Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rheza Faisal Aristiawan
"

Pada gardu induk sebagai pusat pengaturan pelayanan beban dalam  sistem tenaga listrik harus dipasang sistem pentanahan yang handal. Sistem pentanahan pada gardu induk berfungsi sebagai pengamanan personil dan peralatan-peralatan listrik pada gardu induk. Desain yang umumnya digunakan adalah desain sistem pentanahan Grid-Rod yang menggunakan konduktor grid yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah pada kedalaman tertentu dan ditambahkan penanaman batang-batang pentanahan secara vertikal. Skripsi ini akan membahas perancangan desain sistem pentanahan Grid-Rod pada proyek pembangunan gardu induk 150kV Kemayoran II oleh PT.PLN (PERSERO) UIP JBB berdasarkan standar IEEE 80-2000 dengan menggunakan kalkulator desain Microsoft Excel dan modul Ground Grid Systems ETAP 12.6.0.

Desain sistem pentanahan dilakukan dengan memodifikasi variabel yang dibutuhkan yaitu konfigurasi konduktor grid, kedalaman penanaman konduktor grid, dan konfigurasi batang pentanahan. Hasil dari modifikasi variable ini akan didapatkan besar ukuran mesh, jumlah konduktor pentanahan yang digunakan, besar tahanan pentanahan, besar tegangan sentuh, dan tegangan langkah. Dengan didapatkannya nilai-nilai diatas, maka akan dapat diketahui desain sistem pentanahan Grid-Rod yang paling optimal secara teknis dan ekonomis sesuai standar aman IEEE 80-2000.

 


At the substation as the center for regulating load services in the electric power system must be installed a reliable grounding system. The grounding system at the substation has a function for the security of personnel and electrical equipment at the substation. The design commonly used is the Grid-Rod grounding system design that uses grid conductors planted parallel to the ground at a certain depth and adds planting grounding rods vertically. This thesis will discuss the design of the Grid-Rod grounding system for the 150kV Kemayoran II substation construction which is one of PT. PLN (PERSERO) UIP JBBs project based on the IEEE 80-2000 standard using the Microsoft Excel design calculator and Ground Grid Systems ETAP 12.6.0.

Grounding system design is done by modifying the required variables, namely grid conductor configuration, depth of planting grid conductors, and grounding rod configuration. The results of the variabel modification, will be obtained by the size of the mesh, the number of grounding conductors used, grounding resistance, touch voltage, and the step voltage. By obtaining the values above, it will be known the most technically and economically design of the Grid-Rod grounding system according to the IEEE 80-2000 safe standard.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuril Aditya Dewi
"Pada gardu induk sebagai pusat pengaturan pelayanan beban dalam sistem tenaga listrik harus dipasang sistem pentanahan yang handal. Sistem pentanahan pada gardu induk berfungsi sebagai pengaman personil dan peralatan-peralatan listrik pada gardu induk dengan desain yang umumnya digunakan adalah desain sistem pentanahan Grid-Rod yang menggunakan konduktor grid yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah pada kedalaman tertentu dan ditambahkan penanaman batang-batang pentanahan secara vertikal. Skripsi ini akan membahas optimalisasi rancangan sistem pentanahan Grid-Rod pada gardu induk 150 kV dalam PLTP Ulubelu berdasarkan standar IEEE 80-2000 dengan menggunakan kalkulator desain Microsoft Excel dan modul Ground Grid Systems ETAP 7.0.0.
Dari hasil simulasi dengan memodifikasi variabel desain terkait konfigurasi konduktor grid, kedalaman penanaman konduktor grid dan konfigurasi batang pentanahan, diperoleh bahwa rancangan sistem pentanahan Grid-Rod yang paling optimal secara teknis dan ekonomis adalah konfigurasi konduktor grid dengan ukuran kisi-kisi (mesh) 6 x 5 meter, kedalaman penanaman konduktor grid sejauh 0,6 meter dari permukaan tanah dan batang pentanahan sebanyak 4 buah. Desain ini menghasilkan nilai tahanan pentanahan sebesar 0,56 Ohm, tegangan sentuh sebesar 639,3 Volt dan tegangan langkah sebesar 497,7 Volt yang telah memenuhi standar aman IEEE 80-2000.

On substation as the center of load service controlling in electrical power system must be installed a reliable grounding system. Grounding system on substation has a function for the protection of personnel and electrical equipments in substation with commonly used design is the design of Grid-Rod grounding system which using grid conductor are planted parallel to the ground surface at a certain grid depth and then added some ground rods. This thesis will research how to optimize design of Grid-Rod grounding system for 150 kV Ulubelu substation based on IEEE Std 80-2000 by using calculator for designing Grid-Rod grounding system on Microsoft Excel and Ground Grid Systems modul on ETAP 7.0.0.
From the result of simulation by modifying the associated design variable of grid conductor’s configuration, grid depth and ground rod’s configuration, founded that most technically and economically optimal design is the grid conductor’s configuration with mesh size 6 x 5 meter , grid depth as far as 0,6 meter from the ground surface, and 4 ground rods. This design will result grounding resistance value 0,56 Ohm, touch voltage 639,3 Volt and step voltage 497,7 Volt which have met the requirements of a safety standard IEEE 80-2000.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cipto
"Setiap gardu induk membutuhkan sistem pentanahan yang handal yang memenuhi standard aman bagi manusia dan peralatan yang berada diarea gardu induk tersebut saat terjadi arus gangguan. Pada umumnya sistem pentanahan yang digunakan adalah sistem pentanahan mesh/grid dengan sudut siku. Dimana diketahui bahwa pada konduktor berbetuk siku terjadi penumpukan muatan listrik pada sudut tersebut sehingga memiliki medan listrik yang cukup banyak, jika dibandingkan dengan konduktor lengkung yang memiliki muatan yang tersebar.
Jumlah medan listrik pada sebuah pentanahan gardu induk berbentuk mesh/grid menunjukkan tingkat keamanan pada gardu induk tersebut. Permasalahan yang yang timbul dari sistem pentanahan yang kurang baik adalah tegangan yang membahayakan bagi manusia seperti, tegangan sentuh, tegangan langkah dan tegangan mesh. Untuk itu dilakukan rekayasa sistem pentanahan mesh/grid dengan konduktor lengkung. Rekayasa dilakukan dengan simulasi menggunakan software CYMgrd.

All substations need a reliable grounding system that meets requirements of safety for both humans and equipments when the short circuit is occuring. Generally, grounding system used is system grounding mesh / grid with sharp corners/elbow. Otherwise, conductor with sharp corners/elbow collects the electricity coulomb hugely. Therefore, the electrical field increases significantly in that kind of conductor. On the other hand, a curve conductor spreads the coulomb alongside the conductor.
The number of electricity magneticity indicates the levels of safety of grounding system. Recently, the issue raised is the bad grounding system for human safety especially for touched voltage, step voltage, and mesh voltage. So, the goal of this research is to engineer the grounding Mesh/grid system by using curved conductor. All simulations were using CYMgrid Software.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Jalil
"ABSTRACT
Salah satu Gardu Induk yang ada di wilayah PT. PLN Pelayanan Area Tanjung Priok adalah Gardu Induk Kemayoran. Besarnya jumlah dan variasi gangguan pada Gardu Induk Kemayoran selama satu tahun terakhir relatif tinggi dengan rata-rata 2 kali terjadi gangguan dalam sebulan. Untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, dilakukan analisis terhadap indeks keandalan setiap penyulang pada Gardu Induk Kemayoran. Metode yang dilakukan yaitu menghitung nilai SAIFI (System Average Interruption Frequency Index), SAIDI (System Average Interruption Duration Index), dan CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index), dan Energi Not Served (ENS). Hasil perhitungan dan analisis didapatkan nilai SAIDI, SAIFI dan CAIDI Gardu Induk Kemayoran masing-masing yaitu 1,54 kali/tahun, 2,97 jam /tahun dan 1,93 jam/gangguan dengan nilai energi yang tidak tersalurkan sebesar 95850,98 kWh.

ABSTRACT
One of the substations in the area of ​​PT. PLN Tanjung Priok Service Area is the Kemayoran Substation. The amount and variation of disturbances at the Kemayoran substation during the past year is relatively high with an average of 2 interruptions occurring in a month. To improve customer service, an reliability index of each feeder is conducted at the Kemayoran Substation. The method used is calculating the SAIFI (System Average Interruption Frequency Index), SAIDI (System Average Interruption Duration Index), and CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index), and Energy Not Served (ENS). Calculation and analysis results obtained SAIDI, SAIFI and CAIDI Kemayoran substation values ​​are 1.54 times/year, 2.97 hours/year and 1.93 hours/disturbance with the value of energy that is not channeled at 95850.98 kWh
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA2509
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shigeno, Yasuko Maulina
"Pentanahan pada sistem distribusi diperlukan untuk mengalirkan arus gangguan ke tanah bila terjadi gangguan sehingga kerusakan dapat diminimalisir. Pentanahan yang baik harus memiliki nilai resistansi pentanahan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan perhitungan, sistem pentanahan eksisting gardu beton TB 54 dengan sistem grid dan 5 buah rod diperoleh resistansi pentanahan sebesar 0.9159 Ohm yang dapat dikatakan masih memenuhi standar yang berlaku yaitu 1 Ohm.
Kemudian setelah dilakukan beberapa variasi terhadap disain pentanahan yang ada, rekomendasi perbaikan disain pentanahan adalah dengan menggunakan grid berukuran 4 x 4 dengan total panjang konduktor grid 55 m tanpa menambahkan rod yang menghasilkan resistansi pentanahan sebesar 0.9876 Ohm. Nilai tersebut juga masih memenuhi standar yang berlaku. Dengan menggunakan disain yang direkomendasikan, PT. PLN (Persero) dapat menghemat biaya bahan pembuatan pentanahan gardu betonnya yang berupa konduktor BC 50 mm2 dan pipa galvanis yaitu sebesar Rp. 927.881,7.

Grounding in distribution system is needed to drain the ground fault current in the event of distruption so the damage can be minimized. Good grounding should have a grounding resistance value in accordance with applicable regulations. Based on calculations,the grounding resistance for the existing grounding system in TB 54 concrete substation with a grid system and 5 rods is 0.9159 Ohm that meets the applicable standard which is 1 Ohm.
Then after a few variations to the design of the existing grounding system, recommendation for its grounding system design is a 4 x 4 grid with a 55 m for total length of conductor grid without adding rod that produces 0.9876 Ohm of grounding resistance. This value is also still meets the applicable standards. By using the recommended design, PT. PLN (Persero) is able to save Rp.927.881,7 from the cost of BC 50 mm2 and galvanized pipe for grounding construction in concrete substation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elpatra Hadi
"Terdapat pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang yang memiliki kapasitas sebesar 2x18MW di suatu perusahaan pertambangan, tetapi daya yang disalurkan ke konsumen internal hanya sebesar 3.6MW atau sekitar 10% dari total kapasitas pembangkit (20% dari kapasitas satu unit pembangkit). Agar PLTU dapat beroperasi sesuai dengan spesifikasinya maka pembebanan dinaikkan dengan mengoperasikan loadbank. Beban internal yang rendah dan penggunaan loadbank menyebabkan biaya pokok pembangkitan menjadi tinggi. Kelebihan kapasitas pembangkit dapat dijual kepada konsumen eksternal diluar area pertambangan sehingga diperlukan pembangunan jaringan transmisi saluran udara 150kV sepanjang 45.38km. Pembangunan transmisi saluran udara 150kV ke gardu induk konsumen eksternal dapat meningkatkan penjualan energi listrik dan dapat menggantikan fungsi loadbank. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan teknis dan aspek keekonomian pembangunan transmisi saluran udara 150kV dari PLTU Mulut Tambang ke gardu induk konsumen eksternal. Metode penelitian menggunakan indikator finansial Internal Rate of Return dan Net Present Value. Secara keseluruhan, pembangunan transmisi saluran udara 150kV dapat meningkatkan penjualan energi listrik dan menggantikan fungsi penggunaan loadbank. Nilai NPV adalah Rp. 2,433,752,926 dengan IRR sebesar 11.046%.

There is a Mine Mouth Steam Power Plant (PLTU) which has a capacity of 2x18MW in a mining company, but the power that supplied to internal consumers is only 3.6MW or around 10% of the total generating capacity (20% of the capacity of one generating unit). To operate according to its specifications, the load is increased by operating the load bank. The low internal load and the use of the loadbank causes the cost of generation to be high. Excess generating capacity can be sold to external consumers outside the mining area, so it is necessary to build one circuit overhead transmission line 150kV as long 45.38km. The construction of overhead transmission line 150kV to the external consumer substation can increase sales of electricity and can replace the loadbank function. This study aims to evaluate the technical feasibility and economic aspects of the construction overhead transmission line 150kV from the PLTU to an external consumer substation. The research method uses financial indicators Internal Rate of Return and Net Present Value. Overall, the construction of one circuit overhead transmission line 150kV can increase sales of electricity and replace the function of load bank. The NPV value is Rp. 2,433,752,926 with an IRR of 11.046%."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartadhi
"Gangguan adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari pada sistem transmisi dan distribusi listrik. Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan tanah, baik itu satu fasa maupun dua fasa ke tanah yang disebabkan fenomena alam sepeti pohon dan petir. Gangguan ini biasanya bersifat sementara sehingga akan sangat merugikan kalau terjadi pemutusan suplai daya pada beban yang bertujuan mengisolasi gangguan. Sistem pentanahan peralihan bekerja dengan memutuskan hubungan netral transformator ke tanah selama satu atau dua detik selama terjadi gangguan. Sistem ini akan bekerja sebagai proteksi tingkat pertama pada gangguan tanah yang bersifat sementara sehingga pemutusan suplai daya tidak perlu dilakukan.

Faults in transmission system are inevitably exist. Faults that occur are mostly ground fault, either one phase or two phase to ground. This type of fault is usually temporary due to natural phenomenons such as trees and lightnings. It would be so inefficient to disconnect the load from the power source just in order to isolate the fault. Ground Fault Path Clearance (GFPC) system will disconnect the connection between the transformator neutral and ground for one or two second(s) during the fault occurence. This system will be the preliminary protection against ground fault so it would not be necessary to disconnect the load from the power source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51390
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Fajar S. M.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Syaza Amanina Salma
"Salah satu peralatan sistem distribusi yang berperan penting dalam proses penyaluran listrik dari pembangkit listrik hingga dapat digunakan oleh pelanggan adalah transformator. Transformator distribusi menurunkan level tegangan dari tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah(220 V), sehingga dapat langsung didistribusikan ke pelanggan tegangan rendah. Pada umumnya, pengoperasian transformator distribusi tidak memiliki beban yang seimbang, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk dan kebutuhan listrik setiap daerah yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan peninjauan pengaruh ketidakseimbangan beban tersebut terhadap pengoperasian sistem transformator itu sendiri. Dengan demikian pengopersian suatu transformator, dalam hal ini transformator distribusi 630 kVA pada gardu TGR27 penyulang Fatanah Gardu Induk New Tangerang sistem distribusi Banten, perlu dievaluasi dengan melakukan pengukuran beban setiap fasa baik beban siang maupun beban malam. Dengan dilakukannya pengukuran ini, dapat diambil langkah selanjutnya untuk menjaga kinerja dan mencegah kerusakan pada transformator. Metode yang diterapkan dalam studi ini berupa mengevaluasi operasional actual transformator dalam kondisi normal, serta mensimulasikan kondisi beban tidak seimbang yang mungkin terjadi. Hasil analisis dan simulasi menunjukkan bahwa kondisi optimum terjadi ketika ketidakseimbangan beban sebesar 21% dengan arus pada penghantar netral sebesar 300 A dan rugi daya yang disebabkan oleh arus netral sebesar 47 kW dengan efisiensi transformator sebesar 92,5 %.

One of the distribution system equipment that plays an important role in the process of distributing electricity from power plants to being used by customers is a transformer. The distribution transformer lowers the voltage level from medium voltage (20 kV) to low voltage (220 V), so it can be directly distributed to low voltage customers. In general, the operation of distribution transformers does not have a balanced load, this is due to the different population density and electricity needs of each region. Therefore, it is necessary to review the effect of the load imbalance on the operation of the transformer system itself. Thus, the operation of a transformer, in this case a 630 kVA distribution transformer at the TGR27 distribution substation, Fatanah feeder, New Tangerang substation, Banten distribution system, needs to be evaluated by measuring the load for each phase, both day load and night load. By taking these measurements, further steps can be taken to maintain performance and prevent damage to the transformer. The method applied in this study is to evaluate the actual operation of the transformer under normal conditions, as well as to simulate unbalanced load conditions that may occur. The results of the analysis and simulation show that the optimum condition occurs when the load imbalance is 21% with a current in the neutral conductor of 300 A and power loss caused by a neutral current of 47 kW with a transformer efficiency of 92.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>