was influenced by the frequency behavior of cleaning water containers OR 14,14, 95 CI 5,24 38,11 , whereas in high dengue cases the presence of Aedes larvae was influenced by lighting OR 3,65 95 CI 1,55 ndash 8,62 and the number of water container OR 2,79 95 CI 1,32 ndash 5,91 . Environmental and behavioral factors that contribute to the occurrence of high DBD case transmission in Bekasi City are lighting OR 0,32 95 CI 0,15 ndash 0,67 , plant height 5 12 m OR 1,01 95 CI 1,01 ndash 2,02 , frequency of cleaning of landfill OR 4,76 95 CI 2,47 9,13 use of mosquito repellent OR 2,28 CI 1,29 4 , 31 , and mosquito repellent plants OR 0,15 CI 0,06 ndash 0,37 . The most dominant variable contributing to the high transmission of dengue cases in Bekasi City was the frequency behavior of cleaning water containers. From these results it is suggested that the socialization of frequency behavior of cleaning water containers is more optimized by intensifying the role of larva monitoring officer Jumantik as well as increasing the knowledge and skills of Jumantik to monitor the environmental condition continuously."
2018
T50453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primadatu Deswara
"Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti, apabila di suatu daerah kepadatan Aedes aegypti tinggi kedapatan seorang penderita DBD, maka masyarakat di sekitar penderita tersebut berisiko untuk tertular. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung. Studi cross-sectional (potong lintang) dilakukan di Kota Metro. Penelitian berlangsung dari bulan Januari-Mei 2012.
Peneliti memilih secara acak 350 orang dengan menggunakan metode simple random sampling. Angka kesakitan DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan laboratoris. Kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah diukur dengan melakukan penangkapan nyamuk dengan menggunakan alat aspirator. Setelah itu analisis dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik untuk mendapatkan nilai OR dari kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat. Selain itu, variabel faktor individu, kependudukan, lingkungan sosial dan lingkungan fisik juga dianalisis dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka kesakitan (Insidens Rate/IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Metro Provinsi Lampung sebesar 39 per 100.000 penduduk.
Hasil analisis menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan DBD (p=0,326). Faktor lain yang mempengaruhi angka kesakitan DBD pada masyarakat adalah pengetahuan (p=0,047), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,049), kebiasaan tidur pagi/sore (p=0,039), partisipasi masyarakat dalam PSN (p=0,022) dan tempat perindukan (p=0,004). Akhirnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah berhubungan tidak signifikan dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat.

Mosquito density is a risk factor for dengue fever transmission. With the increasing of aedes aegypti mosquito density, causes the risk transmission dengue fever to society is increasing. This means that if in a region where the Aedes aegypti density is high and there is a sufferer DHF, then the people around that sufferer is have a risk for contracting. The main purpose of this research was to knew corelation the density of Aedes aegypti mosquito in the home with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) on societies in Lampung Province Metro City. Cross-sectional studies (cross-sectional) conducted in Metro City. The research lasted from January to May 2012.
Researcher randomly selecting 350 people by using simple random sampling method. The Incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is established based on clinical diagnosis and laboratoris. The density of Aedes aegypti mosquito in the home were measured with arresting mosquitoes by using an aspirator. After the analysis is conducted using logistic regression models to obtain OR values density of Aedes aegypti mosquito in the home with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) on society. In addition, variable individual factors, demographic, social environment and physical environment were also analyzed with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Incidence rate (IR) of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) in Lampung Province Metro City by 39 per 100,000 population.
The analysis revealed no significant corelation between the density of Aedes aegypti mosquitoes in the home with the DHF incidence rate (p = 0.326). Other factors affecting the DHF incidence rate on society is the knowledge (p = 0.047), hanging the clothes habits (p = 0.049), sleeping habit in the morning/afternoon (p = 0.039), participation in the PSN (p = 0.022) and a brood (p = 0.004). Finally, the conclusions of this research is the density of Aedes aegypti mosquitoes in the home are not significantly related with the DHF incidence rate on society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>