Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fany Angraini
"ABSTRAK
Pola diet tidak sehat pada masyarakat perkotaan merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular DM dan Hipertensi. Kedua penyakit tersebut menjadi dua penyebab utama kerusakan pada ginjal yang dapat berlanjut kepada tahap gagal ginjal (GGK). Pasien GGK seringkali mengalami masalah overload cairan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya bahkan dapat berujung dengan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan program pembatasan cairan yang efektif dan efisien untuk mencegah komplikasi tersebut, diantaranya melalui upaya pemantauan intake output cairan. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan tujuan menggambarkan metode pemantauan intake output cairan pasien GGK dengan menggunakan fluid intake output chart. Pemantauan tersebut terbukti efektif untuk menangani overload cairan pada klien, dibuktikan dengan berkurangnya manifestasi overload cairan pada klien.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aulia Mufti Rahmawati
"Pada pasien gagal ginjal terminal GGT yang menjalani hemodialisis, masalah utama yang terjadi adalah kelebihan cairan. Salah satu intervensi keperawatan untuk mengontrol dan mencegah kelebihan volume cairan semakin parah adalah manajemen cairan berupa pembatasan cairan. Dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners KIAN , penulis menggunakan metode analisis studi kasus.
Analisis studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal terminal yang mengalami masalah kelebihan volume cairan dan analisis intervensi pembatasan cairan. Indikator dalam studi kasus ini adalah hasil pemeriksaan fisik berupa tanda-tanda kelebihan volume cairan.
Hasil menunjukkan bahwa selama periode interdialisis status edema tetap sama yaitu grade 3 pada kaki kanan dan grade 2 pada kaki kiri, tekanan darah mengalami perubahan yaitu dari 137/85mmHg menjadi 153/90mmHg. Setelah klien mendapatkan terapi dialisi, klien mengalami penurunan kelebihan volume cairan yang ditunjukan dari grade edema kaki kanan yang turun menjadi grade 2 dan penurunan tekanan darah menjadi 143/90mmHg.
Dari hasil tersebut menujukkan bahwa, pembatasan cairan mampu mencegah keparahan dan mengontrol kelebihan volume cairan selama periode interdialisi dan lebih optimal berkurang setelah mendapatkan terapi dialisis. Perawat perlu melakukan pembatasan cairan pada pasien GGT dalam periode interdialisis untuk mengontrol kelebihan volume cairan.

In End stage renal disease ESRD patients with heamodialysis, the main problem that persists is excess fluid. One of the nursing interventions to control and prevent excess fluid volume from getting worse is liquid management in the form of fluid restriction. The design of this study was case study analysis.
This case study aims to analyze nursing intervention in patients with terminal renal failure who have problems with fluid overload and analysis of fluid restriction interventions. The indicator in this case study is the result of physical examination in the form of signs of excess liquid volume.
The results showed that during the interdialysis period the edema status remained the same grade 3 on the right foot and grade 2 on the left leg, blood pressure changed from 137 / 85mmHg to 153 / 90mmHg. After the client receives dialysis therapy, the client experiences a decrease in excess fluid volume indicated from right-foot-edema grade that drops to grade 2 and decreases blood pressure to 143 / 90mmHg.
From these results indicate that, fluid restriction is able to prevent severity and control fluid excess volume during the interdialysis period and more optimally decreased after getting dialysis therapy. Nurses needs to give fluid restriction for ESRD patients in their interdialysis periode to control the excess fluid volume and also the other intervention of management of dialysis patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhanuddin
"ABSTRAK
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan dan sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan berdampak terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik, morbiditas dan mortalitas dan juga berdampak negatif terhadap ekonomi dan sosial. Salah satu kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pemantauan penggunaan antibiotik dengan menggunakan indikator peresepan berdasarkan indikator penggunaan obat yang telah dikembangkan oleh WHO. Di Indonesia, pemantauan penggunaan antibiotik di puskesmas dilakukan terhadap ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Penelitian ini dilakukan untuk membuat model sistem informasi yang dapat mendukung manajemen puskesmas dalam memantau penggunaan antibiotik secara terus menerus.
Penelitian dilakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan menerapkan pendekatan model prototyping dalam membangun model sistem informasi. Penelitian ini menghasilkan rancangan basis data dan desain prototype dari sistem informasi pemantauan penggunaan antibiotik bagian farmasi puskesmas. Sistem Informasi Pemantauan Penggunaan Antibiotik Puskesmas dapat diimplementasikan secara bertahap disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan puskesmas. Pada tahap pertama dapat dikembangkan pada ruang obat dengan resep sebagai sumber data dan proses evaluasi dilakukan dengan menganalisis dokumen rekam medis jika indikator penggunaan antibiotik di puskesmas telah melebihi standar yang telah ditetapkan.

ABSTRACT
Antibiotics are the drugs most widely used and about 40-62% of antibiotics are used inappropriately, among others, to diseases that actually do not require antibiotics. Improper use of antibiotics will affect the occurrence of bacterial resistance to antibiotics, morbidity and mortality as well as a negative impact on economic and social high. One of the policies to address the problem of inappropriate antibiotic use is the monitoring of the use of antibiotics by using indicators based on indicators of the use of prescription drugs that have been developed by WHO. In Indonesia, monitoring of antibiotic use in health centers committed against non-pneumonia ARI and non-specific diarrhea.
This study was done to make the design of information systems in health centers monitoring the use of antibiotics that can be used to facilitate the health center management in evaluating the use of antibiotics.
The study was conducted using a qualitative research design to prototyping approach to build a model of the information system model. This study resulted in the design of databases and the design prototype of information system monitoring antibiotic use in health center pharmacy. Antibiotic Usage Monitoring Information System Health Center can be implemented gradually adapted to the conditions and the ability of health centers. In the first stage can be developed on the prescription drug space as a source of data and evaluation process carried out by analyzing the document in the medical record if the indicator antibiotic use in health centers has exceeded the established standards."
[, ], 2014
S55989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Irsa Putri
"ABSTRAK
Depresi merupakan masalah psikososial yang sering terjadi pada lansia akibat ketidakmampuan adaptasi masa tua. Aktivitas fisik dapat mencegah timbulnya masalah psikososial pada lansia. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif cross sectional dengan teknik consecutive sampling yang bertujuan untuk melihat gambaran tingkat depresi lansia yang melakukan senam. Pengumpulan data menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale. Hasil penelitian terhadap 74 lansia yang mengikuti senam didapatkan mayoritas 65% lansia yang aktif senam tidak mengalami depresi sedangkan 58,8% lansia yang tidak aktif senam lebih banyak mengalami depresi ringan. Oleh karena itu, perawat dan petugas panti perlu memotivasi lansia untuk melakukan senam lansia secara rutin sehingga dapat menurunkan kejadian depresi di panti.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1995
362.1 IND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ariyanti
"ABSTRAK
Program telehealth di Indonesia dapat menjangkau masyarakat yang berada di daerah terluar dan perbatasan, dimana fasilitas pelayanan kesehatan belum merata ketersediaannya. Penelitian ini bertujuan memperoleh potensi implementasi telehealth di Indonesia dengan menggunakan pendekatan analisis dari segi ekonomi dan teknologi. Metode penelitian menggunakan pendekatan data kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Perhitungan biaya program telehealth dalam penelitian ini direncanakan untuk puskesmas yang berada di daerah tertinggal di seluruh Indonesia dalam kurun waktu lima tahun (2016-2020). Hasil kajian menunjukkan bahwa biaya program telehealth untuk sektor kesehatan di Indonesia cukup besar. Biaya terbesar pada tahun keempat yaitu berkisar Rp 180 Miliar. Meskipun demikian biaya tersebut masih terjangkau dari anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk Kementerian Kesehatan. Program telehealth juga dapat menjadi tonggak untuk implementasi Internet of Things di sektor kesehatan bagi masyarakat publik. Maka dari itu, implementasi telehealth sangat mungkin diterapkan di Indonesia."
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika , 2017
302 BPT 15:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ch. M. Kristanti
"ABSTRAK
Dilakukan analisis regresi linier pada data sekunder hasil penelitian kesegaran jasmani pelajar SLTA Jakarta, 1990 yang merupakan studi Cross Sectional.
Tujuan penelitian untuk mengetahui daya tahan kardiorespirasi pelajar SLTA Jakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini nilai VO2 max menggambarkan daya tahan kardiorespirasi seseorang.
Sebesar 52,4% pelajar SLTA Jakarta mempunyai daya tahan kardiorespirasi dalam kondisi ?kurang?. Ni1ai V02 max. dipengaruhi oleh seks, umur, BMI, kegiatan olahraga dankadar Hb. Nilai V02 max pada laki-laki lebih besar 700/kg BB/mt dibandingkan dengan perempuan. BMI (body mass index) berpengaruh terhadap kesegaran jasmani, setiap kenaikan BMI 1 kg/meter diikuti dengan penurunan V02 max sebesar1,05 ml/kg BB/menit. Kegiatan olahraga berpengaruh terhadap V02 max, setiap kenaikan kegiatan olahraga 1 jam per bulan efektif diikuti dengan kenaikan V02 max sebesar 0,02 ml/kg BB/menit. Dalam penelitian ini Hb berpengaruh terhadap V02 max, setiap kenaikan kadar Hb 1 gr/dl diikuti dengan penurunan VO2 max sebesar 0,31 ml/kg BB/mt. Garis regresi hanya dapat menerangkan 25% dari variasi V02 max.
Untuk mengetahui pengaruh berbagai variasi terhadap nilai V02 max, perlu pengukuran V02 max secara langsung tanpa melalui faktor koreksi."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Fat free cocoa powder is a rich source of flavonoid antioxidants including epicatechin, catechin and procyanidins, which have attracted interest regarding cardiovascular health. The aim of this research was to evaluate the effect of Indonesian fat free cocoa powder drink consumption on antioxidants activity...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiati Nadjib
"Utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti geografi , sosio-ekonomi, jender, budaya, dan mutu pelayanan. Studi ini berguna untuk memformulasikan kebijakan yang memihak orang miskin. Studi ini menggunakan data Susenas 1998 yang mencakup 205.000 rumah-tangga. Analisis data dilakukan untuk merespon isu equity di Indonesia, dengan penekanan khusus pada keadilan dalam akses.
Studi menemukan 88,8% penduduk perkotaan dan 94,3% penduduk perdesaan membayar biaya pelayanan kesehatan secara tunai. Pengeluaran rumah-tangga untuk kesehatan pada kelompok yang paling miskin di perkotaan mencapai 13% dari pengeluaran non-makanan dan di perdesaan 12%. Sementara, pada kelompok sosio-ekonomi paling kaya, angkanya adalah 10% di perkotaan dan 14% di perdesaan. Sebagian besar penduduk miskin (hampir 90%) mengeluarkan kurang dari seperempat (25%) porsi pengeluaran non-makanannya untuk kesehatan.
Secara umum, rumah-tangga menghabiskan antara 6-15% dan 20-71% dari pengeluaran non-makanannya, berturut-turut untuk biaya rawat jalan dan biaya rawat inap. Rumah-tangga yang membelanjakan lebih dari 50% pengeluaran non-makanan untuk rawat jalan adalah 3,63% di perkotaan dan 4,31% di perdesaan. Data ini menunjukkan bahwa jumlah rumah-tangga yang mengalami pengeluaran katastropik untuk rawat jalan relatif sedikit. Namun untuk biaya rawat inap, hampir 77% rumah-tangga mengeluarkan lebih dari separuh (>50%) pengeluaran non-makanan sebulan. Pengeluaran katastropik ini mempengaruhi 72,88% rumah-tangga di perkotaan dan 80,98% di perdesaan. Jelas bahwa penduduk memiliki risiko fi nansial sangat tinggi dalam menghadapi kemungkinan kerugian karena sakit. Oleh karena sebagian besar penduduk Indonesia tidak terjamin, gejala ini akan menjadi beban bagi mereka.

Health expenditure patterns by marginal and vulnerable groups. Utilization of health care is infl uenced by many factors. Most important are geography, socioeconomic, gender inequality, culture, and quality of care. This study aimed at providing policy formulations evidence based in formation for RRO poor, The study is a cross sectional study using National Socioeconomic Survey data set of 1998 representing about 205.000 households. This analysis is conducted to respond the equity issue in Indonesia, with particular emphasize to equity of access (health services use).
The study revealed that in urban areas 88.8% of the people pay the outpatient services from their out-of-pocket, while in rural the fi gure is 94.3%. The data shows that in urban areas, among the lowest group, expenditure for health placed about 13% of non-food expenditure. In rural areas the health expenditure accounted to around an average of 12% non-food expenditure. For the highest group of socioeconomic status, expenses on health reached only 10% of non-food expenditure. In rural areas, the highest group has spent for health about 14% of their non-food expenses. Most of the poor (almost 90%) have spent for health below a quarter of non-food expenses.
In general, households have spent about 6-15% and 20-71% of their non-food expenses for outpatient and in-patient respectively. Those who spent more than 50% of their non-food expenditure for outpatient is accounted to 3.63% of the households in urban and 4.31% in rural areas. A relatively small percentage of the households in urban and rural areas used a catastrophic spending for outpatient care. Nevertheless, almost 77% of them in urban and rural areas have spent more than 50% of their non-food expenditures per month for inpatient care. This catastrophic spending has affected 72.88% of the households in the urban area and 80.98% in rural areas. Apparently the fi nancial risk is very high for the people in responding the probability of loss due to sickness. Since most Indonesian people are not insured, this phenomenon will become a burden for them."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>