Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159861 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Nurfitri
"Penyakit kanker payudara menjadi penyebab angka kematian tertinggi untuk perempuan. Teknologi pencitraan medis yang dapat mendiagnosis kanker payudara saat ini beberapa telah dikembangkan. Namun masih memiliki kekurangan dari segi keamanan dan tingkat akurasinya. Salah satu teknologi pencitraan yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan teknologi yang ada yaitu dengan teknik pencitraan Terahertz. Pencitraan kanker payudara dengan Terahertz dapat menjadi lebih efektif untuk mendiagnosis kanker pada jaringan yang lunak, karena dapat memberikan informasi spatial dan spektral dari kanker yang dicitrakan secara bersamaan. Kualitas resolusi spatial bergantung pada beamwidth antena dan scan density. Oleh karena itu, dibutuhkan antena dengan beamwidth yang sempit dan gain yang lebih tinggi agar mendapatkan kualitas gambar yang diinginkan.
Dalam penelitian ini dirancang antena mikrostrip array 2x2 dan 2x3 yang bekerja pada frekuensi 0,312 THz untuk mengetahui pengaruh beamwidth pada hasil pencitraan untuk deteksi kanker payudara. Antena array 2x2 memiliki beamwidth horizontal 46,4 derajat dan vertikal 33,0 derajat dengan gain 9,0 dB, bandwidth 53 GHz, pola radiasi directional, dan polarisasi linear. Antena array 2x3 memiliki beamwidth horizontal 39,0 derajat dan vertikal 22,8 derajat dengan gain 8,8 dB, bandwidth 11 GHz, pola radiasi directional, dan polarisasi linear. Objek yang dicitrakan yaitu phantom jaringan payudara yang berbentuk balok dengan dimensi panjang 2 mm, lebar 2 mm, dan ketebalan 1 mm. Model phantom terdiri dari jaringan fat (  = 2,41), fibrous ( = 2,80), dan tumor (  = 3,15).
Pencitraan Terahertz dilakukan dengan metode pemindaian translasi dengan menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio. Terdapat dua skema pencitraan Terahertz, yaitu dengan variasi beamwidth dengan menggunakan kedua antena dan variasi jarak masing-masing antena. Pada hasil simulasi pencitraan Terahertz variasi beamwidth menghasilkan gambar yang lebih baik pada antena array 2x3 karena beamwidth antena tersebut lebih sempit. Pada hasil simulasi pencitraan Terahertz dengan variasi jarak memiliki hasil citra yang ideal pada jarak 7,5 mm untuk kedua antena secara kualitatif dan kuantitatif.

Breast cancer is the leading cause of death for women. Medical imaging technologies that can diagnose breast cancer are currently being developed. But it still has disadvantages in terms of security and level of accuracy. One of imaging technology that can be used to overcome the shortage of existing technologies is Terahertz imaging techniques. Terahertz imaging of breast cancer can be more effective in diagnosing cancer for soft tissue, because it can provide spatial and spectral information from cancer simultaneously. The quality of resolution depends on beamwidth of antenna and scan density. Therefore, an antenna with a narrow beamwidth and higher gain is needed to get the desired image quality.
In this study, 2x2 and 2x3 microstrip array antenna was designed at a frequency of 0.312 THz to find out the affect of beamwidth to the imaging results for breast cancer detection. 2x2 array antenna has horizontal beamwidth of 46.4 degrees and vertical beamwidth of 33.0 degrees with gain of 9 dB, bandwidth of 53 GHz, directional radiation patterns, and linear polarization. 2x3 array antenna has horizontal beamwidth of 39.0 degrees and vertical beamwidth of 22.8 degrees with gain of 8.8 dB, bandwidth of 11 GHz, directional radiation patterns, and linear polarization. The object that is imaged is phantom breast tissue in the block shape with total dimensions of 2 mm in length, 2 mm in width, and 1 mm in thickness. The phantom model consists of tissue fat (  = 2.41), fibrous (  = 2.80), and tumor (  = 3.15).
Terahertz imaging is done by the translation scanning method using CST Microwave Studio software. There are two Terahertz imaging schemes, with variation of beamwidth using both antennas and variation in the distance of each antenna. In the imaging simulation results, the variation in beamwidth produces a better image on the 2x3 antenna because the antenna beamwidth is narrower. The results of Terahertz imaging simulation with distance variations have ideal image results at distance of 7.5 mm for both of antennas qualitatively and quantitatively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidyawati Virginia Hidayat
"ABSTRACT
Pencitraan Terahertz THz yang merupakan diagnosis spektroskopik gelombang THz dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan teknik pencitraan yang ada. Salah satu teknik pencitraan THz adalah THz near field imaging. Namun, teknik ini memiliki kekurangan yaitu hanya mampu mencitrakan jaringan payudara dengan ketebalan 20 m. Untuk itu, antena susun mikrostrip rectangular patch dengan inset line dan rectangular slot 0.312 THz dirancang agar mampu mencitrakan jaringan payudara yang lebih tebal. Antena dengan 1x2 elemen ini bekerja pada frekuensi 0.312 THz, bandwidth 22.68 GHz, pola radiasi directional, gain 5.6 dB, beamwidth horizontal 86.5, beamwidth vertikal 47.1, dan polarisasi linier. Antena ini dapat mencitrakan jaringan payudara dengan tebal sebesar 2 mm dan jarak antara antena transmitter dan antena receiver sebesar 4.5 mm. Simulasi pencitraan THz dilakukan menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio. Objek yang akan dicitrakan adalah jaringan payudara yang dimodelkan dalam bentuk balok. Model jaringan payudara ini terdiri dari tiga tipe jaringan: fat, fibrous, dan tumor. Simulasi pencitraan THz dilakukan dengan menggunakan metode translasi dan pada dua kondisi: variasi frekuensi serta variasi jarak pada daerah near field dan far field. Pada simulasi pencitraan THz variasi frekuensi, hasil citra pada frekuensi 0.312 THz adalah hasil citra yang paling ideal secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan dengan hasil citra pada frekuensi 0.302 THz dan 0.322 THz. Pada simulasi pencitraan THz variasi jarak pada daerah near field, hasil citra pada jarak antena dan phantom 2.25 mm adalah hasil citra yang paling ideal secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan dengan hasil citra pada jarak antena dan phantom 1.25 mm dan 1.75 mm. Pada simulasi pencitraan THz variasi jarak pada daerah far field, hasil citra pada jarak antena dan phantom 3.50 mm adalah hasil citra yang paling ideal secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan dengan hasil citra pada jarak antena dan phantom 3.00 mm dan 4.00 mm.

ABSTRACT
THz imaging, which is a THz wave spectroscopic diagnosis, was developed to address the shortcomings of existing imaging techniques. One of the THz imaging techniques is THz near field imaging. However, this technique has a shortcoming that is only able to image breast tissue with thickness of 20 m. Therefore, rectangular patch microstrip array antenna with inset line and rectangular slot 0.312 THz is designed to be able to image thicker breast tissue. The antenna with 1x2 elements work at a frequency of 0.312 THz, bandwidth of 22.68 GHz, directional radiation pattern, 5.6 dB gain, horizontal beamwidth of 86.5 degree, vertical beamwidth of 47.1 degree, and linear polarization. This antenna can image the breast tissue with thickness of 2 mm and the distance between the transmitter antenna and receiver antenna of 4.5 mm. THz imaging simulation is conducted by using CST Microwave Studio. The object to be imaged is breast tissue which is modeled in the form of a block. This breast tissue model consists of three tissue types fat, fibrous, and tumor. This imaging simulation is conducted by using the method of translation and on two conditions variation of frequencies and variation of distances in the near field and far field region. On the THz imaging simulation of variations of frequencies, the image result at the frequency of 0.312 THz is the most ideal image result quantitatively and qualitatively compared to the image results at the frequency of 0.302 THz and 0.322 THz. On the THz imaging simulation of variation of distances in the near field region, the image result at the distance between the antenna and phantom of 2.25 mm are the most ideal image results quantitatively and qualitatively compared to the image results at the distance between the antenna and phantom of 1.25 mm and 1.75 mm. On the THz imaging simulation of variation of distances in the far field region, the image result at the distance between the antenna and phantom of 3.50 mm are the most ideal image result quantitatively and qualitatively compared to the image results at the distance between the antenna and phantom of 3.00 mm and 4.00 mm."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Tony Andhyka
"Kanker masih menjadi salah satu penyakit paling umum dan mematikan yang dikenal manusia dari tahun ke tahun. Kanker payudara adalah yang paling umum dan juga memimpin dalam konteks kematian akibat kanker. Deteksi dini kanker sangat penting agar penanganan yang efektif dapat dilakukan saat kanker masih jinak dan pada stadium awal dengan peluang penyembuhan yang lebih tinggi. Kelebihan dari spektrum Terahertz memenuhi kebutuhan akan metode deteksi kanker yang aman namun tetap memberikan hasil pencitraan yang baik. Berbagai teknik pencitraan kanker telah dikembangkan untuk membuat sistem pencitraan terahertz, termasuk antena yang digunakan untuk sistem tersebut. Namun, masih sedikit penelitian yang mengkaji fenomena dan tantangan yang terjadi di bidang penelitian ini. Penelitian ini mempelajari fenomena perambatan gelombang terahertz pada objek kanker payudara dengan mensimulasikan beberapa variasi skema. Variasi seperti polarisasi, jarak, dan tepi jaringan dipertimbangkan dalam penelitian ini.  Variasi terbaik ditentukan dengan mempertimbangkan aspek kuantitif dan kualitatif hasil baik menggunakan sumber plane wave dan antena. Polarisasi terbaik adalah polarisasi xy dengan standar deviasi 7.519. Jarak sumber ke objek terbaik adalah 11.5 mm dengan standar deviasi 12.317. Jarak sensor ke objek terbaik adalah 0.5 mm dengan standar deviasi 10.966. Jarak sumber dan sensor ke objek terbaik adalah 11.5 mm dan 0.5 mm dengan standar deviasi 14.956. Tipe jaringan berpengaruh terhadap hasil pencitraan dimana material dengan konstanta dielektrik berbeda menghasilkan hasil berbeda secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi bagi peneliti lain untuk menentukan spesifikasi terbaik saat membuat sistem pencitraan THz.

Cancer is still one of the most common and lethal diseases known by humans throughout the years. Breast cancer is the most common one, which leads in terms of causes of cancer death. Early cancer detection is crucial so that effective treatment can be done when the cancer is still mild and in the early stages with higher chances of healing. The benefits of the Terahertz spectrum fulfill the need for a safe cancer detection method that still produces great imaging results. Various techniques for cancer imaging have been developed to create terahertz imaging systems, including an antenna used for the system. Still, there are only a few studies that investigated the phenomenon and challenges occurred in this field of research. This research studies the propagation phenomenon of terahertz wave on breast cancer object by simulating several scheme variation. Variation such as polarization, distance, and tissue type is considered in this study. The best variation is determined by considering qualitative and quantitative aspects, both using plane wave and antenna source. The best polarization is polarization xy with standard deviation of 7.519. The best distance between source to object is 11.5 mm with standard deviation of 12.317. The best distance between sensor to object is 0.5 mm with standard deviation of 10.966. The best distance between source and sensor to object is 11.5 mm and 0.5 mm with standard deviation of 14.956. Different types of tissue take effect to the imaging result where material with different dielectric constant results in different results quantitatively and qualitatively. This research can be used as a consideration and reference for other researchers to determine the best specification when creating a THz imaging system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sintong Binzar P.
"Antena mikrostrip (MSA) telah banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan seperti bentuknya yang ringkas, praktis, ringan dan mudah untuk mengatur polarisasinya. Namun, terdapat kekurangan pada antena microstrip ini, yaitu gain yang rendah [5]. Karakteristik gain tinggi sangat dibutuhkan dalam komunikasi satelit. Antena array yang merupakan gabungan beberapa elemen tunggal adalah cara untuk mengatasi masalah ini.
Pada skripsi ini antena array yang dirancang berbentuk planar dengan ukuran 2x2 (4 elemen) yang menghasilkan polarisasi melingkar. Teknik yang digunakan untuk membangkitkan polarisasi melingkar pada antena array segitiga sama sisi adalah dengan pencatuan ganda secara langsung pada masing-masing elemennya. Matching antar elemen merupakan salah satu faktor penting dalam menyusun antena array. Transformer X/4 merupakan teknik yang digunakan pada matching antar elemen. Karakteristik yang diamati pada skripsi ini adalah bandwidth, axial ratio bandwidth, pola radiasi, dan gain. Antena array bekerja pada frekuensi sekitar 2.625 GHz dengan polarisasi melingkar.
Dari hasil pengukuran diperoleh polarisasi melingkar dengan axial ratio bandwidth sebesar 28 MHz atau sebesar 1,07 %. Gain antena mikrostrip patch segitiga sama sisi sebesar 11,24 dB pada frekuensi 2.625 GHz. Berkas utama antena mikrostrip patch segitiga sama sisi pada bidang E berada pada arah 0_ dilihat dari pola radiasi antena array."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hendry Steven Joshua Julius Monang
"Transportasi udara menjadi transportasi dengan peningkatan jumlah penumpang yang signifikan karena menawarkan perjalan yang cepat, efisien, dan ekonomis. Namun, dalam perkembangannya terdapat kejadian yang berbahaya seperti aksi terorisme dan sabotase dalam penerbangan. Hal tersebut menjadikan faktor keamanan menjadi salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan dalam dunia aviasi. Sebagian besar aksi teror yang terjadi dikarenakan kelalaian dalam melakukan deteksi barang berbahaya yang umumnya terbuat dari logam. Saat ini, dalam prosedur keamanan di bandar udara, terdapat dua teknologi yang umumnya digunakan untuk dapat mencitrakan barang berbahaya yang disembunyikan pada tubuh penumpang. Teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeterwave bekerja dengan mencitrakan barang berbahaya pada tubuh manusia tanpa harus dilakukan pemeriksaan secara manual terlebih dahulu. Namun pada penerapannya, kedua teknologi tersebut menimbulkan masalah-masalah baru seperti masalah kesehatan, privasi, dan keakuratan sistem. Berdasarkan riset dan penelitian, pencitraan dengan gelombang Terahertz dinilai mampu menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Penggunaan spektrum frekuensi di antara teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeter wave, membuat pencitraan THz tidak mengeluarkan radiasi ionisasi yang berbahaya, memiliki resolusi spasial yang cukup tinggi, namun rentan akan efek difraksi. Pada penelitian ini, dilakukan studi difraksi dan simulasi pencitraan logam dengan menggunakan gelombang Terahertz. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak CST Microwave Studio. Sebagai objek citra, digunakan logam kotak yang terbuat dari nikel dan memiliki panjang, lebar, dan tebal yakni 300 µm, 300 µm, dan 10 µm. Sensor yang digunakan dalam simulasi adalah antena bowtie terkopel bolometer. Antena bowtie terkopel bolometer sebagai sensor digunakan karena memiliki desain yang simpel dan bandwith yang lebar. Simulasi pencitraan dilakukan dengan variasi jenis antena yang memiliki frekuensi kerja 1 THz, 3 THz, dan 5 THz. Variasi jenis polarisasi plane wave (polarisasi Ex & Ey) juga dilakukan untuk masing-masing jenis antena. Simulasi dengan peningkatan frekuensi menghasilkan citra yang lebih akurat karena memiliki efek difraksi yang lebih kecil dan resolusi spasial yang lebih besar. Simulasi dengan polarisasi Ex menghasilkan citra yang lebih baik dalam kontras dibandingkan dengan polarisasi Ey karena memiliki arah pergerakan medan listrik (medan E) yang sejajar.

Air transportation is becoming transportation with a significant increase in the number of passengers because it offers fast, efficient, and economical trips. However, in its development, there are dangerous events such as acts of terrorism and sabotage in flight. This makes the safety factor an important parameter that needs to be considered in the world of aviation. Most acts of terror occur due to negligence in detecting dangerous goods which are generally made of metal. At present, in the security procedures at the airport, there are two technologies that are generally used to be able to image dangerous goods that are hidden in the body of a passenger. X-ray backscatter technology and millimeter-wave technology work by imaging dangerous goods on the human body without having to be manually checked first. But in its application, both of these technologies cause new problems such as health problems, privacy issues, and system accuracy. Based on research, imaging with the Terahertz wave is considered to be an alternate way to the problem. The use of the frequency range between x-ray backscatter technology and millimeter-wave technology makes THz imaging not emit harmful ionizing radiation, has a high enough spatial resolution but is vulnerable to diffraction effects. In this study, diffraction studies and metal imaging simulations were carried out using Terahertz waves. The simulation is done with CST Microwave Studio software. As an object in the imaging system, a metal box made of nickel and has a length, width, and height of 300 µm, 300 µm, and 10 µm is designed. The sensor used in the simulation is the bowtie antenna coupled bolometer. A bowtie antenna coupled bolometer as a sensor is used because it has a simple design and wide bandwidth. Imaging simulations performed with variations of antenna types that have working frequency of 1 THz, 3 THz, and 5 THz. Variations in the type of plane wave polarization (Ex & Ey polarization) were also performed for each type of antenna. Simulations with increased frequency produce more accurate images because they have smaller diffraction effects and greater spatial resolution. Simulation with Ex polarization produce better image in contrast compared to Ey polarization due to the parallel movement of electric fields (E field) direction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadewa Putra Nussan
"Antena merupakan salah satu bagian terpenting dalam teknologi radar VTS Beberapa spesifikasi antena yang harus dipenuhi untuk aplikasi radar VTS yaitu 1 gain yang tinggi 2 beamwidth yang sempit dan 3 sidelobe level yang rendah Salah satu jenis antena yang dapat memenuhi spesifikasi ini adalah antena mikrostrip array Dalam penelitian ini dirancang antena mikrostrip array 5 x 24 elemen Untuk memenuhi kebutuhan spesifikasi parameter antena digunakan teknik pencatuan menggunakan Triangular Amplitude Distribution Pencatuan dilakukan menggunakan coaxial probe Hasil dari simulasi menunjukan bahwa antena telah bekerja pada frekuensi 9 4 Ghz Lebar beamwidth horizontal yang didapatkan sebesar 5 2o dan beamwidth vertikal sebesar 17 8o dengan nilai sidelobe 27 2dB untuk arah horizontal dan 30 7dB untuk arah vertikal Gain dari hasil perancangan antena tersebut bernilai sebesar 26dBi Hasil pengukuran antena 1x8 elemen yang difabrikasi telah menunjukan kesesuaian dengan hasil simulasi yang ada Parameter yang diukur adalah nilai return loss dan pola radiasi dari antena tersebut Dari hasil pengukuran return loss didapatkan lebar bandwidth sebesar 102 MHz dengan batas VSWR le 1 4.

Antenna is one of the most important partz in VTS radar technology Some of the spesifications thath must be met for the application of VTS radar technology are 1 high level of gain 2 narrow beamwidth and 3 low level of sidelobe One of the antennas that could met these spesifications is microstrip array antenna The antenna designed is microstrip array antenna with 5 x 24 elements To fulfill the parameter spesifications needed the rationing method used was Triangular Amplitude Distribution The rationing has been done by utilizing coaxial probe The simulation results showed that the antenna worked at 9 4 GHz The horizontal beamwidth rsquo s value obtained from the simulation was 5 2o while the vertical beamwidth was 17 8o with the sidelobe value obtained was 27 2 dB for the horizontal beamwidth and 30 7 dB for the vertical beamwidth The gain value obtained from this design was 26 dBi The calculation result of 1 x 8 element antenna which was fabricated showed the consistency of the simulation result The parameters used for the calculation are return loss value and radiation pattern of the antenna From the calculation result of the return loss the bandwidth rsquo s value obtained was 102 MHz with the limit of le 1 4
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Rachmatika
"Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia sendiri, KPD menempati peringkat pertama terbanyak dari berbagai jenis kanker yang terjadi.  Pendeteksian kanker ini dapat dilakukan sejak dini dengan memeriksa manual apakah terdapat benjolan atau kelainan pada payudara. Jika terasa ada benjolan, maka disarankan untuk diperiksa ke dokter dengan berbagai metode, seperti mammogram, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan USG. Diagnosa citra ini sering terkendala karena tidak setiap rumah sakit memiliki tenaga spesialis radiologi. Maka dari itu, untuk mengatasinya diperlukan bantuan komputer untuk mendiagnosa citra tersebut yang sering disebut computer aided diagnostis (CAD). Algoritma Convolutional Neural Network didasari pada hasil pemeriksaan rutin citra x-ray payudara normal/abnormal yang cenderung menunjukkan perubahan, salah satunya tekstur (konten). Data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari website Pilot European Image Processing Archive (PEIPA) yaitu dataset Mammographic Image Analysis Society (MIAS). Sistem dimulai dengan mengenal dan mempelajari data 3 jenis mamografi, yakni mamografi normal (sehat), mamografi benign, dan mamografi malignant. Setelah mempelajari data tersebut, sistem akan mencoba untuk mendeteksi jenis kanker payudara dari data baru yang dimasukkan. Nilai akurasi yang didapatkan adalah 100%, dengan rasio data pembelajaran sebanyak 1247 data (setelah diaugmentasi) dan data pengujian sebanyak 93 data, sehingga disimpulkan bahwa sistem ini baik. Namun nilai ini hanya untuk data MIAS, sehingga masih perlu pengembangan lebih lanjut supaya dapat diterapkan ke data-data yang lain juga.

Breast Cancer (BC) is one of the diseases that still occur a lot in developing countries like Indonesia. In Indonesia alone, BC is the number one most occurrence cancer. This cancer detection can be done early by manual, checking if there is any lump or abnormality in breast. If there are any lump, it is recommended to go check in hospital. There are a lot of methods like Magnetic Resonance Imaging (MRI), and Ultrasonography (USG). This image diagnostics sometimes got constrained by the lack of radiology specialist in some hospital. Therefore, to counter this problem, Computer Aided Diagnostics (CAD) help is needed to detect those images. Convolutional Neural Network algorithm is based on the result of the routine x-ray's check of breast, both normal and abnormal which tend to show some changes, which one of them is texture (content). Data used in this research came from Pilot European Image Processing Archive (PEIPA) website, Mammographic Image Analysis Society (MIAS) database. The system start by recognizing and learning 3 types of mammograph data, normal (healthy), benign and malignant. Then, system will try to detect and classify breast cancer type from the new input data. The accuracy score is 100%, with a ratio of 1247 datas for learning (after augmented) and 93 datas for testing, so it can be concluded that this system is good. But this score is achieved only for MIAS data, it still need further improvement  so it can be applied to another data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Ramadhana
"

Penggunaan internet terus meningkat untuk setiap tahunnya. Peningkatan itu dapat berupa meningkatnya data of usage per pengguna, ataupun bertambahnya jumlah perangkat yang terhubung ke dalam jaringan. Oleh karena itu, diperlukan kapasitas kanal yang cukup untuk menghadapi perkembangan tersebut. Salah satu karakteristik dari sebuah kanal yang berhubungan dengan kapasitas adalah koefisien kanal. Dengan hubungan tersebut, kita dapat memperbesar nilai kapasitas kanal dengan melakukan peningkatan terhadap nilai koefisien kanalnya. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap nilai maksimum dan minimum dari koefisien kanal yang didefinisikan, secara berturut-turut, sebagai nilai batas atas dan batas bawah. Perhitungan dan simulasi pada penelitian ini akan menggunakan pemodelan superposisi gelombang datar sebagai model dasarnya. Sebelumnya pemodelan ini telah digunakan pada pCell, sebuah teknologi nirkabel yang mampu mendapatkan efisiensi spektrum dengan lebih baik pada perangkat 4G LTE, untuk memperoleh nilai gain jalur jamak yang besar. Pada penelitian ini penulis melakukan pendekatan yang berbeda, penulis menggunakan pemodelan ini untuk menetukan nilai maksimum dan minimum dari nilai koefisien kanal. Pada akhir penelitian didapatkan hubungan antara perhitungan batas atas dan batas bawah terhadap simulasi nilai koefisien kanal pada beberapa jumlah jalur pancaran sinyal, serta sudut pancaran sinyal yang divariasikan dengan distribusi seragam.

 


Users data of usage and the number of devices connected to the network are increasing from years to years, simply, the internet usage is growing. Due to this phenomenon, we need a decent channel capacity to keep up with it. One of the channel characteristics that interfer with capacity is channel coefficient. By this relation, we could enlarge the channel capacity by improving its channel coefficient. On this research, we did an analysis towards the maximum and minimum values of a channel coefficient, simultaneously defined by upper and lower treshold. The simulation on this research is using Superposition of Plane Wave as the basic model. Previously, this model had been used on pCell technology to enlarge the multiplexing gain. However, on this research, we did a different approach by using the model to achieve the maximum and minimum value of a channel coefficient. At the end, we found a relation between the upper and lower treshold formulation and the channel coefficient simulation on some signal paths, with their direction randomized by uniform distribution.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Bayu Wijaya
"Antena mikrostrip memiliki beberapa keuntungan, di antaranya bentuk kompak, dimensi kecil, mudah untuk difabrikasi, mudah dikoneksikan dan diintegrasikan dengan divais elektronik lain. Oleh sebab itu antena mikrostrip sangat banyak diaplikasikan dalam dunia telekomunikasi, salah satunya dalam teknologi WiMAX. WiMAX merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access) yang memmiliki area hingga puluhan kilometer serta mempunyai bandwidth yang lebar dan bit rate yang besar.
Pada penelitian ini dirancang suatu antena mikrostrip patch segiempat array 8 elemen untuk aplikasi WiMAX yang bekerja pada frekuensi 3,3 GHz (3,3-3,4 GHz) serta gain ? 15 dBi. Untuk memberikan bandwidth yang lebar antena mikrostrip yang dirancang menggunakan teknik pencatuan elecrromagnetically coupled sedangkan untuk menningkatkan gain digunakan teknik antena susun (array). Dari hasil pengukuran, antena yang telah dirancang mampu bekerja pada rentang frekuensi 3,3-3,4 GHz. Nilai VSWR ? 1,9 dapat dicapai pada rentang 3,25 GHz - 3,69 GHz. Gain tertinggi adalah 14,787 dB di frekuensi 3,58 GHz.

Microstrip antenna has many advantages, such as compact, low profile, easy to fabricate and easy to be connected with other electronic device. These advantages makes microstrip antena become very aplicable in telecommunication, especially for WiMAX technologies. WiMAX is a broadband wireless access technology that has coverage area up to ten kilometers with wide bandwidth and high bit rate.
In this research, a 8 Elements Array Rectangular Patch Microstrip Antenna is designed for WiMAX application in the 3.3 GHz band (3.3-3.4 GHz) with gain ? 15 dBi. To increase the bandwidth, the microstrip antenna is designed with electromagnetically coupled technique and for higher gain it uses the array technique. From the measurement results, the antenna can work in 3.3-3.4 GHz frequency band. This is shown with the value of VSWR ? 1,9 in 3,25-3,69 GHz (720 MHz). The highest gain is 14.787 dB at 3.58 GHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51376
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>