Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fuad Hilmi Sudasman
"World Health Organization (WHO) menganjurkan integrasi program penanganan infeksi kecacingan dengan intervensi Water, Sanitation and Higiene (WASH). Jika dibandingkan dengan cakupan Kabupaten Bandung, Kecamatan Dayeuhkolot pada tahun 2015 dan 2016 masih memiliki cakupan water, sanitation and hygiene (WASH) berupa akses sarana air minum yang layak dan jamban sehat yang rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk menganalisis sarana air minum, sanitasi dan higiene, karakteristik individu serta perilaku individu terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) dengan subjek penelitian pada rumah tangga dengan anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei hingga bulan Juni 2019. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan uji laboratorium dalam pengambilan data. Hasil penelitian menunujukkan prevalensi infeksi soiltransmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung sebesar 9,1%. Rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung yang memiliki sarana sarana air minum unimproved sebesar 12,7%, sarana sanitasi unimproved sebesar 44,5%, sarana higiene unimproved sebesar 21,8% . Sarana air minum (p=0,001; Exp(B)= 10,11) merupakan faktor risiko dominan terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.

The World Health Organization (WHO) advocates the integration of programs to treat helminthiasis with the intervention of Water, Sanitation and Hygiene (WASH). When compared to the coverage of Bandung Regency, Dayeuhkolot District in 2015 and 2016 still had water, sanitation and hygiene (WASH) coverage in the form of access to decent drinking water facilities and healthy latrines which were low and tended to decline from year to year. This study is an epidemiological study that aims to analyze drinking water, sanitation and hygiene facilities, individual characteristics and individual behavior towards soil-transmitted helminth (STH) infection with research subjects in households with primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency. This research took place from May to June 2019. This study used a questionnaire and laboratory tests in data collection. The results of the study show the prevalence of soiltransmitted helminth (STH) infection in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency, at 9.1%. Households that have primary school age children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency that have unimproved drinking water facilities at 12.7%, unimproved sanitation facilities at 44.5%, unimproved hygiene facilities at 21.8%. Drinking water facilities (p = 0.001; Exp (B) = 10.11) is the dominant risk factor for infection with soil-transmitted helminth (STH) in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tezy Mellowin
"Anak anak manusia yang berkualitas. Anak anak infeksi, salah satunya ialah penyakit cacingan. Penyakir cacingan erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran infeksl kecacingan dan hubungannya dengan higiene perorangan dan sanitasi tingkungan pada murid SD Negeri di Kecarnatan Sawangan Kota Depok. Higiene perorangan :anak terdiri dari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, setelah BAB, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan menggunting kuku, kebiasaan bermain. kehiasaan menghisap jari serta kondisi sanitasi lingkungan yang terdiri dari jenis lantai rumah. kepemilikan sarana air bersih (SAB) dan kepemiHkan jamban keluarga saniter (JAGA). selain itu juga diteliti karakteristik ibu wawancara dan pemeriksaan sampel tinja. Uji hipotesis dengan menggunkana uji chisquare.
Penelitian ini menunjukkan proporsi kecacingan sebesar 16.2%. Murid kelas 3 yang paling banyak menderita cadngan yaitu sebanyak 8 orang (44.4°/o) dan yang paling sedikit ialah murid kelas satu sebanyak 3 orang (!3.7%). Adanya program pemberian obat cacing berkala (tiap 6 bulan) kepada seluruh murid sekolah dasar kelas satu yang dilaksanakan oleh instansi kesehatan. Lima dari enam variabel pada higiene perorangan sudah cukup baik, kecuali kehiasaan bermain yang kontak tanah (73.9%). Untuk kondisi sanitasi lingkungan, hanya kepemilikan SAB bukan ledeng/PAM yang masih buruk (92.8%) sedangkan untuk karakteristik ibu, variabel pendidikan (62.2%) dan higiene perorangan (54.1%) memiliki proporsi lebih besar pada kategori buruk. Tidak diperolehnya hubungan yang bermakna antara variabel independen dan dependen namun pmposi cacingan lebih tinggi pada kategori kebiasaan bennain kontak langsung dengan tanah, kepemilikan SAB bukan ledeng/PAM, tingkat pendidikan ibu rendah dan kondisi ekonomi keluarga yang rendah.
Penulis menyarankan untuk tetap mempertahankan kondisi sanitasi Hngkungan dan periiaku hidup bersih dan sehat yang telah ada di masyarakat sehingga mereka tidak tergantung pada program pengobatan masal (blanket mass treatment). Upaya promosi dan pendidikan kesehatan yang berbasis masyarakat dan melibatkan kelompok masyarakat dan organisasi sekolah {UKS) serta pentingnya kerjasama. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T32446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Isa
"Infeksi kecacingan pada anak usia sekolah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka prevalensi nasional bervariasi di berbagai daerah dalam kisaran 0,4 hingga 76,67 % (Kemenkes RI, 2011). Jenis cacing yang paling banyak menyerang adalah cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris Trichuria). (Dirjen P2MPL, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara higiene perorangan, sanitasi lingkungan, karakteristik orang tua dan konsumsi obat cacing terhadap kejadian infeksi kecacingan. Penelitian dilakukan di SD Negeri Jagabaya 1 Warunggunung Kabupaten Lebak, Banten. Desain penelitian adalah crosssectional sedangkan pemilihan subjek penelitian di tentukan dengan metode total sampling. Responden penelitian ini adalah siswa kelas satu hingga kelas lima. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Juni 2013 dengan menggunakan kuisioner dan angket sebagai instrumen.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi kecacingan pada siswa SDN Jagabaya 1 Kabupaten Lebak adalah sebesar 65, 85 %. Pada analisis bivariat, variabel yang memiliki hubungan secara bermakna dengan kejadian infeksi kecacingan adalah higiene perorangan (OR=3,194), kebersihan kuku (OR=3,765), pendidikan ibu (OR=2,360), dan kepemilikan jamban (OR=3,808). Pada analisis multivariat, variabel yang memiliki hubungan paling kuat (dominan) terhadap kejadian infeksi kecacingan adalah kebersihan kuku (OR=4,062), kepemilikan jamban (OR=3,569), kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (OR=2,965).

Soil transmitted helminth infection is a public health problem in Indonesia. National prevalence of this disease varies by region from 0.4 to 76.67 % (Indonesian Ministry of Health, 2011). The common worm species that cause infection are roundworm (Ascaris lumbricoides), hookworm (Ancylostoma duodenale and Necator americanus), and whipworm (Trichuris trichuria). (Dirjen P2MPL, 2010).
The objective of this research was to examine the association of personal hygiene, environmental sanitation, parental characteristics and anti helminthic drugs with soil transmitted helminth infection. The research was conducted in Elementary school of Jagabaya 1 at Warunggunung, Lebak, Banten. This study utilized cross-sectional survey design, which respondents were selected by using total sampling method. Respondents of the research were first grade to fifth grade students. Primary data was collected on July 2013 by using questionnaire.
Results showed that the prevalence of soil transmitted helminth infection on students of Elementary School of Jagabaya 1 was 65.85 %. Bivariate analysis revealed four variables that were significantly related to soil transmitted helminth infection were personal hygiene (OR=3,194), nail cleanness (OR=3,765), maternal education (OR=2,360), and toilet ownership (OR=3,808). Multivariate analysis indicated that the essential factors related to the occurrence of soil transmitted helminth infection were nail cleanness (OR=4,062), toilet ownership (OR=3,569), and habit of washing hand before eating (OR=2,965).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy William
"Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan angka kekurangan nutrisi pada anak balita yang cukup tinggi. Kekurangan nutrisi merupakan penyebab mortalitas utama pada anak balita, yang dapat disebabkan oleh infeksi. Indonesia merupakan negara yang endemis terhadap soil transmitted helminth (STH) yang mencakup Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi STH dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh infeksi STH terhadap kekurangan nutrisi pada anak balita di kecamatan Nangapanda, NTT yang diukur dengan weight-for-age z-score (WAZ), height-for-age z-score (HAZ), dan weight-for-height z-score (WHZ).
Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan 98 subjek anak balita di Kecamatan Nangapanda yang berasal dari random sampling. Status WAZ, HAZ, dan WHZ diperoleh dari pengukuran antropometri, sementara status infeksi STH ditentukan melalui metode Kato-Katz untuk menemukan telur cacing di tinja. Hubungan antara infeksi STH dan kekurangan nutrisi pada anak balita dianalisis dengan chi-square, dan dilakukan analisis regresi logistik untuk mencari pengaruh faktor lain seperti usia anak balita, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan ibu. Dari 98 anak balita, sebanyak 58 di antaranya terinfeksi STH.
Sementara itu, ditemukan bahwa 27,6% anak balita memiliki WAZ <-2, 40,9% memiliki HAZ <-2, dan 10,2% memiliki WHZ <-2. Meskipun begitu, hasil analisis menunjukkan bahwa status infeksi STH tidak berhubungan secara bermakna dengan status gizi buruk pada anak balita, baik menurut WAZ (p = 0,997), HAZ (p = 0,244), maupun WHZ (p = 1,000). Analisis multivariat juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan faktor lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa infeksi STH tidak mempengaruhi kekurangan nutrisi pada anak balita di NTT, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

East Nusa Tenggara Province had one of the highest rate of undernutrition in under-five children in Indonesia. Undernutrition contributes to a high proportion of mortality in under-five children, which can be caused by infection. Indonesia is endemic for soil-transmitted helminth (STH) infection, which can be caused by Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura¸ and hookworm. Several studies have shown that STH infections can cause malnutrition in under-five children. Therefore, this research aims to investigate the association between STH infection and undernutrition in under-five children measured by weight-for-age z-score (WAZ), height-for-age z-score (HAZ), and weight-for-height z-score (WHZ).
This is a cross-sectional study involving 98 under-five children which is recruited using random sampling from Nangapanda Sub-District, East Nusa Tenggara. WAZ, HAZ, and WHZ status is determined from anthropometry, while STH infections are determined by Kato-Katz method to find the helminth eggs. Chi-square analysis is performed to find the association between STH infection and nutritional status in under-five children, and logistic regression is also performed to find other potential factors such as age, gender, and mother?s education. Of the 98 children recruited, 58 had STH infections.
This study also found that 27,6% of the children had WAZ <-2, 40,9% had HAZ <-2, and 10,2% had WHZ <-2. However, chi-square analysis showed that there are no significant association between STH infection and undernutrition in under-five children of Nangapanda measured by WAZ (p = 0,997), HAZ (p = 0,244),and WHZ (p = 1,000). Multivariate analysis also showed that other factors in this study are not significant. Therefore, this research showed that STH infection are not the main cause of undernutrition in children of East Nusa Tenggara, and further research are warranted to determine other factors which may cause the problem.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukito Ongko
"ABSTRAK
Infeksi oleh soil transmitted helminth masih menjadi permasalahan utama di Indonesia terutama di daerah pedesaan dan pinggiran kotaseperti di Kecamatan Nangapanda.Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi kronis oleh soil transmitted helminth ini dapat memberikan efek protektif terhadap berbagai penyakit metabolik. Penelitian ini merupakan sebuah studi cross-sectional yangbertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi helminth dengan parameter metabolik. Sebanyak 285 responden diukur tinggi badan, berat badan, glukosa darah puasa fasting blood glucose dan oral glucose tolerance test OGTT .Status infeksi pada responden ditentukan dengan pemeriksaan tinja melalui metode Kato Katz. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian di analisis dengan program SPSS 20.0 for Windowsmelalui uji Mann-Whitney untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna pada parameter metabolik antara kelompok yang terinfeksi dengan kelompok yang tidak terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang terinfeksi oleh spesies Trichuris trichiura memiliki body mass index BMI yang lebih rendah, tetapi memiliki nilai glukosa darah puasa fasting blood glucose yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terinfeksi oleh spesies tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelompok yang terinfeksi oleh 1 spesies helminth memiliki nilai oral glucose tolerance test yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak terinfeksi maupun kelompok yang terinfeksi oleh lebih dari 1 spesies. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara infeksi oleh soil transmitted helminth dengan parameter metabolik.

ABSTRACT
Soil transmitted helminth infections still become a major concern in Indonesia especially in rural and suburban areas such as Nangapanda. Mostly, infections by the soil transmitted helminth remain asymptomatic and may last for a long time. Studies had shown that such chronic infections by soil transmitted helminth may confer beneficial effects such as protection against metabolic diseases for the host. The objective of this cross sectional research is to study the effects of soil transmitted helminth infections on metabolic paramaters.As many as 285 people participated in the study and their stool samples were analysed to determine the infection status through Kato Katz method. We also collected the anthropometry measurements height and weight and also metabolic parameters fasting blood glucose and oral glucose tolerance test . Data that had been collected were analyzed using SPSS 20.0 for Windows through Mann Whitney test to find out any significant differences in the metabolic parametersbetween the infected group and non infected group regarding. The results showed that people who are infected by Trichuris trichiura have lower body mass index BMI but higher fasting blood glucose value. Moreover, this study also shows that people who were infected by only 1 species of soil transmitted helminth have lower oral glucose tolerance test value. As the conclusion, this study indicatedthat infection by soil transmitted helminths may affect the metabolic parameters of the host."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Asyuri Yasmin
"Infeksi kecacingan merupakan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan serta higiene perorangan. Sampai saat ini, prevalensi infeksi kecacingan di daerah tropis dan subtropis masih tinggi, salah satunya di Indonesia. Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah dasar, yaitu sekitar 70%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku jajan dan kondisi jajanan yang dikonsumsi siswa SD Negeri 09 Pagi Paseban dengan kejadian infeksi kecacingan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode cross-sectional. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 169 orang dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 114 orang yang berasal dari kelas I-VI. Data dikumpulkan melalui pengisian kuisioner. Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji fisher.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi kecacingan pada sekolah dasar ini adalah 11,4% dengan Ascaris lumbricoides sebagai penyebab utama (53,8%). Dilihat dari karakteristik responden, proporsi siswa yang suka membeli jajanan 95,6%. Proporsi siswa yang membeli jajanan tak berkemasan (di jajakan secara terbuka) 29,8%. Proporsi siswa yang membeli jajanan yang telah dihinggapi lalat 60,5%. Dari uji fisher, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi kecacingan dengan perilaku jajan (p=1), kebiasaan membeli jajanan yang dijajakan secara terbuka (p=0,203), dan kebiasaan membeli jajanan yang telah dihinggapi lalat (p=1) pada siswa SD Negeri 09 Pagi Paseban.

Helminthic infection is an environmental-based disease related to environmental sanitation and personal hygiene. Nowadays, prevalence of helminthic infections in tropic and subtropic area is still high, including in Indonesia. The highest prevalence of helminthic infections is found in school-aged children which is about 70%. This study is to determine the association of snacking behaviour and the hygiene of snacks with soil transmitted helminths (STH) infection among students of SDN 09 Pagi Paseban. This is an observational analytic study with cross-sectional method. The study population is 169; 114 are selected to be the samples for this study. The data are collected through questionnaire. Statistical analysis is carried out by using fisher exact test.
From the study we know that prevalence of STH infection in this school is 11.4%. Ascaris lumbricoides is the most frequent parasite in causing the infection (53.8%). Characteristics of respondents show the proportion of the students who like buying snacks (95.6%), students who buy snacks that are peddled openly (29.8%), and students who buy snacks which are already contaminated by flies (60.5%). The result of fisher exact test shows that there is no significant association between STH infection with the habit to buy snacks (p=1), habit to buy snacks that were peddled openly (p=0.203), and habit to buy snacks which are already contaminated by flies (p=1) among students in SDN 09 Pagi Paseban.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hudaini Rifa Irfani
"Infeksi cacing usus Soil-Transmitted Helminthes (STH), yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang, memiliki prevalensi yang tinggi di Jakarta, terutama pada anak-anak. Penyebaran infeksi cacing usus STH melalui tanah terkontaminasi telur cacing sehingga gaya hidup anak berperan penting dalam terjadinya infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus STH pekerjaan ayah dan ibu pada siswa SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 8-9 Desember 2010 dengan mengumpulkan 93 feses siswa dan kuesioner yang diisi oleh orang tua.
Hasilnya yaitu terdapat 11 siswa (11,8%) terinfeksi cacing usus STH sedangkan 82 lainnya (88,2%) tidak terinfeksi, dengan jumlah infeksi Ascaris terbanyak yaitu 8 siswa (8,6%). Karakteristik pekerjaan ayah terbanyak adalah karyawan (58,1%), sedangkan kebanyakan ibu tidak bekerja (67,7%). Pada uji Chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan jenis kelamin (p=0,439), tetapi terdapat perbedaan bermakna dengan kelas (p=0,015). Sementara, pada uji Fisher, tidak terdapat perbedaan makna antara infeksi cacing usus STH dengan pekerjaan baik ayah (p=1) maupun ibu (p=0,682). Sebagai kesimpulan, pekerjaan ayah maupun ibu tidak berhubungan dengan infeksi cacing usus STH pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tahun 2010.

Soil-Transmitted Helminthes (STH) infection including Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,, and hookworm, has a high prevalence in Jakarta, primarily in children. This infection spreads through egg-contaminated soil, therefore the children's lifestyle has a great influence to the occurrence of infection. Father's and mother's occupation are factors that related with children's lifestyle. The intention of this study is to find the relation between STH infection and father's and mother?s occupation of students of SDN 09 Pagi Paseban. This study uses cross-sectional design. In December 8th - 9th 2010, 93 students feces and questionnaires filled by parents were collected.
We found that there are 11 students (11,8%) infected with Ascaris infection as the highest prevalence (8,6%). The other 82 students (88,2%) are not infected. Most fathers work as employee (58,1%) while most mothers do not work (67,7%). In Chi-square test, there are no association between STH infection and gender (p=0,439), but STH infection is associated with class (p=0,015). Meanwhile, in Fisher test, STH infection is associated with neither father's occupation (p=1) nor mother's occupation (p=0,682). As conclusion, father's and mother's occupation are not related with STH infection in students of SDN 09 Pagi Paseban.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Krista Putri Asih
"ABSTRAK
Infeksi soil-transmitted helminth (STH) sering ditemukan di area perkebunan Indonesia dan oleh karena itu, komunitas di daerah tersebut sebaiknya diberikan penyuluhan kesehatan di mana materi penyuluhan bergantung kepada tingkat pengetahuan di komunitas tersebut. Tujuan dari riset ini adalah mempelajari asosiasi antara tingkat pengetahuan tentang gejala infeksi STH dan tingkat pendidikan murid madrasah di Desa Pacet, Cianjur. Riset ini dilaksanakan di Desa Pacet dengan menggunakan cross sectional study. Data primer diambil melalui kuesioner mengenai gejala infeksi STH pada tanggal 10-11 September 2011.Sampel diperoleh dengan menggunakan total sampling method. Setelah data tersebut dianalisa dengan menggunakan SPSS 11.5 dan diuji dengan tes chi square, hasil analisis menunjukkan bahwa murid tsanawiyah yang memiliki tingkat pendidikan buruk, sedang, dan baik secara berturut-turut adalah 67,8%, 22,6%, dan 9,6%, sedangkan pada murid aliyah secara berturut-turut adalah 62%, 16%, dan 22%. Tes chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,065) antara tingkat pengetahuan dan pendidikan. Kesimpulannya, tingkat pengetahuan dari murid madrasah mengenai gejala infeksi STH adalah rendah dan tidak memiliki asosiasi dengan tingkat pendidikan. Pengetahuan mereka harus ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan kepada seluruh murid.

ABSTRACT
Soil-transmitted helminth infection is commonly found in Indonesia?s plantation area because of its tropical climate, and therefore, the community should be given health education which depends on level of knowledge in the community. The purpose of this research is to study the level of knowledge on STH infection symptoms and education level in madrasah. The research was conducted in Pacet Village by using the cross sectional study. The primary data was taken through questionnaires about STH infection symptoms on September 10th-11th, 2011. The samples were taken by using total sampling method. After the data was analyzed using SPSS 11.5 and tested with chi-square, the results showed that tsanawiyah having poor, fair and good level of knowledge were 67,8%, 22,6% and 9,6%, respectively, while aliyah, were 62%, 16% and 22%. Chi square test showed no significant difference (p=0,065) between the level of knowledge and education. In conclusion, the knowledge level of madrasah students about STH symptoms was poor and had no association with education level. The knowledge should be increased by giving health education to all the students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amilia Resdiani
"Prevalensi soil-transmitted helminth (STH) di Indonesia tinggi terutama pada anak usia sekolah. Untuk mencegah infeksi, murid perlu diberikan edukasi mengenai STH. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan mengenai infeksi STH pada murid madrasah di Desa Pacet, Cianjur. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan semua murid sebagai subyek. Data diambil pada tanggal 10 dan 11 September 2011 menggunakan kuesioner yang berisi 6 pertanyaan mengenai karakteristik demografi dan 5 pertanyaan mengenai pencegahan STH. Data diolah dengan program SPSS 11,5 dan dianalisis dengan uji chi-square. Dari 196 subyek didapatkan murid laki-laki sedikit lebih banyak 99 (50,5%) daripada perempuan 97 (49,5%) dan 88 (44,9%) pernah terinfeksi oleh STH. Murid tsanawiyah yang mempunyai pengetahuan kategori baik, sedang dan buruk adalah 45,9 %, 24,7%, dan 29,4%, sedangkan aliyah 62%, 12%, dan 26%. Uji chi-square menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna (p=0,087) antara tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan siswa. Disimpulkan tingkat pengetahuan murid masih kurang dan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan pencegahan infeksi STH dengan tingkat pendidikan. Murid madrasah baik tsanawiyah maupun aliyah perlu diberikan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuannya.

The prevalence of soil-transmitted helminth (STH) infections is high in Indonesia especially among school-age children. To prevent the infection, the students should be given education about STH. The aim of this research was to know the knowledge level on prevention of STH infection in madrasah students in Pacet Village, Cianjur. This research used cross-sectional design with all students as the subjects. The data were taken on September, 10th and 11th 2011 using a questionnaire which consists of 6 demographic characteristics questions and 5 prevention of STH infections questions. The data were processed by SPSS 11.5 program and analyzed by chi-square test. The result of 196 subjects showed male students were slightly more 99 (50.5%) than female 97 (49.5%) and 88 (44.9%) had been infected by STH. Madrasah students who had knowledge level good, fair, and poor were 45,9 %, 24,7%, and 29,4%, meanwhile, aliyah students were 62%, 12%, and 26%, respectively. Chi-square test showed that there was no significant difference (p=0.087) between knowldge level and education level of the students. In conclusion, madrasah students were lack of knowledge and no association between education level and knowledge level. Madrasah students, both tsanawiyah and aliyah had to be given health education to improve their knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinna Irianti
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penyuluhan mengenai pencegahan infeksi STH pada murid madrasah tsanawiyah di Pacet, Cianjur. Desain penelitian adalah pre-post study dengan intervensi penyuluhan kesehatan. Data diambil menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pencegahan infeksi STH pada 10 September 2011. Semua murid Madrasah Tsanawiyah X Pacet, Cianjur diikutsertakan pada penelitian ini (total populasi). Data diolah dengan program SPSS 16.0 dan dianalisis dengan uji Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, dan Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan dari 133 murid madrasah yang terbanyak adalah laki-laki (54,1%), kelas 2 (41,4%), riwayat belum pernah terinfeksi (56,4%), dan riwayat orang sekitar pernah terinfeksi (78,9%). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dan kelas (Kruskal Wallis, p>0,05), riwayat terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05), dan riwayat sekitar terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05) namun berbeda bermakna dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p<0.05). Ditemukan pula perbedaan bermakna antara delta score dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p<0,05) dan kelas murid tsanawiyah (Kruskal Wallis, p<0,05), namun tidak pada riwayat infeksi murid dan orang sekitar (Mann-Whitney, p>0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan murid tsanawiyah sebelum dan sesudah penyuluhan (Wilcoxon, p<0,05).
Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan murid tsanawiyah di Pacet, Cianjur mengenai pencegahan infeksi STH. Peningkatan pengetahuan dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kelas, tetapi tidak dipengaruhi oleh riwayat infeksi murid dan orang sekitar.

This research was aimed to know the effectiveness of health education on knowledge level of prevention of STH infection among tsanawiyah students in Pacet, Cianjur. The design used was pre-post study with health education as the intervention. The data was taken using questionnaire regarding prevention of STH infection on 10 September 2011. All students in Madrasah Tsanawiyah X Pacet, Cianjur were involved (total population). Data was processed using SPSS 16.0 and analyzed with Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, and Wilcoxon test.
The results from 133 students showed the highest proportions of students were male (54.1%), second grader (41.4%), had never been infected (56.4%), and had their surroundings infected (78.9%). There was no significant difference between knowledge level and grade (Kruskal Wallis, p>0.05), infected history (Mann- Whiteny, p>0.05) and surrounding infected history (Mann-Whiteny, p>0.05), although there was a significant difference with gender (Mann-Whitney, p<0.05). Moreover, there was significant difference between delta score and gender (Mann-Whitney, p<0.05) and grade (Kruskal Wallis, p<0.05), but not in students and surrounding infected history (Mann-Whitney, p>0.05). There was significant difference in knowledge level before and after health education (Wilcoxon, p<0.05).
In conclusion, health education was effective in improving the knowledge level of prevention of STH infection among tsanawiyah students in Pacet, Cianjur. The improvement was associated with gender and grade, but not with infected history and surrounding infected history.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>