Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indiana Kusuma Putri
"ABSTRAK
Budaya kolektif sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan. Ini ditunjukkan dalam proses adaptasi mereka di Bali. Adaptasi tersebut dilatarbelakangi oleh alasan dan strategi yang berbeda-beda. Strategi adaptasi yang dilakukan terbagi ke dalam tiga dimensi diantaranya adaptasi budaya (akulturasi), adaptasi sosial (asimilasi), dan adaptasi ekonomi. Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana bentuk strategi adaptasi orang Korea di Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan informan orang Korea yang memiliki latar belakang bisnis pariwisata yang berbeda. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa orang Korea di Bali mempertahankan nilai-nilai budayanya dan mampu beradaptasi dengan baik sehingga mereka bertahan hidup dalam kelompoknya. Dari tiga dimensi adaptasi yang digunakan dalam penulisan, adaptasi budaya dengan budaya kolektif menjadi faktor utama yang merujuk pada strategi adaptasi orang Korea di Bali. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan adaptasi ekonomi perannya tidak sedalam dan seintens adaptasi budaya bagi orang Korea dalam kesehariannya tinggal di Bali.

ABSTRACT
Collective culture has become a part of South Koreas life. This is shown in the process of their adaptation in Bali. The adaptation is motivated by different reasons and strategies. The adaptation strategy is divided into three dimensions including cultural adaptation (acculturation), social adaptation (assimilation), and economic adaptation. The formulation of this paper is how to form a strategy for the adaptation of Koreans in Bali. The research method used in this writing is qualitative method with depth interview techniques with Korean informants who have different tourism business backgrounds. Through this writing it was found that Koreans in Bali maintain their cultural values and are able to adapt well so that they survive in groups. Of the three dimensions of adaptation used in this paper, cultural adaptation of collective culture is the main factor that refers to Korean adaptation strategies in Bali. The results of this paper shows that social adaptation and economic adaptation are not as deep and as intensive as cultural adaptation for Koreans in their daily lives in Bali."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana Kusuma Putri
"ABSTRAK
Budaya kolektif sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan. Ini ditunjukkan dalam proses adaptasi mereka di Bali. Adaptasi tersebut dilatarbelakangi oleh alasan dan strategi yang berbeda-beda. Strategi adaptasi yang dilakukan terbagi ke dalam tiga dimensi diantaranya adaptasi budaya (akulturasi), adaptasi sosial (asimilasi), dan adaptasi ekonomi. Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana bentuk strategi adaptasi orang Korea di Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan informan orang Korea yang memiliki latar belakang bisnis pariwisata yang berbeda. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa orang Korea di Bali mempertahankan nilai-nilai budayanya dan mampu beradaptasi dengan baik sehingga mereka bertahan hidup dalam kelompoknya. Dari tiga dimensi adaptasi yang digunakan dalam penulisan, adaptasi budaya dengan budaya kolektif menjadi faktor utama yang merujuk pada strategi adaptasi orang Korea di Bali. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan adaptasi ekonomi perannya tidak sedalam dan seintens adaptasi budaya bagi orang Korea dalam kesehariannya tinggal di Bali.

ABSTRACT
Collective culture has become a part of South Korea s life. This is shown in the process of their adaptation in Bali. The adaptation is motivated by different reasons and strategies. The adaptation strategy is divided into three dimensions including cultural adaptation (acculturation), social adaptation (assimilation), and economic adaptation. The formulation of this paper is how to form a strategy for the adaptation of Koreans in Bali. The research method used in this writing is qualitative method with depth interview techniques with Korean informants who have different tourism business backgrounds. Through this writing it was found that Koreans in Bali maintain their cultural values and are able to adapt well so that they survive in groups. Of the three dimensions of adaptation used in this paper, cultural adaptation of collective culture is the main factor that refers to Korean adaptation strategies in Bali. The results of this paper shows that social adaptation and economic adaptation are not as deep and as intensive as cultural adaptation for Koreans in their daily lives in Bali."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Fauzan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai cara dan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh individu serta keluarga para imigran Korea yang tinggal di daerah Jabodetabek yang dalam menghadapi lingkungan sosial dan budaya yang ada di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik deskriptif analisis, dan metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa seluruh informan datang ke Indonesia dengan motif ekonomi dan dengan bantuan jaringan imigran yang telah terbentuk sebelumnya. Selain itu, juga terlihat bagaimana faktor-faktor makro dan mikro seperti hubungan antara migran dan host, serta institusi-institusi yang ada mempengaruhi bentuk adaptasi masing-masing migran.
The focus of this study are the Korean immigrants and their family who live in Jabodetabek and their way and form of adaptation facing Indonesias culture and social situation. This research is qualitative descriptive and using purposive sampling and snowball sampling method. In this research, it was found that all of the informant came to Indonesia with economic motive and was helped by the migrant network that established in Indonesia. Its also can be seen how micro and macro factors, such as the relationship of migrants and host, and institutions affected the form of adaptation of each migrant"
2017
S70148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gieshania Pitaloka Gumilang
"Penelitian ini berfokus pada proses adaptasi antarbudaya slow tourist di Bali. Dengan menggunakan framework integrasi budaya oleh Anantamongkolkul et al (2019), penelitian ini melihat adaptasi sebagai konsekuensi dari proses akulturasi. Dengan menggunakan paradigma interpretif, penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan makna slow tourism dan slow tourist bagi para pelakunya di Bali, serta bagaimana proses akulturasi berjalan bagi slow tourist agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan dan budaya masyarakat Bali. Studi kualitatif deskriptif ini pun dilakukan terhadap pelancong yang telah menghabiskan waktu yang panjang di Bali, yang mencari pengalaman kehidupan lokal, terlibat, serta berinteraksi dengan masyarakat, budaya, dan komunitas lokal. Metode wawancara mendalam pun dilakukan terhadap lima informan muda yang mewakili tiga negara Barat (Prancis, Spanyol, dan Belanda). Penelitian ini menemukan bahwa slow tourist memaknai perjalanan mereka sebagai perjalanan jangka panjang yang melibatkan keterlibatan tinggi dalam budaya dan masyarakat lokal, berbeda dengan perjalanan wisata mainstream pada umumnya. Kemudian, penelitian mengidentifikasi strategi integrasi budaya oleh para slow tourist dalam beradaptasi yang dibagi menjadi empat tahap, mulai dari tahap penyesuaian setibanya di destinasi tujuan dengan orientasi pencarian pengalaman hingga pembentukan destinasi tujuan sebagai rumah kedua dengan orientasi pembangunan kehidupan. Terakhir, penelitian ini pun menentukan faktor-faktor pendukung adaptasi slow tourist di Bali.

This research focuses on the process of intercultural adaptation of slow tourists in Bali. Using the cultural integration framework by Anantamongkolkul et al (2019), this study sees adaptation as a consequence of the acculturation process. By using an interpretive paradigm, this study aims to understand and describe the meaning of slow tourism and slow tourist in Bali, as well as how the acculturation process occurs so that they can adapt to the environment and culture of the Balinese people. This descriptive qualitative study was conducted on travelers who have/had spent a long time in Bali, who seek to experience local life, engage, and interact with local people, culture, and communities. In-depth interviews were conducted with five young informants representing three Western countries (France, Spain, and the Netherlands). This study found that slow tourists interpret their trips as long-term travel that includes high involvement in local culture and society, in contrast to mainstream tourism in general. Then, the research identified cultural integration strategies by slow tourists, which are divided into four stages, starting from the adjustment stage upon arrival at the destination (with the orientation to travel) to the establishment of the destination as a second home (with the orientation to build a life). Finally, this study also determines the factors that support the adaptation of slow tourists in Bali.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
El Chris Natalia
"ABSTRAK

Tesis ini membahas tentang orang-orang Korea Selatan yang melakukan adaptasi antarbudaya di Indonesia melalui akomodasi komunikasi terhadap orang-orang Indonesia. Orang-orang Korea Selatan menghadapi budaya yang berbeda ketika di Indonesia dan mengharuskan mereka beradaptasi dengan budaya dan orang-orang Indonesia. Budaya yang berbeda bisa jadi memicu terjadinya masalah. Akomodasi komunikasi menjadi suatu aspek pendukung bagi orang-orang Korea Selatan untuk beradaptasi. Tesis ini berfokus untuk menjelaskan bagaimana sikap dan penggunaan bahasa orang-orang Korea Selatan dalam melakukan akomodasi komunikasi dengan orang-orang Indonesia dan alasan mereka dalam bersikap dan menggunakan bahasa tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologi dengan menggunakan Teori Akomodasi Komunikasi.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kesamaan karakteristik pada orang-orang Korea Selatan cenderung menjadikan mereka berperilaku sama ketika berakomodasi komunikasi untuk beradaptasi. Orang-orang Korea Selatan tetap mempertahankan dan memperlihatkan identitas budaya mereka sebagai orang Korea Selatan saat beradaptasi. Jumlah banyaknya orang-orang Korea Selatan ketika bersama orang-orang Indonesia menentukan apakah mereka akan berkonvergensi atau berdivergensi. Ketika jumlah mereka lebih banyak dibandingkan orang Indonesia, mereka cenderung melakukan divergensi, sebaliknya ketika jumlah mereka lebih sedikit, maka mereka cenderung melakukan konvergensi. Semakin lama orang-orang Korea Selatan tinggal di Indonesia, maka mereka lebih sering melakukan konvergensi terhadap orangorang dan budaya Indonesia. budaya kolektivisme orang-orang Korea Selatan yang ‘berkelompok’ membuat mereka sedikit susah untuk melakukan konvergensi dan beradaptasi dengan lebih terbuka terhadap orang-orang Indonesia


ABSTRAK

This thesis studies about South Korean people who do intercultural adaptation in Indonesia through communication accomodation toward Indonesian people. South Korean people face different cultures in Indonesia and they have to adapt with Indonesian people and culture. Different cultures can trigger problems. Communication Accomodation is an supporting aspect for South Korean people to adapt. This thesis focuses on explaining the attitude and the use languange of South Korean people and their reason in doing communication adaptation with Indonesian people. This reasearch is qualitative research using phenomonelogy approach with Communication Accomodation Theory.

The result of this research is similar characteristic of South Korean people tend to make them do the same attitude in doing communication accomodation to adapt. They keep maintaining and showing their cultural identity as South Korean people when they do the adaptation. The number of South Korean people when they are with Indonesian people determines whether they will do convergence or divergence. When their number is lesser than Indonesian people, they will diverge. On contrary, when their number is bigger than Indonesian people, they will converge. The longer time they stay in Indonesia, the more they converge toward Indonesian people and its culture. The collectivism culture of Korean people in “grouping” make them a bit hard to do wider convergence and adaptation toward Indonesian people.

"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Dhana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas masalah tentang proses adaptasi orang Bali yang menjalankan tradisi yang berkaitan dengan adat dan agama Hindu di Jakarta Utara. Dalam menjalankan tradisi tersebut mereka membutuhkan organisasi sosial, yaitu banjar sebagaimana layaknya di Bali, padahal mereka berasal dari lingkungan tradisi yang berbeda-beda di Bali, dan tentunya mereka telah berada pada lingkungan sosial di kota yang berbeda dari lingkungan sosial di Bali. Karena itu, pertanyaan pokok yang dijawab dalam tesis ini adalah: mengapa demikian, dan bagaimana proses pembentukan, pengembangan, struktur, dan fungsi banjar tersebut?
Dengan mengacu konsep dan teori tentang adaptasi dari Bennett (1976), dan tentang subkultur dari Fischer (1980), serta beberapa konsep dan teori terkait lainnya, kajian ini menunjukkan hasil sebagai berikut.
Orang-orang Bali di Jakarta Utara membentuk dan mengembangkan banjar karena mereka mengalami berbagai masalah yang berpangkal pada keterbatasan kemampuan mereka untuk menjalankan tradisi mereka.
Hal itu berlangsung melalui proses yang meliputi tahap-tahap: rapat pembentukan banjar, pembuatan anggaran dasar, pengadaan dan penggunaan tanah, dan pembuatan beberapa sarana kegiatan banjar. Dalam proses itu mereka melakukan penyesuaian dengan lingkungan mereka yang tercermin pada cara mereka berhubungan dengan, dan memanfaatkan lingkungan sosial dan lingkungan alam untuk metnenuhi kepentingan bersama mereka.
Berdasarkan hal itu terwujudlah banjar di Jakarta Utara dengan struktur dan fungsinya yang tidak identik tetapi menunjukkan perbedaan dan kemiripannya dengan struktur dan fungsi banjar di Bali. Fungsinya tercermin pada berbagai kegiatan, yaitu: kegiatan ritual, kegiatan pendidikan agama, kegiatan kesenian, dan kegiatan sosial ekonomi yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara yang relatif berbeda dari cara pelaksanaan kegiatan-kegiatan seperti itu yang dilakukan oleh banjar di Bali.
Dengan berfungsinya banjar di Jakarta Utara melalui berbagai kegiatan tersebut, maka timbullah rasa aman dan kebetahan orang-orang Bali yang bersangkutan untuk tetap bermukim di Jakarta Utara dan sekitarnya. Namun fungsi banjar itu bukanlah merupakan faktor tunggal yang menyebabkan rasa aman dan kebetahan orang-orang Bali tersebut, melainkan disebabkan pula oleh faktor-faktor lainnya."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jung Hyun Jin
"Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini ini menceritakan seorang wanita cantik dari kasta Sudra, yaitu kasta terendah dalam struktur perkastaan masyarakat Bali yang menikah dengan lelaki dari kasta yang lebih tinggi, yaitu kasta Brahmana. Tujuan perkawinan itu, agar si wanita dapat mencapai impiannya akan status dan menjadi penari terbaik di Bali. Pada akhirnya, ia memenuhi mimpinya. Di tengah ketidakmampuan suami dan ibu mertuanya, ia berusaha membesarkan satu-satunya putrinya, Telaga sebagai bagian kaum bangsawan. Dalam konteks itu, novel Tarian Bumi ini dipandang sebagai pemberontakan terhadap adat-istiadat Bali. Penelitian ini akan mengungkapkan gambaran sistem kekerabatan keluarga Bali dalam novel Tarian Bumi menurut perspektif orang Korea. Oleh karena itu, sistem kekerabatan keluarga masyarakat Bali akan diperbandingkan juga dengan sistem kekerabatan keluarga Korea.

Dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik untuk membandingkan sistem kekerabatan di Bali dalam novel itu dengan sistem kekerabatan masyarakat Korea, terungkap bahwa dalam beberapa hal terdapat perbedaan, tetapi dalam hal lain ada persamaannya. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya patriakat di Bali dan patriakat di Korea, terutama berkaitan dengan sistem kekerabatan dalam pohon keluarga di Bali dan di Korea. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan novel Tarian Bumi dapat dikatakan merupakan representasi  budaya patriakat dan sistem kasta yang tidak terdapat dalam masyarakat Korea.


The novel Tarian Bumi by Oka Rusmini tells the story of a beautiful woman from the Sudra caste, the lowest caste in the structure of Balinese society who is married to a man from a higher caste, the Brahmin caste. The purpose of the marriage is so that the woman can achieve her dream of status and become the best dancer in Bali. In the end, he fulfilled his dream. In the midst of the inability of her husband and mother-in-law, she tried to raise her only daughter, Telaga as part of the nobility. In that context, this Tarian Bumi novel is seen as a rebellion against Balinese customs. This research will reveal a picture of the Balinese family system in the novel Tarian Bumi from the perspective of the Korean people. Therefore, the Balinese family kinship system will also be compared with the Korean family kinship system.

Using an extrinsic approach to compare the kinship system in Bali in the novel with the Korean kinship system, it was revealed that in some respects there were differences, but in other respects there were similarities. The theoretical framework used in this study is patriarchal culture in Bali and patriarch in Korea, especially with regard to the kinship system in family trees in Bali and in Korea. Based on this research it can be concluded that the Tarian Bumi novel can be said to represent a patriarchal culture and caste system that is not found in Korean society."

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Kehidupan keluarga sehari-hari di desa Pagujangan pada umumnya menunjukkan kehidupan yang berhubungan dengan pertanian. Tapi disamping itu ada juga yang pergi kekota untuk memburuh pada berbagai perusahaan pembangunan rumah-rumah. Biasanya mereka ini berasal dari keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang agak banyak."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1959
S12684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Clara Pricillia
"Mangrove ecosystems can sequester carbon in their system. The problem of this research was the lack of optimization of blue carbon management in the protected forest of mangrove Nusa Lembongan. The study objective was to build a concept of blue carbon management in Nusa Lembongan. The method used in data collection was a survey, and the analytical methods used were multiple regression, spatial, and Soft System Methodology (SSM). The result of this study found that mangrove forest Nusa Lembongan stored 68,10 ± 20,92 Mg C ha-1. Local wisdom and community perception that mangrove forest is a tourism icon played an essential role in protecting mangrove forests. However, it is necessary to control leachate water pollution and waste from the landfill located directly adjacent to the mangrove forest, improve rehabilitation methods to increase survival rates, and monitor mangrove health conditions and carbon stock. The strategy of blue carbon management needs to be supported by adequate local capacity through socialization, training, and assistance. This study concluded that is the strategy of blue carbon management by involving the local community can avoid the release of CO2 emissions into the atmosphere and increase carbon sequestration.

Ekosistem mangrove dapat menyerap dan menyimpan karbon. Masalah pada riset ini adalah kurang optimalnya pengelolaan blue carbon di hutan mangrove yang berada di kawasan hutan lindung, seperti di Nusa Lembongan. Tujuan riset ini yaitu menyusun strategi pengelolaan blue carbon di hutan mangrove Nusa Lembongan. Metode yang digunakan pada pengumpulan data adalah survei dan metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda, spasial, dan Soft System Methodology (SSM). Hasil riset ini yaitu total stok karbon di Nusa Lembongan sebesar 68,10 ± 20,92 Mg C ha-1. Kearifan lokal dan persepsi masyarakat bahwa hutan mangrove adalah ikon pariwisata, berperan penting dalam perlindungan hutan mangrove. Akan tetapi, diperlukan pengendalian terhadap pencemaran air lindi dan sampah dari TPA yang berlokasi di sisi hutan mangrove, perbaikan pada metode rehabilitasi untuk meningkatkan survival rate, dan pemantauan terhadap kondisi kesehatan dan stok karbon mangrove. Strategi pengelolaan blue carbon tersebut perlu didukung dengan kapasitas masyarakat yang memadai melalui sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan. Kesimpulan riset ini adalah strategi pengelolaan blue carbon dengan melibatkan masyarakat dapat menghindari terlepasnya emisi CO2 ke atmosfer dan meningkatkan serapan karbon."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>