Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101660 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evita Sari
"Sektor industri merupakan salah satu sektor yang beperan penting dalam penurunan Gas Rumah Kaca (GRK), salah satunya yang sedang berkembang yaitu industri air bersih dan air limbah. Hingga saat ini, sudah banyak perlakuan pemerintah dalam menurunkan emisi di sektor air limbah, namun tidak pada sektor air bersih. Di sisi lain, Indonesia sedang mengejar pembangunan infrastruktur air bersih hingga 60% terlayani oleh PDAM. Sehingga, sektor air bersih menjadi sektor yang harus diperhatikan termasuk dalam GRK yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi emisi CO2 sebagai emisi GRK dari pengolahan air bersih, yaitu Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong dan IPA Citayam yang mewakili Kota Depok, dan melakukan pengembangan skenario guna menurunkan emisi CO2. Estimasi emisi CO<2 menggunakan metode IPCC, model matematika, dan stokiometri. Total emisi CO2 yang dihasilkan dari pengolahan air bersih pada tahun 2018 yaitu 0,458 kg CO2/m3 dengan kapasitas produksi 2.313 m3/jam, dengan sumber emisi terbesar yaitu kegiatan konsumsi listrik untuk operasional IPA, transportasi bahan kimia, konsumsi koagulan, dan yang paling rendah yaitu penggunaan genset.
Dari hasil analisis dan pengembangan skenario, direkomendasikan perencanaan reservoir untuk mengurangi operasional pompa intake dan membuat emisi CO2 yang dihasilkan berkurang 1,6%. Rekomendasi lainnya yaitu dengan asumsi pembangkit listrik utama berasal dari tenaga surya, sehingga emisi CO2 yang dihasilkan berkurang 15,3%. Karena itu, pemanfaatan energi alternatif merupakan startegi utama dalam menurunkan emisi CO2 dari pengolahan air bersih.

The industrial sector is one of the important sectors in reducing GHGs, one of them is the water and wastewater industries. Until now, there has been a lot of government treatment in reducing emissions in the wastewater sector, but not in the clean water sector. On the other hand, Indonesia is pursuing the development of clean water infrastructure, up to 60% is served by PDAM. Thus, the clean water sector becomes a sector that must be considered including the GHG emission.
This study aims to estimate CO2 emissions as GHG emissions from water treatment, namely the Legong Water Treatment Plant (WTP) and Citayam WTP which represent Depok City, and develop scenarios to reduce CO2 emissions. CO2 emissions is calculated using the IPCC method, mathematical models, and stochiometry. The total CO2 emissions generated from the treatment of clean water in 2018 were 0.458 kg CO2/ m3< with a production capacity of 2,313 m3/hour, with the largest source of emissions are electricity consumption activities for IPA operations, chemical transportation, coagulant consumption, and the lowest, that is use of generator set.
From the results of scenario analysis and development, reservoir planning is recommended to reduce the intake pump operation and make the CO2 emissions produced reduced by 1.6%. Other recommendations are assuming that the main power plant comes from solar power, so the CO2 emissions produced are reduced by 15.3%. Therefore, alternative energy utilization is the main strategy in reducing CO2 emissions from processing clean water.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putri Hariani
"Terjadinya fenomena perubahan iklim didorong oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya emisi GRK oleh kegiatan manusia. Salah satu kegiatan manusia yang mengemisikan GRK adalah kegiatan pengolahan air. Di Kota Bogor terdapat beberapa instalasi pengolahan air (IPA) diantaranya IPA Dekeng dan IPA Cipaku. Tujuan dari studi ini yaitu menghitung emisi GRK dari IPA Dekeng dan IPA Cipaku berdasarkan unit pengolahan, mengidentifikasi unit pengolahan dengan emisi tertinggi, membandingkan emisi dari IPA Dekeng dan IPA Cipaku dengan IPA lain berdasarkan kapasitas IPA, dan mengusulkan upaya reduksi emisi GRK untuk kedua IPA tersebut. Emisi GRK dari pengolahan air dapat dikuantifikasi berdasarkan komponen produksi bahan kimia, transportasi bahan kimia, reaksi bahan kimia, dan penggunaan listrik. Sementara untuk menghitung emisi GRK dapat menggunakan metode faktor emisi. Dari studi ini diperoleh hasil IPA Dekeng rata-rata mengemisikan 195.577 kg CO2eq/bulan dengan emisi spesifik 0,062 kg CO2eq/m3 air yang diproduksi dan IPA Cipaku rata-rata mengemisikan 52.897 kg CO2eq/bulan dengan emisi spesifik 0,079 kg CO2eq/m3 air yang diproduksi. Dari kedua IPA, emisi terbesar berasal dari unit koagulasi dengan persentase terhadap total emisi dari IPA mencapai 84% di IPA Dekeng dan 91% di IPA Cipaku. Kapasitas IPA tidak memiliki pengaruh terhadap emisi spesifik IPA. Yang mempengaruhi emisi spesifik IPA yaitu kualitas air baku, desain IPA, dan lokasi IPA. Apabila dibandingkan dengan IPA lain emisi dari IPA Dekeng dan IPA Cipaku termasuk paling kecil. Untuk mereduksi emisi di IPA Dekeng dan Cipaku, PDAM Tirta Pakuan dapat menerapkan Streaming Current Monitors (SCM) dan pemulihan koagulan yang masing-masing dapat mengontribusikan penurunan emisi sebesar 30% dan 24%
The phenomenon of climate change is driven by an increase in the concentration of greenhouse gases (GHGs) in the atmosphere. The increase was caused by increased GHG emissions by human activities. One of the human activities that emit GHG is water treatment. In the City of Bogor, there are several water treatment plants (WTP) including the Dekeng WTP and Cipaku WTP. The purpose of this study is to calculate GHG emissions from the Dekeng WTP and Cipaku WTP based on the treatment units, identify the treatment unit with highest emission, compare the emissions from the Dekeng WTP and Cipaku WTP with other WTPs based on the capacity of the WTPs, and propose efforts to reduce GHG emissions for the two WTPs . GHG emissions from water treatment can be quantified based on components of chemical production, chemical transportation, chemical reactions, and electricity usage. Meanwhile, to calculate GHG emissions, the emission factor method can be used. From this study it was obtained that the average Dekeng WTP emits 195,577 kg CO2eq/month with specific emissions of 0.062 kg CO2eq/m3 of water produced and Cipaku WTP emits 52,897 kg CO2eq/month with specific emissions of 0.079 kg CO2eq/m3 of water produced . Of the two WTPs, the largest emissions came from the coagulation unit with a percentage of the total emissions from WTP reaching 84% in the Dekeng WTP and 91% in the Cipaku WTP. The capacity of the WTPs has no influence on the specific emissions from the WTPs. Those that affect the specific emissions of the WTPs are the quality of raw water, design of the WTPs and location of the WTPs. When compared with other WTPs the emissions from the Dekeng WTP and Cipaku WTP are among the smallest. To reduce emissions in the Dekeng and Cipaku WTP, PDAM Tirta Pakuan can apply Streaming Current Monitors (SCM) and coagulant recovery, each of which can contribute to a reduction in GHG emissions of 30% and 24%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Putri Adriani
"Berdasarkan penelitian terdahulu, sektor air memegang peranan yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) dengan 58% dari total emisi GRK sektor air berasal dari penggunaan akhir air. Penelitian mengenai emisi GRK dari sektor air yang telah dilakukan di negara berkembang terbatas pada area yang airnya disediakan oleh instalasi pengolahan air.
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap emisi GRK yang diasosiasikan dengan penggunaan akhir air dari area yang menggunakan air tanah sebagai sumber air. Data dikumpulkan dari 100 rumah tangga yang terletak di kecamatan Cinere, Kota Depok, Jawa Barat menggunakan metode sampel acak. Survei kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data untuk setiap penggunaan akhir air dan konsumsi energi dari pemakaian peralatan air. Emisi GRK eksisting dihitung berdasarkan data yang terkumpul dan dilakukan perbandingan antara skenario intervensi.
Didapatkan hasil yakni rata-rata konsumsi penggunaan akhir sebesar 228,2 liter per orang per hari dengan aktivitas mandi merupakan konsumsi air terbesar. Emisi GRK dari penggunaan akhir air yang dihasilkan sebesar 0,379 kg CO2/orang/hari dengan pemanasan air sebagai sumber utama. Dua skenario intervensi dilakukan untuk menurunkan emisi GRK, skenario pertama dapat mengurangi emisi GRK hingga 1% dan skenario kedua dapat menurunkan emisi GRK hingga sebesar 66%.

Previous studies showed that the water sector plays a significant role in Greenhouse Gases (GHG) emissions with household water end-uses contributes 58% of total GHG emissions. Studies on GHG emissions from the water sector in developing countries were limited to areas where the water is supplied by a water treatment plant.
We attempted to calculate GHG emissions associated with household water end-uses from the area that use groundwater as the main water source. Data were collected from 100 households in Cinere District, Depok City, West Java using random sampling technique. Questionnaire surveys and interviews were conducted to obtain the data for each water end-use consumption and energy consumption from water appliances usage. Existing GHG emissions were calculated based on the data collected and comparisons were made between existing GHG emissions and intervention scenarios.
The results showed that the average household water end-uses consumption for the study area was found to be 228,2 litres per capita per day with bathing activity consumed the largest amount of water. GHG emissions associated with household water end-uses was found to be 0,379 kg CO2 capita/day and mainly resulted from water heating. Two intervention scenarios to minimize GHG emissions were evaluated, the first scenario could reduce GHG emissions by 1% and scenario two could reduce GHG emissions up to 66%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septania Putri Widyawardhani
"Potensi emisi GRK yang dihasilkan dari pengolahan air limbah domestik meliputi gas metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan karbon dioksida (CO2). Potensi pemanasan global gas CH4 dan N2O bernilai 28 dan 265 kali lebih besar dibandingkan satu ton CO2 dengan waktu tinggal rata-rata 100 tahun. Penelitian ini berfokus pada pengukuran emisi GRK langsung (scope 1) dari unit IPAL X di Jakarta. Pengukuran gas CH4 dan CO2 yang dilakukan melalui metode headspace dan uji gas chromatography thermal conductivity detector (GC-TCD) pada 7 titik, meliputi unit inlet, unit ekualisasi, 4 tangki MBBR, dan unit outlet mendapatkan laju emisi CO2 sebesar 2,1 x 105 TgCO2e/tahun. Namun, penelitian ini tidak mendapatkan gas CH4 yang dihasilkan dari metode headspace dan uji GC-TCD. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya kadar DO pada air limbah yang menghambat pembentukan CH4. Pengukuran emisi N2O yang dilakukan dengan sensor gas Unisense pada tangki MBBR 1 selama 6 hari berturut-turut mendapatkan laju emisi N2O sebesar 4,16 x 102 TgCO2e/tahun. Peningkatan suhu air limbah dari 30,55—30,98°C pada tangki MBBR dapat menurunkan konsentrasi N2O pada rentang 0,076—0,006 mg N2O-N/L. Faktor emisi CO2 dan N2O dari unit pengolahan biologis MBBR sebesar 2,61% ± 1,47 dan 0,04% ± 0,27 (rata-rata ± SD) secara berturut-turut. Unit MBBR tersebut beroperasi dengan kadar sCOD dan TN sebesar ± 152 mg/L dan 145 mg/L. Penurunan kadar DO dan sistem aerasi secara intermittent pada tangki aerasi merupakan aksi mitigasi utama yang potensial untuk diimplementasikan pada IPAL X di Jakarta dalam menurunkan emisi GRK langsung dari IPAL Domestik.

Potential GHG emissions resulting from domestic wastewater treatment include methane gas (CH4), nitrous oxide (N2O), and carbon dioxide (CO2). The global warming potential of CH4 and N2O gases is 28 and 265 times greater than one ton of CO2 with an average residence time of 100 years. This study focuses on measuring direct GHG emissions (scope 1) from WWTP units X in Jakarta. CH4 and CO2 gas measurements were carried out through the headspace method and gas chromatography thermal conductivity detector (GC-TCD) tests at 7 points, including inlet unit, equalization unit, 4 MBBR tanks, and outlet unit obtained a CO2 emission rate of 2,1 x 105 TgCO2e/year. However, this study did not obtain CH4 gas produced from the headspace method and GC-TCD test. This is influenced by the high level of DO in wastewater which inhibits the formation of CH4. N2O emission measurements carried out with Unisense gas sensors in MBBR 1 tanks for 6 consecutive days obtained an N2O emission rate of 4,16 x 102 TgCO2e/year. An increase in wastewater temperature from 30,55—30,98°C in MBBR tanks can reduce N2O concentrations in the range of 0,076—0,006 mg N2O-N/L. CO2 and N2O emission factors from MBBR biological treatment units are 2,61% ± 1,47 and 0,04% ± 0,27 (average ± SD) respectively. The MBBR unit operated with sCOD and TN levels of ± 152 mg/L and 145 mg/L. Reducing DO levels and intermittent aeration systems in aeration tanks is a potential main mitigation action to be implemented at WWTP X in Jakarta in reducing GHG emissions directly from domestic WWTP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifuddin Ahmad
"Kadar nitrat yang tinggi pada air bersih penduduk di Kelurahan Kukusan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antar parameter nitrit dan nitrat serta mengestimasi tingkat risiko kesehatan dari air bersih dan air minum penduduk. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan sampel air bersih pada 30 titik, dan wawancara serta pengukuran berat badan terhadap 41 responden. Pengambilan sampel air bersih diakukan untuk mengetahui kadar NO3-N, NO2-N, NH3, pH, Total Zat Padat terlarut (TDS), dan Daya Hantar Listrik (DHL). Jumlah responden dan sampel air bersih disesuaikan dengan data pemantauan kualitas air bersih dari Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2013.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara sebelum dengan sesudah dimasak terhadap variabel NO3-N, pH, TDS, dan DHL (p=0,0005), terdapat korelasi yang bermakna antara pH dengan NO3-N pada air bersih (r=-0,578; p=0,001) dan air minum (r=-0,571; p=0,01), dan tingkat risiko pajanan nitrat dan nitrit dari air minum pada durasi real time (RQNO3-N = 0,113; RQNO2-N= 0,07) dan pada durasi life span (RQNO3-N= 0,178; RQNO2-N= 0,09) masih aman. Hal ini diindikasikan bahwa air minum penduduk yang berasal dari air bersih masih layak dikonsumsi karena tidak berisiko oleh pajanan nitrat dan nitrit.

High levels of nitrate in clean water residents of Kukusan district pose a risk to human health. This study aims to know a correlation between inter parameters nitrates and nitrites and estimate the level of health risk from exposure to clean water and drinking water residents. Data collection was carried out with clean water sampling at 30 points, and interview as well as a measurement of the weight of 41 respondents. The sampling of clean water to determine levels of NO3-N, NO2-N, NH3, pH, Total dissolved Solids (TDS) and Electrical Conductivity (DHL). Respondents and sampling of clean water were selected based on quality monitoring clean water 2013 data from Department of Health in Depok.
The results show the difference between before and after means boiled on a variable NO3-N, pH, TDS, and DHL (p=0,0005), there is significant correlation between pH with NO3-N from clean water (r=-0,578; p=0,001) and drinking water (r=-0,571; p=0,01), and the level of risk exposure to nitrates and nitrites from drinking water on real time duration (RQNO3-N = 0,113; RQNO2-N= 0,07) and life span duration (RQNO3-N= 0,178; RQNO2-N= 0,09) is still safe. This indicated that residents of the drinking water that comes from the clean water consumed is still eligible because it is not at risk by exposure to nitrate and nitrite.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ramos Suryanta L.
"Sungai Cibeureum merupakan sumber air baku yang saat ini diolah pada unit pengolahan air untuk kebutuhan air domestik di lapangan Salak. Hujan deras dan sedimentasi yang terjadi pada sungai Cibeureum telah menyebabkan menurunnya kualitas air baku yang didistribusikan ke unit pengolahan air sehingga air olahan tidak memenuhi standar kesehatan. Keadaan di lapangan Salak ini harus diatasi karena dapat mengancam kesehatan pekerja di lapangan Salak.
Ada beberapa pilihan untuk mengatasi masalah ini yakni, mengganti sumber air baku, upgrading pada proses yang sudah ada ataupun pembangunan ulang unit pengolahan air beserta sistem distribusinya. Solusi yang dipilih untuk mengatasi masalah penyediaan air bersih untuk kebutuhan domestik di lapangan Salak ini adalah menggunakan sungai Cikuluwung sebagai sumber air baku, menggunakan teknologi membran untuk pengolahannya dan material pipa carbon steel untuk saluran distribusi air bersihnya.
Dalam usulan rancangan proses ini diberikan tambahan rute berupa koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan klorinasi sebelum memasuki unit membrane ultrafiltrasi. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan turbidity yang ekstrim sebagaimana yang pernah terjadi pada sungai Cibeureum. Basis dalam perancangan alat yang digunakan pada proses ini adalah kebutuhan air domestik yang dihitung dengan memperkirakan kebutuhan pekerja dan alat yang ada dilapangan Salak kemudian dengan menggunakan beberapa rule of thumb bisa diketahui kebutuhan air domestik dilapangan.
Dimensi unit flokulasi hasil rancangan adalah luas penampang (1x1 m2) dan panjang 7 m. Unit sedimentasi memiliki dimensi panjang 5.46 m, lebar 2.73 m dan tinggi 3.33 m. Untuk penyaringan dengan membran ultrafiltrasi sendiri dibutuhkan modul membran dengan total luas 226.6 m2.
Hasil dari perhitungan hidraulika adalah daya pompa yang dibutuhkan untuk unit distribusi air bersih yakni 12.63 hp untuk pompa menuju transfer tank dan 5.62 hp untuk menuju quarry sementara itu, tekanan hidrostatis maksimal yang harus mampu ditahan oleh material pipa yakni sebesar 288.54 psig. Dari perhitungan biaya produksi air bersih diperoleh biaya per-m3 untuk masing-masing teknologi yakni : Rp. 6,335 untuk teknologi membran, Rp. 6,617 untuk sand filter+karbon aktif+klorinasi dan Rp. 5,483 untuk koagulasi+flokulasi+klorinasi.

Cibeureum river is the raw water source to be treated in water treatment plant to meet domestic water demand in Salak field. Heavy rain and sedimentation that was occurred in Cibereum river recently make the raw water quality decrease so that the existing water treatment unit cannot handle. This condition is not acceptable and must be solved because it is not safe for the worker's health in Salak field.
There are some alternatives to solve this problem, change raw water source, upgrade the existing water treatment unit or build a new water treatment unit and it's distribution system. The alternative chosen for this problem is using Cikuluwung river as a raw water source, using membrane technology for treatment, and carbon steel pipe for clean water distribution.
In this proposed process, there are some additional route such as coagulation, flocculation, sedimentation and chlorination before entering membrane ultra filtration unit. It will be used to anticipated extreme turbidity raising in the same manner as Cibereum river does.
Basis in the equipment sizing which is used in this process is the domestic water needs calculated by estimating worker and equipment needed and using some rule of thumb. Flocculation unit dimensions are (1x1 m2) cross sectional area and 7 m length. Sedimentation unit dimensions are 5.46 m length, 3.33 m height and 2.73 m width. Filtration with membrane needs total area 226.6 m2 of membrane module.
The result of hydraulic calculation is sizing the pump capacity requirement to deliver the treated water to end users. 12,63 hp pump to deliver raw water from Cikuluwung river to transfer tank and 5,62 hp pump to deliver water to quarry. The maximum calculated hydrostatic pressure is 288.54 psig. Based on the economic calculation, the operational cost per-m3 are : IDR 6.573 for membrane technology, IDR 6.719 for sand filter+carbon-active+chlorination technology and IDR 5.571 for koagulation + flocculation + chlorination technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Divia Agustina Ahmad
"Peningkatan suhu bumi dan suhu udara merupakan salah satu dampak dari Perubahan iklim yang merupakan akibat dari meningkatnya emisi gas rumah kaca. Terjadinya peningkatan emisi gas rumah kaca salah satunya dikarenakan adanya aktivitas manusia yang dilakukan di kawasan pemukiman, seperti kegiatan pengelolaan sampah dan air limbah serta penggunaan air bersih dan energi listrik. Penelitian ini dilakukan di Perumahan Bintang Alam, Kabupaten Karawang dengan tujuan untuk mengetahui sumber serta jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan agar kemudian dapat diberikan rekomendasi penurunan emisi gas rumah kaca. Perolehan data dilakukan dengan sampling sampah, wawancara serta penyebaran kuisioner. Berdasarkan perhitungan, Perumahan Bintang Alam menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 1.149,6 kg CO2e/orang/tahun dari keempat kegiatan/sektor yang diteliti. Sektor yang menyumbang emisi terbesar adalah dari penggunaan energi listrik yaitu sebesar 749,61 kg CO2e/orang/tahun diikuti oleh sektor pengelolaan limbah padat yaitu sebesar 297,14 kg CO2e/orang/tahun pada posisi tertinggi kedua. Strategi penurunan emisi gas rumah kaca pada Perumahan Bintang Alam yang direkomendasikan adalah dengan melakukan penghematan penggunaan energi listrik serta melakukan pengelolaan limbah padat lebih lanjut dengan composting dan recycling. Dengan menerapkan rekomendasi tersebut maka akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26%.

The increaseing of global temperature is one of the impacts from climate change which is a result of increased greenhouse gas emissions. The increasing of greenhouse gas emission is caused by the human activities carried out in residential areas, such as waste management, waste water treatment and disposal, the use of clean water and the use of electricity. This research was conducted at Bintang Alam Residence, Karawang Regency with the aim to find out the source and the amount of greenhouse gas emissions produced, so the recommendation can be made to reduce greenhouse gas emissions. The data needed is obtained by solid waste sampling, interviewing, and distributing questionnaires. Based on calculations, Bintang Alam Residence contributes to greenhouse gas emissions of 1.149,6 kg CO2e/person/year from the four activities/sectors studied. The sector that contributed the most to emissions was the use of electrical in the amount of 749,61 kg CO2e/person/year followed by the solid waste management sector which amounted to 297,14 kg CO2e/person/year in the second highest position. The recommended strategy to reduce greenhouse gas emissions is with save electricity usage and with further manage solid waste by composting and recycling. Applying these recommendations will reduce greenhouse gas emissions by 26%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andryansya Putra Abinda
"Pengoperasian IPA Legong menimbulkan residu/limbah yang berupa lumpur yang tidak sesuai dengan baku mutu air limbah. Hingga saat ini IPA legong masih belum memiliki sistem pengolahan lumpur sehingga lumpur dialirkan kembali ke Sungai Ciliwung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis karakteristik dan kuantitas lumpur IPA Legong dan merencanakan sistem pengolahan lumpur yang akan diterapkan di IPA Legong. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan pengujian karakteristik lumpur dan melakukan pemilihan alternatif teknologi dengan menggunakan tools berupa pairwise comparison chart dan decision matrix. Hasil dari penelitian ini adalah konsentrasi COD untuk Lumpur sedimentasi Kedasih, sedimentasi Konvensional, filtrasi Kedasih, dan filtrasi Konvensional sebesar 545,2 mg/L, 649,6 mg/L, 112,5 mg/L, dan 119 mg/L. % total solid untuk lumpur sedimentasi Kedasih, filtrasi Kedasih, sedimentasi Konvensional, dan filtrasi Konvensional berurut sebesar 1,89%, 1,06%, 1,39%, dan 0,65%. Dengan debit yang dihasilkan berurut sebesar 77,78 m3 /hari, 517 m3 /hari, 259,28 m3 /hari, dan 1723,33 m3 /hari. Untuk teknologi pengolahan yang terpilih adalah proses Thickening dengan unit Dissolved Air Flotation (DAF), Conditioning dengan Polymer Conditioning, dan proses Dewatering dengan unit Centrifuge Decanter. Terdapat juga Recovery Basin sebagai unit pelengkap untuk lumpur filter backwash. Sistem ini dengan % solid influent sebesar 3,4% dapat diproses hingga menjadi 40% total solid untuk Cake dan 0,43% total solid untuk effluent resirkulasi serta total reduksi volume lumpur sebesar 98,5%.

The operation of Legong Wastewater Treatment Plant (WTP Legong) generates residues/wastes in the form of sludge that do not comply with the wastewater quality standards. Currently, IPA Legong lacks a sludge treatment system, leading to the discharge of sludge back into the Ciliwung River. The objective of this research is to analyze the characteristics and quantity of IPA Legong sludge and to design a sludge treatment system for implementation at IPA Legong. The research method involves testing the sludge characteristics and selecting alternative technologies using tools such as pairwise comparison charts and decision matrices. The research findings indicate that the COD concentrations for Kedasih sedimentation sludge, Conventional sedimentation, Kedasih filtration, and Conventional filtration are 545.2 mg/L, 649.6 mg/L, 112.5 mg/L, and 119 mg/L, respectively. The % Total Solids for Kedasih sedimentation sludge, Kedasih filtration, Conventional sedimentation, and Conventional filtration are 1.89%, 1.06%, 1.39%, and 0.65%, respectively. The generated flow rates are 77.78 m3 /day, 517 m3 /day, 259.28 m3 /day, and 1723.33 m3 /day in sequence. The selected treatment technology comprises the Thickening process with Dissolved Air Flotation (DAF) unit, Conditioning with Polymer Conditioning, and Dewatering process with Centrifuge Decanter unit. Additionally, a Recovery Basin serves as a complementary unit for filter backwash sludge. This system, with an influent % solid of 3.4%, can process sludge to achieve 40% total solids for Cake and 0.43% total solids for effluent recirculation, resulting in a total sludge volume reduction of 98.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasanah Rochmatia
"Instalasi pengolahan air minum (IPAM) Citayam dalam proses pengolahannya akan menghasilkan residu berupa lumpur (sludge). Menurut beberapa peraturan disebutkan bahwa penyelenggaraan SPAM (Sistem Pengolahan Air Minum) melaksanakan penyelenggaraan sanitasi seperti pengolahan limbah untuk mencegah pencemaran Air Baku dan menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan Air Minum. IPAM Citayam yang belum melakukan pengolahan limbah dari proses pengolahan air minum, melainkan hanya melakukan pembuangan secara langsung ke sungai Ciliwung. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa karakteristik lumpur serta merencanakan instalasi pengolahan lumpur.
Dari hasil analisa karakteristik lumpur, maka akan direncanakan beberapa alternatif sistem pengolahan lumpur yang kemudian akan dipilih dengan analisa SWOT, metode Expert Judgment, dan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan debit instalasi sebesar 120 L/detik, IPAM Citayam menghasilkan jumlah timbulan massa lumpur sebesar 1353,81 kg/hari dan timbulan volume lumpur sebesar 283,15 m3/hari.
Berdasarkan karakteristik lumpur serta hasil pemilihan alternatif maka dipilih sistem pengolahan lumput yang terdiri dari 1 bak ekualisasi, 1 unit gravity thickener, 1 unit chemical conditioner, dan 1 unit belt filter press. Hasil pengolahan berupa dry cake lumpur akan dibuang ke landfill dan supernatan akan di resirkulasi menuju unit pengolahan air minum yaitu unit koagulasi.

Water treatment plant (WTP) Citayam produced sludge in a large quantity. According to several regulations, it is stipulated that the implementation of SPAM carries out sanitation operations such as waste management to prevent raw water pollution and ensure the sustainability of drinking water supply functions. The sludge generated from WTP Citayam is directly discharge into stream Ciliwung. The aim of this study is to analyze the characteristics of sludge and to plan for sludge treatment plant.
From the results of the analysis of sludge characteristics, several alternative sludge treatment systems will be planned which will then be selected by SWOT analysis, Expert Judgment method, and AHP (Analytical Hierarchy Process) method. With an installation discharge of 120 L/sec, WTP Citayam produced sludge is 1353.81 kg/day and 283.15 m3/day.
Based on three method, will be selected sludge treatment plant which has 1 equalization basins, 1 gravity thickener, 1 chemical conditioner, and 1 belt filter press. The processing results in the form of dry cake sludge will be discharged into landfills and the supernatant will be recirculated to the drinking water treatment unit, it is the coagulation unit.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Supartini
"Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Namun kebutuhan manusia akan scmakin meningkat seiring berkembangnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Sclain itu sumber air bersih _iuga semakin terbatas akibat dari perkembangan industri dan kawasan pemukiman lerutama di daerah perkotaan_ Depok sebagai salah satu daerah penyangga kota Jakarta semakin tahun jumlah penduduk scmakin bertambah. Selain itu daerah industri di sepanjang sungai Ciliwung akan menimbulkan pengaruh kepada air baku yang akan digunakan PDAM Legong.
Pengolahan air sungai hingga menjadi air bcrsih yang dilakukan di inslalasi PDAM Legong Depok melalui tahapan seperti koagulasi, flokulasi, sedimcntasi, filterisasi dan penambahan disinfektan yang dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang merugikan bagi kesehatan manusia, sebelum air tersebut di distribusikan ke konsurnen. Instalasi pengolahan air bersih yang dibangun pada awalnya dengan kurun waktu tertentu dan direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu melayani kebutuhan air bersih untuk 10 - 15 tahun mendatang. Penelitian ini menitikberatkan kepada evaluasi instalasi pengolahan air bersih PDAM Tirta Kahuripan cabang Legong Depok apakah masih dapat memenuhi kebutuhan air bersih hingga tahun 2020. Adapun evaluasi yang dilakukan adalah kapasitas dan kualitas air olahan yang dihasilkan. Dari analisa perhitungan dan survey, ternyata dari segi kualitas air produksi sudah memenuhi persyaratan pemerintah yang berlaku pada saat ini yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES RI/SK/VII/2002 sedangkan dari kapasitas, temyata pada tahun 2020 instalasi sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat sehingga diperlukan penambahan kapasitas dan penambahan dari unit pengolahan yang ada."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>