Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150373 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisa Uswatun Hasanah
"Karet alam (lateks) merupakan polimer yang memiliki karakteristik sifat mekanik yang sangat baik dalam segi kelenturan, namun buruk dari segi modulus kekakuan. Sedangkan 'starch' adalah polimer hidrokarbon yang banyak digunakan sebagai penguat untuk meningkatkan sifat mekanik seperti modulus kekakuan. Pembentukkan lateks-'starch' hibrida melalui reaksi pencangkokan merupakan solusi untuk meningkatkan sifat mekanik lateks. Namun, perbedaan kepolaran menyebabkan keduanya sulit untuk dicampurkan. Salah satu metode yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah 'glow discharge electrolysis plasma' (GDEP) yang menghasilkan energi tinggi pada prosesnya sehingga dapat memicu terbentuknya ikatan. Proses sintesis dengan metode elektrolisis plasma dilakukan menggunakan plasma katodik dengan konsentrasi lateks 1%-wt, rasio lateks:starch sebesar 100:25, elektrolit Na2SO4 0,02 M, selama 30 menit, dengan temperatur dijaga 60 oC. Pada penelitian ini akan diteliti secara lebih spesifik mengenai pengaruh dari konsentrasi aditif etanol (5%vol dan 10%vol), penggunaan material elektroda yang berbeda (tungsten-stainless steel dan tungsten-grafit), serta peningkatan tegangan operasi (340; 370; 400 volt) terhadap perolehan 'yield 'lateks-'starch 'hibrida. Hasil optimal yang didapatkan mencapai 88,996% dimana kondisi operasi optimal menggunakan elektroda tungsten-grafit, tanpa penambahan etanol, dengan tegangan 400 volt.

Natural rubber (latex) is a polymer which has excellent mechanical properties in terms of flexibility, but poor of stiffness modulus. While starch is a polymer that widely used to improve mechanical properties such as stiffness modulus. The formation of latex-starch hybrid through grafting reactions is a solution to improve the mechanical properties of latex. However, polarity differences caused both of them to be difficult to mix. One method that can overcome this problem is plasma glow discharge electrolysis (GDEP) which produces high energy in the process so it can trigger the formation of bonds. The synthesis process was carried out using cathodic plasma with 1% -wt concentration of latex, the ratio of latex: starch was 100: 25, electrolyte Na2SO4 0.02 M, 30 minutes reaction, with temperatures maintained at 60 oC. In this study, we will examine more specifically the effects of ethanol additives concentration (5 vol% and 10% vol), different electrode materials used (tungsten-stainless steel and tungsten-graphite), and increasing operating voltage (340; 370; 400 volts) to the yield of latex-starch hybrid. The optimal results obtained reached 88.996% where the optimal operating conditions using tungsten-graphite electrodes, without the addition of ethanol, with a voltage of 400 volts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adream Bais Junior
"Karet alam, atau lateks, adalah bahan baku yang digunakan pada berbagai jenis produk, seperti penggunaannya dalam ban kendaraan. Dari segi sifat mekanik, lateks mempunyai kelenturan yang baik tetapi modulus kekakuan yang buruk. Material yang mempunyai sifat mekanik berkebalikan dengan lateks adalah starch, dimana starch memiliki modulus kekakuan yang kuat tetapi tidak lentur. Melihat starch mampu menutupi kelemahan dari lateks, menggabungkan kedua material ini akan memberikan lateks yang lebih tinggi modulus kekakuannya, atau disebut lateks-starch hibrida. Metode Contact Glow Discharge Electrolysis, atau elektrolisis plasma, merupakan metode yang efektif – baik anodik maupun katodik – dalam digunakan untuk mensintesis lateks-starch hibrida. Metode elektrolisis plasma mampu menginduksi reaksi penggabungan lateks dan starch dengan radikal hidroksil (•OH) dan radikal hidrogen (H•) yang bertindak sebagai inisiator. Pada penelitian ini, metode yang dilakukan adalah reaktor batch dengan penggunaan elektrolit Na2SO4 pada konsentrasi 0,02 M. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh rasio berat lateks dan starch, waktu operasi, konsentrasi zat aditif metanol (5%vol, 10%vol, 15%vol), penambahan injeksi udara dan posisi plasma terbentuk terhadap yield dan konsumsi energi.

Natural rubber, or latex, is a raw material used in various types of products, such as its use in vehicle tires. In terms of mechanical properties, latex has good flexibility but poor stiffness modulus. Material that has the opposite mechanical properties with latex is starch, where starch has a strong but not low stiffness modulus. Seeing starch is able to cover the weakness of latex, combining these two materials will give a higher latex modulus of stiffness, or called hybrid latex-starch. The Contact Glow Discharge Method Electrolysis, or plasma electrolysis, is an effective method - both anodic and cathodic - in synthesizing hybrid latex-starch. The plasma electrolysis method is able to induce the reaction of combining latex and starch with hydroxyl radicals (•OH) and hydrogen radicals (H•) which act as initiators. In this study, the method used was a batch reactor with the use of electrolyte Na2SO4 at a concentration of 0.02 M. The objective of the research is to observer the effect of weight ratio of latex and starch, operating time, methanol additive concentration (5 vol%, 10 vol%, 15 vol%), air injection and plasma position variations to yield and energy consumption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jovian Fernando
"Amonia merupakan salah satu bahan kimia yang paling banyak diproduksi karena pemanfaatannya yang besar dalam industri pupuk. Pada saat ini, mayoritas amonia diproduksi melalui proses Haber-Bosch yang mempunyai emisi karbon dalam jumlah besar. Salah satu teknologi yang dapat menggantikan Haber-Bosch adalah elektrolisis plasma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah udara sebagai sumber nitrogen diinjeksikan ke dalam plasma dan bereaksi dengan hidrogen radikal yang berasal dari larutan yang terpapar plasma. Kemudian, dilakukkan variasi terhadap parameter operasi untuk optimalisasi parameter proses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal yang mempengaruhi produksi amonium dengan teknologi elektrolisis plasma seperti pengaruh penambahan aditif asam asetat dan metanol, konsentrasi larutan elektrolit, dan Tegangan. Variasi kondisi operasi akan dianalisis korelasinya dengan hasil produksi larutan amonium yang diukur absorbansinya menggunakan alat spektroskopi UV-Vis dengan metode Nessler dan menghitung konsumsi energi spesifik yang dibutuhkan. Pada penelitian ini berhasil diperoleh amonia melalui proses elektrolisis plasma dengan jumlah terbesar yang diperoleh sebesar 2.7 mmol selama 90 menit proses pada kondisi operasi larutan elektrolit 0,04 M Na2SO4, penambahan aditif metanol 4%, tegangan 450 V, daya 225 watt, dan plasma pada katoda. Sedangkan, untuk nitrat jumlah maksimum yang diperoleh sebesar 11.51 mmol pada kondisi operasi yang sama, tetapi menggunakan aditif asam asetat 4%

Ammonia is one of the most widely produced chemicals because of its usage in the fertilizer industry. Currently, the majority of ammonia produced through Haber-Bosch process those results in large amount of carbon emmisions. One of the ammonia synthesis technology that believed to be able to replace Haber-Bosch process is plasma electrolysis as it requires less energy and is environmentally friendly. In this research, air is used as nitrogen source and will be ineject to plasma then react with hydrogen radical. Then, the operating parameters are varied to optimize the process parameters. This research aims to determine factors that affect the production of ammonium with plasma electrolysis technology such as the effect of adding acetic acid and methanol additives, solution concentration, and voltage. Variations in operating conditions correlation analyzed with the production of ammonium solution whose abosorbance is measured using UV-Vis spectroscopy with the Nessler method and calculates the specific energy consumption required. On this experiment, maximum amount that we get were 2.7 mmol with operation condition of 0.04 M Na2SO4, 4% methanol additive, 450V voltage, 225W power, and cathode plasma. Meanwhile, for nitrate the maximum amount obtained was 11.51 mmol at the same operating conditions, but using 4% acetic acid additive."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Biran Gufran
"Karet alam yang saat ini telah dipergunakan oleh sebagian besar industri manufaktur ban merupakan sistem koloid yang disebut lateks. Bahan ini memiliki sifat elastisitas yang sangat baik dan mudah dalam memprosesnya. Namun karet alam memiliki kemampuan yang rendah dalam mencengkram, sehingga dapat menimbulkan gesekan besar yang mengakibatkan berkurangnya usia pakai ban serta menimbulkan banyak kebisingan. Solusi untuk meningkatkan kekuatan mekanik dan cengkramnya menggunakan selulosa karena sifat mekanis dan akustiknya yang baik. Pada penelitian ini difokuskan untuk melakukan sintesa karet alam hibrida dengan mencangkok selulosa, menggunakan metode Glow Discharge Electrolysis Plasma (GDEP) katodik. Sehingga menghasilkan plasma yang memiliki energi tinggi, untuk menghasilkan radikal-radikal bebas yang dapat menginduksi polimerisasi dengan terbentuknya karet alam hibrida. Komposisi selulosa (33,33%, 66,67%, dan 100% wt) dan jenis elektrolit (NaCl, KCl, dan MgCl2) divariasikan untuk menentukan kondisi optimal agar menghasilkan karet alam hibrida. Karakterisasi produk menggunakan FTIR, uji persen yield produk, sessile drop, dan STA,. Keberhasilan produk karet alam hibrida dalam penelitian ini dapat dilihat dari terbentuknya ikatan antara selulosa dan karet alam yang ditunjukkan pada FTIR dimana terdapat bilangan gelombang ciri khas dari karet alam yaitu 1600 cm-1 dan ciri khas dari selulosa yaitu 1000 cm-1 pada karet alam-selulosa hibrida. Hasil pengamatan untuk peningkatan yield produk berbanding lurus dengan peningkatan komposisi selulosa, dengan pencapaian nilai optimal pada 100 wt% sebesar 32,62%. Sedangkan pada jenis elektrolit, produk yield terbesar dihasilkan oleh MgCl2 sebesar 10,78% dibandingkan jenis elektrolit lainnya. Penurunan sudut kontak karet alam hibrida dibandingkan dengan karet alam murni membuktikan terbentuknya ikatan akibat metode GDEP yang menurunkan hidrofobisitas karet alam. Pengamatan terhadap penurunan sudut kontak berbanding terbalik dengan peningkatan komposisi selulosa, dengan perolehan sudut kontak optimal pada komposisi 100 wt% sebesar 52,62⁰. Sedangkan pada jenis elektrolit sudut kontak optimal didapatkan pada jenis MgCl2 sebesar 68,17⁰. Hasil STA menunjukkan pencangkokkan karet alam dengan selulosa tidak menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap stabilitas termal. Pencapaian kondisi optimal pada variasi tersebut diperoleh pada larutan dengan komposisi selulosa 100 wt% dan elektrolit MgCl2.

Natural rubber which is currently used by most tire manufacturing industries is a colloidal system called latex. This material has excellent elasticity properties and is easy to process. However, natural rubber has a low ability to grip, so that it can cause large friction that results in reduced tire life and causes a lot of noise. Solution to increase mechanical strength and grip using cellulose because of its good mechanical and acoustic properties. This research is focused on synthesizing hybrid natural rubber by grafting cellulose, using the cathodic Glow Discharge Electrolysis Plasma (GDEP) method. So as to produce plasma which has high energy, to produce free radicals which can induce polymerization by the formation of hybrid natural rubber. Cellulose composition (33.33%, 66.67%, and 100% wt) and electrolyte types (NaCl, KCl, and MgCl2) varied to determine the optimal conditions to produce hybrid natural rubber. Product characterization using FTIR, product yield percent test, sessile drop, and STA ,. The success of hybrid natural rubber products in this study can be seen from the formation of bonds between cellulose and natural rubber shown at FTIR where there is a characteristic wave number of natural rubber which is 1600 cm-1 and the characteristic of cellulose is 1000 cm-1 on natural rubber- hybrid cellulose. The observation results for an increase in product yield is directly proportional to an increase in cellulose composition, with the achievement of an optimal value at 100 wt% of 32.62%. Whereas in the type of electrolyte, the largest yield of product produced by MgCl2 was 10.78% compared to other types of electrolytes. The reduction in contact angle of hybrid natural rubber compared to pure natural rubber proves the formation of bonds due to the GDEP method which decreases the hydrophobicity of natural rubber. Observation of the decrease in contact angle is inversely proportional to the increase in cellulose composition, with the acquisition of an optimal contact angle at a composition of 100 wt% by 52.62⁰. Whereas the optimal contact angle electrolyte type was found in MgCl2 type at 68.17⁰. The results of the STA show that transplanting natural rubber with cellulose does not produce significant changes in thermal stability. Achievement of optimal conditions in these variations is obtained in solutions with 100 wt% cellulose composition and MgCl2 electrolytes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abizar Yusa Alfiando
"Indonesia merupakan negara dengan areal perkebunan karet terluas di dunia dengan luas mencapai 3,4 juta hektar dengan tingkat produksi mencapai 1 juta ton per hektar. Sebesar 55 karet alam yang dihasilkan digunakan oleh industri manufaktur ban. Industri ban di Indonesia merupakan salah saru komuditas ekspor yang menjajikan dengan nilai mencapai US 1,6 milyar pada tahun 2014. Dalam upaya untuk lebih meningkatkan daya saya produk ban di pasar internasional maka dilakukanlah pengembangan teknologi ban, salah satunya adalah modifikasi dari bahan baku ban. Karet alam sebagai bahan baku ban memiliki elastisitas dan kekuatan tarik yang baik, tetapi memiliki nilai modulus kekakuan yang rendah. Salah satu upaya mengatasinya adalah dengan menambahkan additif pada proses manufaktur ban. Starch yang banyak ditemukan pada tumbuhan-tumbuhan hijau memiliki nilai modulus kekakuan yang lebih baik dari pada karet alam, sehingga dapat digunkan sebagai additif yang tepat untuk ban. Tetapi starch yang merupakan unsur polar akan sulit untuk dicampurkan dengan karet alam yang merupakan unsur non-polar. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyatukannya adalah dengan menggunakan glow discharge electrolysis plasma GDEP yang menghasilkan energi tinggi pada prosesnya sehingga dapat memicu terbentuknya ikatan. Proses grafting dengan mengunakan metode GDEP ini antara karet alam yang masih dalam bentuk emulsi atau yang lebih dikenal dengan sebutan latex dengan starch diharapkan akan menghasilkan ikatan eter C-O , sehingga akan meningkatkan kompatibilitas dari additif. Proses GDEP dilakukan dengan menggunakan variasi waktu t 5, 10, dan 15 menit serta variasi tegangan V 612.9 V, 658.3 V, dan 703.7 V. Kemudian produk latex-starch hibrida dikarakterisasi dengan menggunakan pengujian FT-IR, sessile drop, STA, dan persen yield. Dari hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa proses grafting antara latex dan starch dapat menghasilkan produk latex-starch hibrida yang ditunjukan dengan munculya ikatan eter C-O dari hasil pengujian FT-IR. Produk yang dihasilkan memiliki sifat permukaan yang hidrofilik, selain itu juga memiliki nilai tegangan permukan yang lebih tinggi dari latex sehingga kompatibilitasnya sebagai additif juga baik dengan stabilitas termal yang serupa dengan latex. Pada proses sintesisnya ditemukan waktu t dan tegangan optimum untuk menghasilakn produk yang efisien adalah 10 menit dan 658.3 V secara berturut-turut.

Indonesia as the biggest natural rubber plantation in the world have 3.4 million hectare plantation with production capacity 1 million ton per hectare. 55 natural rubber form indonesia used by tire manufacture industry. Tire industry in Indonesia is one of promised export comodity with the value reach US 1.6 billion in 2014. To improve the competitivenes tire form Indonesia in the international market, the technolgy of tire have to improve too. One of the methode is modification the raw material of tire. Natural rubber as the raw material have good elsticity and tensile strength, but it have low stiffnes modulus. So additive must be added to improve this properties. Starch with good stiffnes modulus property is one of the choice to be used as a tire additive. But starch is polar and it can not be mixed with non polar natural rubber. Glow discharge electrolysis plasma GDEP that produce high energy is used as a method to bond between starch and latex as an emulsion phase of nutural rubber. Hybrid latex starch is produced by grafting latex with starch using GDEP method and they are conected by ether C O bonding, so it can improve the compatiblity between tire additive and natural rubber. The GDEP procces were used time V variation of 5, 10, 15 minute and voltage V variation of 612.9 V, 658.3 V, and 703.7 V. Hybrid latex starch product were characterizized using FT IR, sessile drop test, STA, and yield percent anlysis methode. Eters bonding C O between starch and latex in hybrid latex starch was founded in FTIR data. The product have a good hidrofilicity properties and the surface tension is higher than latex, so the compatiblity was improved when it using as a tire additive with same thermal stablity as natural rubber. In the synthesis procces was founded there is an optimum time and voltage to produced a good product in 10 minute and 658.3 V respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edward Gustaf
"Metode elektrolisis plasma mampu menginduksi reaksi penggabungan lateks dan starch dengan radikal hidroksil bull;OH yang bertindak sebagai inisiator. Dengan metode elektrolisis plasma, reaksi dapat berlangsung dan perbedaan kepolaran pada reaktan dapat diatasi sehingga kedua material reaktan menjadi cocok compatible dan peningkatan sifat mekanik diharapkan dapat diperoleh. Lateks hibrida yang terbentuk bertindak sebagai material tambahan dalam pembuatan ban karena bersifat akustik, dapat menyerap suara. Karakteriasi lateks hibrida menggunakan FTIR dan pemurniannya dengan proses solvasi menggunakan kloroform. Sintesis dikatakan berhasil secara kualitatif ketika hasil karakterisasi menggunakan FTIR muncul gelombang ikatan eter antara lateks dan starch. Proses sintesis diteliti secara lebih spesifik dengan melihat pengaruh dari konsentrasi elektrolit Na2SO4 yang digunakan dengan variasi sebesar, 0,02; 0,03; 0,04 M, pengaruh posisi terbentuknya plasma katodik atau anodik, dan pengaruh produksi radikal hidroksil bull;OH yang direproduksi oleh katalis FeSO4 berkonsentrasi 20, 30, 40 ppm terhadap perolehan lateks hibrida menggunakan metode elektrolisis plasma. Konsentrasi lateks yang digunakan pada reaksi sebesar 1 -wt yang diperoleh dengan mengencerkan lateks 55 -wt sekitar 9,1 mL menggunakan akuades hingga volume 500 mL, starch yang digunakan sebesar 3 dari massa lateks bervolume 9,1 mL. Tegangan operasi proses dengan plasma anodik dan katodik masing-masing sebesar 567,5 Volt dan 340,5 Volt selama 10 menit. Dari variabel diatas, diperoleh yield per kJ konsumsi energi listrik lateks hibrida dengan menggunakan plasma anodik dan katodik dengan penambahan elektrolit dan tanpa penambahan katalis berturut-turut sebesar 0,04; 0,02; 0,01 dan 0,18; 0,13; 0,12. Sedangkan, yield lateks hibrida dengan menggunakan plasma katodik dengan penambahan elektrolit dan penambahan katalis sebesar 5,75; 14,26; 21,82.

The plasma electrolysis method induces a latex and starch compounding reaction with a hydroxyl radical bull OH as the initiator. By the method of plasma electrolysis, the reaction can take place and the difference of polarity on the reactants can be overcome so that both reactant materials become compatible and an increase in mechanical properties can be obtained. The hybrid latex formed acts as an additional material in tire manufacturing. Latex hybridization using FTIR and purification by solvation process using chloroform. Synthesis is said to work qualitatively when the characterization results using FTIR arises ether bond waves between the latex and starch. The synthesis process was investigated more specifically by looking at the effect of the Na2SO4 electrolyte concentration used with variations of 0.02 0.03 0.04 M, the influence of plasma formation cathodic or anodic, and the effect of production of hydroxyl radicals bull OH reproduced by FeSO4 catalysts concentrating 20, 30, 40 ppm on the acquisition of hybrid latex using plasma electrolysis method. The latex concentration used in the reaction of 1 wt obtained by diluting the latex 55 wt about 9.1 mL using aquadest to 500 mL volume, starch used at 3 of the 9.1 mL latex mass. The operating voltage of the process with anodic and cathodic plasma respectively was 567.5 Volt and 340.5 Volt for 10 min. From the above variables, we obtain yield per kJ of hybrid latex electric energy consumption using anodic and cathodic plasma with electrolyte addition and without catalyst addition of 0.04 0.02 0.01 0.18 0.13 0.12. Meanwhile, the percent yield of latex hybrids using cathodic plasma with electrolyte addition and catalyst addition was 5.75 14.26 21.82.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Leoreza Haroen
"Amonia dan nitrat merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam berbagai industri. Elektrolisis plasma merupakan salah satu metode sintesis amonia dan nitrat yang menjanjikan karena memiliki kelebihan yaitu tidak menghasilkan emisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh bahan elektroda, laju alir udara, pH dan efek aditif metanol terhadap sintesis amonia nitrat melalui proses elektrolisis plasma. Penelitian dilakukan dengan reaktor 1,2 L dan trap cell 500 ml menggunakan variasi bahan elektroda stainless steel dan tungsten, laju injeksi udara 0,4 lpm, 0,6 lpm, 0,8 lpm, dan 1 lpm, variasi pH larutan reaktor 3, 3,5, dan 4 serta penambahan aditif metanol 0%v/v dan 4%v/v dengan elektrolit K2SO4 0,02 M.  Pada penelitian ini, didapatkan hasil nitrat dan ketahanan erosi yang lebih baik oleh elektroda stainless steel dibandingkan tungsten yaitu 4,9 mmol nitrat dan 0,12 gram dalam waktu 30 menit. Laju alir injeksi udara didapatkan titik optimum untuk produksi amonia adalah 0,6 lpm sedangkan untuk nitrat 0,8 lpm, pH larutan reaktor yang semakin asam menghasilkan amonia yang lebih besar sedangkan untuk nitrat memiliki titik optimum di pH 3,5, dan penambahan aditif metanol menghasilkan amonia yang lebih besar sedangkan nitrat yang terproduksi menurun.

Ammonia and nitrate is a compound that is widely used in various industries. Plasma electrolysis is a promising method of ammonia and nitrate synthesis because it has the advantage of not producing emissions. This study aims to determine how the effect of electrode material, air flow rate, pH and methanol additive effect on the synthesis of ammonia nitrate through plasma electrolysis process. The study was conducted with a 1.2 L reactor and a 500 ml trap cell using a variety of stainless steel and tungsten electrode materials, air injection rates of 0.4 lpm, 0.6 lpm, 0.8 lpm and 1 lpm, variations in reactor solution pH 3, 3.5, and 4 as well as the addition of 0%v/v and 4%v/v methanol additives with 0.02 M K2SO4 electrolyte. In this study, the results of nitrate and erosion resistance were better by stainless steel electrodes than tungsten, namely 4.9 mmol nitrate and 0.12 gram in 30 minutes. The air injection flow rate obtained the optimum point for ammonia production was 0.6 lpm while for nitrate 0.8 lpm, the more acidic the pH of the reactor solution, the greater the ammonia while for nitrate it had an optimum point at pH 3.5, and the addition of methanol additives produced ammonia which is greater while the nitrate produced decreases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Agita
"Karet alam, hadir dalam sistem koloid yang disebut lateks, sebagian besar digunakan dalam industri manufaktur ban karena sifat elastisitas yang sangat baik dan kemudahan dalam pemrosesan. Namun, ia memiliki kemampuan mencengkeram yang rendah yang dapat menciptakan gesekan besar yang akan mengurangi usia pakai ban dan juga menciptakan banyak kebisingan. Biomassa dapat mengakomodasi masalah tersebut karena sifat mekanisnya yang baik seperti elastisitas modulus dan sifat akustik. Dalam studi ini, kelayakan pencangkokan biomassa pada karet alam diteliti. Karet alam hibrida berbasis biomassa, atau yang disebut karet alam hibrida, disintesis dengan metode Glow Discharge Electrolysis Plasma GDEP yang menghasilkan radikal bebas yang dapat menginduksi polimerisasi pada kedua bahan dengan polaritas yang berbeda. Jenis biomassa pati dan selulosa divariasikan terlebih dahulu, dan didapatkan kondisi optimum untuk produksi karet alam hibrida pada pati. Selanjutnya, komposisi pati 25 , 40 , dan 50 wt dan jenis elektrolit NaCl, KCl, MgCl2, dan CaCl2 divariasikan untuk menentukan kondisi optimum untuk menghasilkan karet alam hibrida. Produk dikarakterisasi menggunakan FT-IR, STA, sessile drop dan metode uji yield persen produk. Karet alam hibrida berhasil diproduksi ditunjukkan oleh terbentuknya ikatan eter antara biomassa dan karet alam yang ditunjukkan pada FT-IR pada bilangan gelombang 1545 cm-1 dan 1543 cm-1 pada karet alam-pati hibrida dan karet alam-selulosa hibrida. Variasi jenis biomassa menunjukkan sistem pati memproduksi yield lebih banyak dibandingkan sistem selulosa, dengan yield produk sebesar 6,49 pada sistem pati dan 5,6 pada sistem selulosa. Peningkatan yield produk diamati seiring dengan peningkatan komposisi pati, dengan nilai optimum pada 50wt sebesar 10,36 . Sistem KCl memproduksi yield sebesar 8,55 dibandingkan dengan sistem NaCl dengan yield 6,49 . Penurunan sudut kontak karet alam hibrida dibandingkan dengan karet alam murni membuktikan terbentuknya ikatan akibat metode GDEP yang menurunkan hidrofobisitas karet alam. Pada variasi jenis biomassa, sudut kontak sistem pati sebesar 70,24o, dibandingkan dengan pada sistem selulosa sebesar 73,60o. Penurunan sudut kontak diamati seiring dengan peningkatan komposisi pati, dengan sudut kontak kontak optimum pada komposisi 50wt sebesar 50,56o. Sudut kontak pada sistem KCl 54,79o lebih kecil dibandingkan sistem NaCl sebesar 70,24o. Hasil STA menunjukkan korelasi dengan data yield produk, di mana semakin banyak produk yang terbentuk, semakin banyak pati dan/atau selulosa yang terdegradasi. Kondisi optimum dilakukan dalam larutan dengan pati sebagai biomassa dalam komposisi 50 wt dengan KCl sebagai elektrolit.

Natural rubber, occured in colloidal system called latex, mostly used in tire manufacturing industry due to its excellent elasticity and ease of processing. However, it has low gripping abilities which can create a great friction that will reduce the lifetime of tire and also create lots of noise. Biomass can accomodate the problem owing to its good mechanical properties such as modulus elasticity and acoustic properties. In this study, the feasibility of grafting biomass on natural rubber was investigated. Biomass based natural rubber hybrid, or so called natural rubber hybrid, was synthesized by Glow Discharge Electrolysis Plasma GDEP method which produces free radical that can initiate polymerization on these two materials with different polarity. Type of biomass starch and cellulose is varied, then it is known that starch gives optimum results on producing natural rubber hybrid product. Then, the composition of starch 25 , 40 , and 50 wt and type of electrolyte NaCl, KCl, MgCl2, and CaCl2 were varied to determine the optimum condition to produce natural rubber hybrid. The product was characterized using FT IR, STA, sessile drop and yield percent analysis method. Natural rubber hybrid was successfully produced indicated by new ether bond at 1545 cm 1 and 1543 cm 1 for natural rubber starch hybrid and natural rubber cellulose hybrid, respectively. Starch produces yield product of 6,49 which is higher than cellulose in natural rubber hybrid system with yield product of 5,6 . The increase of yield product as the increase of starch composition was observed, with optimum value was given by 50wt with yield product of 10,36 . KCl produces yield product of 8,55 compared to NaCl with yield product of 6,49 . The decrease of contact angle of natural rubber hybrid compared to pure natural rubber was observed, indicating the formation of new bond by GDEP method which can decrease hidrofobicity of natural rubber. Contact angle on natural rubber starch hybrid was 70,24o, compared to natural rubber cellulose hybrid with 73,60o. The decrease of contact angle as the increase of starch composition was observed, with optimum value was given by starch composition of 50wt with contact angle of 50,56o. Contact angle on KCl system was 54,79o, lower than NaCl system with contact angle of 70,24o. STA results shows correlation with yield product results, where the more yield product produced, the more starch and or cellulose degradated. Optimum condition conducted in solution with starch as biomass in 50 wt compositions with KCl as the electrolyte."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Akbar Reza
"Elektrolisis plasma menjadi metode sintesis green hydrogen dan hidrogen peroksida yang memisahkan air menjadi gas H2 dan O2 dengan plasma katodik pada tegangan di atas elektrolisis konvensional akibat rekombinasi radikal H• dan •OH. Laju erosi elektroda akibat suhu plasma yang tinggi menjadi keterbatasan pada proses ini sehingga Stainless Steel SS – 201 yang memiliki laju erosi lebih kecil dibandingkan tungsten (Lukkes, et al. 2006) diteliti efektivitasnya dari jumlah mmol produk, energi spesifik (Wr), dan laju erosi. Penelitian dilakukan dengan melakukan uji rancang bangun reaktor elektrolisis plasma dan karakterisasi arus tegangan untuk menentukan kondisi operasi menggunakan elektrolit NaOH 0,02 M dan Na2SO4 pada konduktivitas serupa, serta konsentrasi aditif metanol sebagai scavenger radikal •OH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SS – 201 memiliki erosi yang lebih kecil sebesar 0,07 gram dibandingkan tungsten sebesar 1,05 gram setelah 60 menit proses. Pembentukan lapisan oksida pasif SS – 201 menambah luas kontak elektroda dan menghasilkan gas H2 sebanyak 104,55 mmol dibandingkan tungsten sebanyak 94,95 mmol. Penelitian ini juga membandingkan pengaruh penggunaan NaOH dan Na2SO4 dengan konduktivitas serupa yang menunjukkan NaOH menghasilkan lebih banyak H2 dibandingkan Na2SO4 sebanyak 97,55 mol karena cenderung mengarah pada produksi hidrogen peroksida karena komposisi elektrolit yang mendorong pembentukan radikal •OH. Selain itu, pengaruh variasi metanol diuji yang menunjukkan bahwa penambahan aditif metanol tidak hanya berperan sebagai scavenger radikal •OH namun terdekomposisi akibat plasma menghasilkan gas hidrogen dan radikal H•.

Plasma electrolysis is a green hydrogen and hydrogen peroxide synthesis method that separates water into H2 and O2 gases with cathodic plasma at a voltage above conventional electrolysis due to the recombination of H• and •OH radicals. The electrode erosion rate due to high plasma temperature is a limitation in this process so that Stainless Steel SS – 201 which has a lower erosion rate than tungsten (Lukkes, et al. 2006) was examined for its effectiveness from the number of mmol of product, specific energy (Wr), and rate of erosion. The research was carried out by conducting design tests for plasma electrolysis reactors and characterizing current voltages to determine operating conditions using electrolytes of 0.02 M NaOH and Na2SO4 with similar conductivity, as well as the concentration of methanol additive as an •OH radical scavenger.
The results showed that SS-201 had less erosion of 0.07 gram compared to 1.05 gram of tungsten after 60 minutes of process. The formation of the SS-201 passive oxide layer increased the contact area of the electrodes and produced 104.55 mmol of H2 gas compared to 94.95 mmol of tungsten. This study also compared the effect of using NaOH and Na2SO4 with similar conductivity which showed that NaOH produced more H2 than Na2SO4 of 97.55 mmol because it tends to produce of hydrogen peroxide due to the electrolyte composition which encourages the formation of •OH radicals. In addition, the effect of methanol variations was tested which showed that the addition of additive methanol did not only act as an •OH radical scavenger but decomposed due to plasma to produce hydrogen gas and H• radicals.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>