Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181378 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rheza Maulana
"Satwa liar adalah aspek penting bagi lingkungan, namun saat ini banyak satwa liar yang terusir dari habitat alaminya. Sebagian satwa liar yang terusir akan ditempatkan di penangkaran, seperti pada pusat penyelamatan satwa dengan tujuan rehabilitasi untuk kemudian dilepasliarkan. Masalah yang terjadi pada satwa di penangkaran adalah munculnya zoochosis, yaitu penyakit kejiwaan pada satwa yang ditunjukkan dengan perilaku stereotip berulang akibat stres dalam kurungan. Zoochosis tentunya akan mengganggu peluang sukses rehabilitasi, maka zoochosis sebaiknya tidak terjadi pada satwa yang direhabilitasi. Pemahaman mendalam mengenai kebutuhan dan perilaku satwa sangat diperlukan dan harus diterapkan dalam rancangan kandang, dalam hal ini mengenai satwa macan tutul Jawa. Tidak hanya untuk mencegah zoochosis, tetapi untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku alami macan tutul Jawa. Melalui metode penelitian qualitative assessment of behaviour dan perancangan arsitektur, yang dilakukan pada suatu pusat penyelamatan satwa di Sukabumi. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi rancangan bangunan rehabiltiasi secara keseluruhan, dan perilaku macan tutul Jawa.
Hasil yang didapat adalah bahwa bangunan rehabilitasi macan tutul Jawa yang ada, sesuai dengan tujuan pemeliharaan satwa. Dari lima gejala zoochosis hanya satu yang muncul, dan frekuensi terjadinya sangat rendah yaitu hanya tiga kali dalam empat minggu penelitian. Macan tutul Jawa yang diamati dapat dikatakan tidak memiliki gejala zoochosis yang signifikan. Rancangan bangunan rehabilitasi yang baik adalah yang memperhatikan jumlah, ukuran, ketinggian, dan lingkungan kandang serta memenuhi kebutuhan teknis mengenai keamanan, kenyamanan, dan kemudahan peratawan satwa.

Wild animals are important aspect of the environment, unfortunately most are driven away from their natural habitat. Some wild animals would be put in captivity, such as at rescue centers for rehabilitation purposes to release them back to the wild. The issue with animals in captivity is the occurrence of zoochosis, a mental illness in animals showcased by repetitive stereotypic behaviour due to stress in confinement. Zoochosis will definitely interfere with the success of rehabilitation process. Cases of zoochosis must not occur in rehabilitation facilities. A further understanding of animal`s needs and behaviour is needed and must be implemented in the design of the enclosure, in this case is for Javan leopards. Not only to prevent zoochosis, but also to improve and promote the natural behaviour of the Javan leopard. This study aims to analyse how the design of an enclosure correlates to Javan leopard`s behaviour. Through methods of qualitative assessment of behaviour and architectural design, conducted at at a rescue center in Sukabumi. By studying the overall facility design and the behaviour of the leopards.
Results shows that the Javan leopard enclosure is suited for Javan leopard rehabilitation. From five symptoms of zoochosis, only one is shown and at a low rate which is only three times of occurrence during four weeks of research. The Javan leopards shows no significant sign of zoochosis. A good rehabilitation building design is one that pays attention to the number, size, height, and environment of the enclosure also one that meets the technical needs regarding safety, comfort, and efficiency of animal care.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T54024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Polontalo, Fidya Yolanda
"Telah dilakukan penelitian terhadap perilaku stereotipe kukang jawa (Nycticebus javanicus) di kandang Pusat Rehabilitasi Satwa International Animal Rescue (IAR), Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan frekuensi perilaku stereotipe pada kukang jawa, melihat hubungan frekuensi stereotipe dengan masa rehabilitasi, jenis kelamin dan interaksi sosial antar individu sebagai informasi pendukung program rehablitasi kukang jawa di IAR. Metode focal animal sampling digunakan untuk mengamati perilaku sembilan belas individu kukang jawa pada pukul 18.00--06.00 WIB selama bulan Mei--Juli 2010. Rata-rata sembilan belas kukang jawa menghabiskan 12,27% waktu nokturnalnya untuk melakukan perilaku stereotipe. Jenis perilaku stereotipe yang ditunjukkan ialah pacing, circular pathway, weaving. Frekuensi stereotipe ditemukan memiliki korelasi dengan frekuensi perilaku sosial. Masa rehabilitasi dan jenis kelamin tidak menunjukkan korelasi dengan frekuensi stereotipe.

Study of stereotypic behavior on captived Javan slow loris (Nycticebus javanicus) has been conducted in International Animal Rescue (IAR), Bogor. Objective of this study is to identify types and frequency of stereotypic behavior from nineteen captived javan slow loris, to examine correlation of social interaction, time of rehabilitation and sex with the frequency of stereotypic behavior as an information to support javan slow lorises rehabilitation program. Focal animal sampling method was used to observed nineteen individuals from 6 pm to 6 am during May--July 2010. Approximately 12,27% of nineteen javan slow lorises time budget?s was spent for stereotypic behavior. Social interaction show a negatif correlation with stereotypic behavior. Sex and time of rehabilitation have no correlation with stereotypic behavior. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S959
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rabiah Al Adawiyah
"Perkembangan Peer to Peer (P2P) Lending memunculkan potensi pencucian uang. Pelaku pencucian uang dapat menjalankan modus pencucian uang dengan menjadi pemberi pinjaman (Lender) dan menginvestasikan dana di P2P Lending. Kemudahan proses registrasi menjadi Lender dapat meningkatkan potensi pencucian uang. Permasalahan yang muncul dari kemudahan proses registrasi Lender antara lain data registrasi Lender tidak lengkap, tidak valid, palsu, atau milik orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan modul registrasi Lender pada P2P Lending Platform agar dapat mencegah potensi pencucian uang dari proses registrasi Lender. Penelitian ini menggunakan Waterfall Development untuk metodologi pengembangan sistemnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai narasumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator P2P Lending dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) selaku lembaga yang fokus terhadap pencucian uang. Pengumpulan data juga dilakukan dengan studi dokumen aturan-aturan yang relevan. Hasil wawancara dan studi dokumen tersebut dianalisis untuk penyusunan requirements sistem. Penelitian ini menghasilkan rancangan modul registrasi Lender pada P2P Lending dengan sebelas use cases yang bertujuan untuk mengatasi celah potensi pencucian uang di proses registrasi Lender. Validasi dilakukan melalui expert judgment yang melibatkan Staf Senior Direktorat Pengawasan Kepatuhan dikarenakan rancangan ini belum diimplementasikan menjadi sistem yang dapat diuji coba. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yaitu penelitian dapat dikembangkan dengan mengidentifikasi potensi pencucian uang dari berbagai celah yang mungkin dari P2P Lending Platform.

The development of Peer to Peer (P2P) Lending raises the potential for money laundering. Money launderers can perform money laundering mode by becoming a lender and investing funds in P2P Lending. The ease of the registration process to become a lender can increase the potential for money laundering. Problems that arise from the ease of the lender registration process include incomplete, invalid, fake, or other people's registration data. This study aims to produce a design for the lender registration module on the P2P Lending Platform in order to prevent potential money laundering from the lender registration process. This study uses Waterfall Development for system development methodology. Data collection was carried out by interviewing sources from the Financial Services Authority (OJK) as the P2P Lending regulator and the Financial Transaction Reports and Analysis Center (PPATK) as an institution that focuses on money laundering. Data collection was also carried out by studying the relevant regulations documents. The results of interviews and document studies were analyzed for the preparation of system requirements. This research produces a module design for lender registration in P2P Lending with eleven use cases that aims to address the potential gap for money laundering in the lender registration process. Validation is carried out through expert judgment involving the Senior Staff of the Compliance Supervision Directorate because this design has not been implemented into a system that can be tested. The recommendation for further research is that research can be developed by identifying the potential for money laundering from various possible loopholes of the P2P Lending Platform."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitryana Rahayu
"Program rehabilitasi owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Javan Gibbon Center (JGC) bertujuan untuk memulihkan kondisi kesehatan dan perilaku sebelum direintroduksi ke alam liar. JGC telah mereintroduksi pasangan owa jawa Sadewa dan Kiki pada Juni 2013 di Gunung Puntang, Pegunungan Malabar, Bandung Selatan. Akan tetapi, Sadewa dan Kiki berpisah setelah direintroduksi. Berpisahnya pasangan yang telah direintroduksi diduga karena kurang kuatnya pair bonding antarpasangan. Penelitian mengenai perilaku pasangan owa jawa telah dilakukan di JGC dengan menggunakan metode scan sampling dan ad libitum sampling terhadap 10 owa jawa. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober--November 2013 sejak pukul 06.00--16.00 wib dengan interval pengambilan data 5 menit. Perilaku pasangan yang diamati meliputi perilaku sosial (afiliatif dan agonistik), proximity, vokalisasi, dan perilaku harian (locomotion, makan, istirahat, stereotypic behavior, dan perilaku lainnya). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa P2 memiliki perilaku sosial tertinggi (9,03% ± 0,29), kemudian P1 (4,16% ± 0,19), P3 (0,97% ± 0,09), dan Adhy-Cika (0,83% ± 0,09), namun P1 memiliki pair bonding yang lebih kuat karena telah berhasil melakukan kopulasi dan memiliki anak. P1 dan P2 memiliki persentase aktivitas harian dan sosial yang tidak jauh berbeda dengan Sadewa- Kiki dan Septa-Echi yang sudah direintroduksi, sehingga penyebab berpisahnya Sadewa-Kiki bukan karena tidak memiliki pair bonding.

Rehabilitation program in Javan Gibbon Center (JGC) aims to restore physical and behavior condition before release. JGC has reintroduced Sadewa and Kiki on June 2013 in Puntang, Malabar, South Bandung, but they split after reintroduced. Separation of the pair of gibbon after release occurred due to lack of pair bonding. Study about behavioral and pair bonding of javan gibbon in rehabilitation center was conduct on October--November 2013 at the JGC. Data were collected from 06 am to 04 pm using 5-min scan sampling to record social behavior (positive affiliation and agonistic), proximity, vocalization, and daily activities (locomotion, feeding, resting, & stereotypic behavior). The result from this observation indicate that P2 has a higher social activities than P1, but P1 have a strong pair bonding, because they succeeded copulation and give birth an offspring. From this study I conclude that P1 and P2 have a similar percentage of social behavior and daily activities with Sadewa-Kiki and Septa-Echi, pair bonding is not the cause of the split."
2014
S54456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Ardi Utami
"ABSTRAK
Kurang dan lemahnya komunikasi merupakan salah satu penyebab yang
mempengaruhi keterlambatan waktu pelaksanaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dominan dalam penerapan manajemen
komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi agar bisa dicari
tindakan responnya. Melalui metode survey terhadap proyek konstruksi
bangunan tingkat tinggi untuk mengetahui peristiwa risiko yang selanjutnya
dianalisis berdasarkan ISO 31000 untuk mengetahui peringkat risikonya (risk
level). Untuk menganalisis faktor risiko dominan digunakan metode korelasi
antara risiko yang muncul dengan kinerja waktu proyek dari metode survey. Dari
hasil penelitian didapatkan 25 faktor risiko dominan dalam penerapan manajemen
komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi yang berpengaruh
terhadap kinerja waktu pelaksanaan

ABSTRACT
Less and lack of communication is one of the causes that affect the execution time
delays. This study aimed to identify the risk factors dominant in the application of
communication management at construction projects of highrise building in order
to look for response actions. With survey methods at construction projects of
highrise building to knowing of a risks to be further analyzed based on the ISO
31000 to determine risk ratings (risk level). To analyze the risk factors used
correlation method between the dominant risks with project time performance
from survey method. From the results, it found 25 dominant risk factors in the
application of management communication at the construction projects of highrise
building that affect the execution time performance"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singaraja: UPTD Gedong Kirtya, 2009
091 PEM s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Adila Paramita
"Layanan rehabilitasi medik menghadapi permasalahan dalam hal keberlangsungan durasi dan intensitas terapi yang terbatas. Implementasi Internet of Things (IoT) pada unit rehabilitasi medik dapat membantu dokter dan perawat untuk memberikan perawatan yang akurat serta pemulihan yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk memilih alternatif terbaik IoT yang dapat diimplementasikan pada unit rehabilitasi medik di rumah sakit dengan memperhatikan kriteria penerapan Internet of Things dan kemampuan keuangan rumah sakit. Opini dari delapan orang ahli digunakan untuk mengidentifikasi dan memilih kriteria dan subkriteria yang mendukung proses penerapan IoT pada rehabilitasi medik di rumah sakit. Metode Best Worst Method (BWM) digunakan mendapatkan bobot prioritas dari kriteria dan subkriteria penerapan IoT. Metode Additive Ratio Assessment (ARAS) digunakan untuk mendapatkan tingkat utilitas setiap alternative IoT. Metode Zero One Goal Programming digunakan untuk memilih penerapan Internet of Things berdasarkan limitasi seperti tingkat utilitas ARAS dari setiap alternatif, biaya pengadaan dan instalasi, biaya pelatihan, dan biaya pemeliharaan. Hasil akhir didapatkan bahwa virtual reality adalah penerapan Internet of Things yang terpilih berdasarkan kriteria penerapan Internet of Things dan kemampuan keuangan rumah sakit.

Medical rehabilitation services face problems in terms of limited duration and intensity of therapy. The implementation of the Internet of Things (IoT) in medical rehabilitation is expected to help doctors and nurses to provide accurate care and faster recovery. This study aims to choose the best alternative IoT that can be implemented in medical rehabilitation units in hospitals by taking into account the factors of Internet of Things implementation and hospital financial capability. The opinions of eight experts were used to identify and select factors and sub-factors that support the process of applying IoT in medical rehabilitation in hospitals. The Best Worst Method (BWM) method is used to get priority weighting from the criteria and sub-criteria for applying IoT. The Additive Ratio Assessment (ARAS) method is used to obtain the utility level of each alternative IoT. The Zero One Goal Programming method is used to choose the implementation of Internet of Things based on limitations such as the ARAS utility level of each alternative, procurement and installation costs, training costs, and maintenance costs. The final result is that virtual reality is chosen based on the factors of Internet of Things implementation and the financial capability of the hospital."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romy Rizky
"ABSTRAK
Dalam sistem perpindahan panas, Two-Phase Closed Thermosyphon (TPCT) sangat efektif dan efisien. Thermosyphon adalah sebuah pipa kapiler tertutup yang berisi fluida kerja yang berfungsi sebagai media untuk menghantarkan panas dari sisi panas ke sisi dingin dari pipa. Thermosyphon terdiri dari tiga bagian yaitu: evaporator, adiabatik, dan kondensor. Salah satu permasalahan yang sering muncul pada penggunaan thermosyphon adalah kekeringan atau "dry out". Kekeringan dapat menyebabkan melelehnya dinding evaporator karena laten panas yang berlebih sehingga menyebabkan fluida kerja di area evaporator berubah semua menjadi uap dan air kondensat hasil kondensasi tidak bisa kembali lagi ke area evaporator karena tertahan oleh uap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sistem yang dapat mencegah terjadinya kekeringan pada TPCT, simulasi CFD dilaksanakan untuk memahami karakteristik fenomena kekeringan pada TPCT dan sebagai bahan referensi dalam perancangan sistem kendali. Pengujian sistem dilaksanakan dengan menguji 3 jenis variasi filling ratio pada TPCT, yaitu 30%, 45% dan 60%. Bagian evaporator TPCT dipanaskan melalui kolam yang diberi pemanas dengan beban konstan sebesar 6000 watt. Dalam pengujian, filling ratio 30% mengalam 4 kali kekeringan pertama kali di suhu 336.05 K , 45% 1 kali di suhu 339.2 K, dan filling ratio 60% tidak mengalami kekeringan ditandai dengan nilai hambatan termal yang paling rendah sebesar 5.15446 K/W. Semakin sedikit volume fluida kerja yang ada pada TPCT menyebabkan semakin cepatnya terjadi kekeringan. Dalam pengujian, ketika kekeringan terjadi fluida kerja tambahan di injeksi ke TPCT untuk mencegah rusaknya dinding evaporator karena kekeringan yang terjadi, kemudian air hasil kondensasi kembali ke reservoar penampung fluida kerja tambahan sebelum kembali ke bagian evaporator.

ABSTRACT
In a heat transfer system, a Two-Phase Closed Thermosyphon (TPCT) is highly effective and efficient. A thermosyphon is a closed tube that contains working fluid that serves to transfer heat from the hot section to the cooler section of the tube. A thermosyphon consists of three sections, namely: evaporator, adiabatic, and condenser. One of the problems that occur in thermosyphon applications is "dry out". Dry out can cause the evaporator wall to melt due to excessive heat latency, which causes the working fluid in the evaporator area to turn all into steam and condensate water resulting from condensation can not return to the evaporator area because it is blocked by steam. The purpose of this study is to create a system that can prevent dry out in TPCT, CFD simulations are carried out to understand the characteristics of dry out phenomena in TPCT and as a reference parameter in the design of control systems. System testing is carried out by experiment with 3 variation of filling ratio on TPCT, namely 30%, 45% and 60%. The TPCT evaporator section is heated through a pool that is heated with a constant load of 6000 watts. In experiment, 30% filling ratio occur 4 times dry out at first temperature 336.05 K, 45% 1 time at temperature 339.2 K, and 60% filling ratio did not occur dry out marked by the lowest thermal resistance value of 5.15446 K/W. The less volume of working fluid available in the TPCT causes more rapid dry out. In experiment, when dry out occurs additional work fluid is injected into the TPCT to prevent damage to the evaporator wall due to dry out, then the condensed water returns to the reservoir of additional working fluid before returning to the evaporator section."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Imam Prasetyo
"Pada zaman sekarang, kebutuhan daya listrik semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan mengakibatkan pertumbuhan beban. Dalam penyediaan daya listrik ke konsumen harus memenuhi standar kualitas daya listrik sesuai dengan tingkat mutu pelayanan yang telah ditentukan. Salah satu permasalahan pada kualitas daya adalah harmonisa yang merupakan permasalahan yang berkaitan dengan penyimpangan arus, tegangan, dan frekuensi pada besaran listrik. Harmonisa merupakan gangguan yang sering terjadi dalam kualitas daya listrik. Penelitian ini membahas tentang berapa besar tingkat harmonisa arus dan tegangan yang terjadi pada suatu bangunan perkantoran, yang kemudian dibandingkan dengan standar yang berlaku, apakah masih dalam batas toleransi atau tidak untuk sistem. Apabila tingkat harmonisa arus dan tegangan melebihi batas standar, maka dirancang suatu filter pasif dengan tipe single tuned filter yang digunakan untuk dapat mereduksi besarnya harmonisa arus dan tegangan yang terjadi pada objek bangunan yang diteliti. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa besarnya arus harmonisa total (THD) yang terjadi adalah sebesar 17% dengan arus harmonisa orde 3,5, dan 7 berturut-turut sebesar 80A, 350A, 160A. tingkat arus harmonisa total melenihi standar yang direkomendasikan sehingga dirancang filter single tuned agar dapat mereduksi harmonisa yang terjadi.

Now, power electricity is more increasing along with growth of population and growth of electricity load. Power electricity supply to consumer must have power quality standart in accordance with standart of quality service. One of problems in power quality is harmonics, which is problems with deviation of current, voltage, and frequency in electric quantity. Harmonics is one of problems that usually happen in electric power quality. This research will explain about how big level of harmonics current and voltage in building office. Then compare with standart in textbook law, which is still can be tolerance with limit or not in the system. If level of harmonics current and harmonics voltage surpass with the limit standart, then must be design with filter passive type single tuned filter to reduction harmonics current and voltage in object of building office. Based on measurement, resultant of total harmonics current (THD) is 17 % and harmonics current orde 3, 5, 7 is 80A, 350A, 160A. the level of total harmonics current is surpass with the recommendation standart. So, must have design single tuned filter to reduction harmonics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Dwiretnani
"Sehubungan dengan kompleksnya perkembangan proyek bangunan gedung, ditemukan fakta bahwa keterlambatan waktu perancangan menjadi masalah rutin yang tidak dapat dihindari sehingga melatarbelakangi penulisan tesis ini yang bertujuan untuk melakukan identifikasi faktor risiko dominan yang terdapat pada pekerjaan perancangan bangunan gedung yang berpengaruh terhadap kinerja waktu perancangan dan membuat respon atas risiko tersebut guna meminimalisir peristiwa dan dampak risiko yang terjadi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, validasi variabel oleh pakar dan penyebaran kuesioner kepada responden. Adapun datanya kemudian diolah menggunakan software SPSS terkait analisis non parametrik, uji validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif, uji normalitas, analisis pendekatan risiko berbasis ISO 31000 dan analisis korelasi. Pada akhirnya, didapat 6 faktor risiko dominan yang dinilai sangat mempengaruhi kinerja waktu perancangan sehingga harus dicari penyebab, dampak dan respon risikonya dengan cara melakukan validasi hasil akhir oleh pakar.

Along with the complex development of building projects, it was found that the design time delay becomes routine problem that can?t be avoided, so that the background of this thesis aimed to identify the dominant risk factors of building design work that affect design time performance and make response for that risks to minimize the risk?s occurence and impact. Data collection methods used are literature reviews, validation of variables by expert and questionnaires to the respondents. The data is then processed using SPSS software for non-parametric analysis, validity and reliability test, descriptive analysis, normality test, risk analysis approach of ISO 31000 and correlation analysis. In the end, found 6 dominant risk factors that most affecting design time performance so it must be sought the risk?s cause, impact and response by validate the final results to experts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>