Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Baskoro
"Penelitian ini menyajikan model tegangan dan regangan dalam tekan pada spesimen beton terkekang dan tidak terkekang di dalam tekan yang menggunakan plastik Polypropilene sebagai pengganti agregat kasar. Hasil test tekan pada berbagai spesimen kolom pendek akan dikaji dan di analisa pada karakteristik tegangan-regangan, efek dari penulangan kekangan, dan peningkatan kemampuan gaya tekannya. Berdasarkan hasil test, tulangan kekang meningkatkan kuat tekan, serta daktilitas penampang. Identifikasi parametrik terhadap berbagai persamaan umum dari beton normal yang sudah ada digunakan terhadap hasil eksperimen untuk mendapatkan nilai parameter baru koefisien kekangan  k1 dan k2 yang sesuai untuk beton ringan. Diagram tegangan-regangan untuk spesimen beton ringan kolom lingkaran dan persegi dari hasil eksperimen dibandingkan dengan diagram tegangan-regangan untuk beton normal yang umum dipakai, hasilnya menunjukkan kesesuaian yang baik.

Plastic production in the world ramped up to 322 million tons annual in 2015 with growth rate of 8.4% annually resulting large amount of plastic waste in nature. These plastic wastes are almost non-degradable in nature and polluting the environment in land and the sea. The use of recycled plastic aggregate for coarse aggregate in concrete is part of efforts to reduce environmental pollution by processing plastic grain in to coarse aggregate to substitute nature aggregate for light concrete. This study presents the analysis of concrete stress and strain model under compression of unconfined and confined concrete using Polypropilene plastic as substitution for coarse aggregate. To improve bonding between plastic aggregate and cement paste, this plastic aggregate is then coated with sands by placing and mixing the plastic aggregate with sands into a heater rotating cylinder. Test results of various specimens of short column will be reviewed and analysed in the stress and strain characteristics, effect of steel confinement, and performance improvement in compression. Based on experiment results, steel confinement increases compressive strength and ductility of the section. Parametric identification on established stress-strain model for normal concrete is used on the experimental results to obtain the new parameter values for confinement coefficient k1 and k2 that are suitable for this lightweight concrete. The stress-strain diagram for lightweight concrete of cylinder and square column specimen as resulted from experiment compared to the established stress-strain diagram used for normal concrete, the result indicates good agreement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Chandra
"Beton sebagai material konstruksi dikenal getas (brittle) dan lemah terhadap tarik dibandingkan dengan material baja. Penelitian para ahli menunjukkan peningkatan daktilitas beton melalui penambahan serat pada material beton. Salah satu jenis serat yang sering digunakan adalah serat Polypropylene (PP), yang juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gelas kemasan air mineral. Berangkat dari peningkatan jumlah limbah gelas plastik, maka penggunaannya sebagai material tambahan pada beton diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah perkotaan, dan dalam jangka panjang diharapkan dapat mengurangi biaya pembangunan rumah tinggal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari efektifitas penggunaan cacahan limbah plastik PP terhadap peningkatan kuat tarik dan kuat lentur beton normal (fc' = 25 MPa). Kadar cacahan PP yang ditambahkan pada beton normal adalah 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; 9,00; 18,00 dan 27,00 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70; 1,00; 2,00 dan 3,00% untuk pengujian kuat tarik yang dilakukan pada benda uji umur 7 dan 28 hari, serta 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; dan 9,00 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70 dan 1,00% untuk pengujian kuat lentur yang dilakukan pada benda uji umur 28 hari.
Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi pembebanan tarik belah, pembebanan lentur dan modulus elastisitas. Benda uji untuk pengujian tarikbelah dan modulus elastisitas adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, sedangkan benda uji percobaan pembebanan lentur adalah balok 10x10x55 cm3.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana percobaan dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data, yang kemudian akan dianalisa secara statistik kuantitatif dan kualitatif.. Metode Analisis Rancang Campur yang digunakan adalah Metode US. Bureau. Benda Uji dibuat di Laboratorium Bahan Departemen Sipil FTUI. Standar Uji yang digunakan baik untuk pengujian material dasar, beton muda dan beton yang sudah mengeras
mengacu pada Standar ASTM.
Penambahan jumlah cacahan plastik polypropylene pada kadar tertentu akan menurunkan workabilitas dari beton, hal ini ditunjukkan dengan penurunan slump beton seiring dengan peningkatan kadar cacahan.
Dari Hasil Pengujian didapat, penambahan cacahan plastik polypropylene secara umum tidak memiliki pengaruh yang berarti pada tegangan tarik beton normal. Peningkatan paling besar terjadi pada benda uji kadar 0,3% umur 7 hari, yaitu sebesar 10,989%; dengan tegangan tarik berkisar antara 0,456 - 0,648 √ ? ' c. Hal ini secara umum diakibatkan karena ikatan atau gaya adhesi antara cacahan dengan matriks beton lebih lemah dari gaya kohesi antara matriks beton itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan uji tarik belah, dimana cacahan plastik pada benda uji yang terbelah tidak putus akibat pembebanan, melainkan masih tersambung, sedangkan material.
Sedangkan Penambahan cacahan plastik polypropylene secara umum meningkatkan tegangan tarik lentur beton normal. Peningkatan paling besar terjadi pada benda uji kadar 0,7% umur 28 hari, yaitu sebesar 17,098%; dengan tegangan tarik lentur berkisar antara 0,853 - 1,056 √ ? & c.

Concrete as construction material is known brittle and possess relatively weak tensile strength, compared to steel material. Experiments done by the experts shows an improvement in ductility of concrete by adding fiber to concrete material. One of the fibers that often used is Polypropylene (PP) fiber, which also used as a raw material in mineral water plastic glass manufacture. The increase of
amount of plastic glass waste, gives an idea to use it as an addition material in concrete. It expects decrease the urban waste problem, and in long term, to reduce the cost to build a house.
The purpose of this experiment is to study the effect of usage of PP plastic waste in tensile and flexural strength of normal concrete with fc? 25 MPa. The amount of crushed PP added to normal concrete are 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; 9,00; 18,00 and 27,00 kg/m3 or in fraction volume are 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70; 1,00; 2,00 and 3,00% for tensile strentgh test which done in age 7 and 28 days, also 0,90; 1,35; 1,80; 2,25; 2,70; 4,50; 6,30; and 9,00 kg/m3 or in fraction volume are 0,10; 0,15 0,20 ; 0,25; 0.30; 0,50; 0,70 and 1,00% for flexural strentgh test which done in age 28 days.
The test is consist of splitting tensile test, flexural test and modulus elasticity test. The sample for tensile and modulus elasticity test is cylinder with 15 cm diameter and 30 cm height, as for the flexural test is beam with size 10x10x55 cm3.
In this experiment the experimental method will be used, where the experiment done to collect data, and the data will be analyzed quantitative and qualitative statistically. The Mix Design Method used is US. Bureau Method. The sample will be made in Material Laboratory, Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia. The Standard to test the constituent materials, fresh concrete and hard concrete is based on ASTM Method.
The addition of crushed polypropylene plastic in specific amount will decrease the workability of concrete, shown by the decrease of concrete?s slump as the increase of crushed plastic amount.
The Test shows that the addition of crushed polypropylene plastic will not influence the tensile stress of normal concrete, generally. The highest increase happened in volume fraction 0.3% age 7 days, with 10.989%; and the tensile strengths have range from 0.456 - 0.648 √ ? & c. . This is generally because the bond or adhesion between the plastic and matrix is weaker then the cohesion of the matrix itself. It is proved by the splitting tensile test, where the plastics are do not yield by the loading, as for the aggregates are crushed by the loading.
As for the flexural tensile stress, it tends to increase. The highest increase, happened in volume fraction 0.7% age 28 days, with 17.098%; and the flexural strengths have range from 0.853 - 1.056 √ ? & c."
2008
S35339
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
"Penelitian mengenai nanokomposit polimer telah menjadi penelitian yang banyak dilakukan dalam ilmu kimia polimer dan material selama belakangan ini. Telah berhasil dilakukan fabrikasi nanokomposit dengan matriks polipropilen dan lempung Pacitan sebagai nanofiller dengan menggunakan metode melt intercalation. Campuran terdiri dari polipropilen (PP), organoclay dari Pacitan (OCP), maleicanhydride (MA) dan diphenylamine (DPA). Struktur nanokomposit dikarakterisasi menggunakan X-ray diffractometer (XRD) dan transmission electron microscopy (TEM). Hasilnya menunjukkan terjadinya interkalasi clay Pacitan yang menyebabkan pelebaran jarak galeri lapisan silikat. Uji mekanik menunjukkan nanokomposit memiliki modulus tarik dan lentur lebih tinggi, tapi kekuatan tarik dan lentur lebih rendah dibandingkan PP-OCP0 dan harga literatur PP murni. Modulus tarik yang paling tinggi dimiliki oleh nanokomposit dengan kandungan organoclay sebanyak 7 wt%. Sifat termal PP-OCP0 dan PP-OCP7 diuji menggunakan alat Heat deflection temperature (HDT). Hasilnya menujukkan bahwa nilai HDT PP-OCP7 lebih rendah dari nilai HDT PP-OCP0.

The study of polymer nanocomposites has been an active research field in polymer chemistry and materials science for the past decade. Nanocomposites which consist of polypropylene as matrix and Pacitan clay nanofiller have been successfully prepared by a melt intercalation method. The compound consisted of polypropylene (PP), Pacitan organoclay (OCP), maleicanhydride (MA), and diphenylamine (DPA). The structure of nanocomposites was investigated using an X-ray diffractometer (XRD) and transmission electron microscopy (TEM). The results show that an intercalation of silicate layers was occurred. The intercalation caused the silicate layer distance expansed and PP was able to move into the gallery. The results of mechanical test show that the nanocomposites have higher tensile and flexural moduli, but lower tensile and flexural strengths compared to PP-OCP0 and theoretical value of pristine PP. The PP-OCP7 sample has best mechanical properties. Sample of PP-OCP0 and PP-OCP7 were thermal tested by using a heat deflection temperature (HDT) machine. The HDT results show that PP-OCP7 has a lower HDT value than the PP-OCP0."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeth Jong Hiong Jun
"Polypropylene (PP) adalah termoplastik yang sangat luas pemakaiannya. Kombinasi antara permintaan yang tinggi dan kemudahan daur ulang menyebabkan aplikasi PP daur ulang menjadi hal yang sangat biasa dan diterima secara umum. Dalam penelitian ini, penulis membandingkan struktur dan sifat mekanik PP murni, PP daur ulang dan PP daur ulang komersial yang dipakai sebagai gantungan pakaian. Pengujian termal dengan DSC menunjukkan bahwa daur ulang tidak menyebabkan perubahan titik leleh yang signifikan, yaitu tetap berada pada kisaran 160 oC - 163°C. Identifikasi bahan dengan FTIR menunjukkan bahwa PP daur ulang komersial mengandung campuran unsur Polyethylene (PE) yang tidak terdapat pada PP murni dan PP daur ulang.
Hasil uji tarik dan uji kekerasan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan antara PP murni dan PP daur ulang. Di sisi lain, uji tarik menunjukkan bahwa kuat tarik PP daur ulang komersial lebih rendah 22,1% daripada PP murni, modulus Young turun 8,1%, dan strain-at-break berkurang secara drastis sebesar 65,7%. Uji kekerasan dengan Shore Hardness menunjukkan bahwa kekerasan relatif tidak berubah karena daur ulang. Hal ini didukung dengan SEM yang memperlihatkan citra PP daur ulang komersial memiliki permukaan yang relatif lebih datar dengan ukuran butir lebih kecil daripada PP murni, yang menunjukkan bahwa bahan bersifat lebih brittle.

Polypropylene (PP) is a type of thermoplastic that is widely used in our daily activities. A combination of high demand and easinest recycling maker the recycled PP has been generally accepted. In this study, a study of the structure and mechanical characteristics of original PP, recycled PP, and commercial recycled PP is compared, especially the ones that is applied as cloth hanger. DSC thermal tests showed that the recycling process did not cause a significant change to the material?s melting point, which stays in the range of 160 oC - 163°C.
Meanwhile, FTIR tests showed that the commercially recycled PP contains of Polyethylene (PE), which element was not found in original PP and recycled PP. On the other side, tensile test showed that the tensile strength, Young modulus and strain-at-break are lower than those of original PP by 22,1 % ; 8,1 % and 65,7 % respectively. Tensile and hardness test demonstrated there is no significant differences between original PP and recycled PP. Furthermore, Shore Hardness tests show the recycling process has a little effect on the material?s hardness. These fact is also supported by morphological observation using SEM that the surface contour of the images of commercial recycled PP is relatively more flat and has smaller grain size than those of original PP, which indicates that the commercial recycled PP is relatively more brittle.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21382
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Prawira Muslim
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aulia
"Bahan karton minuman aseptik ini sulit didaur ulang. Namun proses recyling untuk jenis bahan ini masih dapat dilakukan dengan menerapkan hydra proses pembuatan pulp (lapisan pemisahan), tetapi akan memakan biaya yang cukup mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan alternatif untuk mendaur ulang bahan-bahan dengan membuat papan dari cacahan karton aseptik yang akan dilaminasi menggunakan perekat polypropylene, dan untuk mengetahui perilaku lentur nya. Dalam membuat papan panel, pertama 32 mm x 4 mm karton aseptik diparut dicampur dengan 0%, 2,5%, 5% dan 7,5% fenol formaldehida dan, kemudian dikompresi dengan tekanan 25 kg/cm2 dan dipanaskan pada 170oC. Hal ini ditemukan bahwa panel dengan fenol formaldehida 0% memberikan kuat lentur terbaik. Panel-panel tersebut kemudian direkatkan dengan polypropylene (bijih plastik) dianggap sebagai perekat termal, untuk membuat papan dua lapisan dengan masing-masing ketebalan 10 mm dan tiga papan lapisan masing-masing dengan ketebalan 8,3 mm. Papan berlapis tersebut kemudian dibandingkan dengan yang dilem dengan epoxy sebagai perekat dingin dalam hal sifat mekanik yaitu modulus elastisitas (MOE) dan modulus pecah (MOR). Pengujian prosedur sifat fisik dan mekanik dilakukan dengan menggunakan standar JIS A 5908: 2003 dan ASTM C 580-02. Hasil dari penelitian nilai MOE dan MOR papan laminasi aseptik menggunakan bijih plastik lebih tinggi dari papan laminasi yang memiliki perekat dingin atau epoxy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Himawan Abdillah
"Pada zaman sekarang ini dimana penggunaan energi yang murah, efisien, dan ramah lingkungan sangat diperlukan, maka dikembangkan sel tunam (fuel cells) sebagai sumber energi baru. Kekurangan dari sel tunam konvensional adalah massanya yang berat dan proses manufaktur yang sulit sehingga harga sel tunam itu sendiri menjadi mahal. Sifat ini merupakan kontribusi dari pelat bipolar pada sel tunam tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan pelat bipolar yang ringan, mudah diproses, dan murah.
Dalam penelitian ini dikembangkan komposit pelat bipolar menggunakan matriks polipropilena (PP), penguat karbon, dan aditif polyvinylidene fluoride (PVDF) yang divariasikan komposisinya untuk mendapatkan sifat konduktivitas dan mekanis yang baik.
Sifat-sifat dari komposit yang dihasilkan diuji dengan pengujian mekanis, konduktivitas, dan melt flow indexer. Selain itu, dilakukan juga pengamatan mikrograf dengan menggunakan SEM.
Dari hasil pengujian tersebut, didapatkan bahwa sifat mekanis akan semakin menurun seiring dengan penambahan penguat karbon dalam komposit. Namun, nilai konduktitasnya kecil. Dari keempat formula, didapatkan bahwa nilai mekanis yang paling baik terdapat pada formula dua dengan persentase penguat karbon sebesar 44 % wt. dan sifat konduktivitas terbaik terdapat pada formula tiga dengan 80 % wt. karbon dimana di dalamnya terkandung 25 % wt. grafit.
Dalam penelitian ini belum didapatkan komposisi yang optimal dalam pembagian komposisi PP dan penguat karbon. Selain itu, nilai konduktivitas juga masih kecil karena PVDF tidak dapat membantu ikatan PP dengan penguat karbon dengan baik.

Nowadays, when the usage of cheap, efficient, and eco-friendly energy is needed, fuel cells as a new energy source is developed. The disadvantage of conventional fuel cells are its heavyness and its low processability, which leads to its high price. These properties are affected by its bipolar plates. Therefore, we need a lightweight, easy-to-process, and cheap bipolar plates.
In this study, we develop a bipolar plate composite by using polypropylene matrix, carbon reinforcements, and polyvinylidene fluoride as an additive and varying its composition to develop good conductivity and mechanical properties.
Composite properties are evaluated by using mechanical tests, conductivity tests, and melt flow indexer. SEM micrography is also used.
From the results, we can conclude that mechanical properties will decrease as the adding of carbon reinforcements in the composite. But, it will decrease its conductivity. From 4 formulas we develop, second formula had the best mechanical properties with 44 % wt. carbon reinforcement and the third formula had the best conductivity properties with 80 % wt. carbon reinforcements, whereas, it has 25 % wt. graphite.
In this study, the optimal composition hasn?t been retrieved. The conductivity result also shows low conductivity because PVDF doesn?t help the bonding between PP and carbon reinforcements perfectly."
2008
S51088
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Lanang Kinasih
"Dalam bisnis gelas polipropilena hasil proses thermoforming, kualitas produk ditentukan salah satunya oleh kecepatan alir lelehan (Melt Flow Rate, MFR) yang rendah. Namun, tingginya harga material mendorong industri untuk menurunkan berat produk dan meningkatkan kecepatan produksinya, salah satunya dengan menggunakan MFR yang tinggi.
Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengujian mekanis lengkap dan analisis statistik untuk menentukan formulasi empiris polipropilena berdasarkan MFR, fraksi ataktik, dan kandungan etilena kopolimer. Penelitian menunjukan bahwa performa terbaik dari uji jatuh diperoleh dari sampel dengan rentang MFR antara 2.2?2.4 gr/10min, fraksi ataktik antara 1.5?2.96 wt%, dan kandungan etilena kopolimer kurang dari 0.82 wt%. Hasil tersebut memenuhi persyaratan uji aplikasi, stabilitas proses, dan tahapan penyusunan produk.

In polypropylene thermoforming cup business, the quality of product can be achieved by the raw material with low melt flow rate (MFR). However, the high material cost condition has encouraged cup manufacturer to down gauge the cup weight and increase the productivity by using higher MFR.
In this study, a series of mechanical testing and statistical analysis have been used to empirically formulate the desired polypropylene based on MFR, atactic fraction, and ethylene copolymer aspects. On the basis of the investigation, it has been found that the best performance in drop test was provided by the sample with the MFR of 2.2?2.4 gr/10min, atactic fraction of 1.5?2.96 wt%, and ethylene copolymer content
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Mansur
"Polipropilena (PP) adalah polimer termoplastik yang digunakan dalam berbagai aplikasi. Proses kristalisasi adalah proses yang memiliki peranan penting dalam produksi PP. Penambahan nucleating agent yang berfungsi mempersingkat waktu induksi kristalisasi polimer tertentu, termasuk PP. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh penambahan microcrystalline cellulose (MCC) dan microfibrillated cellulose (MFC) sebagai aditif nucleating agent pada proses kristalisasi PP dan memperoleh persentase optimum yang dibandingkan terhadap Hyperform HPN-20E (HPN) sebagai nucleating agent komersial dan PP murni. MFC dibuat dengan alkalisasi, bleaching dan hidrolisis. MFC dan MCC dikarakterisasi dengan SEM dan XRD. Masing-masing dari MFC, MCC dan HPN dilakukan internal mixing dengan PP pwd dengan konsentrasi 0,10; 0,20; 0,40; 1,00 dan 2,00 phr untuk selanjutnya diwakili dengan penomoran 1, 2, 3, 4 dan 5 dan PP pwd untuk blangko. Sampel masterbatch MFC, MCC, HPN dan PP dilakukan karakterisasi dengan uji FTIR, XRD, DSC dan Tarik. Hasilnya menunjukkan bahwa MCC dan MFC dapat meningkat derajat kristalinitas, suhu leleh, suhu kristalisasi dan kekuatan tarik polimer PP walaupun belum menyamai kinerja dari HPN. Persentase optimum masterbatch PP+MFC5 dan PP+MCC4 dengan peningkatan derajat kristalinitas masing-masing sebesar 19,96% dan 18,24% terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN5 dengan peningkatan derajat kristalinitas sebesar 54,80%. Persentase optimum masterbatch PP+MFC5 dan PP+MCC5 pada peningkatan suhu leleh masing-masing sebesar 2,8°C dan 3,3°C terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN2 dan masterbatch PP+HPN3 dengan peningkatan suhu leleh yang sama yaitu sebesar 4,4°C. Persentase optimum masterbatch PP+MFC4, PP+MFC5 dan PP+MCC5 pada peningkatan suhu kristalisasi masing-masing sebesar 5,0°C, 5,0°C dan 5,7°C terhadap PP murni. Namun, belum dapat menyamai kinerja HPN pada kondisi optimum masterbatch PP+HPN5 dengan peningkatan suhu kristalisasi sebesar 19,0°C.

Polypropylene (PP) is a thermoplastic polymer used in a variety of applications. Crystallization process is a process that has an important role in PP production. The addition of a nucleating agent that serves to shorten the crystallization induction time of certain polymers, including PP. The purpose of this study was to analyze the effect of adding microcrystalline cellulose (MCC) and microfibrillated cellulose (MFC) as nucleating agent additives to the PP crystallization process and to obtain the optimum percentage compared to Hyperform HPN-20E (HPN) as commercial nucleating agent and Pure PP. MFC is made by alkalization, bleaching and hydrolysis. MFC and MCC were characterized by SEM and XRD. Each of the MFC, MCC and HPN were internally mixed with PP pwd with a concentration of 0.10; 0.20; 0.40; 1.00 and 2.00 phr are then represented by numbering 1, 2, 3, 4 and 5 and PP pwd for blanks. The MFC, MCC, HPN and PP masterbatch samples were characterized by FTIR, XRD, DSC and Tensile tests. The results show that MCC and MFC can increase the degree of crystallinity, melting temperature, crystallization temperature and tensile strength of PP polymer although they cannot match the performance of HPN. The optimum percentages of PP+MFC5 and PP+MCC4 masterbatches with increasing degree of crystallinity were 19.96% and 18.24%, respectively, compared to pure PP. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN5 masterbatch with an increase in the degree of crystallinity of 54.80%. The optimum percentages of PP+MFC5 and PP+MCC5 masterbatches at increasing melting temperatures were 2.8°C and 3.3°C, respectively, for pure PP. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN2 masterbatch and PP+HPN3 masterbatch with the same increase in melting temperature of 4.4°C. The optimum percentages of PP+MFC4, PP+MFC5 and PP+MCC5 masterbatches at increasing crystallization temperature were 5.0°C, 5.0°C and 5.7°C for pure PP, respectively. However, it has not been able to match the performance of HPN under the optimum conditions of the PP+HPN5 masterbatch with an increase in crystallization temperature of 19.0°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mujiati
"Penelitian fotodegradasi pada polipropilen dilakukan pada sampel polipropilen tape yang dikenai radiasi UV dari sinar matahari dan dari alat xenotest. Penelitian dilakukan di Pulogadung pada Nopember 1996 hingga pertengahan Juni 1997. Xenotest 450 dioperasikan pada suhu 55 ± 2° C, relatif humidity 55 ± 5 %, hujan 18 menit, kering 102 menit. Variasi penambahan penstabil UV adalah 0 %, 0,05 %, 0,075 %. Sampel yang telah mengalami radiasi UV kemudian dianalisa tenacity, breaking elongation, spektrum ultra violet dan spektrum infra merahnya.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa radiasi UV menyebabkan penurunan tenacity dan breaking elongation. Tenacity dan breaking elongation menurun sebanding dengan bertambahnya waktu radiasi. Penurunan tenacity dan breaking elongation ini dihambat dengan penambahan penstabil UV ke dalam polipropilen. Dengan semakin besarnya kandungan penstabil UV dalam polipropilen maka penurunan tenacity dan breaking elongation semakin dihambat. Dari spektrum infra merah pada polipropilen yang mengalami degradasi terjadi peningkatan serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang 1825-1675 cm-1. Dari hasil spektrum ultra violet dapat dikatakan bahwa penstabil UV berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yaitu radikal nitroksil menangkap radikal alkil membentuk hidroksilamin ether."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>