Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Agustina
"Kasus TB RO menyebabkan beban pengendalian penyakit TB menjadi bertambah. Adanya penurunan angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2010 (67,9%) menjadi 51,1% tahun 2013 dan peningkatan kasus pasien putus berobat mendorong Indonesia menerapkan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB RO dan menurunkan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini melihat hasil pengobatan TB RO dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek di Indonesia tahun 2017 menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Menggunakan data pasien TB RO yang tercatat dalam e-TB manager berusia ≥15 tahun yang telah menyelesaikan pengobatan regimen pendek maksimal pada bulan November 2018. Didapatkan 223 kasus dengan 46,6% sembuh, 26,5 % putus berobat, 4,9% pengobatan lengkap, 14,2 meninggal, 6,3% gagal dan 1,3% lainnya. Usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan sebelumnya, jenis resistensi, status HIV, status diabetes mellitus dan status kavitas paru secara statistik tidak berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek. Faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek ialah resisten terhadap amikasin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloksasin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), dan kanamisin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), dan interval inisiasi pengobatan > 7 hari (RR 0.307; CI 0.09-0.98).

The case of drug-resistant tuberculosis causes the burden of controlling TB disease to increase. The decline in treatment success rates from 2010 (67.9%) to 51.1% in 2013 and an increase in cases of patients dropped out encouraged Indonesia to apply short-term treatment to increase the success rate of DR-TB treatment and reduce cases of patients dropped out. This study aims to look the results of DR-TB treatment and factors related to treatment outcomes for short regimens in Indonesia in 2017 using a retrospective cohort study design. Using data on DR-TB patients recorded in the e-TB manager aged ≥15 years who have completed treatment for the maximum short regimen in November 2018. There were 223 cases with 46.6% cured, 26.5% dropped out, 4.9% completed, 14.2 died, 6.3% failed and 1.3% others. Age, gender, previous treatment history, type of resistance, HIV status, DM status and lung cavity status were not statistically related to the results of treatment of short regimens. Factors related to the results of treatment of short regimens were resistant to amikacin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloxacin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), kanamycin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), and treatment initiation interval >7 days (RR 0.307; CI 0.09-0.98).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Hatim
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian di dunia. Sesuai dengan rekomendasi WHO tahun 2020, pengobatan TB RO di Indonesia saat ini menggunakan paduan tanpa obat injeksi yang terbagi menjadi dua, yaitu paduan pengobatan jangka pendek (9-11 bulan) dan jangka panjang (18-20 bulan). Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi luaran penggunaan regimen pengobatan jangka pendek pada TB RO di RSUP Persahabatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi luaran. Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang dilakukan sejak Agustus 2019 – Januari 2021 dengan consecutive sampling pada pasien TB RO yang berobat ke Poli TB RO RSUP Persahabatan. Pasien yang telah memenuhi kriteria pengobatan jangka pendek akan diberikan pengobatan standar dan akan dievaluasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang dinilai pada penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, faktor komorbid, BTA awal pengobatan, luas lesi foto toraks, merokok, riwayat pengobatan TB, desentralisasi, lama konversi, dan pola resistan. Hasil akhir pengobatan yang dievaluasi pada penelitian ini adalah sembuh, gagal pengobatan, meninggal, putus berobat, dan pindah.
Hasil : Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 68 orang dengan karakteristik rerata usia 42,03 (13,22) tahun. Pada kelompok jenis kelamin laki- laki (66,7%), gizi obese (71,4%), riwayat merokok indeks berat (81,8%), riwayat gagal kategori 2 sebelumnya (100%), gambaran foto toraks lesi luas (66,7%), tidak desentralisasi (59%), konversi BTA > 3 bulan, BTA awal pengobatan 3+ (66,7%), dan poliresistan (80%) akan mengalami luaran tidak berhasil lebih cepat dibandingkan kelompok lainnya. Hasil akhir pengobatan pada penelitian ini didapatkan angka kesembuhan sebesar 42,6%, gagal pengobatan sebesar 17,6%, meninggal sebesar 8,8%, putus berobat sebesar 27,9% dan transfer out sebesar 2,9%.
Kesimpulan : Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara faktor- faktor yang mempengaruhi luaran pengobatan TB RO dengan regimen jangka pendek (STR).

Background: Tuberculosis (TB) remains a major health problem and one of the top ten causes of death in the world. According to WHO recommendations in 2020, drug- resistant TB (DR-TB) treatment in Indonesia currently uses an injection-free drug combination which was divided into short-term (nine to eleven months) and long term (eighteen to twenty months) treatments. The aim of this study is to identify the outcome of using a short-term treatment regimen (STR) for DR-TB in patients treated at Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia and factors that influence their clinical outcomes.
Methods: This study was a prospective cohort study conducted from August 2019 until January 2021 in Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia. All DR-TB patients were evaluated whether they met criteria for the STR treatment. Outcomes evaluated in this study were cured, treatment failure, death, loss to follow up, and transferred out. Factors assessed in this study included age, sex, body mass index, comorbid factors, bacterial load, chest x-ray lesions, smoking, TB treatment history, decentralization, time-to- conversion, and resistance pattern.
Results: Sixty eight subjects were included in this study. Mean age was 42.03 (+ 13.22) years. Males, obese, heavy smoking index, history of second category treatment failure, extensive lesion in chest x ray, decentralisation, acid fast baccili (AFB) conversion by >3 months, AFB stain at pre-treatment of +3, and poly-drug-resistance were more likely to have an unfavourable outcome. However, the results were not statistically significant (p>0.05). The treatment result of this study showed a cure rate of 42.6%, with treatment failure was 17.6%, death was 8.8%, loss to follow up was 27.9%, and transferred out was 2.9%.
Conclusion: In this study, there were no significant differences between the factors that influenced the outcome of DR-TB receiving STR.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afianti Hasanah
"Indonesia masuk kedalam Negara dengan tiga beban TB tertinggi, salah satunya adalah TB-MDR. Persentase kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia melebihi batasan target WHO yaitu 10. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien Tuberkulosis Multi Drug Resistance TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia tahun 2010-2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder registrasi kohort e-TB Manager Surveilans TB Resistan Obat 2010-2014.
Variabel independen pada penelitian ini meliputi faktor kerentanan individu usia, jenis kelamin, komorbid diabetes mellitus, jumlah resistansi OAT, hasil pemeriksaan sputum di awal pengobatan, faktor kerentanan sistem kesehatan riwayat pengobatan TB sebelumnya dan interval inisiasi pengobatan, dan faktor kerentanan sosial wilayah tempat tinggal. Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil akhir kematian pada pasien TB-MDR. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan.

Indonesia is one of the countries in three high burden country list, partially MDR TB. The presentation of mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia is above WHO target which is 10. This study aimed to describe the epidemiological and factors associated with mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia from 2010 through 2014. The study was conducted with cross sectional using secondary data cohort registration e TB Manager Surveillance of TB Drugs Resistance 2010 2014.
Independent variables of this study were individual vulnerability age, sex, diabetes mellitus comorbidities, number of drugs resistance, initial sputum test, programmatic or institutional vulnerability previous history of TB treatment and interval of treatment, and social vulnerability living status. Dependent variable of this study was the end of treatment result for mortality among MDR TB patients. The results indicated that age associated with mortality among MDR TB patients during treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Proporsi pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO) yang memiliki hasil akhir pengobatan meninggal meningkat di tahun 2021 menjadi 19%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB RO yang memulai pengobatan tahun 2020-2021 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan hingga Mei 2023 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression. Jumlah sampel penelitian adalah 7.515. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 19,39% pasien meninggal dengan laju kejadian keseluruhan adalah 6 per 10.000 orang hari dan probabilitas kumulatif survival sebesar 73%. Analisis multivariat menunjukkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia adalah kelompok umur 45-65 (HR 1,519; 95% CI 1,275-1,809) tahun dan 65+ (HR 3,170; 95% CI 2,512-4,001), wilayah fasyankes Jawa-Bali (HR 1,474; 95% CI 1,267-1,714), koinfeksi HIV (HR 3,493; 95% CI 2,785-4,379), tidak mengetahui status HIV (HR 1,655; 95% CI 1,474-1,858) memiliki riwayat pengobatan (HR 1,244; 95% CI 1,117-1,385), tidak konversi ≤3 bulan (HR 4,435; 95% CI 3,920-5,017), paduan pengobatan LTR (1,759; 95% CI 1,559-1,985), kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat 1-30 hari (HR 0,844; 95% CI 0,748-0,953) dan kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat >30 hari (HR 0,318; 95% CI 0,273-0,370). 

The proportion of drug-resistant tuberculosis (RO-TB) patients who have the final outcome of treatment will die in 2021 to 19%. The purpose of this study was to determine the risk factors for death of TB RO patients during the treatment period in Indonesia. The design of this study was a retrospective cohort using data on TB RO cases that started treatment in 2020-2021 and had final treatment results until May 2023 and were recorded in the Tuberculosis Information System. The analysis used in this study is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using cox regression. The number of research samples is 7,515. The results of this study showed that 19.39% of patients died with an overall incidence rate of 6 per 10,000 person days and a cumulative probability of survival of 73%. Multivariate analysis shows that the factors that influence the death of TB RO patients during the period of treatment in Indonesia are the age group 45-65 (HR 1.519; 95% CI 1.275-1.809) years and 65+ (HR 3.170; 95% CI 2.512-4.001), health facilities area Java-Bali (HR 1.474; 95% CI 1.267-1.714), HIV coinfection (HR 3.493; 95% CI 2.785-4.379), do not know HIV status (HR 1.655; 95% CI 1.474-1.858) have a history of treatment ( HR 1.244; 95% CI 1.117-1.385), no conversion ≤3 months (HR 4.435; 95% CI 3.920-5.017), mixed treatment LTR (1.759; 95% CI 1.559-1.985), treatment adherence in non-medication group 1 -30 days (HR 0.844; 95% CI 0.748-0.953) and medication adherence in the non-medication group >30 days (HR 0.318; 95% CI 0.273-0.370)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Siti Aminah
"Tiga permasalahan TB di Indonesia yaitu TB sensitif, TB Resistan Obat (TB-RO) dan TB-HIV. TB-RO merupakan masalah yang menghawatirkan, angka penemuan kasus TB-RO setiap tahun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan angka pengobatan. Penggunaan paduan jangka pendek untuk pengobatan pasien TB-RO sejak September 2017 merupakan salah satu upaya menekan peningkatan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB Resistan Obat (TB RO) dengan paduan Shorter Treatment Regiment (STR) di Indonesia Tahun 2017-2019. Penelitian menggunakan desain kohort restropektif. Sumber data adalah semua pasien TB RO paduan jangka pendek yang terdaftar dalam sistem informasi TB MDR Subdit Tuberkulosis. Metode sampling adalah total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dan uji cox regression. Sebanyak 3.100 pasien disertakan dalam analisis, didapat angka keberhasilan pengobatan adalah 41,94%. Hasil analisis menunjukkan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, kepatuhan, hasil pemeriksaan sputum awal pengobatan, pola resistensi monoresisten dan poliresisten, serta wilayah tempat tinggal. Kepatuhan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan. Perlu dilakukan upaya penguatan kepatuhan dengan melakukan konseling sedini mungkin, pendamping PMO dari non petugas dan inisiasi grup dukungan pasien di setiap faskes MDR.

TB problems in Indonesia are TB sensitive, Drug-Resistant TB and TB-HIV. TB-RO is the most challengging problem, the number of case finding is increase every year, but treatment rate is decrease. The use of short-term regiment since September 2017 is one of strategy to reduce default of TB treatment. This research was conducted to see trends and factors related to the TB treatment success rate among patients with Drug Resistance TB (TB RO) using Shorter Treatment Regiment (STR) in Indonesia 2017-2019. The study desain is restropective cohort. Data sources are all patients of TB RO using STR regiment, which is enrolled in the e-TB manager, Sud Directorate of Tuberculosis, MoH RI. The sampling method is total sampling that meets the inclusion and exclusion criteria. The analysis used was the chi-square test and the cox regression test. As many as 3,100 patients were included in the analysis, the treatment success rate was 41,94%. The results of the analysis showed that factors related to treatment success were age, adherence, results of initial sputum examination of treatment, patterns of monoresistant and polyresistant resistance, and area of ​​residence. Adherence is a dominant factor related to treatment success. Efforts should be made to strengthen compliance by conducting counseling as early as possible, PMO assistants from non-helath officers and initiating patient support groups in each MDR facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekky Fajar Frana
"ABSTRACT
Di Indonesia, angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat sejak tahun 2013-2015 masih rendah yaitu sebesar 52,4%. Upaya yang dilakukan adalah dengan diterapkannya metode baru yaitu metode standar jangka pendek pada tahun 2107. Seiring diterapkannya metode baru, metode standar konvensional tetap terus dilakukan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengobatan antara metode standar standar konvensional dan metode standar jangka pendek. Data yang digunakan adalah data pasien TB MDR yang memulai pengobatan antara Januari-Desember 2017 yang teregister dalam e-TB Manager. Hasil pengobatan yang baik pada metode standar konvensional adalah 39,8% dan pada metode standar jangka pendek adalah 48,9%. Hasil analisis uji chi square terhadap perbedaan hasil antara metode konvensional dan jangka pendek adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value = 0,067). Dan hanya faktor umur 45 tahun dan interval inisiasi pengobatan 30 hari yang perbedaan hasil pengobatannya signifikan (p-value = 0,005 dan 0,047).

ABSTRACT
In Indonesia, the success rate of treatment of drug-resistant TB patients from 2013-2015 is still low at 52.4%. The efforts made were to implement a new method, namely the standard short-term method in 2107. As new methods were implemented, conventional standard methods continued. This study used a cross sectional design aimed to determine differences in treatment outcomes between conventional standard standard methods and short-term standard methods. The data used is data on MDR TB patients who started treatment between January-December 2017 registered in e-TB Manager. The good treatment results in the conventional standard method are 39.8% and in the standard short term method is 48.9%. The results of the chi square test analysis of the differences in results between conventional and short-term methods there is no significant difference (p-value = 0.067). And only age factors 45 years and treatment initiation intervals 30 days for which the difference in results was significantly different (p-value = 0.005 and 0.047)."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Ayuningsih
"Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Hasil akhir pengobatan TB pada pasien berupa kematian saat melakukan pengobatan merupakan permasalahan terkini yang perlu diselesaikan. Penyebab pasti terjadinya kematian pada pasien yang sedang menjalani pengobatan TB masih belum banyak di ketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pasien tuberkulosis pada penderita TB MDR dan TB Sensitif Obat di Indonesia tahun 2015-2017. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi eTB manager dan SITT di Subdit Tuberkulosis, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) - Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan RI. Desain penelitian adalah cohort retrospective. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 1.150 pasien TB MDR dan 12.296 pasien TB SO. Insiden rate kematian kasus TB MDR adalah 4,7 per 1000 orang-bulan, sementara itu insiden rate kematian kasus TB SO adalah 8,4 per 1000 orang-bulan. Dari penelitian ini diketahui bahwa pada kasus TB MDR variabel umur pada titik potog waktu <24 bulan diperoleh HR 1,72 (IK95% 1,18 - 2,52), sedangkan variabel umur pada titik potong waktu ≥24 bulan diperoleh HR 1,28 (IK95% 0,18 - 9,17). Pada kasus TB SO, umur diperoleh HR 1,88 (IK95% 1,57 – 2,27). Status HIV pada titik potog waktu <13 bulan diperoleh HR 4,20 (IK95% 3,43 – 5,14), sedangkan titik potog waktu ≥13 bulan diperoleh HR 9,03 (IK95% 2,58 – 31,61). Diperlukan penanganan secara intensif pada pasien TB MDR dan TB SO di Indonesia dengan HIV positif. Kata kunci: Tuberkulosis, resisten ganda, kematian.

Tuberculosis is still a public health problem in the world. The final outcome of TB treatment in patients consisting of death while taking treatment is a consideration that needs to be addressed. The exact cause of death in patients who are undergoing TB treatment is not much approved. The purpose of this study was to study the differences in factors associated with the death of tuberculosis patients in patients with drug sensitive and multidrug resistant tuberculosis in Indonesia in 2015-2017. The study was conducted using secondary data from the application of eTB managers and SITT in the Tuberculosis Subdistrict, Directorate of Direct Transmission Prevention and Control - Directorate General of Disease Prevention and Control, Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The study design was a retrospective cohort. The number of samples in this study were 1,150 MDR TB patients and 12,296 drug sensitive patients. The mortality rate from MDR-TB is 4.7 per 1000 person-months, while the mortality rate from MDR-TB is 8.4 per 1,000 person-months. From this study, it was found that in the MDR TB case the age variable at the time point of <24 months was obtained by HR 1.72 (IK95% 1.18 - 2.52), while the age variable at the intersection time waktu24 months was obtained by HR 1.28 ( IK95% 0.18 - 9.17). In drug sensitive TB cases, HR 1.88 (IK95% 1.57 - 2.27) was obtained. HIV status at the time point <13 months was obtained by HR 4.20 (IK95% 3.43 - 5.14), while the point of interest at ≥13 months was HR 9.03 (CI 95% 2.58 - 31.61). MDR and drug sensitive TB in Indonesia are HIV positive. Keywords: Tuberculosis, multiple resistance, death."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Orri Baskoro
"Latar Belakang: Bedaquiline merupakan salah satu regimen pengobatan baru tuberkulosis resisten obat yang dianggap lebih efektif namun dengan tingkat mortalitas yang masih kontroversial. Hingga saat ini masih belum ada data mengenai efektivitas maupun keamanan bedaquiline pada pasien TB resisten obat dengan komorbid DM. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh status DM pasien tuberkulosis resisten obat terhadap hasil pengobatan regimen yang mengandung bedaquiline.
Tujuan: Mengetahui pengaruh status DM terhadap hasil pengobatan bedaquiline selama 6 bulan pada pasien TB resisten obat.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dari rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sejak tahun 2016 hingga tahun 2019. Didapatkan sebanyak 76 pasien yang menyelesaikan pengobatan regimen bedaquiline selama 24 minggu. Data kemudian dievaluasi menggunakan uji chi-square dan regresi logistik dengan pernyesuaian terhadap faktor perancu usia dan jenis kelamin menggunakan SPSS.
Hasil: Uji chi-square menunjukkan kelompok DM berisiko mengalami kematian 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok non-DM secara bermakna (p=0,044). Pada uji multivariat, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status DM dengan keberhasilan pengobatan maupun kematian pasien dengan regimen bedaquiline. Namun, didapatkan jenis kelamin pria menurunkan keberhasilan pengobatan bedaquiline hingga 5 kali lipat.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kondisi DM pada pasien TB resisten obat terhadap keberhasilan dan kematian pengobatan dengan regimen bedaquiline.
Background: Bedaquiline is a new drug-resistant tuberculosis treatment regimen that is said to be more effective but still with a controversial mortality rate. Currently, there are no clinical data regarding the effectiveness and safety of bedaquiline in patients with diabetes melitus. This study was carried out to see the effect of DM on bedaquiline treatment outcome in drug-resistant tuberculosis patient.
Objective: To determine the impact of DM status on the outcome of 6-month bedaquiline treatment in drug-resistant tuberculosis patient.
Methods: This study is a retrospective cohort study from the medical records of patients at the Persahabatan General Hospital from 2016 to 2019. There were 76 patients who had finished a 24 week bedaquiline regimen treatment. The data were then evaluated using the chi-square test and logistic regression with adjustment for age and gender using SPSS.
Results: The chi-square test showed a statistically significant 4 times risk of death in the DM group compared to non-DM group (P = 0.044). In the multivariate analysis, there was no statistically significant association between DM status and treatment success or death of patients with the bedaquiline regimen. However, it is found that the male gender has a risk of reduced treatment succes up to 5 times.
Conclusion: There was no statistically significant relationship between DM status and the bedaquiline regimen treatment success and mortality
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Seno Aji
"Berdasarkan data SITB per 2 Februari 2022, terdapat 8306 kasus TB-RR/MDR terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Keberhasilan pengobatan TB MDR di Indonesia tahun 2021 belum mencapai target dan termasuk rendah dibandingkan dengan global yaitu sebesar 45%. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif. Penelitian menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien TB MDR yang berobat di RSUP Persahabatan tahun 2019 yang dilihat sejak awal pengobatan hingga didapatkan hasil akhir pengobatan. Terdapat 273 sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics 25 dengan uji chi-square, dengan RR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel dan dan p < 0,05 sebagai batas kemaknaan. Pada hasil analisis diketahui umur (p=0,000; RR=1,603 95CI% 1,251–2,055), jenis kelamin (p=0,749; RR=1,045 95CI% 0,798–1,369), pendidikan (p=0,165; RR=1,228 95CI% 0,929–1.634), pekerjaan (p=0,298; RR=0,893 95CI% 0,8723–1,103), status pernikahan (p=0,000; RR=1,932 95%CI 1,318–2,833), wilayah tempat tinggal (p=0,092, RR=1,288 95%CI 0,933–1,779), hasil pemeriksaan sputum awal (p=0,272; RR=1,126 95%CI 0,911–1,191), interval inisiasi pengobatan (p=0,021; RR=0,698 95%CI 0,494–0,986). Faktor yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, status pernikahan, dan interval inisiasi pengobatan.Based on SITB data as of February 2, 2022, there were 8306 confirmed cases of RR/MDR TB through laboratory tests. The success of MDR TB treatment in Indonesia in 2021 has not reached the target and is low compared to global, which is 45%. This study aims to identify factors associated with successful treatment of MDR TB patients at Persahabatan Hospital in 2019. This study used a retrospective cohort study design. The study used secondary data from the medical records of MDR TB patients who were treated at the Friendship Hospital in 2019 which were seen from the beginning of treatment until the final results of treatment were obtained. There were 273 samples that met the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using IBM SPSS Statistics 25 with chi-square test, with RR to determine the degree of relationship between variables and p < 0.05 as the limit of significance. The results of the analysis showed that age (p=0.000; RR=1.603 95CI% 1.251–2.055), gender (p=0.749; RR=1.045 95CI% 0.798–1.369), education (p=0.165; RR=1.228 95CI% 0.929– 1.634), occupation (p=0.298; RR=0.893 95CI% 0.8723–1.103), marital status (p=0.000; RR=1.932 95%CI 1.318–2.833), area of ​​residence (p=0.092, RR=1.288 95%CI 0.933–1.779), results of initial sputum examination (p=0.272; RR=1.126 95%CI 0.911–1.191), treatment initiation interval (p=0.021; RR=0.698 95%CI 0.494–0.986). Factors that had a statistically significant relationship with treatment success were age, marital status, and treatment initiation interval."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airin Aldiani
"Latar belakang dan tujuan : Semua jenis paduan pengobatan TB RO bukan tanpa efek samping sehingga direkomendasikan implementasi farmakovigilans dan pengawasan serta tata laksana keamanan obat secara aktif terhadap efek samping. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian efek samping yang paling sering yakni efek gastrointestinal (GI) dan efek samping yang dapat berakibat fatal yakni efek kardiovaskular yang terjadi pada pasien TB RO yang mendapatkan paduan jangka pendek (STR) di poliklinik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan.
Metode : Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain kohort prospektif yang dilakukan bulan Agustus 2019-Januari 2021 dengan metode consecutive sampling pada pasien TB RO yang mendapatkan STR di poliklinik paru RSUP Persahabatan. Pasien dalam pengobatan STR akan diikuti selama masa pengobatan 9-11 bulan untuk evaluasi subjektif dan objektifnya sampai terjadinya luaran pengobatan.
Hasil : Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 68 orang dengan karakteristik dasar yaitu median usia 37 tahun, laki-laki (67,6%), status gizi kurang (52,9%) dan komorbid diabetes (17,6%). Luaran putus berobat cukup tinggi (26,5%) Hampir seluruh subjek mengalami efek gastrointestinal (95,6%) seluruhnya muncul pada fase intensif dan dominan derajat ringan. Efek samping GI akan semakin menurun setelah fase intensif. Hanya sebagian subjek yang mengalami efek kardiovaskular (41,2%) dan trennya semakin lama kejadiannya semakin meningkat. Terdapat satu subjek dengan luaran meninggal dunia pada efek samping kardio derajat berat. Pada efek samping GI tidak ada kecenderungan faktor yang menyebabkan, sementara durasi pengobatan yang mencapai 9 bulan yang mempengaruhi efek samping kardiovaskular (p=0,001).
Kesimpulan : Pada penelitian ini efek samping GI terjadi pada hampir seluruh pasien namun trennya akan menurun setelah fase intensif. Sementara efek samping kardiovaskular dapat berakibat fatal dan trennya akan meningkat seiring berjalannya pengobatan. Durasi pengobatan yang lebih panjang dapat secara bermakna menyebabkan timbulnya efek samping kardiovaskular.

Background : All types of drug-resistant (DR) tuberculosis (TB) treatment are not without effects, thus implementation of pharmacovigilance and active drug safety monitoring and management against adverse events are highly recommended. This study was conducted to determine the incidence gastrointestinal (GI) adverse events and cardiovascular adverse events that occur in DR TB outpatients who received short-term regimen (STR) at the Persahabatan General Hospital.
Methods : This study was an observational study with a prospective cohort design that was conducted between August 2019 and January 2021 with consecutive sampling of DR TB outpatients who received STR at Persahabatan General Hospital. Patients on STR treatment will be followed for a 9 to 11 months treatment period for subjective and objective evaluation of treatment outcomes
Result : There were 68 subjects eligible for this study with general characteristics median age of 37 years, male (67.6%), malnutrition status (52.9%), and having diabetes comorbid (17.6%). The default case was quite high in this study (25.6%). Almost all subjects experienced GI adverse events (95.6%) which appeared in the intensive phase with predominant mild degree of GI symptoms. The GI adverse events was decrease after the intensive phase. Only some of the subjects experienced cardiovascular effects (41.2%) and the trend increasing over time. There was one death as treatment outcome in a sever cardiovascular adverse events. In GI adverse events, there was no trend of causal factors, while the treatment duration of up to 9 months correlated with cardiovascular side effects (p = 0.001).
Results : In this study, it was found that GI adverse events were common but its occurrence decreased over time after intensive phase. The cardiovascular adverse events could be fatal and tis occurrence showed to be increase as treatment progresses.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>