Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176578 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Ratnasari
"Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dan diperkirakan mencapai 9,6 juta kematian pada tahun 2018 dengan kanker payudara menjadi kanker kedua yang sering terjadi setelah kanker paru-paru. Kanker payudara terjadi karena pertumbuhan sel abnormal tidak terkontrol yang dimulai pada saluran yang membawa susu ke puting susu atau kelenjar pembuat susu. Pengobatan kanker payudara bergantung pada subtipe tumor, stadium, penanda genetik, usia pasien, kesehatan pasien umum, status menopause dan mutasi pada gen kanker payudara yang diwariskan. Pada akhir perawatan pasien diberikan terapi tambahan yang bertujuan untuk memperkecil risiko kekambuhan. Meskipun terapi ini telah dilakukan, risiko kekambuhan tetap ada. Surrogate marker merupakan penanda yang digunakan untuk menggantikan titik akhir dari uji klinis yang biasa digunakan untuk mempercepat penanganan pasien.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio pengukuran hematologi yang dapat digunakan sebagai surrogate marker dalam kekambuhan kanker payudara beserta cut-off yang tepat. Pohon keputusan digunakan untuk menentukan cut-off rasio pengukuran hematologi yang mempengaruhi kekambuhan kanker payudara dan kemudian random forest digunakan untuk mengetahui urutan variabel yang berperan penting dalam pengklasifikasian. Hasil dari kedua metode tersebut dikuantifikasi menggunakan regresi logistik. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa rasio platelet terhadap jumlah sel darah putih (cut-off point sebesar 47,560) dan rasio neutrofil terhadap limfosit (cut-off point sebesar 1,953) mempengaruhi kekambuhan kanker payudara.

Cancer is the second leading cause of death globally and is estimated to account for 9.6 million deaths in 2018, with breast cancer being the second cancer that often occurs after lung cancer. Breast cancer occurs due to uncontrolled abnormal cell growth, which starts in the duct that carries milk to the nipple or milk-making glands. Treatment of breast cancer depends on tumor subtype, stage, genetic markers, patient age, general patient health, menopausal status, and mutations in the inherited breast cancer gene. At the end of the treatment the patient is given adjuvant therapy aimed at minimizing the risk of recurrence. Although this therapy has been done, the risk of recurrence remains. Surrogate marker is a marker that is used to substitute the end point of a clinical trial that is usually used to hasten patients handling.
The purpose of this study is to find out the ratio of hematological measurements that can be used as a surrogate marker in breast cancer recurrence along with its cut-off point. Decision tree was used to find the cut-off point of the ratio of hematological measurements that affect breast cancer recurrence, and then random forest was used to find out the order of importance variables in classification. The results of the two methods were quantified using logistic regression. Based on the analysis, it was found that the platelet to white blood count ratio (cut-off point of 47.560) and the neutrophil to lymphocytes ratio (cut-off point of 1.953) affected breast cancer recurrence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Firdaus
"ABSTRAK
Kanker adalah penyebab kematian nomor dua di dunia dan diperkirakan mencapai 9,6 juta kematian pada tahun 2018, dengan kanker payudara menjadi kanker kedua yang sering terjadi setelahnya kanker paru-paru. Kanker payudara terjadi karena pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali, yang dimulai di saluran yang membawa susu ke puting susu atau kelenjar pembuat susu. Pengobatan kanker payudara tergantung pada subtipe tumor, stadium, penanda genetik, usia pasien, kesehatan pasien umum, status menopause, dan mutasi pada gen kanker payudara yang diwariskan. Di akhir pengobatan pasien diberikan terapi tambahan yang bertujuan meminimalkan risiko kekambuhan. Meskipun terapi ini telah dilakukan, risiko kekambuhan tetap ada. Penanda pengganti adalah penanda yang digunakan untuk menggantikan titik akhir dari uji klinis yang biasanya digunakan mempercepat penanganan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio hematologi pengukuran yang dapat digunakan sebagai penanda pengganti dalam kekambuhan kanker payudara sepanjang dengan titik cut-off. Pohon keputusan digunakan untuk menemukan titik batas rasio hematologi pengukuran yang mempengaruhi kekambuhan kanker payudara, dan kemudian hutan acak itu digunakan untuk mengetahui urutan variabel penting dalam klasifikasi. Hasil keduanya
metode dikuantifikasi menggunakan regresi logistik. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa rasio jumlah trombosit ke darah putih (titik potong 47.560) dan neutrofil terhadap rasio limfosit (titik potong 1,953) mempengaruhi kekambuhan kanker payudara.

ABSTRACT
Cancer is the number two cause of death in the world and is estimated to reach 9.6 million deaths in 2018, with breast cancer becoming the second most common cancer that follows lung cancer. Breast cancer occurs because of uncontrolled abnormal cell growth, which starts in the ducts that carry milk to the nipples or milk glands. Treatment of breast cancer depends on the tumor subtype, stage, genetic markers, patient age, general patient health, menopausal status, and mutations in inherited breast cancer genes. At the end of treatment the patient is given additional therapy aimed at minimizing the risk of recurrence. Despite this therapy, the risk of recurrence remains. A surrogate marker is a marker used to replace the endpoints of clinical trials that are usually used to speed up patient management. The aim of this study is to determine the hematological ratio measurements that can be used as surrogate markers in breast cancer recurrence along with the cut-off point. The decision tree is used to find the hematological ratio boundary point measurements that affect breast cancer recurrence, and then the random forest is used to determine the order of important variables in the classification. Both results the method is quantified using logistic regression. Based on the analysis, it was found that the ratio of platelet count to white blood (cut point 47,560) and neutrophils against lymphocyte ratio (cut point 1.953) influences breast cancer recurrence.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edrian
"Latar belakang. Pengukuran tekanan darah di klinik (TDK) saat ini masih dianggap sebagai metoda referensi dalam mendiagnosis dan follow-up pasien hipertensi,tetapi disebabkan adanya fenomena white-coat hypertension dan masked hypertension terlihat semakin jelas informasi yang diberikan seringkali tidak adekuat tentang status tekanan darah pasien yang sebenarnya. Hipertensi sendiri dikaitkan dengan kerusakan target organ dan salah satu diantaranya ke organ ginjal. Pemeriksaan indeks resistensi renalis (RRI) dapat menjadi prediktor disfungsi ginjal dan dapat mencerminkan tingkat aterosklerosis sistemik. Khususnya pada kasus hipertensi, peningkatan RRI dihubungkan dengan berat dan lama nya durasi hipertensi esensial. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat nilai pengukuran tekanan darah di rumah (TDR) dibandingkan TDK dalam memprediksi nilai RRI.
Metode. Tujuh puluh dua pasien hipertensi dalam terapi obat antihipertensi diambil secara konsekutif untuk studi potong lintang ini, mulai bulan Maret hingga Mei 2013 di poli rawat jalan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta. Pasien menjalani pemeriksaan TDK saat kontrol dan TDR dilakukan selama 4 hari dimana keduanya memakai alat osilometri yang tervalidasi. Pemeriksaan Doppler renal dilakukan pada semua pasien untuk mendapatkan nilai RRI.
Hasil. Uji korelasi antara nilai TDR dan TDK mempunyai korelasi yang baik untuk sistolik maupun diastolik (r = 0,48/0,45 , p < 0,001). Pada uji korelasi regresi didapatkan korelasi yang bermakna antara nilai sistolik TDR dengan nilai RRI (r=0,118 dengan p=0,032), dan korelasi ini tidak signifikan baik untuk sistolik TDK, dan diastolik baik TDK dan TDR. Dari uji multipel regresi melihat prediktor independen terhadap nilai RRI didapatkan nilai sistolik TDR merupakan prediktor independen.
Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa TDR merupakan prediktor yang baik dari nilai RRI sebagai penilaian kerusakan target organ, dan metode ini lebih superior dibandingkan TDK.

Introduction. Office blood pressure monitoring still considered as method of reference for diagnosing an follow up hypertension patients, but due to white coat hypertension and masked hypertension it seems the information inadequate for the real blood pressure status. Hypertension itself was related to target organ damage and one of them is renal damage. Renal Resistive index (RRI) can be a predictor of renal dysfunction and it reflect sistemic atherosclerosis. Especially for hypertension, increase of RRI is related to severity and duration of essential hypertension. Our objective was to assess the value of home blood pressure (HBP) monitoring in comparison to office blood pressure in predicting renal resistive index value(RRI).
Methods. Seventy two hypertension patients on medication was consecutively included in our cross sectional study, starting from March to Mei 2013 at National Cardiac Centre Harapan Kita Hospital Outpatient clinic. Office Blood pressure was measured when patients controlled to the clinic and HBP was measured for 4 workdays with the same validated electronic device. Renal Doppler was performed to measured RRI value.
Results. Correlation test between HBP and OBP showed a good correlation for systolic and diastolic (r=0,48/0,45, p<0,001). The correlation regretion test showed a good correlation between systolic HBP with renal resistive index (r=0,118 with p=0,032), and this correlation was not significant for systolic OBP, and diastolic OBP and HBP. In multiple regression analysis assessing independent predictor for RRI, systolic HBP was seen as the only independent predictor.
Conclusions. This result suggest that home BP was a better predictor of RRI as assessment for target organ damage, and this method was superior compared to the blood pressure measurement at the clinic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni Dewanti
"Rendahnya kepatuhan dan self efficacy menjadi masalah yang signifikan untuk penggunaan obat hipertensi. Keterbatasan tenaga kesehatan menyebabkan pemberian informasi sulit dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas konseling dibandingkan dengan leaflet terhadap peningkatan self efficacy dan kepatuhan pasien serta penurunan tekanan darah pasien menggunakan obat hipertensi di Puskesmas Pancoran Mas dan Puskesmas Beji Depok. Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Pengambilan data dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2013 dengan 37 pasien pada kelompok yang mendapatkan konseling dan 36 pasien pada kelompok yang mendapatkan leaflet. Penilaian self efficacy menggunakan skala MUSE dan untuk kepatuhan menggunakan MMAS 8.
Hasil penelitian menunjukkan konseling dan leaflet dapat meningkatkan self efficacy (P=0,000) dan kepatuhan (P=0,000) pasien, serta dapat menurunkan tekanan darah sistol (P=,010) pada kelompok konseling dan menurunkan tekanan darah sistol (P=0,000) maupun diastol (P=0,019) pada kelompok leaflet. Tidak ada perbedaan antara kelompok konseling dan leaflet dalam meningkatkan self efficacy (P=0,401) dan kepatuhan pasien P=(0,374) serta menurunkan tekanan sistol (P=0,663) dan tekanan diastol (P=0,466).

Low adherence and self efficacy was significant problem for using medication. However, the limitation of medical personnel makes medical information service is very hard to be done. The research purpose was to evaluate the effectiveness of counselling and leaflet againts self efficacy and adherence as well as the blood pressure of hypertension patients using the medication in Puskesmas Beji and Puskesmas Pancoran Mas Depok. Data collection was conducted from March to June 2013 with with 37 patients in the group receiving counseling and 36 patients in the group receiving leaflets. Self efficacy assessment using MUSE scale and adherence using the MMAS 8.
The result showed that counselling and leaflet can increase patient adherence (P=0.000) and self efficacy (P=0.000) and can lower systolic blood pressures (P=0.010) in group counseling and lowers systolic (P=0.000) and diastolic blood (P=0.019) pressure in the leaflet group. There was no difference between group counseling and leaflets to increase self-efficacy (P= 0.401) and patient adherence (P=0.374) and lower systolic pressure (P = 0.663) and diastolic pressure (P = 0.466).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wijayanto
"Terapi komplementer yang dapat diberikan pada pasien hipertensi primer adalah teknik relaksasi, salah satunya adalah terapi masase. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi masase menggunakan minyak aromaterapi terhadap tekanan darah pasien hipertensi primer. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu dengan rancangan rangkaian waktu (Time Series Design) dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Besarnya sampel pada penelitian ini 42 orang, dimana jumlah responden pada kelompok terapi masase menggunakan minyak aromaterapi 24 orang dan kelompok terapi masase menggunakan minyak VCO (virgin coconut oil) 18 orang. Setiap responden mendapatkan terapi masase pada area kaki, punggung, bahu, lengan atas, leher dan kepala selama 30 menit 2 kali per minggu selama 3 minggu.
Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh terapi masase menggunakan minyak aromaterapi terhadap penurunan tekanan darah sistolik-diastolik pasien hipertensi primer (p value < 0,05). Terapi masase menggunakan minyak aromaterapi lebih efektif menurunkan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan terapi masase menggunakan minyak VCO. Sedangkan terapi masase menggunakan minyak VCO lebih efektif menurunkan tekanan darah diastolik dibandingkan dengan terapi masase menggunakan minyak aromaterapi.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa terapi masase menggunakan minyak aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan dan mengendalikan tekanan darah tinggi pasien hipertensi primer serta perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut.

Message therapy is one of the complementary therapies that can be given to Primary Hypertension Patient. This study aims to examine the influence of message therapy using aroma therapy oil on primary hypertension patient’s blood pressure. The quasi experiment with time series design was used in this study. Forty two respondents were recruited using consecutive sampling method, where 24 respondents were grouped into message using aroma therapy and another 18 respondents using VCO (virgin coconut oil). Each of respondents had message therapy on foot, back, shoulder, upper arm, neck, and head areas for 30 minutes twice a week within 3 weeks.
The result shows that there was significant influence of message using aroma therapy oil on hypertension patient's blood pressure (p value < 0,05). Message using aroma therapy oil was more effective in decreasing systolic blood pressure compare to those who had message with VCO. However, message using VCO was more effective in decreasing diastolic blood pressure compare to those who had message with aroma therapy oil.
It is recommended that message using aroma therapy oil can decrease and maintain normal systolic blood pressure on primary hypertension patients. This study needs further investigation on how message and other complementary therapy can maintain normal blood pressure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Safitri
"[ABSTRAK
Klien hipertensi berisiko mengalami ansietas yang dapat mempengaruhi kualitas hidup klien. Penanganan fisik saja pada klien hipertensi tidaklah cukup, karena ansietas dengan hipertensi saling mempengaruhi. Tujuan karya ilmiah akhir ini untuk memberikan gambaran tentang penerapan terapi keperawatan jiwa individu (terapi generalis dan terapi PMR) dan terapi kelompok (terapi suportif dan SHG) pada klien ansietas dengan hipertensi menggunakan pendekatan keperawatan transkultural. Tindakan keperawatan jiwa individu dan kelompok diberikan kepada klien ansietas dengan hipertensi sebanyak 16 klien. Hasil penerapan tindakan keperawatan jiwa individu adalah menurunkan tanda dan gejala ansietas rata-rata sebanyak 5 orang dan membuat klien memiliki rata-rata 24 kemampuan sedangkan hasil penerapan tindakan keperawatan jiwa individu dan kelompok adalah menurunkan tanda dan gejala ansietas rata-rata sebanyak 3 orang dan membuat klien memiliki rata-rata 34 kemampuan. Penelitian ini merekomendasikan agar pihak puskesmas dapat melanjutkan tindakan keperawatan individu dan kelompok secara berkesinambungan.

ABSTRACT
Clients hypertension at risk of anxiety that can affect the quality of life of clients. Physical handling of the client hypertension is not enough, because anxiety and hypertension affect each other. This final goal of scientific work to provide an overview of the application of the individual soul nursing therapy (therapy and therapy generalist PMR) and group therapy (supportive therapy and SHG) on the client anxiety and hypertension approach transcultural nursing. Nursing action of individual and group life given to the client anxiety and hypertension as many as 16 clients. The results of the implementation of nursing actions of the individual soul is to lower the signs and symptoms of anxiety an average of 5 people and makes the client has an average of 24 capabilities, while the results of the implementation of nursing actions of individual and group life is to lower the signs and symptoms of anxiety mean average as many as three people and making the client has an average of 34 capabilities. This study recommends that the clinic can continue nursing actions of individuals and groups on an ongoing basis., Clients hypertension at risk of anxiety that can affect the quality of life of clients. Physical handling of the client hypertension is not enough, because anxiety and hypertension affect each other. This final goal of scientific work to provide an overview of the application of the individual soul nursing therapy (therapy and therapy generalist PMR) and group therapy (supportive therapy and SHG) on the client anxiety and hypertension approach transcultural nursing. Nursing action of individual and group life given to the client anxiety and hypertension as many as 16 clients. The results of the implementation of nursing actions of the individual soul is to lower the signs and symptoms of anxiety an average of 5 people and makes the client has an average of 24 capabilities, while the results of the implementation of nursing actions of individual and group life is to lower the signs and symptoms of anxiety mean average as many as three people and making the client has an average of 34 capabilities. This study recommends that the clinic can continue nursing actions of individuals and groups on an ongoing basis.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elza Estirina
"Meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat diperkirakan bahwa penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pra lansia dan lansia di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pra lansia dan lansia di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, sampel diambil dengan metode simple random sampling.
Hasil penelitian ini adalah prevalens hipertensi pra lansia dan lansia sebesar 60,2%. Menurut hasil analisis bivariat dari tujuh variabel independen yang diteliti terdapat dua variabel yang terbukti secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi yaitu umur dengan nilai p = 0,046 (< α) dan nilai OR=2,3 dan status gizi lebih dengan nilai p = 0,015 (< α) dan nilai OR=2,7. Sedangkan lima variabel lainnya tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi yaitu jenis kelamin, status perkawinan, riwayat keluarga, pekerjaan, dan pendidikan yang memiliki p > 0,05. Menurut hasil analisis multivariat didapatkan bahwa variabel yang memiliki kontribusi yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi adalah status gizi lebih dengan nilai p=0,013 dan OR=2,8.

Increased life expectancy of the population of Indonesia, it can be estimated that the degenerative diseases will increase as well. One of the degenerative diseases that have high rates of morbidity and mortality is hypertension. This study aimed to determine the factors associated with incident hypertension in pre-elderly and elderly in Kramat Jati subdistrict health centers. This research is quantitative research with cross sectional research design. The population in this study were all middle age and elderly in Kramat Jati subdistrict health centers, samples were taken by simple random sampling method.
The results of this study is the prevalence of hypertension pre-elderly and elderly by 60.2%. According to the results of bivariate analysis of seven independent variables studied, there are two variables that are statistically proven to have a meaningful relationship with the incidence of hypertension that is age with the value p = 0.046 (<α) and OR = 2.3 and the value of nutritional status is more to the value p = 0.015 (<α) and the value of OR = 2.7. Meanwhile, five other variables do not have a meaningful relationship with the incidence of hypertension that is sex, marital status, family history, occupation, and education that have p> 0.05. According to the results of multivariate analysis found that variables that have contributed the most affecting nutritional status of the incidence of hypertension is more to the value p = 0.013 and OR = 2.8.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Suciaty Purnama
"Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit degeneratif lainnya. Sebagian besar kasus (90%) penyebab dari hipertensi tidak diketahui, sedangkan 10% lainnya disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sudah diketahui seperti aterosklerosis, tumor pada kelenjar adrenal, atau malfungsi ginjal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian adalah lansia yang terdaftar di posyandu lansia wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2013 sebanyak 75 orang.
Hasil penelitian ini mendapatkan proporsi lansia yang mengalami hipertensi adalah sebesar 62,7%. Tekanan sistolik tertinggi adalah 240 mmHg, sedangkan tekanan diastolik tertinggi adalah 150 mmHg. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi dalam penelitian ini adalah riwayat hipertensi keluarga (PR: 3,216 dengan 95% CI: 1,587-6,515), dan riwayat penyakit Diabetes Melitus (PR: 2,375 dengan 95% CI: 1,366-4,128). Hubungan yang tidak bermakna secara statistik terdapat pada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, IMT, asupan natrium, asupan lemak, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, dan stres dengan hipertensi.

Hypertension is the third major cause of death in Indonesia for all ages. Much research has proven that hypertension is the major risk factor for the onset of degenerative disease. Most of the cases (90%) cause of hypertension is unknown, while 10% other caused by diseases already known as atheroschlerosis, tumor on the adrenal glands, or kidney malfunctions.
This research aims to know the prevalence of hypertension and factors that related with the incidencce of hypertension in elderly at elderly posyandu subdistrict Johar Baru, Central Jakarta 2013. This research is quantitative research with cross sectional design study. Sample research is elderly who registered at elderly posyandu subdistrict Johar Baru, Central Jakarta 2013 as many as 75 people.
Result of this research to get the proportions of elderly who suffer hypertension is 62,7%. Highest systolic pressure is 240 mmHg, while the highest diastolic pressure is 150 mmHg. Factors related to the incidence of hypertension in this research is a family history of hypertension (PR: 3,216 with 95% CI: 1,587-6,515), and a history of Diabetes Mellitus (PR: 2,375 with 95% CI: 1,366-4,128). The relation that no statitically significant are on relations between gender, education, occupation, marital status, BMI, sodium intake, fat intake, physical activity, smoking habit, and stress by hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayyu Sari Estiningsih
"Memasuki usia dewasa, seseorang cenderung memiliki pola makan yang kurang sehat dan kurang memperhatikan kesehatan, akibatnya penyakit degeneratif seperti hipertensi akan dengan mudah terjadi. Hipertensi akan mengakibatkan munculnya penyakit lain seperti stroke,penyakit jantung, dan juga kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian hipertensi di Kelurahan Sukamaju, Depok dan mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada tanggal 22 April - 26 Mei 2012, dengan responden kelompok usia 18 - 44 tahun berjumlah 214 orang. Metode yang digunakan cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah timbangan digital, microtoise, BIA, kuesioner, dan FFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hipertensi pada kelompok usia 18 - 44 tahun di Kelurahan Sukamaju yaitu 15,3%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Sedangkan riwayat hipertensi orangtua, persen lemak tubuh, keadaan stress, aktivitas fisik, pola konsumsi kopi, pola makan (makanan tinggi natrium dan lemak) tidak memiliki hubungan yang signifikan. Bagi masyarakat berusia 18 - 44 tahun diharapkan dapat mencegah hipertensi secara mandiri dengan hidup sehat, mengelola stress dengan baik dan olahraga teratur. Dinkes Depok diharapkan membuat baliho, buku saku, penyuluhan untuk menyebarkan informasi pencegahan hipertensi lebih luas.

To be an adulthood, a person tends to have less healthy diet patterns and lack of medical attention, resulting in degenerative diseases such as hypertension will easily occur. Hypertension will lead to the emergence of other diseases such as stroke, heart disease, and death. This study aims to determine the prevalence of hypertension incidence in Kelurahan Sukamaju, Depok and investigate the factors - factors that influence it. The study was conducted on April 22 to May 26, 2012, with respondents age group 18-44 years amounted to 214 people. The method used cross sectional. Instruments used were digital scales, microtoise, BIA, questionnaires, and the FFQ.
The results showed that the prevalence of hypertension incidence in the age group 18-44 years in Kelurahan Sukamaju is 15.3%. Factors associated with incidence of hypertension is the Body Mass Index (BMI). While parental history of hypertension, percent body fat, the state of stress, physical activity, coffee consumption patterns, diet patterns (high in sodium and fat meals) had no significant relationship. For people aged 18-44 years is expected to prevent hypertension independently, manage stress well and exercise regularly. For Dinkes Depok is expected to create billboards, booklets, outreach to disseminate information more widely prevention of hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Hotma Parulian
"Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penderita hipertensi di masyarakat DKI Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikas maupun tidak. Aktifitas fisik sehagai salah satu lilktor yang dapat mencegah hipertensi perlu mendapat perhatian yang lebih karena faktor ini termasuk: salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlaiu besar.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya besar hubungan antara kejadian hipertensi dengan aktivitas fisik pada masyarakat di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dan dianalisis secara kohort menggunakan data sekwtder dari survey faktor resiko PTM utama di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Kasus ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas fisik renda yang berjumlah 668 orang subyek dan non ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas tinggi sejumlah 668 orang. Perbandingan kasus ekspos dan non ekspos adalah 1:1, hingga jumlah keseluruhan subyek penelitian 1336 subyek.
Hasil : Hasil penelitian mendapatkan proporsi hipertensi pada subyek yang beraktivitas rendah sebesar 65,5% dab pada subyek yang beraktivitas tinggi 58 8%. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan secara signiflkan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai p (p value) = 0,0001, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan peketjaan didapat OR aktivitas tinggi 0,750 dengan 95% CI (0,601- 0,937) menunjukkan bahwa dengan beraktivitas dapat mengurangi risiko untuk menderita penyakit hipertensi sebesar 4 kali. Dalam penelitian ini variabel Jenis kelamin. umur, tingkat pendidilcan, status perkawinan, diaberes mellitus, hiperkolesterol, low HDL, IMT, dan pekerjaan semua mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi (nilai p < α), sementara variabel merokok, hiper LDL dan kecukupen serat walaupun berhubungan tetapi hubungannya dengan hipertensi tidak signiflkan (nilai p > a).
Kesimpulan : Aktivittas fisik tinggi dapat mengurangi resiko untuk terkena penyakit hipertensi, semakln sering kita me1akukan aktivitas fisik semakin rendah resiko untuk menderita penyakit. Subyek yang melakukan aktifitas fisik rendah lebih beresiko untuk terkena hipertensi 4 kali dibanding subyek yang melakukan aktifitas fisik tinggi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>