Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasia Livia Serevina
"Masalah transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar antara lain kemacetan lalu lintas, polusi suara dan udara, kecelakaan dan keterlambatan. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa di Kota Depok terdapat tingkat kemacetan yang tinggi di pusatnya aktivitas perdagangan dimana 6 dari 7 adalah pusat perbelanjaan. Di kota Depok sampai sekarang sudah ada 10 mall. Kemacetan di jalan raya di Kota Depok Lokasi Mall menunjukkan bahwa keberadaan Mall semakin meningkat generasi perjalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial waktu perjalanan ke Mall dan penghalang sisi luar angkasa di jalur perjalanannya. Data yang digunakan meliputi waktu tempuh, pusat keramaian, persimpangan jalan, lama perjalanan, dan moda transportasi dari 148 responden pengunjung. Koleksi Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pengunjung mall pada sore hari. Hambatan ruang pada jalur perjalanan dapat dikategorikan sebagai deviasi dan pusat kerumunan, yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tempuh tidak ada hubungannya dengan lama perjalanan perjalanan. Perjalanan jauh tidak selalu membutuhkan waktu tempuh yang lama. Dan sebaliknya. Namun, sebagian besar responden bersedia butuh waktu lama untuk mencapai Mall dengan kelengkapan tinggi.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden memilih jalur perjalanan dengan hambatan ruang paling sedikit. Ini terjadi baik dalam perjalanan ituj auh dan dekat, dan juga selama waktu perjalanan yang cepat dan lama.

Transportation problems that often occur in big cities include traffic jams, noise and air pollution, accidents and delays. Previous research has shown that in Depok City there is a high level of congestion at the center of trading activity, where 6 out of 7 are shopping centers. In the city of Depok, until now there are 10 malls. Congestion on the highway in Depok City The location of the Mall shows that the Mall's existence is increasing in the generation of trips. This study aims to determine the spatial pattern of travel time to the Mall and outer space side obstructions in its travel path. The data used include travel time, the center of the crowd, road junctions, travel times, and modes of transportation from 148 visitor respondents. Collection Data collection was carried out by conducting interviews with mall visitors in the afternoon. The space resistance on the travel path can be categorized as the deviation and crowd center, which is classified into several classes. The results showed that the travel time had nothing to do with the length of the trip. Long trips do not always require a long travel time. And vice versa. However, most respondents are willing to take a long time to reach the mall with high facilities. The conclusion of this study shows that the respondents chose the route of travel with the least space constraints. This occurs both on long and near journeys, and also during long and fast travel times."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni
"Kota Depok menghadapi permasalahan terkait penyediaan lahan permukiman bagi penduduknya yang mengakibatkan terbentuk dan berkembangnya permukiman kumuh. Skripsi ini membahas tentang pola keruangan permukiman kumuh Kota Depok berdasarkan tingkat kekumuhannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dengan tema analisis pola keruangan dan unit analisis berupa tingkat kekumuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekumuhan permukiman kumuh di Kota Depok erat hubungannya dengan jarak terhadap badan air, rel kereta api dan lokasi aktifitas ekonomi; serta tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kependudukan mempengaruhi tingkat kekumuhan dari aspek sosial ekonomi.

Depok City experiencing problems related to housing land supply for its residents which resulted in forming and growing of slum areas. This Undergraduate thesis discusses about the spatial pattern of Depok's slum areas based on its slums level. In this research, spatial approach, especially spatial pattern analysis is used to analyse the spatial pattern of slum area in Depok City.
The result of this research indicate that level of slum areas in Depok City closely related to the distance from the water bodies, the distance from the railway, and the distance from the economic aktivities; as well as the educational levels, employment, and residential status influence the slum level of Depok's slum areas from the socio-economic aspect.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Widya Astuti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai pola perjalanan calon penumpang commuter line menuju stasiun di Kota Depok, dengan latar belakang sebagai salah satu kota satelit telah mengalami perkembangan yang kompleks baik dari sisi penduduk, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Salah satu konsekuensinya adalah meningkatnya pergerakan masyarakat melalui titik simpul transportasi yaitu Stasiun Universitas Indonesia, Stasiun Pondok Cina, Stasiun Depok Baru, Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam. Tingginya mobilitas calon penumpang commuter line dipengaruhi oleh lokasi stasiun yang dekat dengan kawasan permukiman, kondisi sosial ekonomi dan pola perjalanan penumpang.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, serta tinjauan pustaka. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed methods baik secara kualitatif maupun kuantiatif.  Analisis yang digunakan adalah dengan metode multinomial logistic regression. Hasil dari penelitian mengemukakan bahwa perilaku penumpang menuju stasiun (access mode) dipengaruhi oleh nilai waktu, jarak dan biaya transport. Temuan dari penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang prilaku calon penumpang dalam memilih stasiun dan moda transportasi menuju stasiun. Sehingga stasiun di Kota Depok perlu dilakukan perbaikan sarana dan prasarana penunjang seperti penataan tempat naik turun angkutan umum, parkir kendaraan pribadi, drop off angkutan online, parkir kendaraan tidak bermotor maupun penataan fasilitas pejalan kaki.

ABSTRACT
This thesis discusses the commuting line of prospective commuter line passengers to the station in Depok, with a background as one of the satellite cities that has experienced complex developments both in terms of population, social, economic, and environmental. One consequence is the increased movement of people through the station node points, namely Universitas Indonesia Station, Pondok Cina Station, Depok Baru Station, Depok Lama Station and Citayam Station. The high mobility of prospective commuter line passengers is influenced by the location of the station which is close to residential areas, socioeconomic conditions and passenger travel patterns.
Data collection techniques by interview, observation, questionnaire distribution, and literature review. This research was conducted with a mixed methods approach both qualitatively and quantitatively. The analysis used is the multinomial logistic regression method. The results of the study suggest that the behavior of passengers to the station (access mode) is influenced by the value of time, distance and transportation costs. The findings of this study contribute to understanding the behavior of prospective passengers in choosing stations and modes of transportation to the station. So that stations in the city of Depok need to be improved facilities and supporting infrastructure such as the arrangement of places of ups and downs of public transport, parking of private vehicles, drop off of online transportation, parking of non-motorized vehicles and arrangement of pedestrian facilities."
2020
T55364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avrie Yustianty
"Di era informasi seperti sekarang ini, segala aktivitas hampir sebagian besar bergantung pada internet bahkan kegiatan berbelanja pun bisa dilakukan melalui internet yang dikenal dengan belanja online. Kemajuan di bidang teknologi, informasi dan komunikasi seperti internet ini dikatakan telah mengikis arti penting ruang. Sebagai seorang peneliti di bidang Geografi, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran ruang riil mempengaruhi salah satu aktivitas yang sedang populer di internet sekarang ini yaitu belanja online dan juga memahami bagaimana perilaku dari konsumen belanja online khususnya dari segmen mahasiswa. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan Moment of Truth dan Pendekatan Keruangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap tahap pada proses belanja online melibatkan ruang di dalamnya baik ruang sebagai media ataupun sebagai penghalang dan membentuk suatu pola keruangan dimana bentuk pola keruangan tersebut berbeda-beda tergantung pada harga dan resiko barang yang dibeli serta keterjangkauan konsumen terhadap barang atau penjual.

In the information age, as now, almost all activity largely depends on the internet and even shopping activities can be done via the internet. Shopping via internet known as online shopping. Advances in technology, information and communication like the Internet have eroded the significance of space. As a researchers in Geography wanted to know how the role of real space affects online shopping as one of the popular activities on the internet right now and understanding how the behavior of consumers online shopping especially from students segment. The research was carried out through a Moment of Truth approach and spatial perspective.
The results showed that in every stage of the online shopping process, it involves a space as a media or as a barrier and create a spatial pattern which is vary depending on the price and risk of the items purchased and the affordability of consumers to the goods or the seller.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42830
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Rosa
"Hampir seluruh perumahan formal yang dibangun secara massal oleh pengembang, pada umumnya sebelum dihuni oleh pemiliknya, mengalami perubahan baik berupa penambahan atau penghapusan ruang, maupun perubahan fungsi ruang, dari jumlah dana yang dikeluarkan merupakan pemborosan. Dalam tulisan ini akan diuraikan hasil penelitian persepsi terhadap tingkat kepentingan fungsi ruang untuk rumah tinggal diperkotaan berdasarkan kelompok pendapatan rumah tangga, dengan mengambil sampel di Kota Yogyakarta. Pengambilan topik ini berdasarkan pendapat bahwa salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi persepsi adalah pendapatan. Informasi persepsi masyarakat terhadap fungsi diambil dari data sampel Kota Yogyakarta pada tahun 2011 dengan pengambilan sampel dilakukan melalui metode multy stage sampling dengan teknik sistematik, jumlah sampel 600 kepala keluarga. Data dianalisis dengan metoda deskriptif, analisis Chi-square dan analisis korelasi, melalui bantuan software program Excel dan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Ketersediaan fungsi ruang tidur, kamar mandi, ruang dapur dan ruang tamu, merupakan fungsi ruang yang perlu diperhatikan untuk pembangunan tempat tinggal, karena fungsi ruang tersebut merupakan fungsi yang penting dan sangat penting keberadaannya untuk menunjang proses interaksi keluarga yang tinggal di tempat hunian Kota Yogyakarta."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2017
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Fitriatulamal
"Penulisan ini membahas mengenai pengaruh cakupan pandang terhadap pembacaan ruang dan bagaimana pembacaan ini dapat mengidentifikasi occlusive area. Dengan menggunakan metode isovist dan studi kasus ruang virtual untuk mengetahui bagaimana cakupan pandang membaca ruang.  Pembacaan ruang dengan metode isovist dapat mendeskripsikan sifat spasial ruang serta mengidentifikasi bagian mana dari ruang yang terlihat dan tidak terlihat oleh cakupan manusia pada suatu titik di lokasi tertentu. Area yang tidak terlihat karena diluar cakupan pandang, atau disebut juga dengan occlusive area dapat menimbulkan masalah. Sehingga area ini perlu lebih diperhatikan. Hasil analisis ini akan memberikan gambaran area yang terlihat dan batas batas occlusive area pada suatu ruang sehingga dapat mengetahui dan mewaspadai area tersebut saat melakukan eksplorasi.

This thesis discusses the scope of view on space reading and how this reading can identify the occlusive area. By using the isovist method and virtual space case studies to find out how the scope of reading space is. Space reading with the isovist method can describe the spatial properties of space and identify which parts of space are visible and invisible to human coverage at a point in a certain location. Areas that are not visible because they are outside the scope of view also called occlusive areas can cause problems. So this area needs more attention. The results of this analysis will provide an overview of the visible area and the boundaries of the occlusive area in a space so that it can know and be aware of the area when exploring."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Urrohmah
"Skripsi ini membahas proses produksi ruang yang terjadi di jalan layang Pasar Rebo. Beberapa pertanyaan terkait yakni karakter jalan layang Pasar Rebo terkait dengan Jalan Raya Bogor, proses produksi penggunaan ruang di jalan layang terkait dengan temporalitas, dan aktivitas relaksasi memproduksi ruang publik. Untuk dapat memahami dan mengungkap proses produksi ruang akibat aktivitas relaksasi pada jalan layang digunakan teori-teori produksi ruang dari Henri Lefebvre dan teori praktek meruang dari Michel de Certeau. Metode kualitatif digunakan pada pengamatan dan wawancara terhadap pengguna ruang pada Jalan Layang Pasar Rebo.
Hasil penelitian menunjukkan jalan layang pada tahapan conceived space sebagai sirkulasi kendaraan menjadi lokasi yang menarik dalam tahapan perceived space sebagai ruang publik dan tempat berjualan. Konflik ini menjadikannya sebagai dualisme fungsi dalam tahapan lived space sehingga institusi terkait merasa perlu untuk membenahi fenomena ini dengan menggunakan strategy tetapi pengunjung atau pedagang dapat membaca situasi dengan menggunakan tactic.
Proses produksi ruang akibat aktivitas relaksasi berawal dari meminggirkan motor ke bahu jalan, memarkirkannya, membuka helm, mengendurkan otot, memutar badan menghadap timur atau barat, membeli jajanan, dan menikmati pemandangan sekitar. Aktor yang berperan saling terkait dengan aksi yang dilakukan sehingga memproduksi ruang baru pada jalan layang. Masing-masing mempunyai pemicu tersendiri yang lebih dominan baik dari alam, dimensi ruang, waktu, mata pencaharian, dan tugas penertiban sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

This final paper discusses the space production process that happens in Pasar Rebo overpass. Several questions arise from this phenomenon, such as the character of Pasar Rebo overpass associated with the context of Bogor highway, space utilization production process associated with temporality, and relaxation activities producing public space. To understand and reveal the space production process due to relaxation activities in overpass, production of space theories by Henri Lefebvre and spatial practice theory by Michel de Certeau are used through literature study. Qualitative methods used in the observations and interviews users of space in Pasar Rebo overpass.
The results shows Pasar Rebo overpass in the phase of conceived space as a vehicle circulation becomes an attractive location in phase of perceived space as public space and a selling place. These conflicts make it as a duality of functions in phase of lived space so relevant institutions feel the need to correct this phenomenon by using the strategy but the visitor or cadger can read the situation by using the tactic.
The process of production of the space due to the relaxation activity originated from the motor pulled onto the shoulder, parked, opened the helmet, relax muscles, rotating body facing east or west, buy snacks, and enjoy the scenery around. The actor who plays intertwined with the actions taken to produce a new space on the overpass. Each has its own trigger a more dominant both from nature, the dimension of space, time, livelihoods, and enforcement duties in accordance with the objectives to be achieved.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43075
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iyad Taqiyuddin
"Fenomena disorientasi ruang pada sebuah kota dewasa ini sangatlah rumlah. Kompleksitas dari terbentuk ruang sebuah kota didasari karena adanya aktivitas manusia di suatu ruang yang menyebabkan terbentuknya identitas sebuah kota atau kawasan. Elemen-elemen pembentuk citra dari sebuah kota tersusun dengan rapihnya dikawasan yang sadar akan pertumbuhan kota. pembangunan landmark pada suatu kota atau kawasan menjadikan kawasan tersebut menjadi unik dan mudah dikenal. Banyak orang yang menjadikan landmark menjadi sebuah pusat orientasi kota tersebut. Dengan adanya landmark pada suatu kawasan mempermudah orang orang untuk mencari arah dan tujuan ke suatu place. Dengan itulah disorientasi pada sebuah kota dapat diminimalisir. Kevin Lynch menjelaskan proses wayfinding pada sebuah kawasanpun dapat membantu mengidentifikasi identitas suatu kawasan agar tidak terjadi pengaburan identitas yang mengakibatkan kebingungan arah dan tidak dapat berorientasi. Salah satu penyebab terjadinya disorientasi pada sebuah kota atau kawasan adalah visual problem.Skripsi ini membahas faktor-faktor apa saja yang dapat mengakibatkan disorientasi pada ruang kota. mengambil studi kasus yang berada pada kawasan yang berada di daerah DKI Jakarta dan juga pada ruang publik seperti mall. Melalui kasus tersebut didapatkan faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan disorientasi ruang.

The phenomenon of disorientation of space in a city today is very normally happen. The complexity of urban space is based on human activity in a space that causes the identity of a city or region. Elements forming the image of the city are composed with the neatness of the region that aware of the growth of the city. The construction of landmarks in a city or region makes the area unique and easily recognizable. Many people make landmarks a center of city orientation. Landmarks in a region make it easier for people to seek direction and purpose to a place. Because of that disorientation in a city can be minimized. Kevin Lynch explains the wayfinding process in a region could help identify the identity of a region so there is no blurring identity of the place that leads to confusion direction and couldn rsquo t be oriented. One of the causes of disorientation in a city or region are the visual problem of observer.This thesis discusses what factors can causes of disorientation in urban space. The case studies are located in some region and place of Jakarta and also in public spaces such as malls. Through these cases writer could get some factors causes of disorientation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Shabira Arrasya
"Kota Depok sebagai kota satelit dari Jakarta juga memiliki fenomena yang serupa dengan Jakarta. Salah satu kesamaan Kota Depok dan Jakarta adalah adanya pusat perbelanjaan berjenis mal (shopping mall). Mal yang berada di kota satelit memiliki masalah karena harus bersaing dengan mal di kota besarnya dalam menarik pembelanja agar menjadi pelanggan setia dari mal tersebut. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara memberikan aspek hiburan atau rekreasi. Bioskop merupakan sarana hiburan yang signifikan untuk ditempatkan dalam mal. Di Kota Depok sendiri 50% dari mal yang ada, memiliki bioskop sebagai sarana hiburan. Penelitian ini menggunakan analisis mixed method untuk mengukur kuatnya daya tarik dari mal berbioskop. Penelitian ini juga menggunakan analisis spasial komparatif untuk membandingkan karakteristik site dan situation dari mal berbioskop di Kota Depok.
Hasil dari penelitian ini adalah, berdasarkan dari site dan situation dari mal berbioskop di Kota Depok, Depok Town Square merupakan mal berbioskop dengan daya tarik terkuat. Ketika mal berbioskop memiliki daya tarik yang kuat maka jangkauan pelayanannya juga akan semakin besar. Pengunjung terbanyak datang dari rumah tinggal dan memilih mal berbioskop terdekat dari rumah mereka. Pengunjung terjauh berasal dari kantor, namun jumlahnya tidak banyak. Kuatnya daya tarik dari mal berbioskop tidak memengaruhi baik preferensi pengunjung ataupun banyaknya pengeluaran dari pengunjung, tetapi keberadaan bioskop memengaruhi durasi kunjung dalam sekali kunjungan.

Depok as the satellite city of Jakarta has the same phenomenon that Jakarta has. That phenomenon is the availability of shopping malls in Depok. Shopping mall that located in a satellite city has a problem. The problem is the satellite city shopping mall has to compete with the nearest big city shopping malls in order to attract shoppers become loyal customers of the mall. One way to overcome the problem is by providing entertainment or recreational aspect. Cinema theater is one of entertainment retail that common to be placed in shopping mall. In Depok, 50% of the existing shopping malls own cinema theater as an entertainment facilities. This study is using mixed method analysis in order to understand the strength of shopping mall’s attractiveness. This study is also using comparative spatial analysis to compare site and situation each of shopping malls with cinema theater.
The result of this study is, based on site and situation characteristics, Depok Town Square is the most attractive shopping mall that has cinema theater in Depok. When shopping mall has strong attractiveness, the shopping mall will have greater area of service. Shopper who came to the shopping mall mostly came from their house and pick the nearest mall to visit. The farthest shopper came from their office but this phenomenon is a minority. The strength of mall with cinema theater attractiveness doesn’t affect either the preference of shopper or the expense of shopper, but the existence of cinema theater in a mall is affecting the visiting duration of shopper.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Sava
"ABSTRAK
Dewasa ini, muncul kebiasaan baru dalam kalangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berburu kuliner. Hal ini menciptakan suatu fenomena yang kemudian disebut sebagai wisata kuliner dimana para wisatawan tidak segan untuk membayar mahal agar dapat mencicipi hidangan khas dari suatu wilayah. Kota Yogyakarta pada umumnya yang mengalami perubahan struktural sektor agrikultur menuju manufaktur (tenaga mesin) hingga akhirnya mencapai sektor jasa, wilayah kota Yogyakarta mengalami loncatan dari sektor agrikultur ke sektor jasa dimana industri pariwisata berada di dalamnya, termasuk pariwisata kuliner dengan makanan-makanan khas Yogyakarta seperti gudek, bakpia, yangko, dan lain sebagainya. Disamping makanan tradisional, terdapat juga makanan-makanan khas Yogyakarta yang merupakan hasil dari akulturasi budaya. Sebagai contoh, terdapat bakmi yogya, bakmi pentil, dan mie des yang merupakan hasil dari perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal. Akulturasi budaya kuliner tersebut dapat dilihat antara lain dari bahan utama, cara penyajian, serta cara pengemasan makanan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, survey lapang akan dilakukan unuk meletakan posisi (plotting) berbagai rumah makan atau restoran di Kota Yogyakarta yang hasilnya kemudian akan diolah untuk menghasilkan sebuah peta pola spasial akulturasi kuliner asing di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu antara tahun 2005-2018.

ABSTRACT
New habits among tourists, both from domestic and abroad, in culinary hunt are emerging today. It creates a phenomenon later called culinary tourism where the tourists do not hesitate to pay in a heavy price in order to taste the local dishes of the region. Unlike the Regions of Daerah Istimewa Yogyakarta in general that is undergoing a structural change to agricultural sector towards manufacturing (power machines), the City of Yogyakarta experienced a leap from the agricultural sector to the services sector this is includes the tourism industry which also carries with the culinary tourism with local foods of Yogyakarta as gudek, bakpia, yangko, and so forth. Besides the traditional food, there are also food from Yogyakarta that emerges as the result of acculturation. For example, Bakmie Yogya, Bakmie Pentil and Mie Des. These culinary are the outcome of the combination between Chinese culture with local culture. The culinary culture acculturation can be seen among others from the main material, manner of presentation, as well as a way of packaging food. By paying attention to these aspects, field survey will be conducted by plotting a variety of restaurants in Yogyakarta then processed to produce a map of the spatial pattern of acculturation foreign cuisine in the city of Yogyakarta since 2005-2018."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>