Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194888 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adlina Briliani
"Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) dan panjang lahir pendek di Indonesia masih cukup tinggi. BBLR dan panjang lahir pendek dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi serta dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif saat dewasa, oleh sebab itu pemahaman hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi menjadi sangat penting.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta, sehingga dapat diperkirakan tindakan preventif dalam rangka menurunkan angka morbiditas penyakit degeneratif dan angka mortalitas pada neonatus dan bayi di masa yang akan datang.
Metode potong lintang digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengukuran antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu saat melahirkan, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta berdasarkan data sekunder dari penelitian berjudul Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Haemoglobin Level of 8 to 22 Month-old Indonesian Children. Populasi terjangkau ibu dan bayi baru lahir dengan jumlah sampel sebesar 179. Pengolahan data meliputi analisis univariat Kolmogorov Smirnov dan bivariat dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson dengan menggunakan perangkat lunak Stastistical Program for Social Science (SPSS) 20.
Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi sangat rendah antara berat lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,199; p=0,008), berat badan ibu sebelum hamil (r=0,165; p=0,028), dan indeks massa tubuh (IMT) ibu sebelum hamil (r=0,172; p=0,022). Selain itu, terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi rendah antara panjang lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,257; p=0,001).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia kehamilan, berat badan dan IMT ibu sebelum hamil dengan berat dan panjang lahir bayi. Sedangkan, tinggi badan dan usia ibu tidak memiliki hubungan bermakna dengan berat dan panjang lahir bayi.

The prevalences of low birth weight (LBW) and short birth length in Indonesia are still quite high. LBW and short birth length can affect the growth and development of infants and increase the risks of degenerative diseases as adult, therefore an understanding of the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age with birth weight and length is very important.
The purpose of this study was to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age at delivery, and gestational age with birth weight and length in Jakarta, so that preventive measures can be estimated in order to reduce the morbidity of degenerative diseases and mortality rates in neonates and infants in the future.
The cross-sectional method was used to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age and length of birth in Jakarta based on secondary data from a study entitled Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Hemoglobin Level of 8 to 22-Month-old Indonesian Children. Covered population of mothers and newborns with samples of 179. Data processing included univariate analysis of Kolmogorov Smirnov and bivariate with Chi Square test and Pearson correlation test using the Statistical Program for Social Science (SPSS) 20 software.
The main results of this study show that there are significant relationships with very low correlation between birth weight and gestational age (r=0,199; p=0,008), maternal body weight before pregnancy (r=0,165; p=0,028), and maternal body mass index (BMI) before pregnancy (r=0,172; p=0,022). In addition, there is also a significant relationship with a low correlation between birth length and gestational age (r=0,257; p=0,001).
Based on the results of this study, it can be concluded that there are significant relationships between gestational age, maternal body weight and BMI before pregnancy with birth weight and length. Meanwhile, maternal height and age do not have a significant relationship with birth weight and length.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trikorian Adesanjaya
"Saat ini, Maternal agency diketahui memiliki pengaruh terhadap keluaran kesehatan anak di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Namun, masih sedikit studi yang menjelaskan hubungan antara maternal agency dan berat lahir. Oleh karena itu, dilakukan penelitian potong lintang melibatkan 283 Ibu hamil pada 10 Puskesmas Kecamatan se-Jakarta Timur. Hasil menunjukkan tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara maternal agency atau komponennya pada berat lahir, tetapi terdapat tren menuju signifikan pada komponen pengambilan keputusan (p=0.071) setelah dikontrol dengan tinggi Ibu dan tipe keluarga. Pada analisis multivariat, pengambilan keputusan merupakan prediktor pelindung terhadap berat lahir <3000 gram.

Maternal agency has been recently identified to influence child health outcome in some developing countries including Indonesia. However, studies to assess the relationship between maternal agency and infant birth weight are lacking. A cross sectional study was conducted involving 283 pregnant women aged 19?44 years old in ten sub-district primary health center in East Jakarta. None of maternal agency or its component factors showed significant correlations with infant birth weight, though there was a trend toward significant (0.071) in decision-making autonomy, after controlled by maternal height and family type. Furthermore, maternal decision-making was a protective predictor against birth weight less than 3000 gram, in adjusted logistic data."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Grifit Joiner Da Costa Hornay
"Stunting merupakan salah satu masalah kekurangan gizi kronis yang terjadi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Anemia kekurangan zat besi pada ibu saat hamil dapat berisiko terhadap pertumbuhan janin dan dapat berdampak pada berat badan dan panjang badan anak saat lahir. Anak dengan kekurangan gizi kronis lebih rentan menderita infeksi, berisiko mengalami penyakit degeneratif di masa dewasa serta penurunan kapasitas belajar dan prestasi kerja.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan riwayat anemia ibu saat kehamilan trimester III dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 12-23 bulan di kota Dili.
Metode penelitian dengan desain case control yang dilakukan di lima puskesmas yang berada di kota Dili. Sampel pada penelitian ini berjumlah 180 anak berusia 12-23 bulan dengan 90 balita kasus dan 90 balita kontrol yang dipilih secara acak. Data yang diambil yaitu data anak dan data ibu.
Data anak berupa usia, jenis kelamin, berat badan saat lahir, panjang badan saat lahir, riwayat ASI, asupan energi dan asupan protein, status infeksi berupa diare dan infeksi saluran pernafasan akut. Data ibu berupa usia ibu saat hamil, jarak kehamilan, jumlah kelahiran anak, tinggi badan ibu, status gizi ibu saat hamil, asupan tablet tambah darah saat hamil dan status anemia saat hamil trimester III yang didapatkan dari buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Terdapat hubungan yang signifikan antara anemia pada trimester ketiga kehamilan (p<0,001, OR 7,18) dan riwayat BBLR (p<0,001, OR 5,39) terhadap kejadian stunting. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan mengontrol variabel karakteristik yang berpotensi menjadi perancu, yaitu panjang badan lahir anak, LILA ibu saat hamil, asupan protein anak, riwayat infeksi anak, dan pendidikan ibu, jenis kelamin anak kedua hubungan tersebut menjadi tidak signifikan (p=0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa anak dari ibu dengan riwayat anemia pada trimester ketiga kehamilan memiliki risiko 7,18 kali lebih tinggi untuk menjadi stunting dan anak dengan riwayat BBLR memiliki risiko 5,39 lebih tinggi untuk menjadi stunting, namun terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh dalam populasi ini. Meningkatkan promosi kesehatan dan intervensi yang menargetkan wanita dan anak-anak dari prakonsepsi hingga kelahiran sangat dianjurkan untuk mengurangi kasus stunting di Dili.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that primarily occurs during the first 1000 days of life. Iron deficiency anemia during pregnancy can pose risks to fetal growth and may impact the weight and length of the child at birth. Children with chronic malnutrition are more susceptible to infections and are at risk of developing degenerative diseases in adulthood, as well as experiencing reduced learning capacity and work performance.
Objectives: to determine the relationship between a history of anemia during the third trimester of pregnancy and low birth weight with the incidence of stunting in children aged 12-23 months in Dili city.
Methods: this study is a case-control design conducted in five health centers in Dili city. The sample consists of 180 children aged 12-23 months, with 90 stunted cases and 90 controls selected randomly. Data collected includes child-related and maternal data. Data analysis includes univariate, bivariate, and multivariate analysis.
Results : Anemia during the third trimester (P<0.001, OR 7.18) and LBW (P<0.001,OR 5.39) were significantly associated with an increased risk of stunting. After controlling for confounding factors through multivariate analysis, those relationship became non- significant (p>0.05).
Conclusion: Children of mothers who experience anemia in the third trimester of pregnancy are 7.18 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Children with a history of LBW are 5.39 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Other factors likely play a more influential role in the incidence of stunting within this population. Improving the quality of women and children health promotion from pre- conception to childbirth is highly recommended to reduce stunting cases in Dili.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Utari
"Berat lahir dan panjang lahir bayi merupakan ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator status kesehatan bayi. Ketidaksesuaian berat lahir dan panjang lahir dengan standar yang telah ditetapkan menunjukkan rendahnya status kesehatan bayi. Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasi dengan menggunakan grafik persentil. Namun Indonesia belum memiliki grafik persentil berat lahir dan panjang lahir bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi hidup tunggal intrauterine sesuai usia kehamilan di Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang, tahun 2011-2015 dan membandingkan grafik persentil berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data sekunder sebanyak 1.021 data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni tahun 2015 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami kecacatan, serta melakukan pemeriksaan kandungan dan persalinan dengan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional (bidan) di Puskesmas Kramatwatu. Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Pada rentang persentil 5th hingga 95th, ibu dengan usia kehamilan 30 minggu memiliki berat lahir 900 hingga 2030 gram, dan panjang lahir 34 hingga 47 cm; ibu dengan usia kehamilan 37 minggu memiliki berat lahir 2085 hingga 3475 gram, dan panjang lahir 39 sampai 50 cm; ibu dengan usia kehamilan 42 minggu melahirkan bayi dengan berat 2535 hingga 4000 gram dan panjang lahir 44,6 hingga 53 cm. Persentil berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Malaysia bila dibandingkan hampir sama dengan di Kramatwatu, Indonesia pada persentil 50th dan 90th. Namun pada persentil 10th Indonesia berada dibawah Malaysia dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 30 hingga 43 minggu sebesar 1100 hingga 2700 gram.

Birth weight and birth length is a measure that can be used as an indicator of the health status of the baby. Incompatibility birth weight and birth length with a predetermined standard show low health status of the baby. Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile chart of birth and length for gestational age. However, Indonesia does not have a birth weight and birth length by gestational age percentile chart. The purpose of this study to determine the distribution of single birth weight and length infants by gestational age in Kramatwatu Public Health Center, Serang District in 2011-2015 and compared the birth weight and length percentile chart of single infants by gestational age with the population in another countries.
This study used cross sectional design. As many as 1.021 secondary data collected in May until June 2015 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infant, single baby, and babies who do not have disabilities, as well as prenatal and delivery assisted by health professionals (midwives) in PHC Kramatwatu. This study found that the distribution of birth weight and birth length for gestational age in general have increased in each percentile. On the 5th to 95th percentile range, mothers with gestational age 30 weeks had birth weights 900 to 2030 grams, and birth length 34 to 47 cm; mothers with gestational age 37 weeks had birth weight 2085 to 3475 grams, and birth length 39 to 50 cm; mothers with gestational age 42 weeks had birth weight 2535 to 4000 grams and birth length 44.6 to 53 cm. Birth weight percentile by gestational age in Malaysia when compared to almost the same as in Kramatwatu, Indonesia on the 50th and 90th percentiles. But at the 10th percentile Indonesia slightly below Malaysia with birth weight by gestational age of 30 to 43 weeks of 1100 to 2700 grams.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nesyana Nurmadilla
"Salah satu faktor yang menentukan BB lahir bayi adalah asupan nutrisi ibu yang adekuat. Beberapa nutrien diketahui memiliki efek terhadap BB lahir bayi di antaranya adalah protein dan seng. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan dilakukan di 10 puskesmas kecamatan di Jakarta Timur sejak Februari hingga April 2015 dengan subjek ibu hamil berusia 19–44 tahun dengan usia kehamilan 32–37 minggu.
Data asupan protein didapatkan dengan metode 24-hour recall, sedangkan asupan seng dengan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire dan 24-hour recall. Pengambilan darah dilakukan sebelum ibu melahirkan dan diperiksa dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometry. Berat badan lahir bayi diukur segera setelah bayi lahir. Sebanyak 116 subjek mengikuti penelitian hingga akhir.
Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan protein dengan kadar seng serum (r = 0,042, p = 0,653), tidak terdapat korelasi antara asupan seng dengan kadar seng serum (r = 0,155, p = 0,096), tidak terdapat korelasi antara asupan seng dengan BB lahir bayi (r = - 0,09, p = 0,303), dan tidak terdapat korelasi antara kadar seng serum dengan BB lahir bayi (r = -0,116, p = 0,215). Penelitian ini belum berhasil menemukan hubungan antara asupan protein, seng, dan kadar seng serum dengan BB lahir bayi.

One of the factors affecting birth weight is mother’s adequate nutrient intake. Several nutrients are known to its effect to birth weight, which among them are protein and zinc. A cross-sectional study was conducted in 10 district public health centres in East Jakarta since Februari until April 2015. Subjects of the study were pregnant mothers aged 19–44 years old whose gestational age between 32–37 weeks.
Protein intake was computed based on 24-hour recall method, while zinc intake was computed based on Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire and 24-hour recall method. Blood specimens were collected before giving birth and being assesed by Atomic Absorption Spectrophotometry method. Birth weight was measured soon after the baby was born. One hundred and sixteen subjects followed the study until the end.
Statistical analysis showed there were no correlation between protein intake and maternal zinc serum (r = 0,042, p = 0,653), no correlation between zinc intake and maternal zinc serum (r = 0,155, p = 0,096), no correlation between zinc intake and birth weight (r = -0,09, p = 0,303), and no correlation between maternal zinc serum and birth weight (r = - 0,116, p = 0,215). This study has not been able to prove any relationship between maternal intake of protein, zinc, zinc serum and birth weight.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Fikawati
"Berat lahir bayi, khususnya bayi dengan berat badan lahir rendah, merupakan masalah gizi intergenerasi yang akan mempengaruhi kualitas kesehatan sepanjang daur kehidupan seorang manusia. Diet vegetarian dianggap berisiko karena konsumsi makannya yang terbatas dikhawatirkan dapat menyebabkan rawan terjadinya defisiensi zat gizi. Penelitian dengan desain retrospektif ini bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi ibu hamil vegetarian (indeks masa tubuh/IMT prahamil dan kenaikan berat badan hamil) dengan berat lahir bayi pada kelompok vegetarian di DKI Jakarta.
Sampel adalah 85 anak berumur 1 bulan-5 tahun yang dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata IMT prahamil sebesar 20,2 kg/m2 (±3,2 kg/m2), kenaikan berat badan hamil 15,5 kg (±6,4 kg) dan berat lahir bayi 3212 g (±417,7 g). IMT prahamil dan kenaikan berat badan hamil berhubungan signifikan dengan berat lahir bayi vegetarian. Tidak ada hubungan antara IMT prahamil dan kenaikan berat badan hamil.
Berdasarkan analisis multivariat ditemukan bahwa variabel yang berhubungan dengan berat lahir bayi adalah IMT prahamil, asupan protein, vitamin B12, Fe, Zn, dan jenis kelamin. Disarankan agar ibu vegetarian dapat memperoleh informasi mengenai pentingnya status gizi prahamil, kenaikan berat badan hamil yang optimal, serta menjaga kecukupan asupan protein, vitamin B12, Fe dan Zn selama hamil.

Infant?s birth weight, especially low birth weight (LBW), are intergenerational issues that will affect the cycle of life. Vegetarian diets are at risk because limited food consumption could cause nutrient deficiencies. This retrospective study aims to determine the relationship between maternal nutritional status (pre-pregnancy body mass index (BMI) and weight gain during pregnancy) and infant?s birth weight among vegetarians in Jakarta.
The total sample of 85 children aged 1 month to 5 years was selected purposively. Results showed that the mean of pre-pregnancy BMI of vegetarian mothers is 20.2 kg/m2 (±2.2 kg/m2), pregnancy weight gain is 15.5 kg (±6.4 kg) and infant?s birth weight is 3212 gs (±417.7 gs). Pre-pregnancy BMI and pregnancy weight gain were significantly associated with infant?s birth weight of vegetarians. There is no relationship between pre-pregnancy BMI and pregnancy weight gain.
Multivariate analysis found that pre-pregnancy BMI, protein, vitamin B12, iron, and Zn intakes and sex has relationship with infant?s birth weight. It is recommended that vegetarian mothers should get information about the importance of pre-pregnancy nutrition, optimal pregnancy weight gain, and maintaining adequate intake of protein, vitamin B12, iron, and Zn during pregnancy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Dhorkas Dhonna Ruth
"Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasikan dengan menggunakan grafik persentile berat lahir untuk usia kehamilan. Indonesia belum memiliki grafik persentile ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan pada ibu-ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2011 dan membandingkan grafik persentile berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan 5 Puskesmas di Kabupaten Tangerang yaitu Puskesmas Curug, Puskesmas Cikupa, Puskesmas Cisoka, Puskesmas Balaraja, dan Puskesmas Salembaran Jaya.
Pengambilan data sekunder sebanyak 1178 data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli tahun 2012 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami cacat.
Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Ibu dengan usia kehamilan 31 minggu dengan rentang persentil 3th hingga 97th memiliki berat lahir 1200 hingga 2200 gram. Ibu dengan usia kehamilan 42 minggu memiliki bayi dengan berat lahir 2500 hingga 4471 gram dengan persentil 3th hingga 97th. Percentile berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Meksiko bila dibandingkan hampir sama dengan di Tangerang, Indonesia pada percentile 3rd dan juga 50th. Namun, pada percentile 97th Indonesia sedikit berada di bawah Meksiko dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 31 hingga 42 minggu sebesar 2200 hingga 4500 gram.

Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile charts of birth weight for gestational age. Indonesia does not have these percentile charts. The purpose of this study to determine the distribution of single-birth weight infants according to gestational age in pregnant women in Tangerang district health center in 2011 and compared the birth weight percentile charts of single infants with gestational age of the population of other countries.
This study uses cross-sectional design. The research was conducted five health centers in Tangerang district health center is waterfall, Cikupa Health Center, Health Center Cisoka, Balaraja Health Center and Health Center Salembaran Jaya. Secondary data capture as many as 1178 data is done in June and July of 2012 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infants, a single baby, and babies who do not have disabilities.
The study found that the distribution of birth weight for gestational age infants mothers in general have increased in each percentile. Mothers with gestational age 31 weeks with a range of 3th to 97th percentile had birth weights 1200 to 2200 grams. Mothers with gestational age 42 weeks had a baby with a birth weight 2500 to 4471 grams with 3th to 97th percentile. Birth weight percentile according to gestational age in the country of Mexico when compared to almost the same as in Tangerang, Indonesia on the 3rd and 50th percentile. However, at the 97th percentile Indonesia slightly below Mexico with a birth weight according to gestational age 31 to 42 weeks of 2200 to 4500 grams.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Debtarsie Kliranayungie
"Berat dan panjang lahir bayi merupakan kondisi bayi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko ibu dan bayi itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu, karakteristik ibu dan karakteristik bayi dengan berat dan panjang lahir bayi dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan 65% bayi lahir dengan berat baik dan 73,6% bayi lahir dengan panjang normal. IMT prahamil, paritas dan tingkat pendidikan ibu serta jenis kelamin bayi merupakan faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi.
Model prediksi berat bayi lahir mengikutsertakan faktor IMT prahamil, tinggi badan, pertambahan berat badan dan umur ibu. IMT prahamil dan status pekerjaan ibu serta jenis kelamin bayi merupakan faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna dengan panjang lahir bayi. Model prediksi panjang lahir bayi mengikutsertakan tinggi badan ibu dan jenis kelamin bayi. Staus gizi ibu sebelum memasuki kehamilan merupakan faktor penting dalam keberhasilan kehamilan dan kualitas bayi yang dilahirkan.

Birth weight and birth length are babies condition which influenced by many factors from mothers and babies itself. The purpose of this study is to determine the relation between maternal nutritional status, maternal characteristic and baby characteristic with birth baby birth weight and birth length by crosssectional design study. The result show that 65% of babies have favorable birth weight and 73,6% of babies have normal birth length. Pre-pregnancy BMI, parity,maternal education and newborn sex are significantly related to birth weight.
Prediction model of birth weight includes pre-pregnancy BMI, maternal height, weight gain during pregnancy and maternal age. Pre-pregnancy BMI, maternal working status and newborn sex are significantly related to birth length. Prediction model of birth length includes only maternal height and newborn sex. Maternal nutritional status before pregnancy is important to pregnancy outcomes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Ristiani
"Berat lahir merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering dijadikan indikator ukuran pertumbuhan bayi. Bayi yang memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram, mengindikasikan adanya gangguan kesehatan dan gizi ibu ketika hamil, yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas bayi dan berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit degeneratif ketika usia dewasa.
Penelitian ini memakai desain cross sectional, menggunakan data rekam medis ibu hamil yang melahirkan di UPTD Puskesmas Mandirancan periode Januari sampai dengan Desember 2016 yang berjumlah 397 rekam medis.
Hasil uji statistik regresi linier ganda menyatakan bahwa IMT awal kehamilan, pertambahan BB ibu hamil, kadar Hb, dan Lila berhubungan signifikan dengan berat lahir bayi. Faktor yang paling dominan mempengaruhi berat lahir adalah faktor IMT awal kehamilan (β=0,573) setelah dikontrol oleh variabel pertambahan BB ibu hamil, kadar Hb, dan Lila.
Disarankan agar puskesmas memberikan informasi kepada ibu hamil dan ibu yang akan merencanakan kehamilan, mengenai pentingnya IMT awal kehamilan, pertambahan BB ibu hamil, kadar Hb, dan Lila yang sesuai rekomendasi untuk mencapai berat lahir yang normal.

Birth weight is the most important anthropometric measure and is most often used as an indicator of infant growth. Babies with a birth weight of less than 2500 grams indicate a maternal health and nutritional disorder when pregnant, which may increase the risk of infant morbidity and mortality and are associated with the risk of degenerative diseases in adulthood.
This study used cross sectional design, using maternity medical record data that gave birth at UPTD Puskesmas Mandirancan from January to December 2016 which amounted to 397 medical records.
The result of double linear regression statistic test stated that early pregnancy BMI, maternal weight of pregnant mother, Hb, and Lila were significantly correlated with infant birth weight. The most dominant factor influencing birth weight was early pregnancy IMT factor (β = 0,573) after controlled by weight variable of pregnant mother, Hb level, and Lila.
It is recommended that the puskesmas provide information to pregnant women and mothers who will plan for pregnancy, on the importance of early pregnancy IMT, maternal fatigue, Hb, and Lila levels as recommended to achieve normal birth weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursyifa Rahma Maulida
"Keragaman makanan telah diketahui berhubungan dengan kecukupan dan status gizi. Sehingga, metode skor keragaman makanan sebagai indikator yang mudah untuk memprediksi berat lahir bayi memiliki ketertarikan untuk diketahui. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang di Jakarta Timur yang terdiri dari 288 ibu hamil, usia 19?44 tahun pada umur kehamilan >32 minggu.
Hasil menunjukkan bahwa keragaman makanan berhubungan secara statistik dengan berat lahir dan merupakan prediktor yang paling kuat (Adj.OR=2.8) dari faktor lainnya yang dapat meningkatkan berat badan lahir bayi ≥ 3.000 gram secara statistik, seperti usia ibu (Adj. OR=2.5) dan berat ibu di trimester tiga (Adj. OR=2.6). "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>