Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17550 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tsulis Amiruddin Zahri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi Instagram @santrionline dalam membangun nasionalisme di Indonesia Nasionalisme yang dibangun melalui konsep trilogi ukhuwah yang diajarkan dalam agama Islam. Konsep trilogi tersebut disebarkan melalui media sosial dengan elaborasi gambar, teks, video, dan audio. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menempatkan isu agama menjadi perbincangan nomor dua di media internet sebesar 41.55 persen. ditambah data survey We Are Social menempatkan Instagram sebagai media sosial popular dengan pengguna 1 miliar per bulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis isi, wawancara, dan studi literatur terhadap akun @santrionline. Hasilnya, santri memiliki kemampuan membangun ukhuwah. Apalagi konsep trilogi ukhuwah mencakup semua elemen yang membentuk nasionalisme yang berbasis perbedaan agama, suku, warna kulit, dan golongan. Sehingga komunitas yang terbayangkan oleh Anderson menjadi aplikatif.

This study aims to find out the contribution of Instagram @santrionline in building nationalism in Indonesia Nationalism which is built through the concept of the trilogy of ukhuwah taught in Islam. The concept of the trilogy is disseminated through social media with the elaboration of images, text, video and audio. Data from the Indonesian Internet Service Providers Association places the issue of religion as the number two conversation on internet media at 41.55 percent. plus the We Are Social survey data put Instagram as a popular social media with 1 billion users per month. This study used a qualitative approach with content analysis, interviews, and literature studies on @santrionline accounts. As a result, santri have the ability to build ukhuwah. Moreover, the concept of the trilogy of ukhuwah includes all the elements that make up nationalism based on differences in religion, ethnicity, color, and class. So that the community imagined by Anderson is applicable."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Virginia
"Waria memiliki ciri khas yang berbeda dari transgender dan kelompok gender dalam LGBTQ, yakni individu dengan tubuh teridentifikasikan berjenis kelamin laki-laki namun berperilaku dan berpenampilan feminin seperti wanita, serta menolak melakukan perubahan atau pergantian jenis kelamin biologis. Namun identitas tersebut justru menimbulkan problematika yang tidak berkesudahan karena perlakuan diskriminasi dari keluarga, institusi pemerintah termasuk masyarakat mayoritas agama Islam memegang teguh prinsip konstruksi identitas heteronormative berdasarkan dua jenis kelamin, yakni pria dengan gender maskulinitasnya dan wanita dengan gender feminitasnya. Dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, dan metode penelitian kualitatif konstruksivis berdasarkan pendekatan konstruksi sosial, penelitian ini memberikan penjelasan perihal konstruksi identitas waria yang dialami dua informan asal Garut dan Tasikmalaya, dua wilayah di provinsi Jawa Barat dengan jumlah pondok pesantren terbanyak se-Indonesia. Analisis penelitian menemukan, individu waria yang berasal dari keluarga santri meyakini identitas sebagai waria setelah mendapat informasi dari luar institusi keluarga, agama dan pendidikan, serta mempertahankan identitas waria sebagai hasil dari dialektika eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi yang menghasilkan realitas subjektif dengan menolak melakukan perubahan bentuk fisik dan jenis kelamin atas pengaruh terbesar dari realitas objektif yang dikonstruksikan oleh institusi keluarga dan institusi agama. Ajaran agama dan Anggota keluarga yang melakukan penolakan identitas ternyata memiliki peran dominan atas karakter keyakinan mempertahankan identitas waria.

Waria (Transvestites) have different characteristics from transgender and gender groups in LGBTQ, namely individuals whose bodies are identified as male but behave and look feminine like women and refuse to change or change their biological sex. However, this identity creates endless problems because of discrimination from families, government institutions, including the Muslim majority community, upholding the principle of constructing heteronormative identities based on two sexes, namely men with masculinity and women with femininity. Using a constructivist paradigm, and a constructivist qualitative research method based on a social construction approach, this research provides an explanation of the construction of transvestites’ identity experienced by two informants from Garut and Tasikmalaya, two areas in West Java province with the largest number of Islamic boarding schools in Indonesia. The research analysis found that transvestites individuals who come from santri families believe in identity as transvestites after receiving information from outside family, religious and educational institutions, and maintain a transvestites identity as a result of dialectics of externalization, objectivation and internalization which produces subjective reality by refusing to change physical form and gender for the greatest influence of objective reality constructed by family and religious institutions. Religious teachings and family members who reject identity turn out to have a dominant role in the character of beliefs in maintaining transvestites’ identity. "
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Septiani
"Tulisan ini membahas mengenai peran AII dalam peningkatan rasa nasionalisme pada diri santri pesantren Syamsul ‘Ullum di Sukabumi tahun 1931-1946. Pada abad ke- 20 muncul sebuah gerakan pembaruan islam di Indonesia. Gerakan ini melahirkan dua golongan pemikirian islam yang saling berseberangan yaitu islam modern dan tradisionalis. Dampak dari adanya gerakan pembaruan ini memunculkan beberapa tokoh ulama dan organisasi yang menegakkan kebaharuan tersebut. Kondisi seperti inipun juga terjadi di Sukabumi, dua aliran keagamaan tersebut menjadi ajang perpecahan antar ulama tradisionalis dan juga ulama modernis. Meskipun demikian, di Sukabumi sendiri lahir seorang ulama yang bisa dikatakan sebagai ulama tradisionalis-modernis. Ulama ini adalah KH. Ahmad Sanusi. Pemikiran keagamaan yang di anut KH. Ahmad Sanusi juga di tuangkan kepada organisasi dan pondok pesantren yang KH. Ahmad Sanusi dirikan yaitu organisasi Al-Ittihadiyatul Islamiyyah dan Pondok Pesantren Syamsul ‘Ullum. Organisasi dan lembaga pendidikan yang KH. Ahmad Sanusi bentuk ini saling berhubungan terutama dalam menyebarkan pencerahan keagamaan yang ada di Sukabumi. Selain itu, organisasi AII juga berperan dalam peningkatan rasa nasionalisme para santri di pondok pesantren Syamsul ‘Ullum dengan berbagai macam pendidikan yang diberikan oleh pengajar AII di pondok pesantrean Syamsul ‘Ullum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa organisasi AII dan lembaga pendidikan yang didirikan KH. Ahmad Sanusi yaitu pondok pesantren Syamsul ‘Ullum ini memiliki hubungan yang erat, terkhusus mengenai penyebaran keagamaan islam di Sukabumi. Organisasi AII membantu KH. Ahmad Sanusi dan pondok pesantrennya dalam menyebarkan dakwah dan pendidikan islam untuk mencerdaskan muslim di Sukabumi. penyebaran pendidikan agama islam ini dilakukan oleh lembaga keguruan yang dibentuk oleh AII yaitu Ittihad Maddaris Islamiyya (IMI) yang juga membantu KH. Ahmad Sanusi mengajar di pondok pesantren Syamsul ‘Ullum. Selain itu, pendidikan yang diberikan oleh AII secara tidak langsung membawa peningkatan kesadaran kebangsaan dan rasa nasionalisme pada diri masyarakat Sukabumi khususnya para santri. Hal ini terlihat pada masa kemerdekaan Indonesia para santri ikut berjuang melawan sekutu dan merebut paksa wilayah Sukabumi dari tangan pemerintah militer Jepang. Berbeda dari kajian -kajian sebelumnya yang membahas peran organisasi AII secara umum, penelitian ini lebih berfokus pada peran organisasi secara AII dalam peningkatan rasa nasionalisme pada diri santri pesantren Syamsul ‘Ullum di Sukabumi tahun 1931-1946.

This paper discusses the role of AII in increasing the sense of nationalism in the students of Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school in Sukabumi in 1931-1946. In the 20th century there was a movement of Islamic renewal in Indonesia. This movement gave birth to two opposing groups of Islamic thought, namely modern and traditionalist islam. The impact of this renewal movement gave rise to several clerical figures and organizations that enforce the novelty. Conditions like this also occur in Sukabumi, the two religious sects into a split between traditionalist cleric and modernist cleric. Nevertheless, in Sukabumi was born a cleric who can be said to be a traditionalist-modernist cleric. This cleric is KH. Ahmad Sanusi. Religious thought in KH. Ahmad Sanusi also poured to organizations and boarding schools that KH. Ahmad Sanusi founded the organization Al-Ittihadiyatul Islamiyyah and Pondok Pesantren Syamsul ' Ullum. Organizations and educational institutions that KH. Ahmad Sanusi this form is interconnected, especially in spreading religious enlightenment in Sukabumi. In addition, the AII organization also plays a role in increasing the nationalism of the students at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school with various kinds of education provided by AII teachers at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school. The method used in this study using the historical method which consists of four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. From the results of the study can be seen that AII organizations and educational institutions established KH. Ahmad Sanusi, Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school, has a close relationship, especially regarding the spread of islam in Sukabumi. The organization AII helped KH. Ahmad Sanusi and his boarding school in spreading da'wah and Islamic education to educate Muslims in Sukabumi. the spread of Islamic religious education was carried out by the teacher training institute formed by All, namely Ittihad Maddaris Islamiyya (IMI) which also helped KH. Ahmad Sanusi teaches at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school. In addition, the education provided by AII indirectly brought an increase in national awareness and a sense of nationalism to the people of Sukabumi, especially the students. This can be seen during the independence of Indonesia, the students fought against the allies and forcibly seized the Sukabumi region from the hands of the Japanese military government. Different from previous studies that discussed the role of AII organization in general, this study focuses more on the role of AII organization in increasing nationalism in students of Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school in Sukabumi in 1931-1946."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liem Satya Limanta
"

Disertasi ini membahas bagaimana perempuan dikonstruksi dalam representasi nasionalisme pada tiga film daerah perbatasan Indonesia. Ketiga film yang dikaji, Tanah Air Beta, Batas, dan Tanah Surga Katanya...dianalisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan konsep utama tentang bangsa, nasionalisme dan identitas nasional, konsep unsur-unsur formal dan naratif film, dan konsep pendukung Jakarta gaze dan tourist gaze. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana konstruksi perempuan dalam menyoal nasionalisme dalam film perbatasan dilakukan, bagaimana konstruksi perempuan dalam menghadirkan nasionalisme melalui simbol-simbol dalam ketiga film, dan bagaimana konstruksi perempuan dalam menyikapi oposisi biner terkait nasionalisme dalam ketiga film daerah perbatasan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan sejauh mana konstruksi perempuan dalam representasi nasionalisme dalam ketiga film daerah perbatasan menunjukkan peran perempuan terkait isu nasionalisme. Penelitian ini menemukan bahwa konstruksi perempuan dalam representasi nasionalisme di dalam film-film daerah perbatasan Indonesia dilakukan melalui agensi perempuan sebagai single mother dan guru, agensi perempuan terkait simbol-simbol nasionalisme, dan agensi perempuan dalam menyikapi oposisi biner antara pusat dan pinggiran serta antara Indonesia dan non-Indonesia. Dalam konstruksi tersebut ditemukan bahwa perempuan berperan sangat penting dalam menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.


This dissertation discusses how women are constructed in the representation of nationalism in three Indonesian border films. The three films, namely Tanah Air Beta, Batas, and Tanah Surga Katanya...were analyzed with a qualitative method applying the main concepts of nation, nationalism, national identity, formal and narrative elements of film, and supporting concepts of Jakarta and tourist gaze. The problems to be discussed cover the questions on the construction of women in nationalism issues in border films, on the construction of women in representing nationalism through certain symbols, and on the construction of women in giving response toward the binary oppositions related to nationalism in the three Indonesian border films. The purpose of this research is to show the expansion of womens roles in relation to nationalism issues. This research finds that the construction of women in representing nationalism in Indonesian border films is carried out through womens agency as single mothers and teachers, through their agency in relation to symbols of nationalism, and through their agency in giving response toward the binary opoosition between the centre (Jakarta) and periphery and also between Indonesia and non-Indonesia. The construction shows that women play a very important role in instilling the pride of being Indonesians and sharpening the sense of nationalism in daily life.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2751
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta : Al-Husainy
050 SUM 1:2 (2004)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berupa salinan dari buku cetak yang disalin sekitar tahun 1930. Naskah berisi teks yang menguraikan begaimana menjadi santri yang baik. Seorang santri harus sabar, telaten, tidak malas, prihatin, dan berbakti kepada guru. Secara panjang lebar diuraikan bagaimana santri harus menerima sikap guru yang telah memberinya ilmu, yaitu antara lain: menghadapi seorang guru yang galak, seorang santri harus merasa bersyukur dan tafakur. Santri harus giat mencari ilmu. Selanjutnya diuraikan bagaimana amal dan ilmu berperan di akhir jaman. Pada h.6 terdapat keterangan yang menjelaskan bahwa pengarang teks ini adalah Haji Zakaria putra Haji Gazali di Kampung Pabean, Surabaya. Ia seorang ?haji miskin? yang mempunyai toko dipinggir sungai. Teks selesai dikerjakan pada hari Sabtu pada tanggal 25 Rejeb, tanpa angka tahun. Pada h.i terdapat keterangan nama penerbit Al-Fakir al-Chakir al-Chaji Abdu?l-Gani di kampung Ledok, Bangil, dengan keterangan waktu 7 Rejeb 1347 ( 20 Desember 1928). Lihat deskripsi naskah FSUI/PR.130 untuk keterangan lebih lanjut tentang seri 9 buku sair dari penerbit yang sama. Naskah diterima oleh Dr. Th. Pigeaud dari R Mandrasastra pada tanggal 20 Pebruari 1930."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.138-B 9.06
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Karman
"Indonesia sebagai negara demokrasi harus melaksanakan sistem dan nilai-nilai demokrasi. Implementasi demokrasi ini mendapat tantangan sebagian umat Islam (kelompok fundamentalis). Studi literatur menunjukkan bahwa hubungan demokrasi dan Islam lebih banyak disorot dari sisi politik dan pada tataran prosedural (pemilihan umum). Peneliti terjebak cara berfikir oposisi biner: Islam moderat versus fundamentalisme. Artikel ini membahas konstruksi wacana nilai-nilai demokrasi oleh kelompok Islam fundamentalis di media online. Kelompok Islam fundamentalis yang dimaksud adalah JAT, MMI, dan HTI. Aspek yang dikaji adalah konstruksi kelompok Islam fundamentalis terhadap pemilihan umum, HAM, kebebasan beragama, kelompok minoritas, kebebasan berekspresi. Penelitian ini menggunakan perspektif Teori Konstruksi Realitas Sosial dan model analisis wacana Theo Van Leeuwen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penolakan mereka terhadap demokrasi sebatas pemilihan umum. Mereka menerima nilai-nilai demokrasi berupa HAM, kelompok minoritas, dan kebebasan berekspresi. Mereka cenderung menolak kebebasan beragama. Penerimaan mereka terhadap nilai-nilai demokrasi tersebut harus dipahami dalam konteks bisa didamaikan dengan nilai-nilai Islam. Kelompok Islam fundamentalis melakukan adaptasi, reinterpretasi, kontekstualisasi nilai-nilai demokrasi sesuai dengan aspirasi Islam. Media online adalah sarana efektif untuk mendiseminasikan gagasan mereka. Kajian selanjutnya dianjurkan untuk memperdalam fenomena fundamentalisme ini pada aspek pemaknaan, pengalaman, atau dialektika mereka sebagai agen/struktur.

Indonesia -as a democratic country- implement system and democratic values. In the democracy implementation, Indonesia get a challange from Islam-based fundamentalism movement. Literature study shows that relation democracy and Islam focus more on political facet and procedural democracy (general election). Researchers get tied by binnary-opposition way of thinking: moderat Islam versus fundamentalism. This article deals with Islam-based fundamentalist-group’s construction on democratic-value discourse in online media. Those groups are JAT, MMI, dan HTI. We focus on Islam-based fundamentalist group’s construction on general election, human rights, freedom of faith, minority group, freedom of expression. This research harnesses social construction perspective theory and discourse analysis model of Theo Van Leeuwen.
The result shows that their repudiation against democracy only in general election meaning. They accept democratic values : human rights, minority group, freedom of expression but they tend to disagree to freedom of faith. Hence, their democratic-value acquiescence can be only undertood in the context of Islamic value. Islam-based fundamentalist-groups make adaptation, reinterpretation, contextualization of the democratic values in compliance with Islam aspiration. Online Media (internet) is an effective vehicle to spread out fundamentalist’s thought. further researces should investigate this fundamentalism phenomenon from the aspect of their reception, experience, or dialectic as agent/structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Setia Pratiwi
"Terdapat berbagai penelitian yang menyebutkan bahwa pembelajaran secara kolaboratif menunjukkan hasil yang sangat positif yakni meningkatnya hasil proses belajar, meningkatnya performa tim yang terkait dengan pemahaman suatu pengetahuan. Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan diantaranya tahap identifikasi dan analisis data, perancangan desain sistem, tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan pada knowledge construction learning environment yang bertujuan untuk menyediakan sarana bagi para peserta ajar untuk mengartikulasikan pendapat mereka, mendiskusikan ide mereka kepada orang lain, untuk membedakan perspektif yang mereka miliki, mengadopsi ide-ide dari orang lain, mengklarifikasi terjadinya ketidaksepahaman, menegosiasikan pemahaman dan merumuskan pengetahuan agar menjadi produk yang bernilai. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, penulis akan merancang sebuah sistem pembelajaran kolaboratif online yang menerapkan pendekatan knowledge construction dalam melakukan kolaborasi antar-Peserta.

There were several researches that stated collaborative learning approach shows a very positive result in the improvement of study result and in the enhancement of team performance related to the understanding of knowledge. The research methodology that is being implemented in this thesis consists of identification, data analysis, system design, implementation, and evaluation stage. The system that is being developed in this research based on a knowledge construction learning environment that aimed to provide students the facility for articulating, discussing ideas to others, distinguishing perspectives, adopting ideas from others, clarifying any misunderstanding, negotiating for an agreement, and constructing knowledge to formulate valuable learning output. To achieve those goals, the author has designed a learning system which provides collaborative tools based on the knowledge construction approach. The knowledge construction approach comprises six learning phases, which are the Articulation, Clarification, Argumentation, Negotiation, and Integration phase. Each of the phases provides collaborative tools which facilitate the learning process of the student."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Maharani Berlian
"Wacana keberlanjutan dalam konteks industri pakaian membahas pembelian dan penjualan baju bekas sebagai perilaku berkelanjutan. Terlepas dari perbedaan sosiokultural dengan negara Barat, pembelian baju bekas melalui toko baju bekas berbasis daring dibahas dalam wacana keberlanjutan di Indonesia. Pemilik toko baju bekas di Instagram mulai mengunggah konten yang mengangkat wacana keberlanjutan. Menggunakan kerangka pemikiran Wacana oleh Foucault dan Konstruksi Sosial atas Realitas oleh Berger dan Luckmann, penelitian ini berfokus pada konstruksi realitas pemilik toko baju bekas berbasis daring dan tidak berfokus pada analisis teks wacana. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pemilik toko baju bekas di Instagram membentuk konstruksi wacana keberlanjutan dalam konstruksi realitasnya. Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian social constructionism ini menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam. Penelitian ini menemukan bahwa konstruksi wacana keberlanjutan oleh pemilik toko baju bekas di Instagram dilatarbelakangi oleh agen sosialisasi dan berhubungan dengan konstruksi realitas subjektifnya. Dalam proses konstruksi tersebut, pemilik toko baju bekas berbasis daring mengadopsi sudut pandang Barat dalam membentuk konstruksi wacana keberlanjutan. Melalui konstruksi wacana keberlanjutan, terbentuk dilema karena terdapat kesenjangan antara konstruksi wacana dengan realitas objektif. Dilema ini juga diperkuat melalui ketidaksesuaian ekspektasi terkait kuasa yang dimiliki pemilik toko baju bekas berbasis daring dengan realitas yang ditemui.

ABSTRACT
Sustainability discourse within the context of fashion industry discussed about the act of buying and selling used clothes as sustainable behavior. Regardless of sociocultural differences with Western countries, the act of buying used clothes through online thrift shop is being considered to be included within the sustainability discourse in Indonesia. Online thrift shop owners on Instagram began to upload contents promoting sustainability discourse. Using Foucault’s frame of mind regarding discourse and Berger and Luckmann’s social construction of reality framework, this research focuses on online thrift shop owners’ social construction of reality and does not focus on the discourse analysis. This study aims to explore how online thrift shop owners on Instagram construct sustainability discourse within their social construction of reality. This qualitative research, with social constructionism strategy, uses in-depth interview as the data collection method. This study discovers that the construction of sustainability discourse by online thrift shop owners on Instagram is motivated by their socialization agents and is related to their subjective reality construction. Within the process of construction, online thrift shop owners adopt Western world view in constructing sustainability discourse. This study also finds that through the social construction of sustainability discourse, online thrift shop owners experience dilemma from the discrepancy that they encounter between their discourse construction and the objective reality. The dilemma is also strengthened by the dissonance they experience between expectation regarding their owned power and the encountered reality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>