Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51485 dokumen yang sesuai dengan query
cover
RR. Mega Trianasari
"

 

Peristiwa Desember Hitam adalah  penandatanganan pernyataan protes oleh 14 seniman dan pemberian karangan bunga dukacita pada Dewan Kesenian Jakarta sebagai penyeenggara Pameran Besar Seni Lukis 1974, di Taman Ismail Marzuki pada 31 Desember 1974. Keempetbelas seniman tersebut adalah Muryotohartoyo, Juzwar, Bonyong Muni Ardi, M. Sulebar, Ris Purwana, Daryono, D.A Peransi, Baharudin Marasutan, Adri Darmadji, Harsono, Hardi, Ikranegara, Siti Adiati, dan Abdul Hadi WM. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebab dan dampak peristiwa Desember Hitam. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat langkah yaitu (1) Heuristik; (2) verifikasi; (3) interpretasi; dan (4) historiografi  dengan menggunakan pendekatan relasi kuasa. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa peristiwa ini disebabkan oleh hasil penjurian Lukisan yang Baik  dalam Pameran Besar Seni LukisIndonesia 1974  yang memilih hasil karya yang beraliran abstrak-dekoratif. Saat itu seni rupa yang beraliran abstrak dekoratif dianggap sebagai seni rupa yang cocok dengan kepribadian nasional. Menurut 14 seniman yang menandatangani Pernyataan Desember Hitam, pemilihan karya-karya yang becorak abstrak dekoratif merupakan suatu tindakan yang melawan kodrat seniman yang memiliki keragaman dalam aliran dan bentuk-bentuk karya. Peristiwa ini berdampak pada lima mahasiswa STSRI “ASRI” yang ikut menandatangani pernyataan Desember Hitam, mereka adalah Hardi, Bonyong Muni Ardhi, Harsono, Siti Adiyati dan Ris Purwana. Kelima mahasiswa tersebut menerima skorsing dan pemecatan dari pimpinan STR “ASRI”I. Lima mahasiswa STSRI “ASRI” tersebut dinilai mencemarkan nama baik institusi STSRI “ASRI” dengan ikut menandatangani pernyataan Desember Hitam yang dinilai memiliki muatan politis dan tidak sejalan dengan kebudayaan nasional. Kemudian, lima mahasiswa STSRI “ASRI” tersebut menggabungkan diri dengan seniman-seniman muda dari Bandung dan Jakarta untuk membentuk Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia yang bertujuan untuk mendobrak batasan-batasan dalam seni rupa di Indonesia yang terdiri dari seni lukis, patung dan grafis.

 

 

 

 

 


 

Black December is protest statement signed by 14 artists and giving condolences flower bouquet to Jakarta Art Council as the organizer of Indonesia Great Painting Exhibition 1974, at Taman Ismail Marzuki in 31st December 1974. Those 14 artists are Muryotohartoyo, Juzwar, Bonyong Muni Ardi, M. Sulebar, Ris Purwana, Daryono, D.A Peransi, Baharudin Marasutan, Adri Darmadji, Harsono, Hardi, Ikranegara, Siti Adiati, dan Abdul Hadi WM. This research purpose is to analyze the cause and effect of Black December 1974 event. The methods which used in this research is history methods. Consist of four steps. They are: (1) Heuristic; (2) verification; (3) interpretation; dan (4) historiography with power relation approach.  The research result show that this event caused by the Good Painting judging result in Indonesia Great Painting Exhibition 1974, which choose abstract decorative art works. In that time, abstract decorative artwork is considered fit with national character. According to 14 artists who sign December Hitam statement, choosing only abstract decorative artworks was an act which contradict to artist nature who has variety in style and art form, this event is also have an effect to   STSRI “ASRI” student who sign the Black December Statement, they are Hardi, Bonyong Muni Ardhi, Harsono, Siti Adiyati dan Ris Purwana. Those five students accept suspension decision from STSRI ASRI’s Chief. They perceived to give bad name for STSRI “ASR” by signing the Black December Petition, because it has political value and it doesn’t conform to national culture. Afterward, those five expelled students joined themselves with young artist from Bandung and Jakarta, making Indonesian New Art Movement which has purpose to breaking the barrier of Indonesian fine arts, which consist of painting, sculpture and graphic.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T51820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Carolina
"ABSTRAK
Seni publik merupakan karya seni yang diletakkan di ruang publik, bukan hanya untuk dilihat saja, melainkan untuk berinteraksi dengan masyarakat dan lingkung sekitar. Oleh sebab itu, seni publik mampu menciptakan ruang yang berbeda melalui intervensi dari karya yang dibuat. Karya seni publik dapat bersifat dinamis akibat pengaruh zaman dan perkembangan teknologi di era modern. Proses kreatif seniman dalam mengintervensi ruang publik melalui teknik dan media yang beragam, menyebabkan karya seni publik bersifat interaktif, menarik perhatian dan kontroversial. Karya seni publik memberikan pengaruh terhadap respon masyarakat yang berperan sebagai lsquo;observer rsquo;, dalam bentuk pola reaksi dan tingkah laku dalam mengalami ruang kota. Pola tingkah laku dipengaruhi oleh persepsi terkait penilaian terhadap karya seni publik. Beragam jenis karya seni publik yang memiliki nilai makna dan estetika dimanfaatkan sebagai elemen yang digunakan dalam perancangan kota dengan istilah lsquo;reinvention rsquo;. Hal tersebut untuk meningkatkan kualitas ruang kota agar menarik perhatian masyarakat dalam mengalami ruang kota dimana karya diletakkan. Seni publik yang dipadukan dengan perancangan kota, menjadikan ruang publik kota menjadi livable yang mengundang untuk berinteraksi, bertinggal maupun berkunjung. Seperti studi kasus yang telah dilakukan di kota Bandung dan studi preseden di kota Melbourne, kedua kota memadukan seni dalam konsep perancangan kota untuk menciptakan lingkung ruang publik yang livable.

ABSTRACT
Public art is a work of art that is placed in public space, not just to be seen, but to interact with the community and the surrounding environment. Therefore, the public art can create different spaces through the intervention of the created work. Public artwork can be dynamic due to the influence of the times and technological developments in the modern era. The creative process of artists in the intervention of public space through various techniques and media, causing public artwork to be interactive, interesting and controversial. Public artworks have an influence on the response of community who acts as an observer, in the form of reaction patterns and behavior in experiencing urban space. Behavioral patterns are influenced by perceptions regarding the assessment of public works of art. Various types of public art that have meaning and aesthetic value are used as an element used in the urban design with the term 39 reinvention 39 . This is to improve the quality of urban space to attract the attention of people in experiencing the city space where the work is laid. Public art combined with urban design, making the city public space to be livable that invite to interact, stay or visit. As case studies have been done in the city of Bandung and a study of precedents in the city of Melbourne, the two cities combine art with the concept of urban design to create a livable public sphere. "
2017
S67808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Setiawan
"ABSTRAK
Tugas Karya Akhir ini membahas tentang Perencanaan Strategi Komunikasi terpadu Printerous Shop yang menekankan aspek emosional untuk meningkatkan awareness konsumen. Dengan mengumpulkan data pasar yang ada maka diharapkan terkumpul berbagai dasar dan pertimbangan yang baik untuk menjalankan sebuah program perencanaan komunikasi pemasaran terpadu untuk Printerous Shop. Big idea “Teman Seniman” dipilih untuk dieksekusi dengan menggunakan berbagai elemen pemasaran, untuk mencapai tujuan pemasaran yang telah ditetapkan. Biaya kampanye ini adalah sebesar Rp. 1.635.300.000 selama enam bulan kampanye. Demi kelancaran kampanye ini juga akan diawasi dan dievaluasi untuk melihat dampak dan efektivitas kampanye ini.

ABSTRACT
This final assignment is about Integrated Marketing Communications Strategy Planning of Printerous Shop that emphasizes the emotional aspect to increase consumer awareness. By collecting market data, hoped we can make a good reason and good judgement to run a program of integrated marketing communications planning for Printerous Shop. Big idea “Teman Seniman” was chosen to be executed using a lot of marketing elements, to achieve marketing goals that have been set. Campaign’s cost is Rp. 1.635.300.000 during six months of campaign. For the smooth running of this campaign will also be monitored and evaluated to see the impact and effectiveness of this campaign.
"
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S7578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farih Bidada
"Pada zaman modern seni dianggap otonom karena munculnya sebuah gerakan seni untuk seni sehingga melahirkan ideologi seni tinggi dan seni kelas tinggi. Hal ini menimbulkan adanya hierarki dalam seni. Memasuki zaman kontemporer seni yang hierarkis bukan lagi persoalan seni untuk seni melainkan seni elit yang dikuasai oleh masyarakat kapitalis dan kelompok masyarakat tertentu. Seniman jalanan asal Inggris yang dikenal dengan nama Banksy, mengkritik fenomena ini dengan menciptakan karya seni dan aksi yang dinilai sebagai perlawanan terhadap kapitalisasi seni. Di dalam artikel ilmiah ini, penulis akan menganalisis fenomena Banksy dan aksinya dalam melawan kapitalisasi seni berdasarkan teori estetika politik Jacques Ranciere yang membahas seni sebagai persoalan politik. Seni yang pada masa pencerahan hingga modern dianggap otonom hingga menimbulkan hierarki pada seni, oleh pemikir-pemikir postmodern direposisi ke dalam heteronomi seni yang terdapat ideologi dan latar belakang sosial di dalamnya. Otonomi hanya ada pada pengalaman seniman, namun ketika pengalaman tersebut dituangkan ke dalam sebuah karya maka seni menjadi heteronom. Pembahasan mengenai karya seni Banksy dan kaitannya terhadap teori otonomi dan heteronomi seni Ranciere akan dibahas dengan refleksi kritis di dalam karya ilmiah ini.

In modern era, art was considered as autonomous label because there was an art for art movement which gave a rise of ideology that make high of art. It makes hierarchy in art itself. Goes in contemporary era, hierarchical art is no longer a matter of art for art, but rised an elite art which dominated by capitalist society and certain groups of society. Inggriss street artist who known as Banksy, have criticized this phenomenon by create an artwork and actions that are considered as a resistance to the capitalization of art. In this scientific article, the author will analyze Banksys phenomenon and its action against the capitalization of art based on Jacques Rancieres aesthetic of politic theory which discusess an art as a political issue. Art which in enlightenment to modern era was considered as autonomous that rise hierarchy in art, by postmodern philosophers was repositioned into heteronomy art which contained ideology and social background in it. Autonomy only exists in the experience of artist, but when the experience is poured into work of art, it becomes heteronomous. The discussion of Banksys artwork and its relation to Rancieres autonomy and heteronomy of art theory, will be discussed with critical reflection in this scientific article."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fromm, Erich
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990
152.41 FRO at
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Resobowo
Yogyakarta: Ombak, 2005
808.3 BAS b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Pirous
"In this article, the author assumes that the clear-cut distinction between modern and traditional arts is merely a form of scientific construction which needs to be re-examined. The political, social and cultural problems underlying the development of modern art, in particular in developing countries are quite different from those in Euro-American countries. Therefore, the artistic expressions are also different and cannot be analyzed in terms of aesthetical standard as developed in the West. The author provides evidences that the modern art in Indonesia has its own discourse. An intensive dialogue' between the traditional and the modern elements is going on. Three cases drawn from three artists are discussed in this article as the example of the ongoing dialogue."
2000
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Taleb, Nassim Nicholas
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2021
003.54 TAL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rapanie
"Keberadaan kesenian tradisional Sumatera Selatan cenderung memprihatinkan, komunitasnya menunjukkan gejala ketidakberdayaan. Keadaan ini melemahkan fungsi sosial kesenian tradisional sehingga mengurangi perannya di dalam pembangunan daerah. Penelitian dengan metode kualitatif ini merupakan studi kasus terhadap komunitas Dulmuluk, seni teater tradisional di Sumatera Selatan. Kerangka konseptual yang dipergunakan adalah konsep dan teori-teori fungsi sosial kesenian, identitas, dan pemberdayaan. Pemberdayaan terhadap komunitas Dulmuluk perlu dilakukan agar fungsi sosialnya dapat berkontribusi terhadap identitas daerah. Hasil studi menunjukkan bahwa untuk melakukan upaya pemberdayaan maka kedua aktor pembangunan kesenian, yakni pemerintah dan komunitas seniman tradisional, harus bertindak bersama-sama dalam koridor konsep pemberdayaan dengan dasar prinsip- prinsip keadilan, kemandirian dan partisipasi komunitas, untuk membangunan martabat dan rasa percaya diri komunitas dalam menjaga kelangsungan tatanan budaya. Strategi yang diperlukan adalah pemberdayaan komunitas yang berbasis pada identitas fungsi sosial kesenian tradisional, sehingga membangun komunitasnya berarti membangun kesenian itu sendiri.

The existence of South Sumatra’s traditional arts community tends to be gradually apprehensive. The community is powerless due to the lack of economic support. This conditlon afiects its social functions in contributing to the sustainability of locai traditional arts. This study applies a qualitative research approach and uses a case study of Dulmuluk community—a community of traditional art performance in South Sumatra. The framework of this study is rooted on theories of arts social function, identity, and community empowerment. Dulmuluk community needs to be empowered immediately in order able to reform its social functions that plays essential role in forming the identity of region. The resuit of this study indicates that two actors of the sustainability of traditional arts—the govemment and the art community should be actively involved in the empowerment process. They have to work in collaboration using the empowerment consept based on the principles of justice, community utonomy and participation in building the community’s prestige and self-confidence which are usefull for maintaining the continuity of the cultural order. The strategy required to do so is the community empowerment based on the identity of social functions of the traditional art. Thus, the building of the art community means the building of the art itself."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26394
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>