Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Randa Adriano
"Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan pokok manusia, contohnya lampu yang digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan-ruangan yang diperlukan untuk membantu mengenali suatu objek secara visual. Saat ini terdapat dua jenis lampu yang banyak digunakan masyarakat yaitu lampu LED dan CFL. Karena penggunaan lampu di dalam ruangan membutuhkan energi yang besar, maka diperlukan pemilihan lampu yang dapat bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu harus dilakukan pengujian untuk melihat bagaimana distribusi cahaya dari kedua jenis lampu tersebut. Dari hasil pengujian, didapatkan data yang menunjukan bahwa pada lampu LED maupun CFL ketika semakin jauh jarak horizontal maupun jarak vertikal titik pengukurannya dari lampu maka nilai intensitas penerangan yang dihasilkan menurun. Dan juga Pendistribusian dengan lampu LED lebih baik dibanding lampu CFL karena lebih merata dan juga lebih luas penyebaran pencahayaannya. Dimana lampu LED 6 watt lebih terang sebesar 27,51 % dibanding dengan lampu CFL 11 watt sedangkan lampu LED 8 watt lebih terang sebesar 11,82 % dibanding dengan lampu CFL 14 watt pada jarak 1,5 meter dari lampu dan diameter 180 cm. Distribusi lampu LED lebih merata dan lebih terang di tiap titiknya dikarenakan seluruh elektron yang terdapat melakukan rekombinasi dengan hole, sedangkan pada lampu CFL terdapatnya pemanasan filamen dan terjadi ionisasi antara elektron dengan gas argon dan uap merkuri sehingga timbul energi lain yang cukup besar yaitu adalah energi panas.

The lighting system is a basic human need, for example lights that are used at night or in rooms that are needed to help identify an object visually. Currently, there are two types of lamps that are widely used by the public, namely LED and CFL lamps. Because the use of lights in the room requires a lot of energy, it is necessary to choose lamps that can work effectively and efficiently. Because it must be tested to see how the distribution of light from the two types of lamps. From the test results, data shows that the LED or CFL lamps, the farther the horizontal distance and the vertical distance between the measurement points from the lamp, the lower the intensity value of the resulting light. And also the distribution with LED lamps is better than CFL lamps because it is more even and also has a wider distribution of lighting. Where the 6 watt LED lamp is 27.51% brighter than the 11 watt CFL lamp while the 8 watt LED lamp is 11.82% brighter than the 14 watt CFL lamp at a distance of 1.5 meters from the lamp and a diameter of 180 cm. The distribution of the LED lights is more even and brighter at each point because all the electrons are recombined with the holes, while in CFL lamps there is a heating of the filament and ionization occurs between the electrons with argon gas and mercury vapor so that it builds up. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rully Syahputra
"Teknologi sistem pencahayaan menjadi kebutuhan pokok manusia seiring dengan perkembangan teknologi penerangan seperti lampu yang digunakan pada kegiatan sehari-hari ataupun pada ruangan-ruangan. Dalam perkembangan teknologi penerangan yang membuat konsumsi energi meningkat sehingga diperlukan penghematan dan mengoptimalkan penggunaan energi. Penghematan dan pengoptimalan penggunaan energi yang mudah untuk dilakukan adalah pemilihan lampu yang dapat bekerja secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu, lampu yang dibuat harus memiliki bentuk konfigurasi susunan LED yang tepat untuk memperoleh pola distribusi cahaya yang paling baik. Pengujian terhadap tingkat iluminasi dari beberapa titik dilakukan untuk melihat bagaimana pola distribusi cahaya yang terjadi pada bidang kerja ketika terdapat perbedaan bentuk konfigurasi.
Dari hasil pengujian diperoleh data yang menunjukkan bahwa konfigurasi bentuk melingkar memiliki pola distribusi cahaya yang menyebar mengikuti bidang kerja. Distribusi cahaya pada lampu LED E Customize lebih baik karena lebih menyebar atau merata pada rentang sudut 0° hingga 180° sampai 189 lebih terang dibanding dengan lampu LED D yang memiliki jenis sumber yang sama. Titik Iluminasi tertinggi dari masing-masing lampu LED didapatkan pada titik tengah pengukuran sudut 90°.

Lighting system technology becomes the basic needs of human beings in line with the development of lighting technology such as lights used in everyday activities or in rooms. In the development of lighting technology that makes energy consumption increased so that required saving and optimize energy usage. Saving and optimizing energy usage is easy to do which the selection of lights that can work effectively and efficiently. Therefore, the lamp that is created must have the right LED frame configuration to obtain the best light distribution pattern. Tests on the illumination level of several points are conducted to see how the pattern of light distribution occurs in the work plane when there is a different form of configuration.
The result of this research shows that the configuration of a circular shape has a pattern of distribution of light that spread following the work field. Light distribution on LED E Customize lamps is better because it is more diffuse or evenly distributed in the range of angles 0° to 180° for 189 brighter compared to LED D lights that have the same source type. The highest illumination point of each LED lamp is obtained at the midpoint of the measurement angle 90°.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyanka Hayuningtias Maharani
"The intensity of lighting needs to be adjusted to produce appropriate light for certain activities or tasks in a room. Health institutions such as clinics and hospitals require different lighting requirements in each room according to the tasks performed in the room, therefore lighting is a very important factor. This thesis discusses the analysis of lighting needs at the University of Indonesia Makara, a clinic located at the University of Indonesia, Depok, West Java, Indonesia, by looking at whether it has complied with SNI (Indonesian National Standard) 6197-2011, the regulations governing lighting standardization. The analysis carried out is in terms of the condition of the existing lights at the UI Makara Satellite Clinic, the proposed replacement of lamps to meet lighting standards using new technology, namely LED, and the comparison of energy consumption between the existing conditions and the proposed replacement of lamps. The study suggests that the proposed lamp replacement will achieve lighting standardization based on SNI 6197-2011, and in addition, consume 40.2% less energy than the existing condition. This lamp replacement proposal enables the fulfillment of lighting standards and benefits the stakeholders of the UI Makara Satellite Clinic in terms of energy efficiency, and ultimately cost savings.

Intensitas pencahayaan perlu disesuaikan untuk menghasilkan cahaya yang sesuai untuk kegiatan atau tugas tertentu dalam suatu ruangan. Institusi kesehatan seperti klinik dan rumah sakit memerlukan kebutuhan pencahayaan yang berbeda di setiap ruangan sesuai dengan tugas yang dilakukan di ruangan tersebut, oleh karena itu pencahayaan merupakan faktor yang sangat penting. Skripsi ini membahas tentang analisis kebutuhan penerangan di Universitas Indonesia Makara, sebuah klinik yang terletak di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia, dengan melihat apakah telah memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia) 6197-2011, peraturan yang mengatur standarisasi pencahayaan. Analisis yang dilakukan adalah dari segi kondisi lampu eksisting di Klinik Satelit UI Makara, usulan penggantian lampu untuk memenuhi standar pencahayaan menggunakan teknologi baru yaitu LED, dan perbandingan konsumsi energi antara kondisi eksisting dengan usulan. penggantian lampu. Studi ini menyarankan bahwa penggantian lampu yang diusulkan akan mencapai standarisasi pencahayaan berdasarkan SNI 6197-2011, dan selain itu, mengkonsumsi energi 40,2% lebih sedikit dari kondisi yang ada. Usulan penggantian lampu ini memungkinkan terpenuhinya standar pencahayaan dan menguntungkan stakeholders Klinik Satelit UI Makara dalam hal efisiensi energi, dan pada akhirnya penghematan biaya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Arlia Shafadilla
"Resin komposit termasuk dalam material restoratif direk yang proses pengerasannya melalui proses polimerisasi dibantu dengan bantuan cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak dan durasi penyinaran terhadap kekerasan permukaan resin komposit nanofilled. 60 spesimen resin komposit yang ditumpat dalam mold dibagi ke dalam 6 kelompok berdasarkan jarak dan durasi penyinaran yang berbeda yaitu 2 mm, 5 mm, dan 8 mm; serta 20 detik dan 40 detik. Rerata nilai tertinggi dimiliki oleh kelompok dengan jarak terkecil dan durasi penyinaran terlama sedangkan nilai rerata terendah terdapat pada kelompok dengan jarak terbesar dan durasi penyinaran tersingkat. Terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan dengan jarak yang berbeda, namun pada 2 kelompok yang memiliki jarak tip LED Light Curing Unit sebesar 8 mm, tidak ada perbedaan bermakna. Dapat disimpulkan, jarak tip LED Light Curing Unit dan durasi penyinaran berpengaruh terhadap kekerasan permukaan resin komposit nanofilled. Pengaruh durasi penyinaran hanya signifikan apabila jarak tip LED Light Curing Unit terhadap permukaan resin komposit kurang atau sama dengan 5 mm.

Composite resin is a material of choice for direct restorations. Hardening process of composite resin is triggered by light to begin the polymerization process. The aim of this research was to assess the effect of LED light curing unit's tip distance and curing time to surface hardness of nanofilled composite resin. 60 specimens were prepared into a mold and they were divided into 6 groups based on the different curing distance and time which is 2 mm, 5 mm, and 8 mm along with 20 seconds and 40 seconds. The highest surface hardness was seen in group with 2 mm tip's distance and 40 seconds curing time, while the lowest was seen in group with 8 mm tip's distance and 20 seconds curing time. Significant differences were seen between different tip's distances but in 2 groups which has 8 mm tip's distances and different curing time, there is no significant differences. In coclusion, LED light curing unit's tip distance and curing time is affecting surface hardness of nanofilled composite resin. Curing time only affect the surface hardness if the tip's distance is less than 8 mm."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Ryan
"ABSTRAK
Lampu LED berbasis air garam merupakan alternatif sumber energi listrik untuk penerangan yang ramah lingkungan. Aluminium mempunyai potensi sebagai pengganti elektroda yang lebih murah dan tetap memiliki performa yang baik sebagai elektroda. Batang elektroda aluminium yang dirangkai dengan seri dapat menghasilkan listrik menggunakan elektrolit larutan garam. Pengujian dengan elektrolit air garam dilakukan dengan menggunakan pelarut 380 ml air. Pada jumlah garam 18 gr dihasilkan tegangan 4,12 Volt dan arus listrik 0,19 Ampere, sementara pada garam 28 gr dihasilkan tegangan 4,49 Volt dan arus listrik 0,21 Ampere. Pada pengujian waktu operasi, pada elektrolit air garam dengan garam 18 gr menghasilkan waktu maksimum operasi ± 88 jam pemakaian. Kemudian, kedua macam pengujian dilakukan kembali menggunakan elektrolit air laut guna mengetahui kelayakan kedua jenis karakteristik elektroda aluminium pada air laut. Pengujian tersebut menghasilkan tegangan maksimum 3,98 Volt dan arus listrik maksimum 0,22 Ampere dan menghasilkan waktu maksimum operasi ± 80 jam. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menggunakan elektroda magnesium, disimpulkan bahwa elektroda aluminium dapat dirangkai sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil karakter kelistrikan yang mendekati magnesium, namun secara keseluruhan elektroda aluminium perlu diuji campuran logam (alloy) untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

ABSTRACT
Salt-water based LED light is an alernative source of electrical energy for environmentally-friendly lighting. Aluminum has the potential as a substitute for cheaper electrodes and still has good performance as an electrode. Alumunium electrode rods that has been arranged in series electrical circruits can produce electricity using the electrolyte saline solution. The study that is done with brine electrolyte was carried out using 380 ml of water solvent. At the amount of 18 gr salt, it produced a max voltage of 4,12 Volt and a max electric current of 0,19 Ampere, while the 28 gr of salt produced a max voltage of 4,49 Volt and a max electric current of 0,21 Ampere. In testing the operating time, the salt electrolyte with 18 gr salt produces a max operating time of ± 88 hours of use. Then, the two types of tests were carried out again using seawater electrolyte to determine the feasibility of the two types of characteristics of aliminum electrodes in seawater. The test produces a max voltage of 3,98 Volt and a max electric current of 0,22 Ampere and produces a max operating time of ± 80 hours. Compared with previous studies using magnesium electrodes, it is concluded that aluminum electrodes can be arranged in such a way as to obtain electrical characteristics that are close to magnesiums results, but overall aluminum electrodes need to be tested by a mixture of metals (alloy) to get better testing results."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Gabriel Anderson
"Peralatan biomedis yang beredar di Indonesia sebagian besar masih diimpor dari luar negeri, termasuk Dental LED Light Curing Unit (LCU). Padahal kebutuhan akan peralatan biomedis seperti LED LCU selalu meningkat. LED LCU sendiri memiliki sistem kerja yang sederhana, sehingga sangat mungkin untuk menciptakan LED LCU di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada realisasi serta evaluasi rancangan wireless dental LED LCU. Wireless dental LED LCU merupakan jenis dental LED LCU yang menggunakan sumber energi baterai sehingga mudah untuk digunakan dalam keadaan apapun. Evaluasi pemilihan frekuensi, duty cycle, serta durasi penyinaran dilakukan setelah melakukan berbagai pengukuran dan pengujian pada penelitan ini.
Beberapa jenis pengukuran dan pengujian yang dilakukan, seperti irradiansi LCU, suhu, kekerasan material hasil polimerisasi serta karakteristik kelistrikan yang semuanya dilakukan terhadap 6 buah LCU dengan 2 jenis LED Dental berbeda. Pulse Width Modulation (PWM) digunakan untuk mengendalikan tingkat irradiansi pada LCU. Hasil akhir rancangan LCU dalam penelitian ini mampu menghasilkan irradiansi lebih dari 800 mW/cm2, suhu tidak lebih dari 50°C, dan harga komponen yang sekitar Rp. 337.000. Rancangan LCU memiliki kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan LCU komersial yang memiliki rentang harga yang sama, dengan sistem optimal LCU adalah durasi 5 detik dan level duty cycle 0,6 atau 60% yang mampu melakukan polimerisasi resin dental sampai mencapai tingkat kekerasan standar material terpolimerisasi.

The biomedical equipment in Indonesia is mostly still being imported from overseas, including a Dental LED Light Curing Unit (LCU). The need for biomedical equipment such as LED LCU is always increasing. LED LCU itself has a simple working system, so it is very possible to create LED LCU in Indonesia. This research focuses on the realization and evaluation of the wireless dental LED LCU. Wireless dental LED LCU is a type of LCU dental LED that uses a battery energy source, so it is easy to use in any condition. Selection evaluation of the frequency, duty cycle, and the irradiation duration is carried out after measurements and test on this research.
In this research, there are several types of measurements and tests carried out, such as LCU irradiance, temperature, the hardness of the polymerized material and electrical characteristics which all are carried out on 6 LCUs with two different types of Dental LEDs. Pulse Width Modulation (PWM) is used to control the level of irradiance at LCU. The final results of the LCU design in this study were able to produce irradiance of more than 800 mW / cm2, a temperature of no more than 50°C, and a component price of around Rp. 337,000. The LCU design has a better performance when compared to commercial LCU which has the same price range, with an optimal LCU system that is 5 seconds in duration and a duty cycle level of 0.6 or 60% that is capable of polymerizing dental resins to the standard hardness level of polymerized material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Agustin
"Sistem penerangan di anjungan minyak dan gas lepas pantai masih didominasi lampu konvensional meliputi Fluorescent light, metal halide dan high pressure sodium (HPS). Lampu-lampu tersebut harus memiliki spesifikasi khusus (tahan terhadap ledakan/explossion proof) sehingga layak digunakan di area berbahaya. Industri minyak dan gas lebih memilih untuk menggunakannya. Seiring dengan perkembangan teknologi, lampu LED sebagai alternatif solusi penerangan menjadi layak digunakan di anjungan. Berdasarkan analisis perbandingan alternatif yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa lampu LED layak digunakan pada anjungan minyak dan gas lepas pantai. Jumlah kebutuhan lampu yang diperlukan untuk menerangi anjungan adalah 1907 lampu untuk jenis lampu konvensional sementara jika menggunakan lampu LED dibutuhkan 1169 lampu. Total penggantian lampu pertahun untuk lampu konvensional adalah sebanyak 1379 kali, sementara penggantian untuk lampu LED hanya dibutuhkan 164 kali. Sedangkan kebutuhan energi listrik untuk penggunaan lampu konvensional adalah sebesar 1.233.342 kWh sementara lampu LED memerlukan energi sebesar 611.871 kWh. Emisi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan lampu konvensional adalah senilai 579.239 kg sementara lampu LED menghasilkan emisi senilai 287.365 kg.

The lighting system for oil and gas offshore platforms is still dominated by conventional lamps includes fluorescent lights, metal halide and high pressure sodium (HPS). These lamps must have special specifications (resistant to blast / explossion proof) so it feasible to be used in hazardous areas. Oil and gas industry prefer to use it. Along with the development of technology, LED lighting as an alternative lighting solutions become feasible to use in the platform. Comparative analysis of alternatives conducted in this study showed that the LED lights feasible for use on oil and gas offshore platforms. Total needs light required to illuminate the bridge were in 1907 for this type of conventional light bulbs while if using LED light bulbs are needed in 1169. The total of lamp replacements per year for conventional lights is as much as 1379 times, while the replacement for LED lamps only required 164 times. Electrical energy needs for the use of conventional lamps is equal to 1,233,342 kWh while the LED light requires an energy of 611 871 kWh. CO2 emissions resulting from the use of conventional lamps is equal to 579 239 kg while the LED lamp produces emissions by 287 365 kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanum Nayomi
"Skripsi ini membahas pengenai peluang pemanfaatan lampu LED sebagai sumber penerangan. Lampu LED yang ada dipasaran saat ini selain menggunakan sumber tegangan AC juga sudah ada yang menggunakan sumber tegangan DC. Pemilihan penggunaan lampu LED karena usia pakai yang mencapai 50.000 jam serta intensitas terang serta efisiensi yang dihasikan tinggi. Pada lampu yang dibuat, digunakan sumber tegangan DC sehingga tidak diperlukan konverter perubah tegangan AC. Hal ini tentu sangat membantu keluarga yang tinggal didaerah yang belum teraliri sumber tegangan PLN dan mengganti sumber tegangan tersebut dengan aki atau pun baterai. Intensitas cahaya yang dihasilkan oleh lampu hasil buatan tidak kalah terang dibandingkan dengan lampu yang sudah ada dipasaran. Penggunaan lampu LED selain menghemat daya bagi pengguna juga membawa dampak positif lainnya. Lampu LED tidak mengandung merkuri sehingga aman bagi lingkungan. Selain itu, dengan menggunakan lampu LED maka akan membantu mengurangi energi fosil yang digunakan dalam proses pembangkitan energi listrik PLN sehingga mengurangi kadar CO2 diudara.

This paper discusses the opportunities about LED lights as a source of illumination. LED lights that available in the market right now than using an AC voltage source is also using the DC voltage source. Selection of the use of LED lights for a lifetime of 50,000 hours and the intensity of light and high efficiency. In the light that's made, used DC voltage source that is not in need of change AC voltage converters. This greatly helps families who live in areas that have not PLN voltage source and replace it with a accu or battery. Intensity of the light produced by the light yield no less artificial light than the bulbs currently on the market.The use of LED lights to save power for the user in addition also bring other positive impacts. LED lights not contain mercury so it is safe for the environment. In addition, by using the LED lights will help reduce fossil fuel energy used in the electricity generation process, thereby reducing the levels of CO2 in the air."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Auliaurrahman
"Skripsi ini membahas tentang karakteristik pencahayaan dari LED dan CFL untuk nilai lux yang sama. Selain itu perbandingan energi yang digunakan pada kedua lampu juga dapat dilihat. Percobaan pertama yang dilakukan adalah menghitung lux. Setelah dihitung, jika nilai lux kedua lampu sama kemudian dilakukan percobaan selanjutnya. Dari hasil percobaan pertama, ketika nilai lux antara dua jenis lampu tersebut bernilai sama selanjutnya dilakukan analisis penyebaran cahaya kedua lampu. Percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan alat ukur HIOKI Power Quality Analyzer. Dari kedua hasil pengukuran tersebut dibuat sebuah desain perhitungan jumlah titik lampu pencahayaan pada ruangan. Jumlah titik untuk LED sebanyak 14 titik dan untuk CFL 18 titik. Total daya yang dibutuhkan LED sebesar 112 Watt sedangkan CFL 252 Watt.

This focus of study is about LED and CFL lighting characteristics in equal lux value. In addition comparation of the energy consumption from both type of lamps can be quantify. The first experiment is lux measuring. The next experiments can be executed if both types of lamps values are equals. The result from lux measuring has a same grade, and then we can analyse for the light distribution. The second experiment be able to execute using a HIOKI Power Quality Analyzer. From both of the experiment results,design of the lighting pointnumber on the room be able to create. The number of needed for LED are 14 points and for CFL are 18 points. The total powers required for LED are112 Watt and CFL are 252 Watt. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S70317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emana Fasianti
"Perkembangan fisik kota mengakibatkan peningkatan kebutuhan penerangan jalan dan konsumsi energi listrik. Di tengah isu lingkungan dan krisis energi yang dihadapi kota-kota, penggunaan lampu PJU hemat energi LED seperti yang dilakukan kota di Jakarta berpotensi memberikan penghematan energi dan menurunkan dampak terhadap lingkungan, namun membutuhkan biaya investasi yang besar sehingga perlu dikombinasikan dengan skenario penghematan energi yang lain seperti peredupan cahaya (dimming). Skenario dimming perlu dibuat dengan menyesuaikan intensitas aktivitas warga berdasarkan pola persebaran titik PJU pada struktur dan pola ruang kota. Dengan mengambil studi kasus di Jakarta Pusat dan menggunakan pendekatan analisis deskriptif untuk menganalisis pola spasial PJU, hasil pengukuran volume lalu lintas, dan hasil perhitungan potensi penghematan, diperoleh hasil bahwa (1) pola spasial PJU berdasarkan struktur dan pola ruang menunjukkan persebaran pelayanan titik PJU yang disesuaikan dengan hierarki sistem pusat kegiatan dan kebutuhan pelayanan, (2) Intensitas lalu lintas yang bervariasi pada kawasan pusat kegiatan dan permukiman menunjukkan kebutuhan penerangan jalan yang bervariasi sehingga dimming bisa dilakukan dengan nilai dan periode yang bervariasi menyesuaikan intensitas lalu lintas, serta (3) skenario dimming yang diterapkan bersama dengan penggunaan lampu PJU LED smart system di Jakarta Pusat berpotensi mengoptimalkan penurunan konsumsi energi listrik, tagihan listrik PJU serta emisi CO2.

Physical development of the city resulting in increased demand of street lighting and consumption of electrical energy in the city. Among environmental issues and the crises of energy in the city, the use of energy efficient lamps LED and smart sytem in Jakarta has potential to provide energy savings and reduce the impact on the environment, but this project requires big investment costs so need to be combined with other energy saving scenarios such as dimming system. Dimming system need to be made by adjusting the intensity of the citizens activities based on the distribution pattern of street lighting system on the structure and functional zone of urban space. By taking a case study in Central Jakarta and using descriptive analysis approach to analyse the spatial pattern of street lighting, the traffic measurement result, and the calculation of saving, it is found that (1) spatial pattern of Central Jakarta street lighting system shows the distribution of street lighting point service has been adjusted to the hierarchy of city center system of activities and service needs, (2) the varying traffic intensity at the center of activity and residential area shows the need for varied street lighting so that dimming can be done with the varying values and periods based on the traffic intensity and (3) dimming scenarios applied with the use of LED smart systems in Central Jakarta street lighting system, potentially optimize the reduction of the consumption of electrical peak load, local government expenditure and greenhouse gas emissions."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T49244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>