Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Addina Witsqantidewi
"ABSTRACT
Background BCG vaccine is a compulsory immunization issued by the government to protect children from tuberculosis disease. Although it is highly accessible, there are some children in Jakarta who did not get vaccinated from one of the deadliest disease in Indonesia. Parents are said to be the biggest possible factors that influence to the administration of BCG vaccine to children, especially their knowledge, environments, beliefs, and attitude towards immunization. Therefore, this research aim is to know the association between parents knowledge, attitude, and practice towards immunization and BCG vaccination for their children. Method Cross sectional design was used in this research, Questionnaire was given to parents in preschools and kindergartens in Jakarta.  Each completed questionnaire will be analyzed using SPSS program and chi-square method with significance value of p less than 0,05 to know the association between parents knowledge, attitude, and practice towards BCG vaccine. From 130 data obtained, almost 90% of them have vaccinated their children with BCG vaccine. Chi-square test results revealed a p value below 0.05 relating parental knowledge and BCG vaccination practice p 0.001, together with attitude and BCG vaccination practice p 0.001. Other factors, such as parents educational status, residence, and partners involvement also has an association with the practice of BCG vaccination for their children. Significant relationship concluded regarding parents knowledge and practice of BCG vaccine, parents knowledge and their attitude, as well parents attitude and BCG vaccination practice in Jakarta.

ABSTRACT
Vaksin BCG merupakan imunisasi wajib yang diisukan oleh pemerintah untuk melindungi anak dari penyakit tuberkulosis. Walaupun gratis dan mudah untuk didapatkan, namun tidak semua anak di Jakarta divaksinasi BCG. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan penyakit tuberkulosis tertinggi di dunia. Hal tersebut telah diakui oleh The World Health Organization (WHO). Salah satu faktor kemungkinan terbesar yang mempengaruhi pemberian vaksin BCG pada anak adalah orang tua, khususnya pengetahuan dan sikap mereka terhadap imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, lingkungan sekitar, pandangan, kepercayaan dan sikap orang tua terhadap imunisasi dan vaksin BCG dengan keputusan akhir mereka untuk memberikan vaksin kepada anak mereka. Metode penelitian ini akan dilakukan dengan metode cross-sectional dengan cara menyebarkan angket kepada orang tua di beberapa TK dan PAUD di daerah Jakarta Utara dan Selatan untuk menggambarkan DKI Jakarta dengan keseluruhan yang dapat dilihat dari perbandingan Indeks Pembangunan Masyarakat dari kedua daerah Jakarta tersebut. Kemudian, data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan program SPSS dan metode chi-square dengan nilai kemaknaan Hasil Dari 130 data yang diteliti, hampir 90% responden memberikan vaksin BCG pada anaknya. Test chi-square menunjukan nilai kemaknaan p kurang dari 0.05 dalam menghubungkan pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua terhadap vaksinasi BCG. Faktor lain seperti tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan dukungan pasangan juga dapat berhubungan dengan praktik BCG vaksinasi. Kesimpulan Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan praktik, dan juga sikap dengan praktik vaksinasi BCG pada anak di Jakarta. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sellina Windri
"Indonesia telah mengimplementasikan program imunisasi nasional yang mencakup 5 imunisasi dasar, termasuk campak, namun, penyakit campak masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak. Pengetahuan dan sikap orangtua terhadap imunisasi merupakan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku vaksin campak di DKI Jakarta dan hubungannya dengan pengetahuan serta sikap orangtua.
Penelitian dilaksanakan menggunakan metode cross sectional, melalui kuesioner. Terdapat pertanyaan Ya, Tidak dan Tidak tahu mengenai pengetahuan dan Skala Likert mengenai sikap dan perilaku terhadap vaksin campak. Kuesioner dibagikan kepada orangtua dari anak berumur 2-5 tahun di KB dan PAUD di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara untuk kemudian dianalisa dengan program SPSS (Ver. 24) untuk dan meto chi-square.
Seratus lima puluh dua responden dari 200 memiliki pengetahuan yang buruk, 114 responden bersikap positif dan 188 responden memvaksinasi anak mereka dengan vaksin campak. Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan pengetahuan orang tua serta pada hubungan antara sikap orang tua dan perilaku terhadap vaksin campak. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan orangtua dan perilaku dari vaksin campak dengan nilai p 0.009 dan odds ratio sebesar 5.01. Faktor lain; campur tangan pasangan/keluarga, kepercayaan, kekhawatiran terhadap efek samping dapat mempengaruhi perilaku orang tua terhadap vaksin campak.

Indonesia has implemented a national immunization program with 5 basic immunizations, including measles. However, measles remains to be one of the leading causes of death in children. Parents knowledge and attitude towards immunization is a factor affecting the practice. This research aims to know how is the practice of measles vaccine in DKI Jakarta and its association with parental knowledge and attitude towards it.
This is a cross sectional study using a questionnaire that includes Yes, No and Dont know questions regarding knowledge and Likert Scale questions regarding attitude towards measles vaccine. Questionnaires were distributed to parents of children of the age 2-5 years from playgroups and kindergartens in South and North Jakarta and was analyzed using SPSS for Macintosh (Ver. 24) and chi-square method.
One hundred and fifty-two out of 200 respondents had good knowledge about measles, 114 had positive attitude towards it and 188 respondents vaccinated their children with measles vaccine. P values of <0.05 were obtained on the relationship between parents education level and their knowledge about measles and measles vaccine and the relationship between parents attitude and their practice. A significant association was revealed between parents knowledge and their practice, shown by a p value of 0.009 and an OR of 5.01. Other factors; partners and familys involvement, beliefs and the fear of side effects may also affect the practice of measles vaccine.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Johan
"ABSTRAK
Dengue merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia. Pengenalan gejala dan penanganan anak tersangka infeksi dengue oleh orang tua sangat penting untuk memberikan tatalaksana yang tepat dan segera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografis dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua mengenai gejala dan penanganan anak tersangka infeksi dengue di Jakarta Barat. Penelitian dilakukan secara potong lintang dengan menggunakan kuesioner pada 267 orang tua di Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan subjek dengan pengetahuan sangat baik berjumlah 19.9 , baik berjumlah 32.2 , kurang berjumlah 30.3 , dan sangat kurang berjumlah 17.6 . Kebanyakan subjek memiliki sikap dan perilaku mengenai penanganan anak tersangka infeksi dengue yang sangat baik 31.1 dan baik 55.4 , namun masih terdapat 13.5 subjek dengan sikap dan perilaku kurang. Berdasarkan uji korelasi Spearman, pendidikan p=0.006 dan pekerjaan p=0.032 memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan. Namun, faktor sosiodemografis tidak memiliki hubungan bermakna dengan sikap dan perilaku orang tua mengenai anak tersangka infeksi dengue p>0.05.

ABSTRACT
Dengue is a public health concern in Indonesia. It is important for parents to be able to recognize symptoms and to properly treat children with suspected dengue infection. This research defined the relationship between sociodemographic factors and parents rsquo knowledge, attitude, and behavior regarding symptoms and treatment of children with suspected dengue infection in West Jakarta. A cross sectional questionnaire survey of 267 parents was conducted in West Jakarta. The respondents rsquo knowledge was as follows very good 19.9 , good 32.2 , poor 30.3 , very poor 17.6 . A majority of respondents had good 55.4 and very good 31.1 attitude and behavior while the remaining 13.5 had poor attitude and behavior. Education p 0.006 and employment p 0.032 factors were found to have significant correlation with parents rsquo knowledge. This study also showed that sociodemographic factors did not have significant correlation with parents rsquo attitude and behavior regarding treatment of children with suspected dengue infection p 0.05 . "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Sulastri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap orang tua terkait pendidikan seksual. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan 105 sampel yang diambil dengan metode proportional stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan proporsi sikap mendukung orang tua terkait pendidikan seksual adalah 51,4%. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap orang tua terkait pendidikan seksual (p=0,000). Pengetahuan yang baik dapat memengaruhi orang tua untuk bersikap mendukung terhadap pendidikan seksual sehingga penting bagi orang tua meningkatkan pengetahuannya.

ABSTRACT
This study aimed to identify the correlation between parents?s knowledge and attitude towards sexual education. This study used cross sectional design involving 105 samples selected by proportional stratified random sampling. The result showed that the proportion of parents who supported sexual education was 51,4%. The result of Chi square analysis showed that there was a significant correlation between parents knowledge and attitude towards sexual education in parents (p=0,000). Appropriate knowledge about sexual education may influence parents?s attitude toward sexual education, therefore it is important for the parents to increase their knowledge."
2016
S63391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Athiyya Wibowo
"ABSTRACT
Immunization has been proven to control and eliminate life-threatening infectious diseases. However, based on the data from Ministry of Health Central Data and Information Center, there is an decrease in DPT vaccine rates from 95% in 2014 to 93.1% in 2015, which is said to be linked to groups of parents that chose to not undergo DPT vaccine. A cross sectional survey of randomized sample of 250 mothers with children in the age of 2 - 5 years old were given questionnaires at early child education programs and pre-schools in North and South Jakarta. One-hundred and seventy nine participants had good knowledge of immunization regardless of their level of education, this showed an insignificant result. This proved to be the same in the relationship of level of education with knowledge on DPT vaccine. As for knowledge on immunization and practice to do immunization was significant. However, this was different in relationship of knowledge on DPT vaccine with practice to do DPT vaccine. The relationship of attitude on practice to do DPT vaccine was also insignificant. While the relationship of factors such as residence and number of children to practice to do DPT vaccine was also insignificant. Parental knowledge is an important factor in parents' decision to immunize their child, but this is not reflected in the parental knowledge relating to DPT vaccine against the practice of parents in choosing DPT vaccine.

ABSTRACT
Imunisasi telah dibuktikan untuk terbuksi bisa mengendalikan dan menghapuskan penyakit menular. Namun, berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, ada penurunan tingkat vaksin DPT dari 95% di tahun 2014 menjadi 93.1% di tahun 2015, yang dikatakan terkait dengan kelompok orang tua yang memilih untuk tidak menjalani imunisasi DPT. Survei cross sectional terhadap sampel random dari 250 ibu dengan anak-anak di usia 2 - 5 tahun diberi kuesioner pada Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK di Utara dan Selatan Jakarta. Seratus tujuh puluh sembilan peserta memiliki pengetahuan tentang imunisasi baik terlepas dari tingkat pendidikan mereka, hal ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini terbukti sama dalam hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang pengetahuan vaksin DPT. Adapun pengetahuan tentang immunisasi dan praktik untuk melakukan immunisasi sangat signifikan. Namun, hal ini berbeda dalam hubungan pengetahuan tentang edukasi vaksin DPT dengan praktik melakukan pengetahuan vaksin DPT. Hubungan sikap dalam praktik melakukan vaksin DPT juga tidak signifikan. Sedangkan hubungan faktor-faktor seperti tempat tinggal dan jumlah anak yang melakukan praktik vaksin DPT juga tidak signifikan.Pengetahuan orang tua merupakan faktor penting dalam keputusan orang tua untuk memberikan imunisasi kepada anak mereka, namun hal ini tidak tercermin dalam hubungan pengetahuan orang tua tentang vaksin DPT terhadap praktik orang tua untuk memilih melakukan vkaksin DPT"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Kurniawan
"ABSTRAK
Infeksi dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI melaporkan terdapat 71.668 laporan kasus demam berdarah dengue dan 641 kasus meninggal karena demam berdarah pada tahun 2014. Demam berdarah dapat dicegah, salah satunya dengan mengontrol transmisi vektor dengue. Efektifitas pencegahan dengue ditentukan oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografis usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku mereka terkait transmisi dan pencegahan dengue pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang menggunakan data primer yang diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh subjek penelitian. Hasil penelitian didapatkan sebagai berikut: 51,7 orang tua berpengetahuan cukup baik, 96,3 bersikap baik, dan 63,2 berperilaku cukup baik. Pendidikan memiliki korelasi yang signifikan dengan pengetahuan orang tua terkait transmisi dan pencegahan dengue p= 0,05 . Sebaliknya usia, pekerjaan, dan penghasilan tidak memiliki hubungan signifikan p > 0,05 . Dapat disimpulkan bahwa hanya faktor pendidikan memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan subjek terkait transmisi dan pencegahan infeksi dengue pada anak. Diperlukan studi lanjutan dengan subjek dari provinsi lain agar hasil penelitian dapat diekstrapolasi pada populasi Jakarta dan juga diseminasi mengenai infeksi dengue yang lebih giat oleh pemerintah kepada masyarakat.

ABSTRACT
Dengue infection is a major health problem in Indonesia. The Ministry of Health of Indonesia reported 71,668 cases of dengue hemorrhagic fever and the resulting 641 deaths in 2014. Dengue fever can be prevented by taking preventive control measure to prevent transmission of dengue infection via its vector. The effectiveness of dengue prevention depends on community awareness and participation in eradicating or reducing breading site for mosquitos. This research aims to investigate the correlation between parents rsquo sociodemographic factors age, education, occupation, and income and their knowledge, attitude, and practice regarding dengue transmission and prevention in children. This is a cross sectional research using primary data taken from questionnaires filled by the respondents. The results were as follows 53 of parents have sufficient knowledge, 96 display good attitude, and 63.2 exhibit good practice regarding dengue transmission and prevention. Education has a significant correlation with parents rsquo knowledge regarding transmission and prevention p 0.05 , whereas age, occupation, and income do not have significant correlation p 0.05 . In conclusion, only education has a significant correlation with the subject rsquo s knowledge regarding dengue transmission and prevention. Futher study with greater subjects from every province in order to extrapolate the data into Jakarta rsquo s population and also more frequent dissemination of dengue infection from the government to the public are needed."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viola Karenina Handayani
"Human Immunodeficiency Virus (HVI) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global, dimana pada akhir tahun 2020 diperkirakan ada sekitar 37,7 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Di Indonesia hingga Maret 2021 terdapat 427.201 orang dengan HIV dimana 89,7% terjadi pada usia subur (15-49 tahun). Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah penderita HIV terbanyak, yaitu 71.473 orang. Tingginya tingkat perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV berdampak pada keengganan untuk melakukan tes HIV dan berobat serta cenderung menyembunyikan status penyakitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan sampel sebanyak 1.354 responden, laki-laki dan perempuan berusia 15-49 tahun, pernah mendengar tentang HIV, dan berdomisili di Provinsi DKI Jakarta. Regresi logistik multivariat diterapkan untuk menentukan determinan perilaku diskriminatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta sebesar 30,3%. Berdasarkan model regresi logistik multivariat, usia yang lebih muda, tingkat pendidikan yang lebih rendah, tidak terpapar media massa, dan pengetahuan yang kurang komprehensif merupakan variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV (p-value kurang dari 0,10). Usia merupakan variabel yang paling berhubungan, usia 15-24 tahun memiliki risiko 1,58 (95% CI = 1,12 - 2,16) untuk melakukan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dibandingkan dengan usia 35-49 tahun setelah dikendalikan oleh pendidikan, paparan sumber informasi , dan pengetahuan yang komprehensif. Direkomendasikan untuk mengintensifkan penyebaran informasi HIV/AIDS, khususnya terkait penularan HIV/AIDS, dengan memperkuat kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan jangkauan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.

Human Immunodeficiency Virus (HVI) is still a global public health problem, where by the end of 2020 it is estimated that there are around 37.7 million people in the world living with HIV. In Indonesia until March 2021, there were 427,201 people with HIV of which 89.7% occurred in the fertile age (15-49 years). The Province of Jakarta became the province with the highest number of people with the HIV, which was 71,473 people. The high level of discriminatory behavior towards people with HIV has an impact on the reluctance to do HIV tests and seek treatment and tends to hide their disease status. The purpose of this study was to determine the determinants of discriminatory behavior toward people with HIV in Jakarta Province. This study used a cross-sectional study design with a sample of 1,354 respondents, male and female aged 15-49 years, had heard of HIV, and domiciled in Jakarta Province. The multivariate logistic regression was applied to determine the determinants of discriminatory behavior. The results of this study indicate that the discriminatory behavior against people with HIV in Jakarta Province is 30.3%. Based on the multivariate logistic regression model, the younger age, lower educational level, un-exposed to mass media, and lack of comprehensive knowledge are variables significantly related to discriminatory behavior towards people with HIV (p-value less than 0.10). Age is the most related variable, age 15-24 years have a risk of 1.58 (95% CI = 1.12 - 2.16) to discriminate against towards people with HIV compared to age 35-49 years after being controlled by education, exposure to information sources, and comprehensive knowledge. It recommended that intensify the dissemination of information on HIV/AIDS, especially related to the transmission of HIV/AIDS, by strengthening the collaboration of various parties to increase knowledge and reach of society in DKI Jakarta Province.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheanita Nissrina Andini
"Latar belakang: Resistensi antibiotik adalah salah satu masalah kesehatan global yang dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terkait penggunaan antibiotik. Dengan adanya pandemi COVID-19 yang memengaruhi segala aspek kehidupan, perlu dilakukan penelitian terkait tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik masyarakat saat ini termasuk faktor sosiodemografi yang berhubungan. Hal ini diperlukan sebagai salah satu dasar untuk menentukan intervensi apa yang dapat dilakukan nantinya dalam menangani peningkatan angka resistensi antibiotik dari sisi masyarakat. Penelitian dilakukan pada masyarakat DKI Jakarta sebagai provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 paling tinggi di Indonesia (20.6%). 
Metode: Penelitian ini bersifat cross-sectional dan dilakukan dengan sampel minimal 385 orang yang berdomisili di Jakarta dan berusia minimal 18 tahun. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner tervalidasi KAPAQ dengan skor <50%, 50-70%, dan >70% masing-masing menunjukkan nilai pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik yang rendah, sedang, dan tinggi. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square untuk menilai hubungan antara variabel pengetahuan, sikap, dan perilaku serta faktor-faktor yang berhubungan dengan ketiga variabel tersebut. 
Hasil: Proporsi terbesar responden pada variabel pengetahuan (45,2%), sikap (54,8%), dan perilaku (64,3%) menunjukkan nilai dalam kategori tinggi. Terdapat hubungan yang bermakna antara kategori nilai pengetahuan dengan sikap (p<0,001), pengetahuan dengan perilaku (p<0,001), dan sikap dengan perilaku (p<0,001). Jenis kelamin dan bidang pekerjaan berhubungan dengan ketiga tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku (p<0,05). Sedangkan tingkat pendidikan hanya berhubungan dengan tingkat pengetahuan (p<0,05) dan riwayat swamedikasi antibiotik hanya berhubungan dengan tingkat sikap dan perilaku (p<0,05). Umur, status pernikahan, dan riwayat COVID-19 tidak menunjukkan hubungan yang bermakna pada tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik. 
Kesimpulan: Sebagian besar responden menunjukkan nilai pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik pada kategori tinggi. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku didapatkan saling berhubungan dan bermakna secara statistik. Faktor sosiodemografi yang memiliki hubungan bermakna dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan antibiotik adalah jenis kelamin, bidang pekerjaan, tingkat pendidikan, dan riwayat swamedikasi antibiotik.

Introduction: Antibiotic resistance is one of the global health problems which could happen because of insufficient knowledge in antibiotic use among general public. With the COVID-19 pandemic affecting all aspects of human life, a study about knowledge, attitude, and practice level on antibiotic use is needed to be carried out, including possible associated sociodemographic factors. It is needed to determine which intervention is suitable to overcome the increasing number of antibiotic resistance from the consumer’s side. This study was conducted in DKI Jakarta because the highest proportion of COVID-19 cases in Indonesia came from this province. Method: It is a cross-sectional study with a minimum sample of 385 people living in DKI Jakarta and aged 18 or above. This study used a validated KAPAQ questionnaire with score <50%, 50-70%, and >70% representing high, moderate, and low knowledge, attitude, and practice, respectively. Data analysis was conducted using Chi-Square analysis to analyze the correlation between knowledge, attitude, and practice level. Chi-Square analysis was also used to analyze the correlation between possible associated factors with those three variables. 
Result: The score of the biggest respondent proportion in knowledge (45,2%), attitude (54,8%), and practice (64,3%) on antibiotic use were considered high. There was a statistically significant correlation between knowledge and attitude (p<0,001), knowledge and practice (p<0,001), and also between attitude and practice (p<0,001). Sex and occupation fields show a statistically significant correlation with knowledge, attitude, and practice level (p<0,05). Meanwhile, education level only correlates significantly with knowledge level (p<0,05) while history of self-medication with antibiotic correlate significantly with both attitude and practice level (p<0,05). Age, marital status, and history of COVID-19 are not showing any statistically significant correlation with knowledge, attitude, and practice level on antibiotic use. 
Conclusion: Most respondents’ score in knowledge, attitude, and practice in antibiotic use are in the high category. This study shows a statistically significant correlation between knowledge, attitude, and practice level in antibiotic use. The sociodemographic factors that correlate significantly with knowledge, attitude, and practice level are sex, occupation field, education level, and history of self-medication with antibiotic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Rudianto
"ABSTRAK
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi dengue, salah satunya adalah vaksinasi. Vaksin CYD-TDV Chimeric yellow fever virus-Dengue virus-Tetravalent Dengue Vaccine merupakan vaksin dengue pertama yang diterima oleh WHO dan telah diterima juga untuk didistribusikan ke berbagai negara, salah satunya adalah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat berbagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin dengue pada anak, seperti faktor sosiodemografis, serta pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua. Penelitian ini juga menunjukkan preferensi orang tua mengenai vaksin dengue. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross-sectional dengan data primer yang didapatkan dari pengisian kuisioner oleh subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan: 98,50 responden menerima pemberian vaksin dengue kepada anak mereka. Sementara itu, tidak ditemukan faktor yang memiliki hubungan signifikan terhadap penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin dengue pada anak p >0,05. Sebagian besar subjek penelitian 35,96 berpendapat bahwa perlindungan pasti sebagai hal terpenting dari vaksin dengue. Sementara itu, 56,93 responden yang menilai biaya sama dengan atau kurang dari Rp 50.000,00 merupakan harga yang terjangkau. Berdasarkan penelitian ini, penerimaan orangtua terhadap vaksin relatif baik.

ABSTRACT
There are ways to prevent dengue infections, one of which is by receiving vaccination. CYD TDV Chimeric yellow fever virus Dengue virus Tetravalent Dengue Vaccine was the first vaccine to be accepted by the World Health Organization to be distributed worldwide, including Indonesia. This study aimed to explore factors which might contribute to parents 39 acceptance of their children being subject of dengue vaccinations. This study also shows parents 39 preference of the most important characteristics of dengue vaccines. The study design applied was cross sectional study with primary data collected from questionnaire filled by study subjects. This study shows 98.5 respondents accept dengue vaccination for their children. Meanwhile, this study found no factor which has significant relation to parents 39 dengue vaccine acceptance p 0.05. The most popular preference for the most important vaccine characteristic was 100 protection 35.96 . Meanwhile, 56.93 of all respondents categorized vaccination costs of IDR 50,000.00 and below as affordable. According to the result of the research, parents 39 vaccine acceptance in Jakarta could be considered relatively good."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofina Izzah
"Lelaki seks dengan lelaki (LSL) adalah populasi kunci terinfeksi HIV tertinggi di Indonesia terutama di DKI Jakarta pada tahun 2018. Namun, hingga tahun 2018, prevalensi HIV dari departemen kesehatan hanya mencapai 47% dari prediksi. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena terdapat beberapa hambatan untuk mengakses VCT seperti tingkat pengetahuan dan stigma terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan stigma terkait HIV/AIDS terhadap perilaku periksa VCT pada LSL di DKI Jakarta. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif analitik korelasi secara cross sectional. Sampel yang diteliti berjumlah 86 orang dengan metode convenience sampling. Instrumen yang dipakai adalah instrumen pengetahuan terkait HIV/AIDS dan VCT, Stigma terkait HIV yang dimodifikasi, dan Perilaku periksa VCT. Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan terkait HIV/AIDS dan VCT dengan perilaku periksa VCT (p= 0,000; α= 0,05). Selain itu, juga terdapat hubungan antara stigma terkait HIV/AIDS dengan perilaku periksa VCT (p= 0,000; α= 0,05). Dukungan dan edukasi terkait HIV/AIDS dan VCT dapat menjadi rekomendasi bagi perawat dan mahasiswa keperawatan sebagai upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan pengetahuan, mengurangi stigma yang ada, dan membangun kesadaran LSL untuk memanfaatkan VCT dengan baik.

Men who have sex with men (MSM) are the highest key populations infected with HIV in Indonesia, especially in DKI Jakarta in 2018. However, until 2018, the prevalence of HIV from Indonesian’s health department only reached 47% of predictions. That is probably due to several obstacles to accessing VCT such as the level of knowledge and stigma related with HIV/AIDS. This study aims to identify the relationship between knowledge and stigma related HIV/AIDS towards VCT behavior among MSM in DKI Jakarta. The method of this research is quantitative with descriptive analytic correlation design through cross sectional. The samples studied were 86 people with the convenience sampling method. The instruments used were knowledge instruments related to HIV/AIDS and VCT, HIV-related stigma which has been modified, and VCT check behavior. The results of Chi-square analysis showed that there was a relationship between knowledge related to HIV/AIDS and VCT towards VCT check behavior (p = 0,000; α = 0.05). In addition, there is also a relationship between the HIV/AIDS-related stigma towards VCT check behavior (p = 0,000; α = 0.05). HIV / AIDS and VCT support and education can be a recommendation for nurses and nursing students as promotive and preventive efforts to increase knowledge, reduce existing stigma, and build awareness of MSM to utilize VCT properly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>