Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pradhana Listio Wicaksono
"ABSTRAK
Pembangunan moda transportasi umum LRT berbasis Transit Oriented Development (TOD) muncul sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan pengembangan kota. Selain itu, konsep TOD ini diterapkan untuk mengatasi permasalahan finansial dalam pembangunan kereta. Adanya pembangunan LRT berbasis TOD diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk menggunakan kereta, mengurangi volume kendaraan bermotor, mengurangi polusi udara, mencegah terjadinya urban sprawl, dan mendukung finansial berkelanjutan. Namun, pengembangan LRT berbasis TOD membutuhkan biaya yang sangat besar. Dengan menghitung komponen Life Cycle Cost, berupa biaya pembangunan, biaya oeprasional dan pemerliharaan, serta pendapatan, hasil penelitian menunjukkan nilai IRR sebesar 9,75. Nilai yang berada dibawah WACC sebesar 11,01 menunjukkan bahwa proyek tidak layak secara finansial. Dilakukan kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU), berupa pembagian pembiayaan komponen Life Cycle Cost antara kedua pihak, untuk meningkatkan nilai IRR. Dari seluruh opsi pembiayaan yang ada, didapatkan nilai IRR optimal sebesar 14,91 yang menunjukkan bahwa proyek layak secara finansial. Dengan mengacu pada IRR tersebut, maka sharing biaya pembangunan, operasional dan pemeliharaan, dan pendapatan yang dilakukan oleh swasta berturut-turut sebesar 39,86, 66,02, dan 72,02. Sedangkan, sisanya menjadi tanggungjawab pemerintah.

ABSTRACT
The development of public transportation LRT based on Transit Oriented Developemt (TOD) emerged to solve urban development problems. Moreover, this TOD concept is applied to overcome financial problems in the construction of trains. The development of LRT based on TOD is expected to increase public interest in using trains, reducing the volume of vehicles, reducing air pollution, preventing urban sprawl, and supporting sustainable finance. However, this development requires a very large investment cost for financing. By calculating a Life Cycle Cost components, consist of initial costs, operation maintenance costs, and revenue, the results of the study showed an IRR of 9,75. The values of below WACC, 11,01, indicate that the project is non financially feasible. With Public Private Partnership (PPP), in the form of sharing the Life Cycle Cost components, it increase the IRR value. From all available financing options, author gets the optimal IRR value of 14,91 which indicates that the project is financially feasible. By referring to this IRR, the sharing of initial costs, operation maintenance costs, and revenue made by the private sector are 39,86, 66,02, and 72,02. Meanwhile, the rest is the responsibility of the government."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy
"Infrastruktur sebagai faktor penting dalam aktivitas perekonomian harus mempunyai nilai kelayakan tinggi agar dapat menarik minat bagi para investor. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kelayakan proyek terutama untuk proyek infrastruktur transportasi yaitu melalui pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD). Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis terkait dengan penerapan skema crowdfunding sebagai upaya alternatif pendanaan yang melibatkan masyarakat dalam pengembangan kawasan TOD LRT Jabodebek. Dalam penerapannya, crowdfunding akan diimplementasikan kedalam teknologi blockchain guna meningkatkan keamanan data, transparansi, serta kepercayaan para investor. Hasil temuan menunjukkan bahwa penerapan konsep crowdfunding dapat dikembangkan dalam investasi proyek real estate pada TOD Ciracas yang menghasilkan nilai IRR untuk swasta sebesar 26,83% dan untuk crowdfunder sebesar 11,04%. Pengembangan skema kelembagaan crowdfunding dilakukan guna merancang desain kerangka kerja teknologi blockchain yang akan diimplementasikan pada konsep crowdfunding. Hasil perancangan desain menunjukkan adanya beberapa tahapan, yaitu tahap pembentukan arsitektur, tahap persiapan, tahap transaksi, dan tahap penutupan, dimana semua tahapan mengacu kepada sistem keamanan, verifikasi dan autentifikasi, serta akses dan indentitas.

Infrastructure as an important factor in economic activity must have a high feasibility value in order to attract interest for investors. One way to increase the value of project feasibility, especially for transportation infrastructure projects is through the development of Transit Oriented Development (TOD). In this study, an analysis will be carried out related to the implementation of the crowdfunding scheme as an alternative funding effort that involves the community in the development of the TOD LRT Jabodebek area. In its application, crowdfunding will be implemented into blockchain technology to increase data security, transparency, and investor confidence. The findings show that the application of the crowdfunding concept can be developed in real estate investment projects at TOD Ciracas which results in an IRR value for the private sector of 26.83% and for crowdfunder of 11.04%. The development of the crowdfunding institutional scheme is carried out to design a blockchain technology framework that will be implemented in the crowdfunding concept. The results of the design show that there are several stages, namely the architectural formation stage, the preparation stage, the transaction stage, and the closing stage, where all stages refer to the security system, verification and authentication, as well as access and identity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardamean, Joshua Nicolas
"Konsep TOD di dalam pembangunan infrastruktur transportasi menjadi solusi untuk
meningkatkan nilai kelayakan proyek. Pembangunan infrastrukturnya sendiri
membutuhkan biaya yang besar, sehingga diperlukan sumber pembiayaan alternatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun skema pembiayaan dan kelembagaan yang
menghasilkan kelayakan finansial terbaik dalam proyek pengembangan kawasan TOD di
LRT Jabodebek dengan sumber pembiayaan alternatif. Penelitian ini akan menggunakan
Obligasi sebagai sumber pembiayaan alternatif. Namun untuk mengurangi beban dari
besarnya nilai pokok penerbitan dan pengembalian utang pokok, Obligasi perlu
diintegrasikan dengan sumber pembiayaan dari pihak swasta melalui mekanisme
kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Mekanisme ini melakukan pembagian
pembiayaan komponen proyek antara pihak pemerintah dan pihak swasta, di mana pihak
pemerintah akan bertanggung jawab terhadap 60,4% biaya pembangunan, 39,71% biaya
operasi dan pemeliharaan, dan 39,39% pendapatan. Sedangkan sisanya menjadi tanggung
jawab pihak swasta.

The TOD concept in the development of transportation infrastructure is a solution to
increase the value of project feasibility. The development of the infrastructure itself
requires large costs, and because of that alternative sources of financing are needed. The
purpose of this research is to formulate a financial and institutional scheme that produces
the best financial feasibility in the TOD of LRT Jabodebek with alternative sources of
financing. This research will use bond as alternative source of project financing. To
reduce the burden of principal issuance and debt repayment, the bond needs to be
integrated with financing source from the private sector through the public private
partnership mechanism. This mechanism shares project component financing between the
government and the private sector, in which the government will be responsible for 60.4%
of construction costs, 39.71% of operation and maintenance costs, and 39.39% of
revenue. Meanwhile, the rest is shared with the private sector
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atsiilah Anindita
"Selama dekade terakhir, Jakarta telat mengalami banyak transformasi yang signifikan, terutama dalam pengembangan ruang kota dan pertumbuhan populasi. Jakarta telah memperluas aglomerasi perkotaannya ke kota-kota di sekitar yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah penduduk di Jakarta sendiri sudah tinggi, dan setiap harinya, jumlah orang yang bepergian dari pinggiran kota setiap hari ke Jakarta dalam survei menyatakan sekitar 1,4 juta orang setiap hari (Badan Pusat Statistik, n.d.) masuk dan keluar dari-dan-ke Jakarta, yang dimana kondisi ini disebut dengan urban sprawl. Jakarta telah mulai mengembangkan ruang kota dengan Transit Oriented Development pada tahun 2013 oleh ITDP yang juga meluncur standar Kawasan TOD tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah penggunaan layanan transportasi massal yang dibangun oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi, menggantikan mobilitas di kota menjadi mobilisasi berkelanjutan dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum. Transit Oriented Development berarti rekonstruksi konsep seluruh kota tempat membuat fasilitas transit di simpul-simpul penting. Dan distrik atau Kawasan TOD yang ideal harus memiliki 3 komponen utama: kepadatan, keanekaragaman, dan desain. (Cervero, 2004).
Pengembangan Transit Oriented Development di Jakarta menggunakan indikator dan variabel tertentu, yang dimana variabelnya adalah KDB, KLB, Kepadatan Area (Bangunan dan Manusia), Presentasi Penggunaan Lahan, Fisika Pejalan Kaki, Konektivitas Pedestrian, dan Kondisi Pejalan Kaki. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan lima elemen TOD Jakarta, yaitu Jalur Pejalan Kaki, Integrasi Antarmodal Angkutan Umum, Ruang Publik Terbuka, Fasilitas Penggunaan Campuran dan Urbanisasi Ringkas. Menilai hubungan antara variabel dan kondisi elemen saat ini dapat menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang Pembangunan Berorientasi Transit di Jakarta. Mengintegrasikan kondisi saat ini dapat dilakukan dengan membaca kembali teori dasar Arsitektur, yang dalam hal ini teori sentralitas dan konsep pola perkotaan, untuk memperluas perspektif untuk memahami konsep TOD sendiri

Over the past decade, Jakarta has significant urban transformation, for its urban space and population growth. Jakarta has broadened its urban agglomeration to the neighborhood cities of Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. The number of the dwellers in Jakarta itself is already high by day, and the number of people that commutes from the suburbs daily to Jakarta in a survey stated approximately reached 1,4 million people daily (Badan Pusat Statistik, n.d.) in-and-out of Jakarta, which is called the urban sprawl condition. Jakarta has started developing its urban space by creating Transit Oriented Development in year 2013 by the ITDP that launches the standard of TOD. The aim is to increase the number of mass-transportation services usage by the government, reducing the number of private vehicles usage, substitute the mobility in the city to sustainable mobilization by walking, biking and public transportation. Transit Oriented Development means that reconstruction of the whole city concept where making transit facilities on the important nodes. And an ideal TOD district must 3 main components: density, diversity, and design. (Cervero, 2004).
The Transit Oriented Development in Jakarta is using certain indicators and variables for developing this concept, and for its variables are KDB, KLB, Area Density (Building and Human), Land-use Presentation, Pedestrian Physic, Pedestrian Connectivity, and Pedestrian Condition. These variables then connected five elements of TOD Jakarta, which are Pedestrian Path, Intermodal Integration Public Transportation, Open Public Space, Mix-use Facilities and Compact Urbanization. Assessing the relations between the variable and the current elements conditions can shows deeper understanding of the Transit Oriented Development in Jakarta. Integrating the current condition can be done by re-reading the basic theory of Architecture,
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhy Bato Raya
"Sejalan dengan pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) terdapat upaya untuk mendorong pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD), yang bertujuan mendorong mobilitas dengan berjalan kaki, bersepeda dan menggunakan angkutan umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi kondisi tata ruang, kondisi iklim mikro dan kenyamanan termal kawasan TOD. Pemodelan iklim mikro menggunakan ENVI-met atas kondisi eksisting Kawasan Dukuh Atas menunjukkan bahwa suhu udara tertinggi terjadi pada pukul 16.00 WIB, kecepatan angin tinggi terdapat pada jalan yang orientasinya searah dengan arah angin. Hasil pemodelan rencana TOD menunjukkan bahwa suhu udara cenderung lebih rendah dibandingkan kondisi eksisting, kecepatan angin meningkat pada street canyon yang berorientasi searah dengan arah angin namun menurun apabila tegak lurus arah angin. Seluruh areal mulai pukul 10.00-17.00 masuk dalam kategori tidak nyaman secara termal, dengan puncak ketidaknyaman terjadi pada pukul 13.00 dan 14.00. Nilai PET rencana TOD lebih rendah dibandingkan kondisi eksisting, mengindikasikan rencana TOD dapat meningkatkan kenyamanan termal.

In line with the development of the Mass Public Transportation System (SAUM) there are efforts to encourage the development of the Transit Oriented Development (TOD) area, which aims to encourage mobility by walking, cycling and using public transportation. This study aims to analyze the spatial conditions, microclimate conditions and thermal comfort of the TOD area. Microclimate modeling using ENVI-met on the existing conditions of the Upper Dukuh Area shows that the highest air temperature occurs at 16.00 WIB, high wind speeds are found on roads that are oriented in the same direction as the wind direction. The results of TOD planning modeling indicate that the air temperature tends to be lower than the existing conditions, the wind speed increases in the street canyon which is oriented in the direction of the wind but decreases when it is perpendicular to the wind direction. The entire area from 10:00 a.m. to 5:00 p.m. was categorized as thermally uncomfortable, with peak discomfort occurring at 1:00 p.m. and 2:00 p.m. The PET design TOD value is lower than the existing condition, indicating that the TOD plan can improve thermal comfort."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radifan Halif
"Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, populasi, dan pekerja di Jakarta, terdapat kekhawatiran terhadap keberlanjutan di kota tersebut. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, kemacetan lalu lintas yang parah terjadi, yang menyebabkan warganya menghabiskan hampir 22 hari yang sia-sia menunggu dalam kemacetan lalu lintas. Selain itu, partikel debu halus tahunan di Jakarta empat hingga lima kali lebih tinggi dari pedoman WHO dan semakin memburuk karena pandemi COVID-19, di mana orang menjadi lebih enggan menggunakan transportasi umum. Pemerintah Provinsi Jakarta telah mengakui bahwa pembangunan jalan saja tidak akan pernah menyelesaikan masalah dan telah melakukan beberapa perbaikan pada infrastruktur publiknya. Seperti MRT Jakarta, BRT Jakarta, LRT Jabodebek, dan KRL Commuter Line diperkenalkan dan ditingkatkan untuk mendorong penggunaan transportasi umum. Dengan semua moda transportasi yang telah diterapkan, sebuah konsep bernama Transit-Oriented Development diperkenalkan untuk mengintegrasikan berbagai jenis transportasi untuk mengembangkan komunitas yang utuh dan dinamis yang dirancang untuk berpusat pada fasilitas transit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari masterplan Transit-Oriented Development di bawah PT Integrasi Transit Jakarta untuk dianalisis menggunakan standar dan prinsip tertentu. Indikator dari Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) dan Indikator Kesiapan Kawasan Berorientasi Transit (Iskandar et al., 2021) akan digunakan untuk mengevaluasi TOD. Dengan menganalisa dan mengevaluasi masterplan tersebut, didapatkan hasil bahwa kelima masterplan TOD tersebut masih memerlukan perbaikan, khususnya masterplan Lebak Bulus. Ada aspek yang hilang atau kurang dari penilaian ITDP dan kesiapan TOD. Perbaikan diusulkan untuk dimasukkan dalam rencana induk masa depan

In conjecture with the increase of economic activity, population, and workers in Jakarta, the sustainability concern persists in the city. With the growing number of motorized vehicles, severe traffic congestion occurs, leading to their citizens spending almost 22 worthless days waiting in traffic jams. In addition, the annual fine dust particle in Jakarta was four to five-time higher than the WHO guidelines and already further worsened due to the COVID-19 pandemic, where people become more reluctant to use public transport. The Jakarta state government has already acknowledged that the development of roads alone will never solve the issue and has made several improvements to its public infrastructure. The likes of MRT Jakarta, BRT Jakarta, LRT Jabodebek, and the KRL Commuter Line were introduced and improved to encourage the use of public transport. With all the transportation modes that have been implemented, a concept named Transit-Oriented Development was introduced to integrate different kinds of transportation to develop a whole and vibrant communities designed to be centered on transit facilities. This research aims to study the Transit-Oriented Development masterplan under PT Integrasi Transit Jakarta to be analyzed using specific standards and principles. Indicators from the Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) and the Transit-Oriented Areas Readiness Indicators (Iskandar et al., 2021) will be used to evaluate the TOD. By analyzing and evaluating the master plan, The result shows that the five TOD master plan still needs improvement, especially the Lebak Bulus mater plan. There are missing or lacking aspects from the ITDP scoring and TOD readiness perspective. An improvement was proposed to be included in the future master plan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafya Nadhira Affiandi
"ABSTRACT
onsep bandara aerotropolis diharapkan bisa membuat bentuk bandara yang terintegrasi, efektif dan efisien sehingga bisa menghilangkan permasalahan seperti fasilitas dan infrastruktur pada bandara yang belum memadai dikarenakan belum tertatanya perkembangan bandara. Sebelum merealisasikan proyek pengembangan kawasan bandara Radin Inten II Lampung, dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan investasi dari proyek tersebut, sehingga pihak investor akan tertarik dan dapat bergabung dalam pengembangan infrastruktur ini. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis kelayakan finansial dan kelembagaan berbasis Kerjasama Pemerintah Badan Usaha KPBU dengan menggunakan metode Life Cycle Cost LCC yang perhitungannya akan melibatkan komponen biaya investasi, operasional, perawatan, dan pendapatan yang akan diperoleh dari tahun 2022-2056. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa kelayakan investasi dari proyek pengembangan kawasan bandara Radin Inten II Lampung menghasilkan nilai IRR sebesar 8,80 yang masih berada dibawah nilai WACC. Dengan menggunakan sistem finansial dan kelembagaan berbasis Kerjasama Pemerintah Badan Usaha KPBU , didapatkan nilai IRR akhir sebesar 15,81 dengan pembagian biaya antara pihak pemerintah dan swasta dari komponen biaya investasi, operasional, perawatan, dan pendapatan.

ABSTRACT
The concept of aerotropolis airport is expected to create an integrated, effective and efficient airport form so that it can eliminate problems such as facilities and infrastructure at airports that have not been adequate due to the unfocused development of the airport. Before realizing the development project of Radin Inten II Airport in Lampung, a financial feasibility analysis is conducted to determine the investment feasibility of the project, so that the investor will be interested and can join in the development of this infrastructure. The purpose of this research is to analyze financial and institutional feasibility based on Public Private Partnership PPP using Life Cycle Cost LCC method which the calculation will involve a component of investment cost, operational, maintenance and income that will be obtained from year 2022 2056. From the research, it is found that the investment feasibility of airport development project of Radin Inten II Lampung Airport resulted IRR value of 8,80 which is still below WACC value. Using the financial and institutional system based on the Public Private Partnership PPP , a final IRR of 15,81 was obtained with cost sharing between the government and private sectors of the investment, operational, maintenance and revenue. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benaya Putera Herwidianto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan kawasan transit-oriented development (TOD) Dukuh Atas yang dilakukan oleh PT. MRT Jakarta berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 67 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kawasan Berorientasi Transit dalam mewujudkan integrasi antarmoda transportasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui alur pengelolaan tersebut, yang dimulai dari pendorongan pembangunan kawasan, koordinasi dengan para stakeholders, lalu dilanjutkan dengan proses pengendalian dan pengawasan dalam melaksanakan pengembangan kawasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur, publikasi elektronik, dan wawancara mendalam. Terdapat tiga langkah teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu reduksi data, penyajian data, serta pengambilan keputusan dan verifikasi. Temuan di lapangan memperlihatkan bahwa pengelolaan kawasan transit-oriented development (TOD) Dukuh Atas yang dilakukan oleh PT. MRT Jakarta sesuai dengan beberapa prinsip pengembangan kawasan berdasarkan peraturan tersebut. Namun, terdapat juga ketidaksesuaian dengan prinsip pengembangan seperti peniadaan dalam penyediaan rumah susun terjangkau untuk mendukung penyelenggaraan kawasan, dan fasilitas park and ride. Selain itu, dalam pelaksanaannya masih terdapat faktor yang menghambat pengelolaan kawasan berorientasi transit tersebut, yaitu: ketidaksinkronan dengan perencanaan penyelenggaraan kawasan dan keterbatasan lahan untuk mewujudkan konsep kawasan transit-oriented development (TOD).


This research aims to analyze the management of Dukuh Atas transit-oriented development (TOD) area by PT. MRT Jakarta based on Governor’s Regulation of Special Capital Region of Jakarta Number 67 Year 2019 on Transit-Oriented Development Execution in order to actualize the integrated intermodal transportation system. This research was conducted to determine the plot of the management, which starts from encouraging regional development, coordination with stakeholders, then continued with the process of control and supervision in carrying out regional development. The research method used in this study is a qualitative approach with data processing technique that includes three steps: data reduction, data display, and verification. Furthermore, the data used in this study were obtained by literature studies, electronic publications, and conducting in-depth interviews. The result of this study shows that the management of Dukuh Atas transit-oriented development (TOD) area which conducted by PT. MRT Jakarta is in accordance with the principles of regional development. However, there is also a discrepancy with the development principles such as the neglect in providing affordable flats to support the management of the area, and also park and ride facility. Furthermore, in its implementation there are still factors that hinder the management of the transit-oriented development area, which are: the asynchronous of executing the original plans and limited space to actualize the concept of transit-oriented development (TOD) area.

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ling Ling Cory Wibowo
"Tugas akhir ini membahas perancangan coworking space dengan berbasis Transit Oriented Development (TOD) dan konsep sustainable architecture. Coworking space merupakan konsep tempat kerja bersama yang semakin populer di era modern ini, sedangkan TOD adalah pendekatan perancangan yang mengintegrasikan coworking space dengan sistem transportasi umum yang efisien. Konsep sustainable architecture diterapkan untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tugas akhir ini bertujuan untuk menggabungkan konsep-konsep tersebut dalam merancang coworking space yang memenuhi kebutuhan pengguna serta berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Pendekatan perancangan melibatkan analisis terhadap potensi lokasi yang terintegrasi dengan sistem transportasi umum, identifikasi kebutuhan pengguna, serta penerapan prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan. Melalui studi literatur dan penelitian lapangan, ditemukan bahwa penerapan TOD dapat meningkatkan aksesibilitas coworking space dari berbagai lokasi dengan menggunakan transportasi umum. Konsep ini juga dapat mengurangi penggunaan mobil pribadi dan mengurangi emisi karbon, serta mendorong mobilitas berkelanjutan. Selain itu, penggunaan material ramah lingkungan, desain yang memaksimalkan pencahayaan alami, dan penerapan teknologi hijau juga menjadi fokus dalam perancangan ini. Hasil tugas akhir ini adalah desain coworking space yang terintegrasi dengan stasiun transportasi umum, menawarkan fasilitas yang memadai, dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman serta ramah lingkungan. Desain ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan coworking space yang berkelanjutan di masa depan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mendorong mobilitas yang efisien.

This final project discusses the design of a coworking space based on Transit Oriented Development (TOD) and the concept of sustainable architecture. Coworking space is a coworking space concept that is becoming increasingly popular in this modern era, while TOD is a design approach that integrates coworking space with an efficient public transportation system. The concept of sustainable architecture is applied to create environmentally friendly and sustainable buildings. This final project aims to combine these concepts in designing a coworking space that meets user needs and contributes to maintaining environmental sustainability. The design approach involves an analysis of potential locations that are integrated with the public transportation system, identification of user needs, and application of sustainable architectural principles. Through literature studies and field research, it was found that the application of TOD can increase the accessibility of coworking spaces from various locations using public transportation. This concept can also reduce the use of private cars and reduce carbon emissions, as well as encourage sustainable mobility. In addition, the use of environmentally friendly materials, designs that maximize natural lighting, and the application of green technology are also the focus of this design. The result of this final project is a coworking space design that is integrated with public transportation stations, offers adequate facilities, and creates a comfortable and environmentally friendly work environment. This design is expected to be an inspiration for the development of sustainable coworking spaces in the future, reducing negative impacts on the environment, and encouraging efficient mobility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Enry Gunadi
"Pada umumnya pemerintah menganggarkan sejumlah dana dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dikhususkan untuk proyek pengembangan kawasan
TOD maupun melalui pinjaman ataupun kerjasama dari pihak luar negeri. Selain
sumber pembiayaan tersebut, pembangunan suatu proyek khususnya untuk proyek
pengembangan TOD ini juga dapat menggunakan beberapa sumber pendanaan alternatif
seperti pasar modal, obligasi, asuransi, dan dana pensiun. Penelitian ini akan mengkaji secara khusus pembiayaan proyek pengembangan konseptual TOD yang bersumber dari investasi dana asuransi. Pembiayaan ini membutuhkan dana yang sangat besar berdasarkan hasil perhitungan analisis life cycle cost. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai IRR sebesar 5,77% apabila menggunakan sumber pembiayaan dana asuransi seluruhnya. Nilai IRR tersebut berada dibawah WACC asuransi yakni sebesar 11,55% , ini menunjukan bahwa proyek tidak layak secara finansial. Sehingga untuk dapat meningkatkan nilai IRR agar diperoleh nilai yang optimal maka dilakukan upaya Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha. Nilai IRR optimal diperoleh sebesar 11,56% dengan rincian pihak asuransi menanggung 41,47% biaya pembangunan, 48,27% biaya operasional dan pemeliharaan, serta 77,49% pendapatan. Sementara itu, dari hasil analisis kemampuan investasi dana asuransi yakni sebesar Rp 61,39 triliun dapat menutupi kebutuhan pembiayaan proyek pengembangan tod yaitu sebesar Rp 24,31 triliun dengan rata-rata rasio sebesar 0,39.

In general, the government has budgeted some funds from the State Revenue and
Expenditure Budget (APBN) which are devoted to the TOD development project or
through loans or cooperation from foreign parties. Apart from relying on these sources, the construction of a project, can use several alternative sources such as capital markets, bonds, insurance, and pension funds. This research will specifically examine the financing of the TOD conceptual development project using insurance fund invesment. This financing requires a very large amount of funds based on the calculation of life cycle cost analysis. Financial analysis show that the IRR value is 5,77% if using insurance fund entirely. This value is below the WACC value for insurance, which is 11.55%, means that the project is not financially feasible. So that to increase the IRR value to obtain an optimal value, efforts are made for Public-Private Partnership (PPP).
The optimal IRR value on this scheme is 11.56%, with the details that insurance covers 41.47% initial costs, 48,27% operational and maintenance costs, and 77,49% revenues. Meanwhile, based on an analysis of insurance fund of Rp. 61,39 trillion, it could cover the initial cost of Rp. 24,31 trillion with an average ratio of 0,39
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>