Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Revi Novkaputri
"ABSTRAK
Dalam masyarakat konsumen, merek adalah sesuatu yang sangat penting dan memiliki pengaruh besar pada produk yang dikonsumsi; termasuk produk fashion. Fashion streetwear adalah salah satu produk pakaian yang digandrungi berbagai merek dengan harga tinggi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam mengonsumsi, merek memiliki makna sendiri dan ada nilai-nilai yang mendasari seseorang untuk membelinya. Sejumlah penelitian lain telah menemukan bahwa perilaku konsumsi dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Dalam masyarakat postmodern, konsumsi dapat menentukan hubungan sosial antar individu dalam masyarakat. Oleh karena itu, orang dapat diklasifikasikan ke dalam hierarki budaya melalui pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki untuk barang-barang konsumen. Pengetahuan ini dapat ditunjukkan dengan orientasi merek yang kuat. Dengan demikian, penelitian ini berpendapat bahwa orientasi merek di antara karyawan rekan penjualan ritel fesyen diperkuat oleh lingkungan kerja. Namun dalam praktik konsumsi yang dilakukan oleh Sales Associates, ada akses yang membuatnya lebih mudah bagi mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memperkuat orientasi merek dan memberikan individu akses ke konsumsi, lingkungan membantu individu untuk mendapatkan posisi tertentu dalam klasifikasi kelas berdasarkan hierarki budaya.

ABSTRACT
In a consumer society, a brand is something that is very important and has a big influence on the products consumed; including fashion products. Streetwear fashion is one of the clothing products that are loved by various brands at high prices. Numerous studies show that in consuming, a brand has its own meaning and there are values ​​that underlie a person to buy it. A number of other studies have found that consumption behavior is influenced by the social environment. In postmodern society, consumption can determine social relations between individuals in society. Therefore, people can be classified into cultural hierarchies through the knowledge and skills they have for consumer goods. This knowledge can be demonstrated by strong brand orientation. Thus, this study argues that brand orientation among employees of fashion retail sales associates is reinforced by the work environment. But in the consumption practices practiced by Sales Associates, there is access that makes it easier for them. The method used in this study is a qualitative method with in-depth interview data collection techniques. The results show that by strengthening brand orientation and giving individuals access to consumption, the environment helps individuals to get certain positions in class classifications based on cultural hierarchy."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa Shabrina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumsi penggemar atas brand kecantikan lokal yang menggandeng brand ambassador K-Pop. Studi terdahulu seputar konsumsi penggemar dan relasi idola-penggemar telah dikaji dengan mengukur pengaruhnya terhadap perilaku konsumsi serta dianalisis menggunakan konsep consumer society, hiperrealitas, dan representasi identitas. Namun, studi terdahulu belum banyak membahas perilaku konsumsi penggemar yang spesifik terkait konsumsinya atas brand kecantikan lokal yang menggandeng brand ambassador K-Pop menggunakan ketiga teori tersebut secara bersamaan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menjawab terkait bagaimana perilaku konsumsi penggemar atas brand kecantikan lokal yang menggunakan brand ambassador K-Pop menggunakan ketiga teori tersebut dengan pendekatan kualitatif dan studi kasus kolaborasi Somethinc x NCT Dream. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi penggemar atas produk kolaborasi Somethinc x NCT Dream didasarkan atas konsumsinya terhadap tanda yang ditawarkan dan melekat pada kolaborasi tersebut, yakni NCT Dream sebagai brand ambassador beserta atribut kolaborasi lainnnya (hadiah photocard dan kode unik) dan penggunaan ‘konsep melokal’. Perilaku konsumsi penggemar atas kolaborasi ini menjadi wujud hiperrealitas yang meliputi proses simulasi hingga simulacra dengan adanya kedekatan semu yang dipertontonkan dan dikonsumsi penggemar. Berdasarkan hal itu, hasil penelitian ini melihat bahwa perilaku konsumsi penggemar melibatkan relasi penggemar dan idolanya sehingga mendorong konsumsi penggemar sebagai bentuk loyalitas dan dukungan mereka terhadap idola. Hal ini kemudian menjadi wujud hiperrealitas karena penggemar sulit mengidentifikasi kebenaran terkait kebutuhan mereka dan hubungannya dengan idola. Selain itu, perilaku konsumsi penggemar atas produk kolaborasi Somethinc x NCT Dream juga dapat merepresentasikan identitas penggemar (NCTzen) sekaligus menjadi motif konsumsi itu sendiri melalui interaksinya dan pertukaran tanda dengan sesama kelompok penggemar atau lainnya.

The aim of this study is that to examine fan consumption behavior of local beauty brands which collaborate with K-Pop brand ambassadors. Furthermore, previous research on fan consumption and idol-fan relations had been studied by measuring its influence on consumption behavior and it was analyzed by using the concepts of consumer society, hyperreality, and identity representation. However, they have not discussed the fan consumption behavior specifically related to their consumption of local beauty brands which collaborates with K-Pop brand ambassadors by using these theories simultaneously. Therefore, this study intends to answer how fan consumption behavior of local beauty brands which collaborate with K-Pop brand ambassadors by using these theories with a qualitative approach and the Somethinc x NCT Dream collaboration case study. The result of this study shows that fan consumption of the Something X NCT Dream collaboration product is based on their consumption of the sign which is offered and attached to the collaboration that is NCT Dream as the brand ambassador along with other collaboration attributes (photocard benefit and unique codes) and the use of ‘local concepts’. Moreover, the fan consumption behavior of this collaboration become a form of hyperreality which includes a process of simulation to simulacra with a pseudo-closeness which is presented and consumed by fans. Therefore, the results of this study show that fan consumption behavior involves the relationship between fans and their idols so that it can encourage fan consumption as a form of their loyalty and support for their idols. It becomes a form of hyperreality since fans find it difficult to identify the truth regards to their needs and their relationship with their idol. In addition, fan consumption behavior of Somethinc x NCT Dream collaboration product can represent fan identity (NCTzen) as well as a consumption motive through its interaction and exchange of signs with fellow fan groups or others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrah Syafitri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal yang menpengaruhi kesediaan konsumen dalam membayar willingness-to-pay produk local brand fashion di Indonesia, berdasarkan faktor - faktor yang terbentuk, seperti: Product Involvement, Price Consciousness, Price/Quality Inference, dan Product Information. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 208 responden, pria dan wanita berkewarganegaraan asli Republik Indonesia, dengan usia berkisar antara 20-35 tahun, dan pernah melakukan pembelian produk local brand fashion di Indonesia dengan harga minimal Rp 250.000,00 per item-nya. Analisis data dilakukan menggunakan software SPSS 22, dengan metode regresi berganda stepwise.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh secara langsung pada product involvement terhadap price/quality inference dan willingness-to-pay; pengaruh yang tidak secara langsung atau harus melalui moderasi product information pada price consciousness terhadap price/quality inference, dan price/quality inference terhadap willingness-to-pay. Sedangkan price consciousness tidak memiliki pengaruh terhadap willingness-to-pay.

This study aims to analyze factors which influence consumers 39 willingness to pay on local brand fashion products in Indonesia, based on factors performed, such as Product Involvement, Price Consciousness, Price Quality Inference, and Product Information. Data were collected using questionnare which distributed to 208 respondents, aiming for man and woman from 20 to 35 years old and is having Indonesian citizenship, have ever bought local brand fashion's product in Indonesia with minimum price Rp 250.000,00 per item. SPSS 22 is used to employe the data, with multiple regression stepwise method.
The result of this research shows that product involvement has direct impact on price quality inference and willingness to pay this research also found that product information plays role as a moderating variable between price consciousness to price quality inference, and price quality inference to willingness to pay. Futhermore, Price Consciousness is proven having no impact on willingness to pay.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Graciella Florensa Tani
"Fesyen memiliki kaitan yang luas dengan simbol visual, terutama di era ekonomi digital. Penelitian ini mengeksplorasi interaksi antara persepi simbol visual digital dengan kehadiran sosial, kegembiraan kolektif, identitas budaya, dan niat pembelian ulang, serta pengaruh moderasi dari identitas budaya dan melihat perbandingan hasil penelitian pada merek fesyen lokal dan merek fesyen global. Survei dilakukan secara daring terhadap 210 responden yang berdomisili di Indonesia dan memenuhi kriteria. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan PLS-SEM. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan tingkat signifikansi antara faktor-faktor yang mempengaruhi merek fesyen lokal dan merek fesyen global. Penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi symbol visual digital mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kehadiran social dari kedua merek, diikuti dengan kehadiran social yang mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kegembiraan kolektif dan niat pembelian ulang.

Fashion has a wide range of connections with visual symbols, especially in the digital economy era. This study explores the interaction between digital visual symbol perception, social presence, collective excitement, cultural identity, and repurchase intention, as well as the moderating effect of cultural identity and compares the research results on local fashion brands and global fashion brands. An online survey was conducted on 210 respondents who reside in Indonesia and meet the criteria. The data obtained were analyzed using PLS-SEM. This study shows that there are several differences in significance levels between the factors that influence local fashion brands and global fashion brands. The study also shows that the perception of digital visual symbols has a significant positive effect on the social presence of both brands, followed by social presence having a significant positive effect on collective excitement and repurchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Safiana Ashri
"The purpose of this research is to give a better insight of ethical consumption in fashion. Although buyers are urging for more responsibility from companies to act ethically, it is arguable if buyers are willing to give up their individual needs to defend ethically made garments. In order to find out the buyer's standpoint and behaviour regarding ethical affairs in fashion production and its influence on purchasing behaviour, focus group discussions are carried out in Indonesia and Australia as a method to collect primary data. This research shows minor evidence that ethical considerations have an impact on buyers’s purchase behaviour in fashion. Buyers are primarily influenced to prioritize the need to purchase clothes over ethical problems. Consumers often face difficulties when they try to shop ethically. Hence they want proper guidance so they would be able to have a better ethical understanding. Ethical fashion brands also have to communicate it more actively.

Tujuan penelitian ini adalah untuk berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang konsumsi mode yang etis. Meskipun konsumen menuntut perusahaan untuk bertindak lebih etis,, timbul sebuah keraguan, apakah konsumen akan mengorbankan kebutuhan pribadi mereka untuk mendukung penggunaan pakaian yang diproduksi secara etis. Untuk memahami sudut pandang dan perilaku pembeli mengenai etika dalam produksi fesyen dan pengaruhnya terhadap perilaku pembelian, dilakukan focus group discussion di Indonesia dan Australia sebagai metode pengumpulan data primer. Temuan dari penelitian ini menunjukkan sedikitnya bukti bahwa masalah etika berpengaruh pada perilaku pembelian fesyen konsumen. Kebutuhan pribadi adalah hal yang memotivasi konsumen untuk membeli pakaian, dan hal ini lebih diutamakan dibandingkan permasalahan etika. Konsumen sering menghadapi kesulitan ketika mereka mencoba berbelanja secara etis. Oleh karena itu, mereka menginginkan panduan yang tepat sehingga mereka dapat memiliki pemahaman mengenai etika dalam mode yang lebih baik. Merek fashion yang berpegangan pada standar mode etis juga perlu mengkomunikasikan hal ini secara lebih aktif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Kusuma Putra
"Proses pembelian konsumen sangat bergantung pada nilai psikologis individu. Oleh karena itu, kemampuan untuk memahami keadaan internal konsumen akan membantu menentukan persepsi dan sikap konsumen terhadap produk yang disesuaikan. Penelitian ini bertujuan Menganalisis pengaruh customization terhadap Gen Z di Jakarta pada pembelian barang customized fashion, Menganalisis pengaruh social identity dan self-identity terhadap Gen Z dalam pembelian barang customized fashion serta Menganalisis peran psikologis dalam customization terhadap Gen Z di pembelian barang customized fashion. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan penggunaan SEM, serta metode kuantitatif untuk membantu penulis mengerti pasar lebh dalam Hasil analisis data menunjukkan bahwa beberapa faktor internal oriented structure dan external oriented structure dalam ketertarikan pada dunia customized fashion sangat tergantung dengan bagaimana persepsi lingkungan sosial tentang perilaku orang tersebut.

Consumer buying process is very dependent on the value of individual psychology. Therfore, the ability to understand the internal state of consumers will help consumers perceptions and attitudes towards customized products. This study aims to analyze the effect of customization on gen Z in Jakarta on the purchase of customized fashion goods, analyze the effect of social identity and self-identity on gen Z in purchasing customized fashion goods and analyze the psychology role in customization of gen Z in purchasing customized fashion goods. The method used in this study is quantitative with the SEM technique and qualitative method as the basis of market research. The results of the data analysis show that several internal oriented structure factors in the interest in the world of customized fashion are very dependent on hom the social environment perrceives the person’s behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Kusuma Dewandani
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas bagaimana konsumen dalam melakukan pemilihan merek memiliki kriteria tertentu yang dianggap sesuai dengan kepribadian miliknya. Hal ini yang membuat penulis menjadikan konsumen Starbucks sebagai subjek yang diamati. Pemilihan subjek ini didasarkan pada realita bahwa banyak konsumen yang tetap setia terhadap merek Starbucks, di saat semakin banyak kedai kopi yang bermunculan dan memiliki harga jauh di bawah Starbucks. Hal tersebut menunjukan bahwa kelompok tertentu memilih Starbucks bukan karena atribut, melainkan nilai emosional yang dianggap dapat merefleksikan kepribadian mereka.
Tujuan utama dari tulisan ini adalah untuk menggambarkan proses pemilihan merek oleh konsumen Starbucks, terkait dengan kepribadian yang mereka miliki. Jenis penulisan ini adalah deskriptif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari jurnal ilmiah, artikel di internet, dan laporan terdahulu yang berkaitan dengan konsep kepribadian konsumen, kepribadian merek, dan pemilihan merek. Pada tulisan kali ini, penulis menemukan bahwa konsumen yang menyukai merek Starbucks adalah orang yang memiliki kepribadian agreeableness (A), dengan karakteristik baik, lembut, dan menyukai interaksi dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan, mereka yang mempunyai kepribadian agreeableness memilih Starbucks karena pelayanan-nya yang ramah, baik, dan bersahabat, atau sesuai dengan kepribadian merek sincerity. Meskipun pada akhirnya kepribadian merek (brand personality) bukan menjadi hal utama konsumen dalam memilih merek tertentu (brand preference), namun kepribadian merek yang sesuai dengan kepribadian konsumen (personality) dapat membuat konsumen mencintai merek tertentu.

ABSTRACT
This paper discuss about consumer?s criteria before choosing a brand that perceived match with their personality, by analyzing Starbucks consumer. Selection of this subject is based on reality that many consumers remain loyal to Starbucks, while there are so many new coffee shops out there that cheaper than Starbucks. It shows that certain groups of people choose Starbucks not only because of brand?s attribute, but the emotional value that reflect their personalities.
The main objective of this paper is to describe the process of selecting the Starbucks brand by Starbucks consumers that related with their own personality. This is a descriptive paper that used secondary data derived from scientific journals, online articles, and previous reports related with personality, brand personality, and brand preference concept. In this paper, author found that consumers who like Starbucks as a brand is tend to have agreableness personality (A), which have good, and gentle characteristics, and really appreciate the interaction with other people. That is because, the agreeableness consumer tend to choose Starbucks because of its friendly and good service, or in accordance with the sincerity brand personality. Although in the end of brand preference process the brand personality is not the main thing that highlighted by consumer, but by having a strong brand personality that suit with consumer?s personality really can help the brand to be loved by its consumer.
"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Endatetha
"Penggunaan selebriti sebagai juru bicara bagi perusahaan menjadi metode periklanan yang umum Alasan mengapa iklan yang dibintangi oleh selebriti menjadi terkenal adalah karena pengiklan percaya bahwa pesan yang disampaikan oleh individu yang dikenal konsumen akan lebih mendapatkan perhatian bagi beberapa konsumen Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dimensi kredibilitas endorser terhadap sikap konsumen pada iklan merek dan minat beli Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode non probability sampling bagi responden yang berada di wilayah Jabodetabek Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kredibilitas endorser attractiveness dan trustworthiness mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan merek dan minat beli.

The use of celebrity endorser as a spokespeople to be a prominent method of advertising. The reason of using the popularity of celebrity in advertising isis advertiser rsquo s belief that messages delivered by well -known figure attract more attention for some consumer. This research is conducted to analyze influence of endorser credibility to consumer attitude towards advertisement, brand and purchase intention. The research uses quantitative approach with non-probability sampling method for respondent live in Jabodetabek area. The result shows that dimension of credibility endorser (attractiveness and trustworthiness) are affecting attitude towards advertisement, brand and purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradika Ferhan
"Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sikap responden terhadap Starbucks sebagai suatu green brand yang berujung kepada perilaku loyalitas. Starbucks dijadikan studi kasus utama penelitian ini dengan alasan karena Starbucks merupakan salah satu brand coffeeshop yang paling gencar melakukan green movement. Penelitian ini menargetkan konsumen Starbucks yang tergolong loyal dan berdomisili di daerah Jabodetabek, dengan jumlah responden mencapai 391 orang.
Penelitian ini menggunakan berbagai macam variabel untuk diteliti, seperti utilitarian environmental benefits, warm glow benefits, dan green transparency sebagai tiga variabel independen utama yang memiliki pengaruh terhadap green perceived value konsumen, yang kemudian berdampak pada self-brand connection dan berujung pada brand loyalty.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah structural equation modeling agar dapat mengukur pengaruh hubungan variabel penelitian secara simultan. Setelah penelitian dilakukan, hasil menunjukkan bahwa ketiga variabel independen utama mempengaruhi green perceived value yang juga berperan sebagai mediasi antara ketiga variabel independen dengan brand loyalty melalui variabel self-brand connection.

The purpose of this study is to observe how respondent rsquo s attitude towards Starbucks as a green brand, and how it later influences their loyalty behaviors. This study focuses on Starbucks because it is one of the leading coffeeshop in terms of green movement and initiatives. This study targets Starbucks consumers who are considered loyal to the brand and who reside in Jabodetabek, with the total number of respondents up to 391.
There are various variables that are used in this study, such as utilitarian environmental benefits, warm glow benefits, and green transparency as the main independent variables which are considered to have an effect on green perceived value, which later on also influences self brand connection of Starbucks consumers , and ultimately affects the brand loyalty of their consumers.
This study uses structural equation modeling as its main methodology, as it is able to calculate the significance of every relationship simultaneously. This study results in the first three independent variables significantly affected green perceived value, in which it is also found to affect brand loyalty through self brand connection.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Herwika Maulidia
"Dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia, merek semakin terpilih sebagai faktor kunci dari seleksi pelanggan. Kesetiaan pelanggan dengan merek harus diperkuat oleh perusahaan. Konsep kepuasan dan loyalitas konsumen merupakan dua konsep yang saling berkaitan dan sangat penting bagi perusahaan. Berbagai macam strategi dilakukan oleh perusahaan untuk mewujudkan dua hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh brand personality, brand experience, brand trust, brand love dan nostalgia terhadap consumer brand loyalty dengan menggunakan studi kasus minyak kayu putih Cap Lang dan Blue Band. Sampel penelitian ini adalah yang mengetahui minyak kayu putih Cap Lang dan Blue Band sejak masa kecil dan menggunakan produk minyak kayu putih Cap Lang sebagai obatan pribadinya dan Blue Band sebagai margarin yang digunakannya sampai saat ini. Data diolah dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand personality, brand experience dan brand trust memiliki pengaruh positif terhadap satisfaction. Kemudian, brand personality, brand experience, brand trust, brand love dan satisfaction memiliki pengaruh positif terhadap brand loyalty. Sedangkan, nostalgia tidak memiliki pengaruh positif terhadap brand loyalty.

In the increasingly fierce business competition conditions in Indonesia, the brand is increasingly selected as a key factor of customer selection. Customer loyalty to the brand must be reinforced by the company. The concept of customer satisfaction and loyalty are two interrelated concepts and very important for the company. Various strategies are done by the company to realize these two things. This study aims to analyze the impact of brand personality, brand experience, brand trust, brand love and nostalgia on consumer brand loyalty by using the case study of eucalyptus oil Cap Lang and Blue Band. The samples of this study are those that know the eucalyptus oil Cap Lang and Blue Band since childhood and use the eucalyptus oil Cap Lang products as his personal medicines and Blue Band as the margarine he uses to date. Data is processed by using Structural Equation Modeling method. The results show that brand personality, brand experience and brand trust have a positive impact on satisfaction. Then, brand personality, brand experience, brand trust, brand love and satisfaction have a positive impact on brand loyalty. Meanwhile, nostalgia has no positive impact on brand loyalty."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>