Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Resita Nurbayani
"Wasting merupakan kurangnya berat badan terhadap tinggi badan (low weight for height). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 0-23 bulan di 13 provinsi di Indonesia (Studi Data IFLS-2 Tahun 1997, IFLS-3 Tahun 2000, dan IFLS-5 Tahun 2014). Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel anak yang berusia 0-23 bulan pada tahun 1997 sebanyak 582, tahun 2000 sebanyak 1263, dan tahun 2014 sebanyak 1609. Wasting diperoleh dari pengukuran berat badan dan panjang badan dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi wasting pada tahun 1997 adalah sebesar 12,20 %, pada tahun 2000 sebesar 11,96 % dan pada tahun 2014 sebesar 10, 13 %. Hasil bivariat menunjukkan bahwa pada tahun 1997 terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI, status kemiskinan, dan jenis kelamin dengan kejadian wasting,  sedangkan pada tahun 2000 tidak terdapat variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian wasting, dan pada tahun 2014 terdapat hubungan yang signifikan antara status kemiskinan dan panjang lahir. Hasil multivariat menunjukkan bahwa status kemiskinan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada tahun 1997 dan 2014. Pencegahan wasting sebaiknya dilakukan sebelum masa kehamilan dan berfokus pada masyarakat dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Wasting is low weight for height. This study aims to determine the difference factors associated with wasting in children aged 0-23 months in 13 provinces in Indonesia (Study of IFLS-2 in 1997, IFLS-3 in 2000, and IFLS-5 in 2014).The research design was used cross sectional with  total sample of children aged 0-23 months was 582 in 1997, 1263 in 2000, and 1609 in 2014. Wasting was measured using weight scale, length board with  level of accuracy was 0,1 cm.
The results showed the decrease in the prevalence of wasting from 12,20%  in 1997, 11,96%  in 2000 and 10,13% in 2014. Bivariate results showed that in 1997 there were a significant relationship between provision of companion breastfeeding food, poverty status, and sex with wasting events, while in 2000 there were no variables that significantly associated with wasting events, and in 2014 poverty status and body length birth were the significant factors. Multivariate results showed the poverty status was the dominant factor associated with wasting in 1997 and 2014. Prevention of wasting should be started prior pregnancy and focused on community with high poverty level."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Zahra Lydia Cross
"ASI eksklusif terbukti menjadi makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya selama 6 bulan pertama. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia perlu menjadi perhatian mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat mengancam pertumbuhan, kesehatan, hingga menyebabkan kematian bayi jika tidak ASI eksklusif. Berbagai faktor ditemukan menjadi penentu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014-2015 yang memiliki sampel anak usia 6-23 bulan sebanyak 1550 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif hingga usia minimal 5 bulan adalah sebesar 24,9%. Analisis bivariat menemukan beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, berat badan lahir, tempat persalinan, penolong persalinan, dan kunjungan ANC. Faktor status pekerjaan, status perkawinan, paritas, pengetahuan terkait ASI eksklusif, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan kunjungan PNC ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini. Hasil analisis multivariat menemukan usia ibu sebagai faktor dominan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan OR 2,13. Penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi praktik menyusui pada usia reproduktif dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2,1 kali lebih tinggi.

Exclusive breastfeeding (EBF) is proven to be the best food a mother can give to her child during the first 6 months. The low prevalence of EBF in Indonesia needs to be a concern given the many health risk of not breastfeeding exclusively, such as delayed growth, threatened health, and infant mortality. Various factors were found to be determinants in the practice of exclusive breastfeeding. This study was conducted to identify the dominant factor associated with 6-month EBF among children aged 6-23 months in Indonesia. The design used in this study is cross-sectional using IFLS-5 2014-2015 as a secondary data with a sample of 1550 children aged 6-23 months. Data were analyzed using chi square test dan multiple logistic regression test. The result found the prevalence of 5-month EBF was 24,9%. Bivariate analysis found several factors that were significantly related to EBF, which are maternal age, maternal education, birth weight, place of delivery, birth attendant, and ANC visits. The factors of employment status, marital status, parity, knowledge related to EBF, gender, area of residence, and PNC visits were not found to be significantly related to EBF practice in this study. The result of multivariate analysis showed maternal age as the dominant factor of EBF practice in mothers with children aged 6-23 months in Indonesia with an OR of 2,13. This study shows that optimizing breastfeeding practices at reproductive age can increase the success of 6-month EBF up to 2,1 times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviani J. Prissa
"Stunting juga dikenal sebagai "pendek", adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah 5 tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Berdasarkan hasil SSGI tahun 2022, Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat ke 6 dengan prevalensi stunting mencapai 28,2%, turun 1,5% dari tahun 2021 yaitu 29,7% (peringkat 8). Namun, angka ini masih lebih tinggi dari rata–rata nasional sebesar 21,6 persen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang faktor determinan stunting pada anak usia 6–23 bulan di Provinsi Sulawesi Tengah. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi faktor anak, faktor ibu dan faktor rumah tangga. Analisis data menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik berganda model determinan. Hasil penelitian menunjukkan, faktor anak (jenis kelamin, berat badan lahir, ISPA dan riwayat imunisasi), faktor ibu (pendidikan ibu), faktor rumah tangga (ketahanan pangan rumah tangga, sanitasi jamban, jumlah balita dalam keluarga) berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6–23 bulan. Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6–23 bulan adalah BBLR (OR: 2,306) setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, ISPA, riwayat imunisasi, pendidikan ibu, sanitasi jamban, dan jumlah balita dalam keluarga.

Stunting, also known as “shortness”, is a condition of failure to thrive in children under 5 years of age due to chronic malnutrition and recurrent infections especially in the period of the First 1,000 Days of Life (HPK), which is from the fetus until the child is 23 months old. Based on the results of the SSGI in 2022, Central Sulawesi Province is ranked 6th with a stunting prevalence of 28.2%, down 1.5% from 2021 which was 29.7% (rank 8). However, this figure is still higher than the national average of 21.6 percent. This study is a quantitative study with a cross-sectional design that determines stunting in children aged 6–23 months in Central Sulawesi Province. Independent variables in this study include child factors, maternal factors and household factors. Data analysis used the chi-square test and multiple logistic regression of the determinant model. The results showed that child factors (gender, birth weight, ARI and immunization history), maternal factors (mother's education), household factors (household food security, latrine sanitation, number of toddlers in the family) were associated with the incidence of stunting in children aged 6–23 months. The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 6–23 months is LBW (OR: 2.306) after being controlled by variables of gender, ARI, immunization history, maternal education, latrine sanitation, and number of toddlers in the family."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Masnauli Pratiwi
"Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi Stunting di Indonesia pada tahun 2022 adalah 21,6 persen, di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2019 sebesar 39,3 persen, 2021 sebesar 33,8 persen dan 2022 sebesar 35,0 persen (479.699 anak). Prevalensi stunting terendah di Indonesia tahun 2019, 2021 dan 2022 adalah di Provinsi Bali berturut-turut 14,3 persen, 10,9 persen dan 8,0 persen. Penelitian ini bertujuan menganalisis komparasi determinan stunting pada anak usia 6-23 bulan di Provinsi Sulawesi Barat dan Bali. Desain adalah cross-sectional. Sampel adalah sebagian anak usia 6-23 bulan di Provinsi Sulawesi Barat dan Bali yang menjadi responden SSGI 2022 dan memenuhi kriteria inklusi. Analisis data menggunakan kompleks sampel (crosstab dan regresi logistik berganda). Determinan stunting Provinsi Sulawesi Barat dan Bali berbeda. Faktor anak (jenis kelamin dan berat bayi lahir rendah) menjadi faktor penyebab stunting di Provinsi Sulawesi Barat tinggi. Peluang anak dengan riwayat BBLR 2,64 kali lebih besar untuk mengalami stunting daripada anak dengan riwayat tidak BBLR. Determinan stunting di Provinsi Bali adalah pendidikan ayah, tinggi ibu, umur ibu dan IMD. Variabel jenis kelamin, BBLR, pekerjaan ibu sumber air minum dan riwayat pneumonia merupakan variabel confounding. Anak yang tidak IMD berisiko mengalami stunting 4,47 kali lebih besar dibandingkan anak yang IMD.

Stunting is a global public health concern. The stunting prevalence in Indonesia was 21.6 per cent in 2022, 39.3 per cent in 2019, 33.8 per cent in 2021 and 35.0 per cent in 2022 in West Sulawesi Province (479,699 children). The lowest stunting prevalence in Indonesia in 2019, 2021 and 2022 was in Bali Province with 14.3 percent, 10.9 percent and 8.0 percent respectively. This study aims to analyse the comparative determinants of stunting among children aged 6-23 months in West Sulawesi Province and Bali. The design was cross-sectional. Samples were children aged 6-23 months in the provinces of West Sulawesi and Bali who were respondents to the SSGI 2022 and met the inclusion criteria. Data were analysed using complex sampling (crosstabs and multiple logistic regression). Determinants of stunting differed between West Sulawesi and Bali provinces. Child factors (gender and low birth weight) were the most important determinants of stunting in West Sulawesi. A child with a history of LBW is 2.64 times more likely to be stunted than a child without a history of LBW. Determinants of stunting in Bali Province are father's education, mother's height, mother's age and IMD. Gender, LBW, maternal occupation, source of drinking water and history of pneumonia were confounding variables. Children without IMD had a 4.47 times higher risk of stunting than children with IMD.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Sinang
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan risiko bercerai antar wanita dengan menggunakan Sakerti Tabun 2000 dan 2007 menurut karakteristik tiogkat pendidikan dan umur kawin pertama dengan memperhitungkan k&raktaristik kebadinm anak, daerab tempat tinggal, kohor kelabiran dan status kerja, Berdasarkan temuan pada analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa wanlta berpendidikan lebih rendah merniliki risiko bercerai yang lebih besar dibandingkan wanlta berpendidikan lebih tioggi. Wanlta dengan umur kawin pertama 22 tahun keatas justru memiliki risiko bercerai yang lebih besar dibandingkan wanlta dengan urnur kawin pertama 15 tahun kebawab dan 16-21 tahun. Sedangkan dalarn hal kebadimn anal<, kohor kelabimn dan status kerja, diternukan babwa wanlta yang tidak merniliki anak, labir sebagai generasi paling muda dan beketja, memiliki risiko bercerai yang paling besar. Berdasarkan analisis inferens dengan model regresi legit biner, dapat disimpulkan bahwa dengan memerhatikan kondisi tingkat pendidikanumur kawin pertama serta faktor klasifikasi seperti kebadiran anak, daerah tempat tinggai, kohor kelahiran dan status kelja, perbedaan risiko pada umumnya menunjukkan pola yang sama dengan basil dari analisis deakriptif. Namnn, basil estimasi pada setiap model menunjukkan terdapat perbedaan risiko yang signifikan hanya pada kondisi wanita yang berpendidikan tamat SMP keatas dan umur kawin pertarnanya 22 tahun keatas.

The objective of this research is to study the difference in risk of divorce among women according to educational level) age at first marriage by considering the presence of children, residence, birth cohort and working status. Using the 2000 and 2007 IFLS data, the findings on descriptive analysis show that women with lower level of education have greater risk of divorce than women with high level of education. Women with age of first marriage 22 years and older have greater risk of divoree than women with age of first marriage 15 years and younger and 16-21 years. According to the factors of the presence of children, birth cohort and working statusit is found that women who have no children who were born as the youngest cohort and who were working. have the greatest risk of divorce. Based on the results of binary logit regression model, it is concluded that by considering the educational level, age at first marriage and classification factor such as the presence of children. residence, birth cohort and working status, the pattern of the results are simllar with the results from descriptive analysis. However, the estimation results in every model show that there are significant risk differences only for women who finished junior highschool and higher and women with age of first marriage 22 years and older."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33539
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Meiandayati
"Pendahuluan:Wasting merupakan salah satu permasalahan status gizi serius yang dapatmeningkatkan kematian bayi dan balita. Indonesia merupakan negara kontributor wastingke 4 tertinggi di dunia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend wasting1993-2014 dan hubungan berat lahir dengan wasting pada anak usia 0-24 bulan tahun 2014.
Metode: Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian ini pada IndonesiaFamily Life Survey 1FLS yaitu anak yang berusia 0-24 bulan tahun 2014 sebesar 1476orang. Data dianalisis dengan regresi logistik.
Hasil: Trend wasting 1993-2014memperlihatkan sedikit penurunan dari 11,3 1993 menjadi 11,0 2014 dan tidakbermakna secara statistik P value : 0,480. Hubungan berat lahir dengan wasting pada anakusia 0-24 bulan berbeda menurut kepemilikan buku KIA. Setelah dikontrol oleh pemberianASI eksklusif, waktu pemberian MP ASI pertama kali, usia anak, pekerjaan ibu dan statuskemiskinan, anak yang memiliki berat lahir.

Introduction Wasting is one of serious nutritional problems that can increase the infantand toddler mortality. Indonesia ranks the 17th country with the highest wasting prevalence 12.1 and the 4th highest contributor in the world.
Objectives This study aims to findout the wasting trend in 1993 2014 and the relation between birth weight and wasting inchildren aged 0 24 months.
Methods The study design was cross sectional. This studytook samples on Indonesia Family Life Survey 1FLS that were 1476 children aged 0 24months in 2014. Data analysis applied logistic regression.
Results The wasting trendrespectively decreased in 2014 to 11,0 from 11,3 in 1993 and the results of statisticalhad not changed significantly Pvalue 0,480 . The relation between birth weight andwasting in children aged 0 24 months was different according to the ownership of motherand child card. After controlled by the provision of exclusive breastfeeding, the first periodof complementary feeding, the child rsquo s age, maternal employment and poverty status, thechildren who had birth weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yedida Ayuningtyas
"Stunting merupakan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi, infeksi berulang, dan kurangnya rangsangan psikososial. Stunting memiliki konsekuensi negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk peningkatan kejadian penyakit, gangguan perkembangan dan keterampilan belajar yang buruk, peningkatan risiko terkena penyakit tidak menular, penurunan kemampuan kerja, serta dampak antargenerasi. Kejadian stunting dikaitkan dengan berbagai faktor, di antaranya asupan tidak adekuat, penyakit infeksi, kerawanan pangan, pola asuh yang kurang tepat, serta kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 melaporkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan provinsi kelima dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia dan termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat kategori sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting serta faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder SSGI tahun 2021. Terdapat 600 subyek baduta yang dilibatkan dalam penelitian ini. Data dianalisis menggunakan uji kai kuadrat pada analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda pada analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan, yaitu usia anak, jenis kelamin, partisipasi ibu dalam kelas ibu hamil, dan berat badan lahir. Anak dengan riwayat berat badan lahir rendah diketahui sebagai faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan dengan p-value 0,001 dan OR 3,560 (CI 95%: 1,777-7,132). Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian untuk masyarakat melakukan pencegahan dini kejadian stunting dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, memerhatikan kecukupan gizi sejak dini, menerapkan pola asuh yang sesuai, dan menggunakan akses sanitasi yang layak. Selain itu, instansi kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan dukungan kepada masyarakat melalui Komuikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Gizi yang berkaitan dengan stunting. Program-program pencegahan stunting yang sudah ada perlu dioptimalkan oleh instansi kesehatan guna memberikan manfaat yang maksimal dalam mencegah stunting di masyarakat.

Stunting is a growth and development problem in children caused by malnutrition, reccurent infections, and lack of psychosocial stimulation. Stunting has negative consequences in both the short and long term, including increased incidence of disease, impaired development and poor learning skills, increased risk of non-communicable diseases, decreased ability to work, and intergenerational impacts. The incidence of stunting is associated with various factors, including inadequate intake, infectious diseases, food insecurity, inadequate caregiving practices, and inadequate environmental health and health services. According to the 2021 Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) report, it is known that Southeast Sulawesi Province is the fifth province with the highest prevalence of stunting in Indonesia and is classified under the category of very high public health problem. This study aims to analyze the factors associated with stunting incidence and identify the dominant factors among children aged 6-23 months in Southeast Sulawesi Province. This research was conducted using a cross-sectional design using secondary data from the 2021 SSGI. A total of 600 children aged 6-23 months subjects were involved in this study. Data were analyzed using chi-square test in bivariate analysis and multiple logistic regression in multivariate analysis. The results of the study show that there are four variables significantly associated with the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, namely child age, gender, maternal participation in maternity classes, and low birth weight. Children with a history of low birth weight were identified as the dominant factor in the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, with a p-value of 0,001 and an odds ratio (OR) of 3,560 (95% CI: 1,777-7,132). Based on the research, suggestions for the community to prevent stunting include utilizing healthcare facilities for early prevention, paying attention to early nutritional adequacy, implementing appropriate parenting practices, and using proper sanitation facilities. In addition, healthcare institutions are expected to optimize support to the community through Nutrition Communication, Information, and Education (KIE Gizi) related to stunting. Existing stunting prevention programs need to be optimized by healthcare institutions to provide maximum benefits in preventing stunting in the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Devi Qirani
"Underweight merupakan salah satu masalah kekurangan gizi yang rentan dialami oleh anak-anak. Karakteristik anak, orangtua, dan lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian underweight pada anak, terutama pada anak usia 24-59 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor yang mempengaruhi kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Pulau Jawa. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder dari IFLS 2014. Total responden pada penelitian ini sebanyak 1270 anak usia 24-59 bulan yang tinggal di Pulau Jawa. Perhitungan dan klasifikasi nilai z-score BB/U menggunakan aplikasi WHO AnthroPlus, sedangkan aplikasi SPSS digunakan untuk mengolah data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 20,2% anak yang mengalami underweight di Pulau Jawa. Variabel yang berhubungan secara signifikan (p-value <0,05) antara lain BBLR, ISPA, diare, frekuensi makan susu dan olahannya, tingkat pendidikan ayah dan ibu, dan status gizi ayah. Sedangkan variabel jenis kelamin, umur kehamilan, pemberian imunisasi dasar, status anemia, riwayat asi eksklusif, semua frekuensi makan selain susu dan olahannya, status gizi ibu, kebiasaan merokok ayah dan ibu, serta wilayah tempat tinggal tidak berhubungan secara signifikan (p-value >0,05) dengan kejadian underweight. Berdasarkan analisis multivariat, frekuensi makan susu dan olahannya menjadi faktor dominan kejadian underweight pada penelitian ini (OR=1,798).

Underweight is one form of undernutrition that is often experienced by children. Characteristics of children, parents, and the environment were factors affecting the incidence of underweight in children, especially aged 24-59 months. This study aimed to find out the dominant factors affecting underweight in children aged 24-59 months in Java Island. This cross-sectional study used secondary data from IFLS V (2014). Total respondents of this study were 1,270 children aged 24-59 months who lived in Java Island. Z-scores for weight-for-age was determined and classified using WHO AnthroPlus software, while SPSS software was used to process the data. This study found that 20.2% children in Java were underweight. Variables that significantly associated (p-value <0.05) with underweight were LBW, ARI, diarrhea, frequency of eating milk and its products, education level of father and mother, and underweight father. While gender, gestational age, basic immunization, anemia status, exclusive breastfeeding history, other eating frequencies, maternal nutritional status, smoking habits of fathers and mothers, and area of residence were not significantly associated with underweight (p-value >0.05). Based on multivariate analysis, low frequency of eating milk and dairy product was the dominant factor in this study (OR=1.798)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Ariyani
"Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi di Indonesia. 1 dari 3 anak di.Indonesia mengalami stunting. Indonesia masuk 5 besar negara yang memilikiprevalensi stunting tertinggi 37,2 di dunia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untukmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia12-59 bulan.
Metoda Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian inipada Indonesia Family Life Survey 1FLS yaitu anak yang berusia 12-59 bulan tahun2014 sebesar 1442 orang. Data dianalisis dengan regresi logistik.
Hasil: Hubungan yangsignifikan antara stunting dengan berat lahir, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi,usia ibu saat hamil, pendidikan ibu, pendidikan ayah, tinggi badan ibu, tinggi badanayah, wilayah tempat tinggal, sanitasi dasar dan fasilitas air bersih. Balita yang memilikiberat lahir

Stunting is one of nutritional problems in Indonesia. 1 of 3 children in Indonesia has stunting.Indonesia entered the top 5 countries that have the highest stunting prevalence 37.2 in theworld.
Objectives This study aims to find out the risk faktors stunting in children aged 12 59months.
Methods The study design was cross sectional. This study took samples on Indonesia FamilyLife Survey 1FLS that were 1442 children aged 12 59 months in 2014. Data analysis appliedlogistic regression.
Results Significant association between stunting and birth weight, sex,history of infectious diseases, maternal age during pregnancy, maternal education, father 39 seducation, maternal height, father 39 s height, residence area, basic sanitation and clean waterfacilities. Children who have birth weight."
Universitas Indonesia, 2018
T51321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>