Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56981 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abbiyah Sausan Ulfa
"PET (Polietilena Tereftalat) merupakan kemasan botol plastik berwarna dengan tingkat konsumsi terbesar keempat di dunia. Konsumsi PET di Indonesia meningkat mencapai 7% per tahun hal ini dapat menyebabkan dampak terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendaur ulang limbah PET dengan menggunakan proses sederhana dalam menghilangkan warna dari limbah PET. Hasil penghilangan warna limbah PET akan digunakan sebagai alternatif sumber karbon untuk sintesis carbon nanotube (CNT). Warna limbah PET yang digunakan adalah biru dan hijau. Agen penghilang warna yang terpilih adalah hidrogen peroksida (H­2O2) karena merupakan reagen yang ekonomis dan ramah lingkungan. Limbah PET berwarna dan H2O2 akan dipanaskan ke dalam sistem oil bath pada suhu 110oC dan tekanan 1 atm.
Hasil waktu penghilangan warna untuk limbah PET biru lebih cepat dibandingkan limbah PET hijau yaitu 72 dan 115 menit per 15 gram limbah PET. Kualitas penghilangan warna limbah PET biru lebih baik dibanding hasil penghilangan warna limbah PET hijau karena memiliki nilai reflektansi lebih dekat dengan limbah PET tidak berwarna. Proses sintesis CNT dari plastik limbah PET biru yang sudah dihilagkan warnanya menghasilkan yield sebesar 8,58%. Diameter rata rata kristal CNT yang dihasilkan dari proses ini diperoleh sebesar 37 nm. Hal ini menunjukkan bahwa plastik limbah PET yang sudah dihilangkan warnanya dapat digunakan sebagai sumber karbon dalam sintesis CNT.

The level consumption of Polyethylene Terephthalate (PET) as a packaging of colored beverage bottles occupies the fourth largest in the world. In Indonesia, PET consumption increased reaches 7% per year so that it can cause environmental impacts. This study aims to process the recycling PET waste by obtaining a simple potential process to remove the color from PET waste. The decolorized PET waste will be an alternative carbon source for Carbon Nanotube (CNT) synthesis. The colors of PET waste are blue and green bottles. The selected color removal agent is hydrogen peroxide (H2O2) because it is inexpensive reagent and has lower toxicity to environment. The colored PET waste and H2O2 will be heated in the oil bath system at temperature 110oC and pressure 1 atm.
The result showed that color removal time for blue PET waste faster than the green PET waste, 72 and 115 minutes per 15 grams PET waste. The quality of color removal of blue PET waste is better than the result of color removal of green PET waste because it has a reflectance value closer to colorless PET waste. The CNT synthesis process from plastic blue PET waste which has been color-treated yields a yield of 8.58%. The average diameter of CNT crystals produced from this process is obtained at 37 nm. This shows that PET waste plastic which has been discolored can be used as a carbon source in CNT synthesis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Farizzi F.S
"Studi pada nanokarbon sintesis dari polietilen telah berkembang saat ini Penelitian ini menggunakan polietlen tereftalat karena kandungan karbon tinggi Penelitian ini juga diusulkan karena dalam produksi nanocarbon masih bergantung dan menggunakan gas alam sebagai bahan baku Karena gas alam tidak dapat di perbaharui polietlen tereftala diusulkan karena itu menjadi sangat sulit untuk mendaur ulang dan terakumulasi Dalam penelitian ini PET diubah menjadi nanocarbon dengan metode pirolisis Pemotongan PET ditempatkan dalam reaktor pirolisis dan dipanaskan sampai 450oC untuk dekomposisi termal menjadi gas hidrokarbon ringan Berbagai lapisan katalis nikel ditempatkan dalam reaktor sintesis yang terhubung ke reaktor pirolisis dan proses sintesis dilakukan pada suhu 800oC selama satu jam Gas Argon ditambahkan selama proses dan juga hidrogen untuk variasi lainnya Hasil dikarakterisasi menggunakan SEM FE SEM dan XRD menunjukkan nanocarbons dalam bentuk nanotube karbon atau nanofiber telah terbentuk pada permukaan katalis nikel.

The study on carbon nanotubes synthesis from polyethylene has been developing nowadays. This process uses polytheylene terephthalate because of its high carbon content. The process is also proposed because in the past nanocarbon production has mainly used natural gas as the raw material. Because natural gas is not renewable polyethylene terephthalate was proposed due to it being very hard to recycle and accumulates. In this research, PET was converted into nanocarbon by a method of pyrolysis. PET cuts were placed in the pyrolysis reactor and was heated to 450oC for thermal decomposition into light hydrocarbon gases. Various nickel catalyst coating were placed in the synthesis reactor, which was connected to the pyrolysis reactor and synthesis process was done at a temperature of 800oC for one hour. Argon gas was added during the process and also hydrogen for the other variation. Results were characterized using SEM, FE-SEM and XRD, showing nanocarbons in a form of carbon nanotube or carbon nanofiber were formed on the surface of the nickel catalyst."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Khanza Kamilia
"
Penyimpanan dan transportasi gas alam merupakan tantangan utama dalam mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan. Adsorbed Natural Gas (ANG) adalah suatu metode potensial untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan gas alam. Pada penelitian ini, digunakan adsorben dari limbah botol polietilena tereftalat (PET) sebagai potensi pemanfaatan limbah plastik dalam sumber energi terbarukan. Pembuatan karbon aktif dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pre-treatment bahan baku, karbonisasi, aktivasi kimia dengan KOH 4 M, dan aktivasi fisika dengan aliran gas N2. Karbon aktif yang diperoleh kemudian dimodifikasi melalui proses impregnasi logam NiO dengan variasi konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2% untuk mengetahui kemampuannya sebagai adsorben. Berdasarkan karakterisasi melalui metode uji bilangan iodin, SEM, dan EDS, diketahui bahwa sampel karbon aktif yang terimpregnasi NiO 2% menunjukan hasil terbaik dengan luas permukaan 997,65 m2/g. Kemudian, dilakukan uji kapasitas adsorpsi dan desorpsi gas alam pada sampel nonimpregnasi dan sampel terimpregnasi untuk mengetahui peningkatan kapasitas penyimpanan gas alam. Kapasitas adsorpsi gas alam terbesar didapatkan oleh karbon aktif terimpregnasi NiO 2% pada suhu 28 oC dan tekanan 9 bar yang mampu mencapai 138,9 g/kg.

Storage and transportation of natural gas has become a major challenge in optimizing the use of renewable energy. Adsorbed Natural Gas (ANG) is a potential method to increase natural gas storage capacity. In this research, adsorbents from waste polyethylene terephthalate (PET) bottles were used as a potential of plastic waste as a renewable energy source. The preparation of activated carbon is carried out through several stages, namely pre-treatment of raw materials, carbonization, chemical activation with KOH 4 M, and physical activation with N2 gas flow. The activated carbon obtained was then modified through a NiO metal impregnation process with varying concentrations of 0.5%, 1% and 2% to determine its ability as an adsorbent. Based on characterization using the iodine number test method, SEM, and EDS, it is known that the activated carbon sample impregnated with 2% NiO showed the best results with a surface area of 997,65 m2/g. Then, natural gas adsorption and desorption capacity tests were carried out on non- impregnated samples and impregnated samples to determine the increase in natural gas storage capacity. The largest natural gas adsorption capacity was obtained by 2% NiO impregnated activated carbon at a temperature of 28 oC and a pressure of 9 bar which was able to reach 138,9 g/kg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Roselina
"Pada penelitian ini, botol plastik atau polietilen tereftalat (PET) digunakan sebagai sumber karbon untuk pembentukan nanocarbon. Limbah PET dikonversi menjadi gas hidrokarbon, kemudian menjadi nanocarbon pada permukaan katalis. Metode yang digunakan pada sintesis nanocarbon dari limbah PET adalah pirolisis. Sintesis nanocarbon dilakukan dengan katalis pelat nikel, mengunakan gas argon sebagai carrier gas. Preparasi precursor katalis nikel, dilakukan dengan metode dekomposisi urea. Suhu operasi pada sintesis nanocarbon dari limbah PET dipilih pada suhu 800oC, sebagai suhu optimum pembentukan nanocarbon. Hasil gas hidrokarbon yang terbentuk dianalisa dengan GC-TCD. Hasil nanocarbon yang terbentuk akan dianalisa dengan karakterisasi FE-SEM EDX dan XRD.

In this experiment, plastic bottles or polyethylene terephthalate (PET) is used as a carbon source for the formation of nanocarbon. Waste PET is converted into hydrocarbon gas, then became nanocarbon on the catalyst surface. Pyrolysis method used in this experiment for synthesis of nanocarbon from waste PET. Synthesis of nanocarbon with nickel plate catalyst using argon gas as carrier gas. Preparation of nickel catalyst precursor, is done by the method of decomposition of urea. Operating suhue on the synthesis nanocarbon from waste PET is chosen at a suhue of 800oC, which selected as the optimum suhue formation of nanocarbon. Results of hydrocarbons gas analyzed with GC-TCD. Result from synthesis nanocarbon will be analyzed with the characterization of FE-SEM-EDX and XRD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alristo Sanal
"Limbah plastik PET merupakan bahan baku yang baik untuk membuat karbon aktif dimana memiliki ketersediaan yang besar dan kadar karbon yang tinggi. Karbon aktif tersebut dibuat untuk mengembangkan teknologi ANG yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan penyimpanan gas metana. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pembuatan karbon aktif berbahan baku limbah plastik PET untuk diaplikasikan pada teknologi ANG. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karbon aktif dengan luas permukaan yang tinggi dengan melakukan variasi pada proses aktivasi yaitu variasi laju alir karbon dioksida dan waktu aktivasi serta dilakukan pengujian terhadap penyerapan gas metana.
Hasil terbaik dari pembuatan karbon aktif adalah dengan laju alir 200 ml/min dan waktu aktivasi 240 menit yang menghasilkan luas permukaan sebesar (bilangan iod) 1591,72 m2/g dengan kadar karbon 83,2 %. Pada uji penyerapan gas metana menggunakan karbon aktif dengan kondisi optimal menghasilkan kapasitas penyimpanan 0,529 kg/kg pada tekanan 25 bar dan sebagai pembanding digunakan karbon aktif komersial yang menghasilkan kapasitas penyimpanan 0,1 kg/kg dengan luas permukaan 1201 m2/g.

PET plastic waste is a good raw material for making activated carbon which has a great availability and high carbon content. PET based activated carbon is made to develop ANG technology used to solve the problems of methane gas storage. Because of that in this research researcher make an activated carbon with PET plastic as raw material to be used at ANG technology. The propose of this research is to made an activated carbon with high surface area with variation at activation process which are carbon dioxide gas flow and activated time also we test the adsorption of methane gas.
Activated carbon with the highest surface area is activated carbon with gas flow at 200 ml/min and activated time at 240 muinute with surface area at (Iod Number) 1591,72 m2/g and carbon composision at 83,2 %. At methane gas adsorption test use activated carbon with optimal condition that give storage capacity at 0,529 kg/kg with 25 bar pressure and as comparison we used commercial activated carbon that give storage capacity at 0,1 kg/kg with surface area 1201 m2/g.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Abdurrahim
"Pemanfaatan limbah plastik sebagai sumber karbon untuk sintesis nanokarbon merupakan salah satu solusi permasalahan sampah saat ini. Salah satu jenis limbah plastik yang ada dalam jumlah besar adalah polietilen terfetalat (PET). Selain itu, penggunaan limbah plastik sebagai bahan baku juga bisa menjadi alternatif proses sintesis nanokarbon yang saat ini masih didominasi oleh bahan baku dari fossil fuel untuk memperoleh sumber karbon.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis nanokarbon dari limbah plastik PET menggunakan metode double stage pyrolysis. Limbah plastik PET dipirolisis untuk menghasilkan gas hidrokarbon ringan pada suhu 450°C dengan kehadiran argon sebagai carrier gas. Pada reaktor sintesis diletakkan katalis pelat nikel sebagai katalis sekaligus substrat. Suhu operasi sebesar 800°C digunakan untuk mendukung proses sintesis nanokarbon yang baik. Proses sintesis berjalan selama satu jam dengan kehadiran gas hidrogen 10% dari laju alir gas total. Hasil karakterisasi SEM dan XRD menunjukkan adanya produk nanokarbon bervariasi, di antaranya CNT.

Utilization of plastic wastes as carbon precursor for nanocarbon synthesis is one of the waste problem solutions nowadays. One of the plastic wastes in abundance is polyethylene terephtalate (PET). Utilization of plastic wastes as carbon precursor for nanocarbon synthesis also become an alternative for nanocarbon synthesis process, which is curently dominated by fossil fuel as carbon source.
In this research, nanocarbon synthesis from PET wastes was done by using double stage pyrolysis method. PET wastes was pyrolyzed in the first reactor to decompose PET into light hydrocarbons in temperature of 450°C in the presence of argon as carrier gas. Nickel plate was placed in the second reactor as catalyst. The synthesis process ran for an hour using temperature of 800°C in the presence of argon and hidrogen gas to support good nanocarbon synthesis process. FE-SEM and XRD results show that variations of nanocarbon were formed on the surface of the plate, and one of them was CNT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryaningrum Pujiastuti
"Saat ini, pengembangan carbon nanotube CNT sebagai bahan penghantar obat kanker telah menjadi salah satu topik utama dalam dunia nanomedicine. Hal ini dikarenakan CNT memiliki kemampuan loading obat dan targetting delivery yang tinggi tanpa menimbulkan efek samping. Namun, solubilitas CNT yang rendah memiliki keterbatasan untuk memenuhi standar Sistem Penghantar Obat SPO.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan H2O2 hidrogen peroksida terhadap sifat solubilitas CNT yang sudah terfungsionalisasi f-CNT. CNT difungsionalisasi secara kovalen dengan campuran larutan asam HNO3, H2SO4, dan HCl. Variasi yang dilakukan yaitu pada suhu sonikasi 20,40,dan 60oC. Suhu sonikasi yang optimum akan menghasilkan f-CNT dengan kestabilan suspensi yang tinggi dan tidak merusak morfologi CNT. f-CNT dikarakterisasi dengan Fourier Infrared Transformation Spectroscopy FTIR, Scanning Electron Miscroscopy-Energy Dispersive Spectroscopy SEM-EDS, Thermal Gravimetry Analysis TGA, UV-Vis Spectroscopy,dan tes dispersi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa f-CNT dengan suhu sonikasi 40oC dan penambahan H2O2 CS5 menghasilkan persen solubilitas tertinggi yaitu sebesar 18,3. Sampel CS5 juga memiliki waktu dispersi lebih dari 35 hari, derajat fungsionalisasi sebesar 35,53, tidak mengubah karakteristik morfologi CNT, dan tidak mengandung pengotor.

Currently, the development of carbon nanotubes CNT as drug delivery has become one of the main topics in nanomedicine. This is because CNT has the ability for high anticancer drug loading and high targetting delivery without causing side effects. Solubility of CNT has limitations in meeting the standards of the Drug Delivery System DDS.
This research aims to study the effect of the addition of H2O2 hydrogen peroxide to the solubility of functionalized CNT f CNT. f CNT is treated covalently using a mixture of acids HNO3, H2SO4, and HCl. Variations were performed at sonication temperatures namely 20, 40, and 60oC. The best sonication temperature is f CNT which has a high degree of suspension stability and does not damage the morphology of CNT. f CNT characterization was performed using fourier infrared transformation spectroscopy FTIR, scanning electron microscopy energy dispersive spectroscopy SEM EDS, thermal gravimetry analysis TGA, UV Vis spectroscopy and dispersion test.
The study resulted that the f CNT sonicated for temperatures of 40 oC with H2O2 addition CS5 produce the highest solubility for 18.3. CS5 gave the longest dispersion time more than 35 days, the highest degree of functionalization for 35.53, not changed the characteristic of CNT morphology, and impurities free.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferriansyah Hasan
"Salah satu cara yang sangat menjanjikan dalam teknologi penyimpanan gas adalah metoda-adsorptive storage - , dimana gas tersebut disimpan dalam keadaan teradsorpsi pada suatu-adsorben - tertentu. Nanotube carbon (NTC) merupakan jenis adsorben sintesis yang memiliki kapasitas adsorpsi hidrogen sehingga dapat menjadi alternatif yang menjanjikan sebagai storage hidrogen. Penelitian ini mengembangkan storage hidrogen, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan storage hidrogen, preparasi adsorben dan alat adsorpsi, pengukuran helium void volume, uji adsorpsi dan desorpsi hidrogen pada tekanan tinggi, serta permodelan sederhana adsorpsi Langmuir. Adsorben yang digunakan adalah NTC komersial dan lokal dalam bentuk curah dan compacted yang dilakukan pada kondisi isotermal yaitu 25_C. Uji adsorpsi tekanan tinggi dilakukan untuk setiap kondisi nanotube karbon (curah dan compacted) sampai diperoleh kurva adsorpsi isotermal dengan kenaikan tekanan 1 Mpa sampai 6 Mpa.
Hasil yang ditunjukkan oleh uji adsorpsi gas hidrogen tekanan tinggi pada kondisi isotermal (25_C), yaitu adsorpsi hidrogen dengan menggunakan variasi tiga adsorben akan meningkat kapasitas adsorpsinya seiring dengan meningkatnya tekanan. NTC lokal curah mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi NTC komersial. Pada tekanan 600 psia, kapasitas adsorpsi NTC lokal sekitar 0,38 %, sedangkan NTC komersil curah pada tekanan yang sama daya adsorpsinya sekitar 0,6 %. Secara umum, data adsorpsi hidrogen dengan menggunakan variasi tiga adsorben dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan Langmuir, dengan % deviasi NTC lokal curah sebesar 5- 6 %, dan % deviasi pada NTC komersial curah sebesar 0,004- 5. Sedangkan untuk % deviasi NTC komersial compacted sekitar 9- 13 %.

One of the most promising way in the gas storage technology is a method of "adsorptive storage", where the gas is stored in an "adsorbent". Carbon nanotubes (NTC) is a type of synthesis adsorbent which has hydrogen adsorption capacity, so that would be a promising alternative for hydrogen storage. This research consists of several stages; preparation of hydrogen storage, preparation adsorbent and adsorption equipment, measurement of Helium void volume, and also hydrogen adsorption and desorption at high pressure, as well as simple modeling Langmuir adsorption. This research using a commercial and local NTC in bulk and compacted form, which treated in an isothermal conditions of 25_C. High pressure adsorption analysis is performed for each condition of carbon nanotubes (bulk and compacted) to obtain the isothermal adsorption curve with increasing of pressure from 1 to 6 Mpa.
The results shown by high pressure adsorption of hydrogen gas at isothermal conditions (25_C) is the adsorption of hydrogen by using variations of three adsorbent, will increase the adsorption capacity with the increase of pressure. Local NTC bulk adsorption capacity is lower than the adsorption capacity of commercial NTC. At pressure of 600 psia, local NTC adsorption capacity is around 0.38%, while the bulk of commercial NTC at the same pressure is around 0.6%. In general, the hydrogen adsorption data using variations of three adsorbent could be well represented by Langmuir models, the deviation of the local NTC is about 5 to 6%, the deviation in the bulk of commercial NTC is about 0.004 to 5%, and the deviation of NTC commercial compacted is about 9 to 13%."
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51824
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Rizkya Andriani
"Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menelaah potensi dari limbah botol plastik (PET) dalam dunia arsitektur. Melihat isu dan kontroversi di mana botol plastik bekerja sangat efektif sebagai sebuah produk namun limbah dari botol plastik sangat mencemari lingkungan. Oleh karena itu kita harus memikirkan kembali bagaimana menanggulangi limbah botol plastik (PET) agar tidak menjadi lebih buruk khususnya dalam dunia arsitektur. Dengan memanfaatkan potensi dari material botol plastik serta mempelajari karakteristik dari botol plastik kita dapat menjadikan limbah botol plastik menjadi material yang lebih berguna. Mempelajari teori Cradle to Cradle oleh Braungart dan McDonough sebagai salah satu cara untuk menghasilkan produk material yang berkelanjutan. Penelitian mengenai potensi dari material botol plastik (PET), didapat dari mempelajari beberapa kasus pemanfaatan limbah botol plastik (PET) secara fisik. Beberapa dari kasus ini adalah menjadikan PET sebagai sambungan furnitur, bata, dinding sekolah, dan struktur. Melalui studi ini didapat kesimpulan bahwa limbah botol plastik dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara, terutama dalam arsitektur limbah botol plastik (PET) dapat digunakan sebagai material berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sisa dari umur botol plastik di lingkungan, pemanfaatan ini memiliki kesimpulan bahwa limbah botol plastik (PET) dapat menjadi material yang kontekstual dengan berbagai karakteristik dari botol plastik. Namun pemanfaatan ini tidak dapat diaplikasikan semua secara bersamaan karena PET mampu bekerja lebih baik bila bersama dengan material lain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Sangiaji Rangga Syakirrullah
"Gas hidrogen merupakan energi terbarukan yang dapat menggantikan energi fosil sebagai bahan bakar. Hidrogen memiliki nilai kalor hampir 4 kali lebih besar dibandingkan gas alam dan bensin. Namun sayangnya, dalam pengembangannya terdapat masalah dalam penyimpanannya. Solusi terkini yang dikembangkan adalah penyimpanan dengan metode adsorpsi (adsorptive storage). Penelitian ini menggunakan adsorben komersil jenis aligned carbon nanotube (ACNT) yang memiliki keseragaman ukuran dan volum pori yang membuat kapasitas penyimpanan menjadi lebih besar. Sebagai pembanding penelitian ini menggunakan adsorben lokal jenis carbon nanotube biasa. Kemampuan adsorben dalam menyimpan hidrogen akan diuji dalam 3 rentang temperatur isotermal yaitu 10, 20 dan 30°C, dengan masing-masing temperatur isotermal akan diuji pada rentang tekanan 0-1000 psia. Hasil penelitian menunjukan kapasitas adsorpsi adsorben lokal lebih rendah dibandingkan dengan adsorben komersial. Pada tekanan tertinggi adsorpsi sekitar 1000Psi dan temperatur isotermal terendah adsorpsi yaitu 10°C, kapasitas adsorpsi adsorben lokal sebesar 0,182%-wt atau 1,14 mmol hidrogen per gram adsorben sedangkan adsorben komersil sebesar 0,465%-wt atau 2,91 mmol hidrogen per gram adsorben.

Hydrogen is a renewable energy which can substitute fossil energy as fuels. In addition, hydrogen has heating values almost 4 times higher than natural gas and gasoline. Unfortunately, hydrogen faces a difficulty when it will apply as an energy source. To overwhelm these circumstances, hydrogen is stored by adsorptive storage method. This experiment utilize commercial adsorbent named aligned carbon nanotubes which provide void size uniformity and make hydrogen will be stored in high quantity than before. As a comparison, this experiment also utilizes randomly arranged carbon nanotubes (local adsorbent). The capability of ACNT to store hydrogen will be tested in 3 range isothermal temperature, they are 10, 20 and 30°C, and each temperature will be experimented in range of pressure from 0-1000 Psi. Storage capacity of local adsorbent is lower than commercial adsorbent. In highest adsorption pressure 1000 Psi and lowest isothermal temperature 10°C, adsorption capacity of local adsorbent is 0,182%-wt or 1,14 mmol hydrogen per gram of local whereas for commercial adsorbent is 0,465%-wt or 2,91 mmol hydrogen per gram of adsorbent."
Depok: Universitas Indonesia, 201
S59782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>