Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abrar Gaffari
"Termotivasi dari laporan ketenagakerjaan yang mengungkapkan persentase NEE di Indonesia yang masih tinggi, maka dengan menggunakan data IFLS5 kami melakukan kajian terkait dampak karakteristik sosial demografi dan indikator wilayah dan pasar kerja lokal terhadap usia muda yang NEE . Kami tertarik untuk meneliti NEE sebagai populasi yang heterogen dengan cara mengelompokkannya berdasarkan atas sikap dan ketersediaan waktu dari usia muda terhadap pekerjaan (Salvà -Mut, Tugores-Ques, & Quintana-Murci, 2017)agar dapat menangkap pola kerentanan dan keputusan transisi usia muda ke pasar kerja sehingga dapat dihasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat.
Hasil estimasi dengan multinomial logistik menunjukkan bahwa NEE carers- cared mempunyai karakteristik sebagai perempuan yang berusia muda, tingkat pendidikan rendah, berstatus sudah menikah dan berasal dari latar belakang keluarga yang kurang beruntung terkait ekonomi dan cenderung di pedesaan dengan tingkat pengangguran lokal yang tinggi. Sedangkan NEE unemployed juga mempunyai karakteristik berusia muda, tapi dominan berjenis kelamin laki-laki dengan status belum menikah dan tingkat pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan bukan NEE, selain itu kategori ini cenderung di perkotaan dan juga dipengaruhi oleh tingkat pengangguran lokal yang tinggi. Namun berbeda dengan dua kategori sebelumnya, walaupun discourage juga cenderung berusia muda, berjenis kelamin laki-laki dan tingkat pendidikan rendah, tapi usia muda ini tidak terpengaruh oleh indikator wilayah dan pasar kerja lokal. Hal ini dikarenakan kurangnya persepsi dan sikap terhadap pekerjaan.

Motivated from the employment report which reveals the still high percentage of NEE in Indonesia, by using IFLS5 data we conducted studies related to the impact of individual characteristics, education, family background and regional indicators and local labor market on NEE young age. We are interested in examining NEE as a heterogeneous population by grouping it based on attitudes and time availability from a young age to work (Salvà -Mut, Tugores-Ques, & Quintana-Murci, 2017), in order to capture patterns of vulnerability and young transition decisions to the labor market so that appropriate policy recommendations can be produced.
The estimation results with multinomial logistic show that NEE carers-cared have characteristics as young women, low education levels, married status and come from economically disadvantaged family backgrounds and tend to be in rural areas with high local unemployment rates. Whereas unemployed NEEs also have the characteristics of being young, but the dominant male sex is unmarried and the level of education is higher than non-NEE, besides this category tends to be in urban areas and also influenced by high local unemployment rates. However, it differs from the previous two categories, although discourage also tends to be young, male sex and education level low, but young age is not affected by regional indicators and the local labor market. This is due to a lack of perception and attitude towards work.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Haryanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik penduduk muda yang tidak bekerja dan tidak sekolah (NEE) dengan menggunakan metode multinomial logit dan data Susenas 2012. Hasilnya menunjukkan ada perbedaan karakteristik antara NEE aktif (aktif mencari kerja tapi belum bekerja) dan NEE tidak aktif (tidak aktif mencari kerja dan tidak sekolah).
Jenis kelamin dan status kawin besar pengaruhnya terhadap probabilitas menjadi NEE aktif atau NEE tidak aktif. Ditemukan bahwa probabilitas menjadi NEE aktif akan meningkat pada laki-laki berstatus belum kawin sementara wanita berstatus kawin lebih cenderung menjadi NEE tidak aktif. Capaian pendidikan juga membedaan probabilitas menjadi NEE aktif atau NEE tidak aktif.

This study analyzed the characteristics that determine the probability of young population that are not employed and not in education (NEE) using Multinomial Logistic Method and the 2012 National Economic and Social Survey (Susenas). Result shows different findings that determines the young NEE active (actively searching for work but not yet employed) and NEE inactive (not actively searching for work nor in education).
Sex, male or female, and marital status highly determines the probability to be NEE active or inactive. The findings point out that the probability to be NEE active are higher among the single young men while women who are married to be NEE inactive. Education attainment also distinguish the probability to be NEE active or inactive.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Bonita Diliana
"Pemuda yang tidak sekolah dan tidak bekerja (NEE) menjadi suatu masalah karena orang muda tidak mengerjakan apa-apa, maka transisi kehidupan mereka selanjutnya akan semakin sulit. Studi ini menganalisis apakah pemuda yang NEE akan seterusnya menjadi NEE dengan menggunakan data panel IFLS 2007 dan 2014 untuk pemuda usia 15-29 tahun dengan metode regresi multinomial logit.
Analisis menunjukkan bahwa pemuda yang tetap NEE sejumlah 11,4 persen. Karakteristik yang berpengaruh terhadap peluang pemuda untuk tetap NEE yaitu karakteristik sosial demografi, regional, ekonomi, dan soft skills. Pemuda tersebut perlu dibantu dengan biaya pendidikan yang murah atau gratis dan peningkatan soft skills untuk menunjang employability.

Youth not in school and not working (NEE) become a problem because young people do not do anything, then the transition of their life will be increasingly difficult. This study analyzes whether the youth who are NEE will always be NEE using panel data from the 2007 and 2014 IFLS that covered youth aged 15-29 years with a multinomial logit regression method.
Analysis showed that the number of youth who remain NEE are 11.4 percent. Characteristics that affect the opportunities of youth to remain NEE are youth's socio demographic, economic characteristics, region, and soft skills. The youth needs help with the cheap or free cost for education and improving the soft skills for employability."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan preferensi pemilihan pasangan hidup pada wanita dewasa muda yang bekerja dan tidak bekerja. Preferensi pemilihan pasangan hidup adalah kriteria yang umumnya dipertimbangkan, diinginkan, dan diprioritaskan individu dalam memilih pasangan hidup. Penelitian ini menggunakan pendekatan evolusioner yang menjelaskan bahwa pria cenderung memilih pasangan berdasarkan bentuk fisik, sedangkan wanita cenderung memilih pasangan berdasarkan status sosial ekonomi yang dimiliki (Buss, 1989; Townsend, 1989). Preferensi pemilihan pasangan hidup merupakan hal yang penting sebagai acuan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 264 orang dengan rincian: 123 orang adalah wanita dewasa muda yang bekerja dan 141 orang adalah wanita dewasa muda yang tidak bekerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Nine Mate-Selection Question adaptasi dari penelitian Townsend (1993). Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Independent Sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan preferensi pemilihan pasangan hidup pada wanita bekerja memiliki mean skor yang lebih tinggi dibandingkan wanita tidak bekerja. Artinya, wanita bekerja memiliki preferensi pemilihan pasangan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak bekerja.

The aim of this study is to investigate the differences of mate selection preferences of working and non-working young adult woman. Mate selection preference criteria are generally considered, desirable, and prioritized the individual in choosing a spouse. This study uses an evolutionary approach to explain that men tend to choose mates based on physical shape, while women tend to choose mates based on socioeconomic status-owned (Buss, 1989; Townsend, 1989). Mate selection preferences is important as a reference to continue the marriage.
Participants of this study are 264 young adulthood: 123 respondents are working young adult woman and 141 respondents are non-working young adult woman. This study is a quantitative research method using Nine Mate-Selection Question from Townsend (1993). Data gathered in this study were calculated using Independent sample T-test. This study found that the selection of mate preference in working women has a mean score higher than non-working women. That is, the mate selection preference of working women higher than mate selection preference of non-working women.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Nikhen Pratiwi Sekar
"ABSTRAK
Fenomena pekerja tidak penuh merupakan bagian dari pasar kerja. Salah satu keuntungan dari pekerjaan tidak penuh adalah dapat mengurangi angka pengangguran. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil pekerja tidak penuh serta faktor yang memengaruhi kecenderungan bekerja tidak penuh di Indonesia dengan data Sakernas 2016. Mayoritas pekerja tidak penuh adalah kelompok pekerja yang tinggal di perdesaan, usia 35-44 tahun, kawin, memiliki modal manusia yang rendah, bukan penyandang disabilitas, tidak memiliki anggota rumah tangga usia di bawah 10 tahun, bekerja di sektor pertanian, pekerja/tidak dibayar, sektor informal, serta upah per bulan kurang dari Rp 500 ribu. Hasil analisis regresi logistik biner menunjukkan bahwa pekerja perempuan, tinggal di perdesaan, berusia di bawah 55 tahun, belum menikah, berpendidikan rendah, tidak pernah mengikuti pelatihan kerja, memiliki pengalaman kerja, berstatus disable, memiliki anggota rumah tangga usia di bawah 10 tahun, serta bekerja di lapangan usaha pertanian dan sejenisnya berpeluang lebih besar untuk menjadi pekerja tidak penuh di Indonesia.

ABSTRACT
The phenomenon of part time workers is the part of the labor market. One of the advantages of a part time job is to reduce unemployment rate. The aim of this research is to find out the profile of part time workers and the factors which affecting part time workers in Indonesia with Sakernas 2016. Part time workers are female, living in the rural areas, 35 44 years old, married, have less of human capital, non disabilities persons, do not have household members under 10 years old, works in the agricultural sector, unpaid workers, informal sector, and monthly wages less than 500 thousand rupiahs. The results of binary logistic regression analysis showed that female workers, living in rural areas, aged under 55, unmarried, low educated persons, never attending job training, having work experience, disabled persons, having household members under 10 years old, and working in agricultural sectors have greater opportunity to become part time workers in Indonesia."
2017
T48296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina S Sulianti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada saat ini terdapat kecenderungan dalam masyarakat menuntut kemampuan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. Bem (dalam Papalia 2000) menyebutkan anggapan budaya mengenai jender sangat mungkin berubah-ubah. Pembahan-perubahan ini dapat terefleksikan dalam skema jender anak dan nantinya mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Seseorang mungkin saja mempersepsi suatu masalah dari skema yang lainnya bukan hanya dari skema jender saja, namun Bem (dalam Boldizar, 1991) memberikan penekanan bahwa skerna jender menjadi hal yang penting, karena adanya kebiasaan dan ideologi sosial yang membentuk hubungan antara jender dengan tingkah laku, konsep, dan katagori-kategori tertentu berdasarkan jender, masyarakat sendiri menganggap perbedaan berdasarkan jender adalah hal yang penting, dan menggunakan jender sebagai dasar beberapa norma, keanggotaan kelompok, dan pengaturan di institusi-institusi. Bem (dalam Basow, 1992) menekankan bahwa bermula dari menyadari adanya perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan di setiap situasi sehari-hari, anak merangkai sebuah skema berdasarkan jender, sehingga terbentuk identitas jender, yang kemudian ditampilkan melalui tingkah laku-tingkah laku yang dianggapnya sesuai untuk laki-laki atau perempuan. Seorang anak laki-laki tidak selalu harus membentuk identitas jender maskulin, demikian pula seorang anak perempuan tidak selalu harus membentuk identitas jender feminin. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang memiliki identitas jender androgin dun maskulin lebih dapat diterima di lingkungannya, lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya, dan lebih populer daripada mereka yang memiliki identitas jender feminin. Dan tampaknya dikaitkan dengan kondisi Zaman saat ini identitas jender androgin lebih tepat untuk dimiliki seorang anak. Di dalam proses pembentukan identitas jender, dipengaruhi oleh faktor internal yaitu perkembangan kognitif fisik, dan psikososial seseorang. Dengan adanya tekanan sosial dan perkembangan kognitif yang berbeda antara anak usia sekolah dan remaja, menyebabkan anak usia sekolah dan remaja berbeda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadrian Hanindhityo Wirawan
"Penelitian ilmu sosial mengenai kematian anak berpusat pada pengujian hubungan antara status sosial ekonomi dan tingkat serta pola kematian dalam suatu populasi. Hanya sedikit penelitian yang fokus pada hubungan antara pendidikan ibu dengan tidak melahirkan hidup. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pendidikan ibu terhadap tidak melahirkan hidup di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan regresi logistik biner yang bertujuan untuk melihat hubungan antara pendidikan ibu terhadap tidak melahirkan hidup dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2020. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu mempunyai pengaruh negatif terhadap dampak ketika ibu tidak melahirkan hidup.

The research in social science on child mortality has centred on examining the link between socioeconomic status and the rates and patterns of mortality within populations. Few studies focus on the relationship between maternal education on not having live birth. The purpose of this study is to analyze the effect of maternal education on not having living birth in Indonesia. This study uses a quantitative method with binary logistic regression which aims to see a relationship between the maternal education on not having live birth with the data from Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) in 2020. The result of this study indicates that the maternal education has a negative impact on not having live birth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Nikaroso
"Perubahan biaya sekolah berpotensi menyebabkan perubahan perilaku individu dalam menentukan keputusan bersekolah (Gertler & Glewwe, 1990; Glick & Sahn, 2006; Glick, 2008; Lincove, 2009, 2013; dll). Dengan menggabungkan data survei rumah tangga dan survei komunitas IFLS 5, penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak biaya terhadap keputusan bersekolah dan kemudian menganalisis implikasinya terhadap potensi PPN Jasa Pendidikan di Indonesia. Hasil estimasi dengan Heckman dan multiresponse model menunjukkan bahwa biaya masih menjadi hambatan bersekolah terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah di Indonesia. Selain itu, hasil estimasi juga menunjukkan adanya segmentasi dalam keputusan memilih sekolah swasta. Analisis implikasi dari keputusan bersekolah menunjukkan bahwa kriteria pengenaan PPN Jasa Pendidikan harus ditetapkan secara hati-hati karena berpotensi untuk meningkatkan angka putus sekolah. Pengenaan PPN terhadap penyerahan jasa pendidikan oleh sekolah negeri berpotensi menimbulkan isu ketidakadilan karena potensi beban pajak yang bersifat regresif. Selain itu potensi penerimaannya relatif rendah karena pembiayaan pendidikan yang bergantung pada Pemerintah. Sedangkan pengenaan PPN terhadap penyerahan jasa pendidikan oleh sekolah swasta kepada individu dalam rumah tangga di kelompok penghasilan tertinggi menunjukkan potensi penerimaan terbesar dengan potensi beban pajak yang bersifat progresif.

Changes in school cost potentially changes individual behavior in determining school decisions (Gertler & Glewwe, 1990; Glick & Sahn, 2006; Glick, 2008; Lincove, 2009, 2013; etc.). By using IFLS 5 data, we combine household and community survey data to estimate the impact of cost on schooling decisions and analyze its implications on potential VAT revenues for education services in Indonesia. The estimation results using Heckman and multiresponse model show that cost is still remain a barrier for schooling, especially for low-income households in Indonesia. In addition, the estimation results also show that there is private school segmentation due to decision for schooling. Schooling decisions’s implications analysis shows that the criteria for imposing VAT on Educational Services should be set carefully because potentially increasing the dropout rate. The imposition of VAT on public schools potentially raising injustice issues due to the regressive tax burden. In addition, potential revenue gained is relatively low because its dependency on the government. Meanwhile, the imposition of VAT on private schools shows the greatest potential revenue and progressive tax burden in the highest income group."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Laras Ati Alya
"Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) terjadi setidaknya sebanyak 121 juta kasus secara global dari tahun 2015-2019. Tingginya angka prevalens ini menunjukkan bahwa KTD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat membawa banyak dampak negatif baik dalam bidang kesehatan, sosial dan finansial. Dari seluruh KTD yang terjadi secara global, setengahnya berakhir dengan aborsi. Kematian Ibu yang mengalami KTD juga berhubungan dengan karena kurangnya perawatan antenatal yang dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan akibat ketidaktahuannya tentang kehamilannya. Kunci untuk mencegah KTD adalah menggunakan kontrasepsi dengan begitu WUS dan PUS dapat merencanakan atau menunda kehamilan. Untuk memahami KTD lebih baik dapat dilakukan dengan mengenali faktor apa saja yang berhubungan dengan KTD. Bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan Kehamilan Tidak Diinginkan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional menggunakan data sekunder SDKI 2017. Sampel penelitian adalah Wanita Usia Subur yang sedang hamil saat survei dilakukan. Prevalensi kehamilan tidak diinginkan adalah sebesar 7,5% dengan 6,8% merupakan kehamilan yang tidak tepat waktu dan 0,7% kehamilan tidak diinginkan sama sekali. Faktor Intrapersonal, yakni; Usia, [PR 0,59 CI 95%: 0,37-0,97 p-value 0,036], Status Perkawinan [PR 6,03 CI 95% 3,7-9,9 p-value 0,001] dan Paritas [PR 0,42 CI 95% 0,26-0,67 p-value 0,001) dan Faktor Struktural, yaitu; Wilayah Tempat Tinggal [PR 1,625 CI 95% 1,06-2,57 , nilai p = 0,024] memiliki hubungan yang signifikan dengan Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia tahun 2017. Diperlukan lebih banyak edukasi kesehatan reproduksi yang tak hanya mencakup aspek biologis namun juga akibat dari sosial, mental dan finansial dari KTD. Pemerintah juga perlu menetapkan UU yang lebih ketat terhadap usia minimal perkawinan dan memastikan WUS mendapatkan akses yang baik terhadap kontrasepsi. Selain itu juga surveilans bagi akseptor KB perlu lebih diperhatikan agar perencanaan kehamilan dapat lebih efektif untuk menghindari KTD.

There are approximately 121 million unintended pregnancies globally from 2015 to 2019. Those high numbers show that unplanned pregnancy is still a significant public health problem, especially when half of all unintended pregnancies ended up in abortion. Unwanted pregnancy also brings other negative effects aside from the health aspect, such as social and financial problems. Women who are experiencing unintended pregnancy tend to neglect their, and the fetus’ health such as missing antenatal care, which risks higher pregnancy complications that can lead to maternal death. Maternal and Neonatal Death Rate is one of the indicators for the 3rd SDGs. Contraception is the key to preventing unplanned or unintended pregnancy. It is important to find out what are the factors contributing to Unintended Pregnancies so that we have the correct information that would be considered for making an effective preventative public health policy and health laws. This study aims to recognize the factors related to unintended pregnancy, in hopes that by knowing the risk factors, unintended pregnancy can be prevented. This study was conducted using cross-sectional studies and uses Indonesian DHS 2017 Secondary Data, the sample for this study is women of childbearing age who were currently pregnant during the survey. The prevalence of unintended pregnancy in Indonesia is 7,5%, which consist of 6,8% of mistimed pregnancy and 0,7% of unwanted pregnancy. Intrapersonal Factors such as Age [PR 0,59 CI 95%: 0,37-0,97 p-value 0,036], Marriage Status [PR 6,03 CI 95% 3,7-9,9 p-value 0,001] and Parity [PR 0,42 CI 95% 0,26-0,67 p-value 0,001) and Structural Factor such as Place of Residence [PR 1,625 CI 95% 1,06-2,57 , p value = 0,024] has statistically significant association (p-value <0,05) with the cases of Unintended Pregnancy in Indonesia 2017. More reproductive health education is needed which does not only cover biological aspects but also the social, mental and financial consequences of unwanted pregnancy. The government also needs to enact stricter laws regarding the minimum age for marriage and ensure that women of childbearing age can have good access to contraception. In addition, surveillance for family planning acceptors needs to be paid more attention so that pregnancy planning can be more effective in preventing unwanted pregnancies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Sal Shabilla
"ABSTRAK
Tren global saat ini menunjukkan adanya peningkatan partisipasi tenaga kerja wanita. Walaupun dalam Al-Quran Islam menyarankan agar wanita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, namun Islam sendiri pada dasarnya tidak melarang wanita muslim untuk bekerja. Bagi wanita muslim yang relijius, maka ia dia akan memilih untuk tidak bekerja dan kalaupun memilih bekerja akan memilih berwirausaha dibandingkan menjadi karyawan sehingga membuatnya bisa menyeimbangkan kewajibannya dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah relijiusitas Islam mempengaruhi keputusan seorang wanita muslim untuk berwirausaha. Dengan sampel 6637 wanita wanita muslim dari data IFLS dan model probit, peneliti menemukan bahwa relijiusitas Islam signifikan mempengaruhi keputusan wanita muslim untuk bekerja di mana wanita muslim yang lebih relijius cenderung tidak bekerja dan jika mereka bekerja mereka akan memilih untuk berwirausaha. Selain itu, ditemukan adanya perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita muslim berwirausaha di kota dan desa. Adanya pengaruh relijiusitas pada keputusan wanita muslim berwirausaha membuka peluang meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita muslim serta membutuhkan dukungan kebijakan yang memfasilitasi wanita muslim berwirausaha seperti akses modal melalui program pembiayaan.

ABSTRACT
Current global trends indicate an increase in female labor participation. Although in Al Quran Islam suggests that women spend more time at home, but Islam itself basically does not prohibit Muslim women to work. For a religious Muslim woman, she chooses not to work and if she chooses to work, she chooses entrepreneurship instead of being an employee to enable her to balance her obligations in the family. This study aims to determine whether the religiosity of Islam influence the decision of a Muslim woman to work and to choose self employment. With a sample of 6637 Muslim women from IFLS data and probit models, researchers found that the religiosity of Islam significantly influenced the decision of Muslim women to work where more religious Muslim women tended not to work and if they worked they would choose to become entrepreneur. In addition, there were differences in factors influencing the decision of Muslim women in entrepreneurship in cities and villages. The existence of the influence of religiosity on the decision of Muslim women self employment open the opportunity to increase the participation of Muslim women workers and require support policies that facilitate Muslim women entrepreneurship such as access to capital through a financing program."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>