Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soemarsaid Moertono
"BUKU KLASIK ini mengupas kedudukan raja dan seni mengelola kekua saan di Jawa masa lampau, mulai dari segi magis-religius raja, struktur kekuasaan, hingga pembiayaan negara. Dapat dibaca, raja Jawa memiliki kekuasaan tak terbatas, namun ia dituntut berlaku adil, bijak sana, dermawan, dan mampu menjaga ketenteraman negara. Dapat dibaca pula, struktur kekuasaan di Jawa sangat rentan pemberontakan sehingga kedudukan raja senantiasa rapuh. Buku ini dapat menjadi latar belakang dalam memahami politik Indonesia sekarang."
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2017
959.82 SOE n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Toni
"Istiwa adalah salah satu alat untuk mengetahui waktu masuk shalat yang menggunakan petunjuk matahari yang ditemukan pada mesjid-mesjid kuno di Jawa Dalam bahasa Jawa penunjuk matahari ini disebut befzeer, sedangkan istilah istiwa dikenal dalam bahasa Sunda yang berasal dari bahasa Arab (lihat bahasa khat al-istiwa, equator) yang artinya sama dengan khatulistiwa atau paralet. Bahasa Arab yang sebenarnya untuk penunjuk matahari adalah mizala. DipiIihnya istiwa sebagai obyek penelitian, berdasarkan pada keunikannya dibandingkan komponen bangunan rnasjid lainnya Pada obyek ini secara langsung berhubungan dengan gejala alam yaitu sinar matahari untuk mengetahui berfungsinya obyek tersebut. Pembahasan komponen istiwa diharapkan dapat menerangkan beberapa hal, diantaranya penggunaan istiwa sebagai alat penunjuk waktu shalat di rnasa lalu terutama (dari terbit hingga terbenam matahari) dan bentuk - bentuk Istiwa yang ada serta bagaimana penerapan rnedia tersebut pada mesjid-mesjid kuno di Pulau Jawa. Tampaknya cara-cara mengetahui waktu masuk shalat melalui istiwa mulai ditinggalkan dengan digunakannya teknologi yang lebih modern dan rnekanik, yaitu teknologi jam. Akibatnya, istiwa yang berfungsi sebagai alat penunjuk waktu shalat di masa lalu pada mesjid-mesjid kuno, menjadi kurang berfungsi dan kurang terurus penanganannya. Istiwa pada umumnya digunakan pada mesjid ataupun tempat peribadatan untuk shalat lainnya (mushola, saran, langgar dan lain-lain). Ruang lingkup penelitian terhadap istiwa pada mesjid-mesjid di Jawa dibatasi pada periode masa abad XVI hingga abad XIX. Untuk istiwa mesjid-rnesjid kuno di Jawa yang dianggap tertua menunjukkan periode abad XVI. Konsep dasar pembuatan istiwa memang erat tautannya dengan hukum islam, tetapi wujud fisiknya sendiri sesungguhnya bersifat sekuler. la lepas dari ketentuan hukum dan dengan demikian memberi kesempatan kepada si-pembuat untuk mengembangkan daya kreasinya Dari ragam bentuk istiwa dapat disimpulkan persamaan umum yang menandakan dan nnembedakan karakteristik istiwa dibandungkan komponen lainnya yaitu pada kawat penunjuk waktu dalam penampangnya (gnomon)."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S12030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI –XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.

This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque. The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante’s society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante’s society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI-XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan
cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena
menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.

This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque.
The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante's society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante's society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Amril
"Nisan merupakan salah satu bagian dari makam dengan fungsi sebagai penanda bahwa di tempat tersebut dimakamkan seseorang yang telah meninggal dunia. Dalam penelitian ini dibahas mengenai ragam hias yang terdapat pada nisan khususnya nisan Sultan di Banten Lama. Hasan Muarif Ambary berpendapat bahwa seni rancang bangun dan seni hias adalah produk seni yang bersifat elitis yang diterapkan pada makam raja (necropole), terbatas (bukan kemasan atau kist), karena seni tersebut dimaksudkan juga untuk mengingatkan harkat, martabat, kesaktian, dan magi serta kharisma raja (Ambary, 1995; 103). Berdasarkan pendapat tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah keistimewaan seorang raja yang nampak pada atribut keseharian, antara lain pakaian, penghormatan, makanan, dan lain-lain, diterapkan pula setelah raja atau sultan meninggal dunia, dalam hal ini pada ragam hias di batu nisannya. Sebelumnya sudah dilakukan penelitian terhadap nisan-nisan di Banten Lama, antara lain yang dilakukan oleh Halina Budi Santoso Azis (1976) dan Eullis Khumaeroh (1999).
Penelitian yang dilakukan oleh Halina menghasil kan tipologi nisan-nisan di Banten, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eullis mengaitkan antara ragam hias pada nisan di Banten dengan sufisme. Metode yang digunakan pada penelitian ini sebagaimana umumnya digunakan dalam penelitian arkeologi yaitu pengumpulan, pengolahan, dan penafsiran data. Tahap pengumpulan data dilakukan terhadap data kepustakaan dan data lapangan, sebagai data lapangan adalah nisan sultan Banten, dan sebagai data pembanding digunakan nisan kerabat, pejabat kesultanan, serta tokoh agama.
Langkah selanjutnya yaitu membandingkan ragam hias pada nisan sultan dengan ragam hias yang terdapat pada nisan pembanding. Setelah itu dilakukan analisis berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab, yaitu adakah ragam hias yang hanya digunakan oleh sultan sebagai bentuk keistimewaan baginya. Setelah tahapan-tahapan tersebut dilalui, maka diperoleh kesimpulan bahwa ragam hias yang terdapat pada nisan sultan Banten antara lain motif perbingkaian yang terdiri dari beberapa panil, motif arabesk floralistik yang tersusun dari sulur daun dan, motif arabesk berbentuk geometris berupa pola interlace, inskripsi, medallion dengan roset di dalamnya, daun waru. Sedangkan pada nisan pembanding ditemukan ragam hias antara lain: Berdasarkan perbandingan yang dilakukan dapat diketahui bahwa ragam hias sultan maupun keluarga, pejabat kesultanan, dan tokoh agama tidak terdapat perbedaan, dari bentuk maupun keletakan terdapat kesamaan, sehingga berdasarkan penelitian ini tidak ditemukan ragam hias yang hanya digunakan oleh sultan sebagai bentuk keistimewaan baginya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rahman Zainuddin
Jakarta: Gramedia, 1992
320 RAH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jones, Tod
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015
320.959 8 JON k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Darmosoetopo, Riboet
Jogjakarta: Prana Pena, 2003
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Budiman
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996
320.1 ARI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Soekiman
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000
306 DJO k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>