Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187748 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sauria Karina
"ABSTRAK
Ikan tenggiri Spanyol (Scomberomorus commersoni) merupakan ikan pelagis yang banyak diincar oleh nelayan komersial di perairan Indonesia. Ikan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena rasa yang disukai secara umum. Ikan ini dapat diolah menjadi berbagai macam produk ikan dan diekspor ke Asia, Amerika dan Eropa. Mengandung 60-90% air, ikan ini sangat mudah rusak. Kualitas ikan dapat menurun bila disimpan lebih dari 1 hari, dan dapat bertahan hingga 5 hari dalam cold storage. Oleh karena itu, diperlukan proses penanganan yang tepat selama pendistribusian ikan dari kapal hingga meja konsumen untuk menghindari pembusukan dan penurunan kualitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan lapisan antimikroba yang efektif untuk memperpanjang umur simpan daging ikan tenggiri segar. Daging ikan dilapisi dengan larutan protein whey 10% yang digabungkan dengan variasi konsentrasi asap cair (5%, 10% & 15%). Enzim transglutaminase (0%, 1% & 1,5%) diaplikasikan ke dalam larutan whey sebagai agen pengikat silang. Sampel bersalut dan tak bersalut disimpan pada suhu ± 7oC selama 15 hari. Nilai pH, kadar air, jumlah bakteri dan kadar basa volatil dianalisis setiap 5 hari. Selain itu, Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan untuk karakterisasi morfologi daging ikan salut dan tak bersalut. Fourier Transform Infra-Red (FTIR) juga dilakukan untuk mengidentifikasi ikatan kovalen yang dibentuk oleh TGase dalam larutan pelapis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim transglutaminase mempercepat pembusukan ikan oleh amonia yang dihasilkan sebagai produk sampingan. Di sisi lain, asap cair sebagai
bahan pelapis menjaga kualitas ikan secara signifikan selama penyimpanan. Oleh karena itu, perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah menggunakan asap cair 15% sebagai bahan pelapis. Kajian ini bertujuan untuk diterapkan di lapangan untuk menjaga kualitas produk ikan, sehingga penurunan bobot ikan selama penanganan pasca panen dapat dicegah.

ABSTRACT
The Spanish mackerel (Scomberomorus commersoni) is a pelagic fish that is targeted by many commercial fishermen in Indonesian waters. This fish has a high economic value because of its generally preferred taste. This fish can be processed into various kinds of fish products and exported to Asia, America and Europe. Containing 60-90% water, this fish is very easily damaged. Fish quality can decline if stored for more than 1 day, and can last up to 5 days in cold storage. Therefore, it is necessary to have a proper handling process during the distribution of fish from ships to consumers' tables to avoid spoilage and quality degradation. The aim of this research is to develop an effective antimicrobial layer to extend the shelf life of fresh mackerel fish. The fish meat was coated with a 10% whey protein solution combined with various concentrations of liquid smoke (5%, 10% & 15%). The transglutaminase enzyme (0%, 1% & 1.5%) was applied to the whey solution as a crosslinking agent. Coated and noncoated samples were stored at ± 7oC for 15 days. The pH value, water content, number of bacteria and volatile base content were analyzed every 5 days. In addition, Scanning Electron Microscopy (SEM) was performed to characterize the morphology of coated and coated fish meat. Fourier Transform Infra-Red (FTIR) was also carried out to identify the covalent bonds formed by TGase in the coating solution. The results showed that the addition of the transglutaminase enzyme accelerated the spoilage of fish by ammonia which was produced as a byproduct. On the other hand, liquid smoke as a coating material maintains the quality of the fish significantly during storage. Therefore, the best treatment in this study is to use 15% liquid smoke as a coating material. This study aims to be applied in the field to maintain the quality of fish products, so that the reduction in fish weight during post-harvest handling can be prevented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Aulia Pratiwi
"Keberadaan plastik petroleum menjadi permasalahan karena memiliki dampak lingkungan dengan sifatnya yang non-biodegradable sehingga membutuhkan waktu lama untuk terurai, juga dampak kesehatan dengan adanya potensi mengontaminasi jika berperan sebagai pengemas bahan pangan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengganti bahan baku plastik petroleum yang lebih bersifat biodegradable dan food-grade untuk meminimalisir terjadinya permasalahan tersebut. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan edible film berbasis biokomposit protein ikan lele dengan metode enzymatic cross-linking Transglutaminase serta penambahan Nanokristalin Selulosa (NCC) sebagai material penguat. Penggunaan metode enzymatic cross-linking Transglutaminase dapat meningkatkan sifat mekanik dan fisik dari edible film protein meliputi ketebalan (75-20 μm), kelarutan (96,208-20,43%), TS (5,799-10,02 MPa) dan EAB (80-13%) dengan membentuk ikatan cross-linking ε-(-γ-glutamyl) lysine iso-peptide yang terdeteksi berdasarkan pergeseran pita serapan Amida II (1550-1530 cm-1) dengan analisis FTIR. Namun, mengurangi nilai transparansi dari edible film dimana TG-05 menghasilkan nilai transparansi terendah sebesar 3,27. Formulasi TG-05 digunakan sebagai formulasi awal pembuatan edible film protein dengan penambahan NCC. Edible film protein dengan penambahan 10% mengalami peningkatan pada sifat fisik dan mekanik jika dibandingkan dengan edible film berbasis protein meliputi ketebalan, TS dan EAB, tetapi mengalami penurunan pada kelarutan terhadap air dan transparansi. Sementara edible film protein dengan penambahan 15% memiliki peningkatan pada ketebalan, namun menghasilkan efek terbalik (reversed effect) dengan mengalami penurunan pada sifat mekanik dan fisik meliputi TS dan EAB, serta kelarutan, karena terjadi aglomerasi di beberapa sisi edible film. Analisis FTIR mendeteksi adanya pergeseran panjang gelombang pada edible film berbasis protein dan NCC yang mengindikasi adanya interaksi intermolekular via ikatan hidrogen antara protein dengan NCC pada daerah 3400-3200 cm-1.

The existence of petroleum plastics is a problem because its non-biodegradable thus it takes a long time to decompose, as well as health effect with a potential to contaminate if it is as a food packaging. Therefore, it needs an alternative to substitute the petroleum plastic’s raw material with biodegradable and food grade material to minimize these problems. In this research, catfish protein-based edible film was made using enzymatic cross-linking method by Transglutaminase enzyme and the addition of Nanocrystalline Cellulose (NCC) as reinforcement. Using enzymatic cross-linking method by Transglutaminase could improve mechanical dan physical properties of protein edible films including thickness (75-20 μm), solubility (96,208-20,43%), TS (57,99-10,02 MPa) and EAB (80-13%) by forming cross-linking bond of ε-(-γ-glutamyl) lysine iso-peptide which was detected based on the wavelength shift in Amide II (1550-1530 cm-1) by FTIR analysis. However, it reduced the transparancy value of edible film where TG-05 is the lowest value of 3,27. TG-05 formulation was used as the main formulation for protein-based edible film with NCC addition. Protein-based edible film with 10% addition of NCC had an increased in physical and mechanical properties when it compared to protein-based edible film including thickness, TS and EAB, but had an decreased in water solubility and transparency. Meanwhile, 15% addition of NCC had an increased in thickness but it obtained the reversed effect by decreasing TS and water solubility also increasing EAB because the agglomeration which occurred on the several sides of edible film. FTIR analysis detected a wavelength shift on protein-NCC edible film which indicated an intermolecular interaction via hydrogen bonds between proteins and NCC in 3400-3200 cm-1 region."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Alisha
"Asam amino esensial yang terkandung pada protein nabati maupun hewani, penting untuk asupan nutrisi manusia. Namun, protein lemak yang ada dihewani dikenal dengan Low Density Lipoprotein LDL dapat menyebabkan penyakit tertentu yang berbahaya. Protein nabati dapat menjadi konsumsi alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol LDL tersebut. Teknologi yang berkembang saat ini adalah protein nabati yang direstrukturisasi teksturnya menyerupai tekstur daging hewan. Salah satu sumber protein nabati yang memiliki kualitas gizinya mendekati dengan daging hewan adalah protein kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh enzim transglutaminase TG-ase sebagai agen pengikat silang pada campuran Texturized Soy Protein TSP dan tepung kedelai. Sampel akan di uji melalui tingkat keasaman, gugus fungsi, profil tekstur, organoleptik dan proksimat. Melalui hasil uji tersebut akan diperoleh jumlah dosis transgluminase dan suhu inkubasi yang optimal. Variasi yang digunakan adalah dosis enzim 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2 dan suhu inkubasi 50C; 150C; 250C dengan durasi 24 jam inkubasi. Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik dari setiap sampel yang diamati, peningkatan dosis enzim transglutaminase mempengaruhi tekstur sampel yang dibuktikan dengan uji profil tekstur dan organoleptik. Sedangkan, reaksi enzimatik dibuktikan dengan uji FTIR dan tingkat keasaman. Pada penelitian ini enzim optimum adalah 1,5 . Namun, hasil dari karakteristik variasi perbedaan suhu pada penelitian ini tidak signifikan.

The essential amino acids contain in vegetable and animal protein is important for human nutrition intake. However, the presence of the animal protein in the the animal meat generally exists with a lot of fat and cholesterol type Low Density Lipoprotein LDL that can cause a certain disease. Vegetable protein should be the alternative consumption to decrease the LDL cholesterol content. The current growing technology, the vegetable protein could be restructured to resemble the texture of animal meat. One of the vegetable protein sources that has the same nutritional quality similar to animal meat is soybean protein. This study aims to determine the effect of transglutaminase TG ase enzyme as a crosslinking agent on mixture of Texturized Soy Protein TSP and soybean powder. The sample would be examined by acidity level test, function group, texture profile, organoleptic and proximate analysis. By these tests, it could be obtained the optimum of amount transgluminase dosage and the incubation temperature. The experimenatal variations are the enzyme dosage 0.0 0.5 , 1,0 1.5 2 and the incubation temperature 5oC 15 oC 25oC with the duration of 24 h incubation. The result showed that the characteristic of each sample observed, increased dosage of transglutaminase enzyme affects the texture of sample as evedenced by TPA and organoleptic test. While, enzimatic reaction evidenced by FTIR and acidity level test. In this research the optimum enzyme is 1,5 . However, the characteristic of this variations temperature was insignificant different.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Lametta
"ABSTRAK
Keberadaan masalah limbah perikanan menunjukkan belum maksimalnya inovasi pengolahan perikanan di Indonesia. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan cara restrukturisasi ulang dengan penambahan enzim transglutaminase sebagai agen pengikat silang. Penelitian ini fokus terhadap perubahan karakteristik daging ikan yang telah ditambahkan enzim jenis microbial transglutaminase MTG akibat pembentukan ikatan ?- ?-glutamil lisin isopeptida pada jaringan sumber protein. Variasi kondisi pengolahan tersebut meliputi durasi inkubasi 2 hari dan 7 hari dan komposisi enzim dan daging ikan yang diolah 0,0 ; 0,5 ; 1,0 . Jenis daging ikan yang digunakan adalah ikan kembung Scomber kanangurta dan ikan gabus Channa striata . Berdasarkan hasil penelitian, kinerja MTG pada daging ikan yang telah diproses menghasilkan ikatan silang yang lebih intens seiring penambahan enzim MTG atau peningkatan durasi inkubasi. Pembuktian tersebut didukung oleh peningkatan nilai paramater kekerasan, kohesivitas, dan elastisitas dari profil tekstur, terdeteksinya perubahan pada protein otot miosin, serta peningkatan nilai gelombang C-N dan peningkatan intensitas gelombang C=O. Nilai efektivitas tertinggi pada sampel diperoleh dengan variasi durasi inkubasi selama 7 hari dan penambahan sebanyak 1,0 enzim microbial transglutaminase dengan nilai sebesar 129,78 pada parameter kekerasan untuk sampel ikan kembung dan 81,54 pada parameter kohesivitas untuk sampel ikan gabus.

ABSTRACT
The existence of fishery waste problem shows that the innovation of fishery processing not yet maximized in Indonesia. The waste can be utilized by restructuring with transglutaminase enzyme addition as a crosslinking agent. This research will focus on the change of fish meat characteristics that was added with the additional enzyme of microbial transglutaminase MTG as the forming result of glutamyl lysine isopeptide bonds in tissue as a protein source. Variations of treatment conditions include incubation duration 2 days and 7 days and the composition of enzyme and processed fish meat 0.0 , 0.5 , 1.0 . Two kinds of fish meat used are mackerel Scomber kanangurta and snakehead fish Channa striata . The results of this study showed the performance of MTG on processed fish meat shows a strong performance of crosslinking as the addition of MTG enzyme. This is confirmed by an increase of texture profile parameters hardness cohesiveness, and elasticity , the detection of myosin changes, also wave number increment of C N and an increase of intensity of C O. The highest effectivity value in the sample was obtained by variation of incubation duration for 7 days and the addition of 1.0 microbial Transglutaminase enzyme with a value of 129.78 on hardness parameter for mackerel 39 s sample and 81.54 on cohesiveness parameter of snakehead fish rsquo s sample."
2017
S67862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Irawah Sah
"Daging merupakan sumber protein hewani yang kandungan gizinya lengkap. Hal ini karena daging mengandung asam amino yang lengkap dengan perbandingan jumlah yang baik. Salah satu sumber daging yang dapat digunakan untuk memenuhi gizi masyarakat adalah itik lokal. Selama ini itik lokal hanya dimanfaatkan untuk produksi telur dan setelah afkir dagingnya kurang diminati karena alot, bertekstur kasar, dan mempunyai aroma amis. Pada penelitian ini akan dikaji karakteristik fisik Texture Profile Analysis dan organoleptik daging itik petelur afkir berbasis teknik restrukturisasi dengan penambahan enzim transglutaminase. Daging itik afkir yang memiliki kualitas rendah dapat diolah dengan cara restrukturisasi dengan penambahan enzim jenis Microbial transglutaminase MTG sebagai agen pengikat silang. Variasi kondisi pengolahan tersebut meliputi durasi inkubasi 1 dan 2 hari dan komposisi enzim 0,0 ; 0,3 ; 0,6 ; dan 1. Hasil penelitian menunjukkan penambahan konsentrasi dapat meningkatkan secara signifikan parameter profil tekstur hardness, springiness, cohesiveness dan parameter organoleptik tekstur, rasa, aroma, warna secara berurutan. Sedangkan reaksi enzimatik dibuktikan dengan uji FTIR yang menunjukkan adanya peningkatan intensitas gelombang C=O dan peningkatan nilai keasaman pH. Secara umum kadar optimum enzim MTG yang digunakan untuk restrukturisasi daging sebesar 0,6 dengan durasi inkubasi 2 hari dilihat dari semua uji yang dilakukan.

Meat is a source of animal protein with complete nutritional content, because meat contains a good comparison numbers of amino acids. One of many sources of meats which can be used to meet the nutritional needs in the community is the local duck. All this time, local duck is only used for its eggs since after reaching maturity the meat is less desirable because of the tough, harsh texture, and its strong fishy odor. This research studied physical characteristics Texture Profile Analysis and organoleptic from meat of local laying ducks based on restructuring techniques with the addition of transglutaminase enzymes. Low quality meat from rejected ducks can be processed by restructuring with the addition of Microbial transglutaminase MTG enzyme as a crosslinking agent. Variations of treatment conditions include incubation duration 1 and 2 days and enzyme composition 0.0, 0.3, 0.6, and 1. The results showed that the addition of concentration can significantly improve the texture profile parameters hardness, springiness, cohesiveness and organoleptic parameters texture, taste, aroma, color sequentially. While the enzymatic reaction is evidenced by FTIR test which shows an increase in wave intensity C O and increase the acidity value pH . Generally, the optimum level of MTG enzyme used for meat restructuring is 0.6 with 2 day incubation duration seen from all test conducted.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Tanissa Tamara Putri
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis enzimatik ester asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam dekanoat dengan gliserol menggunakan pelarut n-heksana dan buffer fosfat 0,05 M pH 8. Dalam reaksi ini digunakan katalis lipase Candida rugosa. Minyak kelapa dihidrolisis menggunakan KOH dalam alkohol dan asam lemak hasil hidrolisis diisolasi dan digunakan untuk reaksi esterifikasi dengan gliserol. Juga dilakukan esterifikasi asam dekanoat dengan gliserol. Perbandingan mmol antara asam lemak dengan gliserol yang digunakan pada reaksi esterifikasi berturut-turut sebesar 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Persen konversi tertinggi yang diperoleh pada perbandingan mol 1:4 yaitu 78,5 untuk ester gliserol dekanoat dan 55,4 untuk ester hidrolisat minyak kelapa.
Karakterisasi produk esterifikasi dengan FTIR menunjukkan bahwa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam dekanoat telah berhasil terbentuk, yang ditandai dengan terdapatnya gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1750-1739 cm-1. Terhadap produk ester yang dihasilkan dilakukan uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi cakram.
Hasil uji aktivitas antimikroba kedua sampel ester dan asam lemaknya menunjukkan adanya aktivitas antimikroba dengan diameter hambatan tertinggi sebesar 17 mm pada variasi perbandingan mol 1:4. Dilakukan pula uji emulsifier dengan mencampurkan minyak dan air dalam variasi volume tertentu. Hasil uji emulsifier menunjukkan kedua ester dapat menyatukan minyak dengan air. Kestabilan emulsi yang terbentuk lebih tinggi untuk penggunaan ester gliserol hidrolisat asam lemak minyak kelapa dibandingkan dengan ester gliserol dekanoat.

In this research, enzymatic synthesis of fatty acid esters obtained by hydrolysis of coconut oil and decanoic acid with glycerol using n hexane solvent and phosphate buffer 0,05 M pH 8. In this reaction was used Candida rugosa lipase catalyst. Coconut oil is hydrolyzed using KOH in alcohols and the fatty acid of the hydrolysis product is isolated and used for the esterification reaction with glycerol. The esterification of decanoic acid with glycerol was also carried out. The mmol ratio between fatty acid and glycerol used in the esterification reaction was 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4, respectively. The highest conversion percentage obtained at the mole ratio of 1 4 was 78.5 for the glycerol ester and 55.4 for the coconut oil hydrolysate ester.
The characterization of esterification product with FTIR indicates that fatty acid glycerol ester from hydrolyze of coconut oil and decanoic acid has been successfully formed, characterized by the presence of C O ester group at wave number 1750 1739 cm 1. Against the resulting ester product, antimicrobial activity was tested on the bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis by disc diffusion method.
The results of the antimicrobial activity test of both ester and fatty acid samples showed the presence of antimicrobial activity with the highest resistance diameter of 17 mm in the variation of 1 4 mole ratio. There is also an emulsifier test by mixing oil and water in certain volume variations. Emulsifier test results show that both esters can unite oil with water. The higher emulsion stability is higher for the use of ester glycerol hydrolysate fatty acid coconut oil compared to the ester of glycerol decanoic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S70130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abid Tsabit
"Kapal Selam merupakan kendaraan bawah air militer dan symbol dari pertahanan sebuah Negara. Dalam operasinya, kapal selam memiliki tahanan total yang terdiri dari tahanan gesek dan tahanan tekanan. Surface viscous liquid merupakan salah satu metode untuk mengurangi tahanan gesek. Biopolimer kulit tomat mengandung wax dan cutin yang digunakan sebagai edible coating. Mekanisme pengurangan tahanan telah dipelajari dan dianalisa oleh para peneliti. Salah satu mekanismenya adalah lokasi pengecatan untuk mendapatkan pengecatan yang efektif. Tujuan dari dari penelitian kali ini adalah untuk mempelajari tahanan total pada model kapal selam dengan menggunakan variasi lokasi: 25% L, 50% L, 75% L and 100% L dengan menggunakan kekentalan 500 ppm. Model kapal selam dengan variasi rasio L/D: 5,7, 6,6 dan 8,3 diuji pada towing tank. Tahanan total dari model kapal selam diukur menggunakan Load cell dynometer. Hasilnya menunjukkan hubungan bilangan Reynolds dan koefisien tahanan total. Pengurangan tahanan menggunakan metode ini mencapai 8,36 %.

Submarine is an underwater military vehicle and defenses symbols of state. In the operation, submarine has total resistance that consists of skin friction and pressure drag. Surface viscous liquid is one of method to reduce the friction resistance. Tomato’s biopolimer skin contains wax and cutin which use as edible coating. These mechanism of reduction resistance have analized by researchers. One of these mechanism is location coated to get effectively coating. The purpose of this research is to study the reduction of total resistance of submarine models which considerated location coated by various locations: 25% L, 50% L, 75% L and 100% L that used a weight concentration about 500 ppm. The submarine model with various ratio hull form L/D; 5.7, 6.6, and 8.3 tested towing tank. Load cell dynometer was used to measure the total resistance of submarine models. The results are shown the relationship between reynolds number and total resistance coefficient. The drag reduction which used this method is achieved about 8.36%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faustine Sheryl Adeboi
"Penelitian ini telah berupaya untuk meningkatkan tekstur keju yang dibuat dari susu sapi segar, dengan menggunakan pengganti enzim rennet sebagai koagulan. Susu mengandung dua protein utama yaitu kasein dan whey. Namun bagian yang penting untuk dijadikan keju adalah kasein, di mana kasein ini yang mengalami koagulasi untuk membentuk produk keju. Koagulan yang digunakan adalah kombinasi enzim papain dan transglutaminase.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, enzim papain bisa digunakan untuk mengkoagulasi kasein susu menjadi keju karena kemampuan proteolitiknya. Enzim transglutaminase digunakan untuk meningkatkan tekstur keju, dengan kemampuan ikatan silangnya. Proses pembuatan keju ini terdiri atas tiga variasi konsentrasi enzim papain yaitu 0,5; 1,5; dan 2;5 gram/100 ml susu untuk menentukan yield yang dihasilkan paling banyak, dan variasi kadar enzim transglutaminase sebesar 0,5; 1; 2 UE/gram protein susu atau setara dengan 0,027; 0,054; dan 0,11 gram enzim/100 ml susu.
Pada sampel keju terbaik yang dihasilkan dilakukan pengujian seberapa banyak yield, pH, uji FTIR, uji proksimat, mikrostruktur keju, uji potensial zeta, dan uji profil tekstur. Yield yang dihasilkan sebesar 23,33%, dengan pH 6,3, dan nilai puncak potensial zeta 0,97. Mikrostruktur keju yang diamati menggunakan Scanning Electron Microscope dengan perbesaran menunjukkan penambahan TGase menyebabkan koagulum lebih memadat. Nilai proksimat yang didapat menandakan penambahan TGase meningkatkan kadar lemak dan karbohidrat, dan menurunkan kadar air dan protein. Profil tekstur yang didapat menandakan keju dengan TGase lebih keras dan elastis karena adanya peningkatan kandungan lemak dan ikatan silang lebih lanjut pada matriks protein oleh TGase"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Ardiani
"Asap cair merupakan produk hasil kondensasi dari pembakaran langsung maupun tidak langsung bahan yang mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa dan karbon lainnya. Asap cair mengandung senyawa asam, fenol dan karbonil yang berperan sebagai pengawet, antibakteri, dan antioksidan sehingga dapat menghambat kerusakan produk pangan. Senyawa kimia yang terkandung di dalamnya dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya suhu. Penelitian ini memanfaatkan sekam padi untuk pembuatan asap cair secara pirolisis dengan variasi suhu 330, 370, 400, dan 450⁰C. Asap cair yang dihasilkan diaplikasikan pada bakso sapi untuk mengetahui kemampuan biopreservatifnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu optimum pembuatan asap cair adalah 450⁰C dengan rendemen sebesar 39,34%. Asap cair pada suhu ini juga memiliki kemampuan biopreservatif terbaik terhadap bakso sapi.

Liquid smoke is condensation product of pyrolysis from materials containing lignin, cellulose, hemicellulose, and other carbon component. Liquid smoke contains acid, phenol and carbonyl compounds which act as preservative, antibacterial , and antioxidant agent that inhibit the spoilage of food products. Chemical compounds in liquid smoke are influenced by several factors, such as temperature. This study utilizes rice hull for production of liquid smoke by pyrolysis method with temperature variations 330, 370, 400, and 450⁰C . Liquid smoke product then applied on meatballs to determine its biopreservative performance. The results showed that the optimum pyrolysis temperature to produce liquid smoke is 450⁰C with yield of 39.34 % . This liquid smoke also has the best biopreservative performance when applied on meatball.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The important thing considered in the processing of fish mince meat based products is gel forming ability, which is affected by additives applied in the processing of the products. This research was aimed at studying the effect of TGase and salt addition on the physical and sensory properties of restructured product from Priacanthus macracanthus. Salt was added into minced meat at the concentration of 0, 1 and 2%, TGase with the concentration of 0; 0.3; 0.6 and 1%. The meat dough was then filled into plastic tubes and heated at 30o
C for an hour before being heated at 90oC. The restructured meat was then evaluated its sensory properties texture profile (hardness,
chewiness, gumminess, cohesiveness, springiness and breaking force, deformation/distance, gel strength), and its microscopic observation under the scanning electron microscope. The result showed that addition of salt as well as TGase gave significant effect on the sensory properties related to texture, appearance and brightness; and physical properties ofthe restructured products espescially gumminess and breaking force. Based on the sensory score, addition of 2% salt was
enough to produce gel which met with panelist preference, however based on the physical/texture properties addition of 2% salt and 0.3% TGase was needed to increase the gel properties. At this treatment combination, the gel strength produced was 3,235 g cm."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>