Saat ini, industri manufaktur memiliki tantangan untuk dapat mengelola rantai produksi dengan tanggap dan cepat. Dengan latar belakang tersebut, muncul ide untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT). Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi faktor-faktor penentu yang memengaruhi keputusan adopsi teknologi Internet of Things pada salah satu industri agrobisnis di Indonesia yaitu PT. XYZ. Model penelitian ini dibangun dengan menggabungkan dua teori adopsi teknologi informasi yaitu technology-organization-environment (TOE) dan human-organization-technology (HOT-fit). Model penelitian ini terdiri empat kriteria utama dalam penelitian ini yaitu kriteria manusia, teknologi, organisasi, dan lingkungan dengan 20 faktor tersebar di masing-masing kriteria. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 12 pengambil keputusan PT. XYZ. Pengolahan data menggunakan pemodelan Decision Making Trial and Evaluation and Laboratory (DEMATEL). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kriteria manusia merupakan kriteria paling penting jika dibandingkan dengan kriteria utama lainnya. Dari kriteria manusia, faktor sikap inovasi para pemimpin dan kemampuan teknikal staf TI merupakan faktor paling penting jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Dari kriteria teknologi, faktor infrastruktur SI/TI dan keamanan dan privasi data merupakan faktor paling penting jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Dari kriteria organisasi, faktor dukungan manajemen puncak dan biaya adopsi teknologi yang dirasakan merupakan faktor paling penting jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Dari kriteria lingkungan, faktor tekanan mimetik yang dirasakan dan tekanan koersif yang dirasakan merupakan faktor paling penting jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
Recently, manufacturing industry has been challenged of being able to manage the production chain responsively and rapidly. With this background, the idea emerged to meet the needs of manufacturing industry by using Internet of Thing (IoT) technology. The purpose of this study is to investigate the determinant factors that influence decision to adopt Internet of Things technology in one of Agribusiness Industries in Indonesia, namely PT. XYZ. This research model was built by integrating two information technology adoption theories, technology-organization-environment (TOE) and human-organization-technology (HOT-fit). This reseach model consists of four main criteria which are human, technology, organization, and environment with 20 factors spread over each criteria. Data were collected by using a questionnaire given to 12 decision makers at PT. XYZ and analyzed using Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL). The concusion obtained in this study is that human and technology criteria are the most important criteria when compared to other main criteria. From human criteria, the champions innovativeness and technical skills of IT staff is the most importnant factor when compared with other factors. From the technology criteria, the IS/IT infrastructure and data security and privacy are the most important factors when compared to other factors. From organization criteria, top management support and perceived of cost technology adoption are the most important factors when compared with other factors. From environment criteria, the perceived of mimetic pressure dan perceived coercive pressure are the most important factors when compared to other factors.
"Teknologi komunikasi nirkabel dari Internet of Things (IoT) saat ini sudah digunakan dalam banyak kasus. Pada tahun 2016 (3rd Generation Partnership Project) 3GPP memperkenalkan teknologi baru yang disebut Narrowband Internet of Things (NB-IoT). Dengan target melayani pasar perangkat IoT, NB-IoT dirancang untuk menjadi lebih baik dalam menangani sejumlah besar perangkat, dibandingkan dengan teknologi seluler yang ada. Tantangan terbesar untuk melayani sejumlah besar perangkat dalam teknologi nirkabel adalah random access. Penelitian ini menyajikan hasil simulasi prosedur random access pada kestabilan NB-IoT dengan sejumlah besar perangkat. backoff window adalah fokus utama dalam penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja NB-IoT yang memiliki kemampuan untuk meminimalkan paket Loss sehingga dapat mengirim lebih banyak paket yang di-acknowledge. mekanisme backoff dengan limitasi pengulangan diasumsikan bekerja pada satu tingkat Coverage Enhancement (CE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas pengiriman paket juga memiliki peran dalam kinerja, di mana semakin tinggi probabilitas untuk mengirimkan paket, semakin tinggi paket Loss terjadi. Jumlah pengguna (M) maksimum untuk PPKT 10% adalah 45 dengan persentase rata-rata Loss sebesar 49,59%, 35 untuk PPKT 20% dengan persentase rata-rata Loss sebesar 49,49%, dan 30 untuk PPKT 30% dengan persentase rata-rata Loss sebesar 47,86%.
Next generation wireless communication technology of Internet of Things (IoT) nowadays is already used in many use cases. In 2016 3GPP (3rd Generation Partnership Project) started introducing a new technology called Narrowband Internet of Things (NB-IoT). Targeting to serve the market of IoT devices, NB-IoT is designed to be better in dealing with massive number of devices in a cell, compared to the existing cellular technologies. The biggest challenge to serve massive number of devices in wireless technologies is the random access. This research presents a simulation result of NB-IoT’s random access procedure under massive number of devices in steady-state condition. A backoff window is the main focus in this research to evaluate the NB-IoT performance, it has the ability to minimize packet loss so it can send more an acknowledged packet. the backoff mechanism with retry limit is considered with one coverage enhancement (CE) level. The result shows that a probability of transmitting packet also has a role in performance, where the higher of probability to generate uplink packet, the higher the lost packet will occur. The maximum number of users (M) for PPKT 10% is 45 with an average percentage of loss rate is 49.59%, 35 for PPKT 20% with an average percentage of loss rate is 49.49%, and 30 for PPKT 30% with an average percentage of loss rate is 47.86%.
"