Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83689 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghassani Shabrina Prabowo
"ABSTRAK
Aktivitas penggemar tidak lagi hanya sebatas mengkonsumsi produk budaya populer saja. Pada kenyataannya, penggemar juga menciptakan produknya sendiri, seperti yang dilakukan oleh penggemar K-Pop dengan menciptakan produk bernama fanfiction idol K-Pop. Tulisan ini berfokus kepada aktivitas yang dilakukan oleh penggemar K-Pop dalam proses menciptakan fanfiction idol K-Pop. Dengan menggunakan metode etnografi, penelitian ini menunjukkan bahwa penggemar K-Pop melakukan cultural translation untuk menciptakan fanfiction idol K-Pop. Penciptaan fanfiction idol K-Pop lalu dilihat sebagai mediated-fan practice, karena tanpa media aktivitas ini tidak dapat berlangsung. Penelitian ini juga menemukan bahwa aktivitas penggemar K-Pop dalam menciptakan fanfiction idol K-Pop tersebut dapat dilihat sebagai suatu bentuk free labor dan fan labor, dimana penggemar K-Pop tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah bentuk labor sebab mereka tidak mendapat kompensasi dari segi ekonomi, namun secara tidak langsung menguntungkan pihak-pihak kapital.

ABSTRACT
Fan activities are no longer limited to the consumption of popular culture products. In fact, fans also create their own products, like those K-pop fans do by created a product called K-Pop idol fanfiction. This research focuses on the activities carried out by K-Pop fans in the process of creating K-Pop idol fanfiction. The method used in this research is ethnography. The result of the study shows that K-Pop fans doing a cultural translation in creating K-Pop idol fanfiction. The creation of K-Pop idol fanfiction idol was then seen as mediated-fan practice, because without media, this activity cannot be held. This research also found that K-Pop fans activity in creating those K-Pop idol fanfiction can be seen as a free labor and fan labor, where the K-Pop fans are not aware that what they are doing is a form of 'labor' because they did not get compensation in terms of any economy, but indirectly they give profit to the capital parties."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Putri Novandari
"K-Pop yang saat ini menjadi fenomena global tidak dapat dipisahkan dari penggemar K-Pop yang menggunakan media sosial untuk melakukan aktivitas penggemar mereka, salah satu media sosial yang menjadi tempat utama bagi penggemar K-Pop untuk melakukan aktivitas penggemar adalah Twitter. Penggemar K-Pop tidak hanya menikmati konten dari idola mereka saja di Twitter namun mereka juga berinteraksi dengan penggemar lainnya serta melakukan produksi budaya penggemar atau fan culture. Salah satu praktik yang dilakukan oleh penggemar K-Pop di Twitter adalah pembuatan fan project yang bertujuan untuk mendukung idola mereka. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap praktik yang dilakukan oleh penggemar K-Pop di Twitter menunjukan bahwa penggemar K-Pop melakukan banyak kegiatan produksi budaya penggemar yang dapat dilihat sebagai bentuk mediated fan-practice. Penelitian ini juga menemukan bahwa praktik fan project yang dilakukan oleh penggemar dapat dilihat sebagai bentuk fan labor dan free labor, penggemar yang menjadi subjek utama dalam penelitian ini melakukan sebuah bentuk ‘labor’ karena menghasilkan produk budaya yang menguntungkan pihak-pihak kapital namun mereka tidak mendapatkan keuntungan secara finansial dari praktik yang mereka lakukan. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa penggemar K-Pop memiliki motivasi yang bukan merupakan keuntungan finansial dalam melakukan fan project untuk idola mereka.

K-Pop, a current global phenomenon, is inseparable from K-Pop fans who use social media to carry out their fan activities, one of the social media that is the main place for K-Pop fans to do fan activities is Twitter. K-Pop fans not only enjoy content from their idols on Twitter but they also interact with other fans and do fan culture productions. One of the practices carried out by K-Pop fans on Twitter is the creation of a fan project that aims to support their idols. Data obtained through interviews and observations of practices carried out by K-Pop fans on Twitter shows that K-Pop fans carry out many fan culture production activities that can be seen as a form of mediated fan-practice. This research also found that fan project practices carried out by fans can be seen as a form of fan labor and free labor, fans who are the main subjects in this study do a form of 'labor' because they produce cultural products that benefit the parties of capital but they do not benefit financially from their practices. In this paper, it is found that K-Pop fans have motivations that are not financial gains in doing fan projects for their idols."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asril Gunawan
"Musik pa'rawana dan sayyang pattudu merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang dimiliki oleh masyarakat suku mandar. Kesenian tersebut sangat digemari oleh masyarakat suku mandar sehingga selalu dihadirkan setiap tahun, khususnya pada upacara khataman alquran. Penyajian musik pa'rawana dan sayyang pattudu senantiasa disajikan berdasarkan pada kesesuaian sosio-kultural masyarakat Mandar yang tidak terlepas dengan sistem religinya. Hal ini ditandai dengan prosesi saat ada anak yang telah menamatkan hafalan Alquran. Mereka akan diarak keliling kampung dengan menggunakan musik pa'rawana dan sayyang pattuddu. Keseluruhan kegiatan prosesi khataman Alquran sangat kompleks. Selain prosesi upacara, seni pertunjukan juga turut dilibatkan, khususnya musik pa'rawana dan sayyang pattuddu merupakan penggabungan beberapa bentuk ksenian dalam setiap pertunjukannya. Adapun kesenian yang tergabung diantaranya terdiri atas musik pa'rawana dan sayyang pattuddu. Penyajian musik pa'rawana dan sayyang pattuddu merupakan penggabungan beberapa bentuk kesenian dalam setiap pertunjukannya. Adapun kesenian yang tergabung diantaranya terdiri atas musik pa'rawana, pa'denggo, sayyang pattuddu, dan pa'kalindagdag. Disamping itu, kelengkapan dari sayyang pattuddu diatas sangat penting karena memiliki fungsi untuk menjaga keselamatan bagi peserta khatam saat prosesi arak-arakan berlangsung. Oleh karena itu, kompleksitas yang terbentuk dalam prosesi tersebut akan dijadikan fokus kajian dalam pembahasan ini."
Samarinda: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman, 2017
400 CLLS 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alviansyah Hidayat
"Vigilantisme diartikan sebagai sebuah tindakan main hakim sendiri yang dilakukan untuk membela nilai yang dipercayai tanpa mempertimbangkan apakah tindakan tersebut berbasiskan keadilan. Perilaku vigilantisme bukanlah sesuatu yang baru dalam budaya penggemar, contohnya di kalangan fandom K-Pop yang berpusat di Twitter atau biasa disebut dengan Stan Twitter dimana sering ditemukan adanya bentuk vigilantisme digital, salah satunya kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu kasus AG. Dengan menggunakan Media Construction of Reality, penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana fenomena vigilantisme muncul sebagai bentuk fanatisme penggemar terhadap idolanya, terutama dalam lingkungan Stan Twitter K-Pop. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana konstruksi media memengaruhi nilai-nilai budaya penggemar K-Pop yang ada di Twitter, termasuk budaya vigilantisme digital demi membela idola yang digemari. Dari 6 informan yang diwawancarai, ditemukan bahwa perilaku vigilantisme sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak disukai namun dianggap wajar karena nilai-nilai budaya penggemar lain yang sudah dikonstruksikan sebelumnya. Peran dan partisipasi dari penggemar K-Pop lain diperlukan dalam mencegah adanya normalisasi perilaku vigilantisme digital lebih lanjut di kalangan penggemar K-Pop.

Vigilantism is defined as an act to upheld the values an individual/community believes without considering whether the action is based on justice. Vigilantism is not something unusual in a fan culture, especially among K-Pop fandoms centered on Twitter or commonly referred to as Stan Twitter, like what happened to AG as one of the recent case. By using Media Construction of Reality, this study tries to explain how vigilantism emerges as a form of fan fanaticism towards their idols, especially in Stan K-Pop Twitter. Through a qualitative approach, this study aims to see how media construction affects the K-Pop fan culture on Twitter, including those of doing digital vigilantism in order to defend their idols. Based on the 6 informants interviewed, this research found that vigilantism is something that is actually frowned upon but still considered normal because of other values which have been constructed and established among the fandoms. The role and participation of other K-Pop fans is necessary in preventing further normalization of digital vigilantism among K-Pop fan community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurfadhilah
"ABSTRAK
Makalah ini menjelaskan mengenai budaya penggemar yang berkembang dalam industri musik Korea atau dikenal sebagai K-Pop. Budaya penggemar salah satunya muncul sebagai respon dari fanservis yang biasa dilakukan dalam grup K-pop. Fanservis ini erat kaitannya dengan skinship padahal Korea termasuk negara yang cukup konservatif mengenai hubungan antar sesama jenis. Pada kesimpulan penelitian ini ditemukan bahwa tindakan skinship antar pria dapat diterima oleh masyarakat Korea dan dikategorikan sebagai bromance. Ikatan bromance ini kemudian menginspirasi penggemar dalam memproduksi sebuah hasil budaya yang dikenal dengan istilah fanproduct dengan konten bromance di dalamnya. Penelitian mengenai bromance dalam budaya K-pop dan respon penggemar dengan berupa fanproduct ini merupakan penelitian kualitatif yang bersumber dari berbagai jurnal, artikel dan juga video variety, konser ataupun video idola lainnya.

ABSTRACT
This paper describes the growing fanculture in the Korean music industry or known as K Pop. One of the reason this fanculture emerged was the response in fanservice which commonly performed within K pop groups. Fanservice is closely related to skinship besides Korea is a fairly conservative country about same sex relationship. In the conclusion this study has found that skinship acts between mens are acceptable in Korean people and categorized as bromance. This bromance tie then inspires fans to creating a cultural product which known as fanproduct. This study about bromance in K pop culture and the fan responses by creating a fanproducts used a qualitative research method which sourced from various journals, articles and also variety videos, concerts or other idol rsquo s videos"
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Wahyu Andriani
"Photocard eksklusif menjadi salah satu objek koleksi bagi kelompok penggemar K-Pop, salah satunya adalah bentuk kerjasama eksklusif antara idol dengan brand. Bentuk eksklusifitas dan limited edition yang ditawarkan menjadi daya tarik yang sulit untuk dilewatkan bagi penggemar. Penelitian ini menganalisis perilaku budaya penggemar K-Pop melalui objek photocard eksklusif sebagai perantara penggemar, idol, dan brand. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif pada periode Januari hingga Juni 2022. Tahapan kuantitatif berupa survei kepada 212 responden penggemar K-Pop untuk memetakan budaya penggemar sekaligus menyeleksi calon informan. Pengumpulan data utama dilakukan melalui metode kualitatif berupa etnografi digital dengan wawancara mendalam secara virtual pada enam informan dan observasi digital pada media sosial. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pola aktivitas koleksi photocard eksklusif melibatkan beberapa pihak, seperti penggemar, idol, dan brand. Relasi pertama memfungsikan photocard sebagai objek yang memperlihatkan identitas sosial fandom K-Pop yang memiliki nilai emosional. Relasi kedua memfungsikan photocard sebagai valued product, yakni objek yang memiliki nilai lebih untuk memantik pola konsumerisme kelompok penggemar. Relasi ketiga memfungsikan photocard sebagai objek dan komoditas budaya penggemar. Ketiganya mencerminkan bahwa photocard eksklusif lebih dari sekedar benda material sebab mampu menjadi penghubung relasi antara penggemar, idol, dan brand.

Exclusive photocards are a collection object for K-Pop fan groups, one of which is a complete form of collaboration between idols and brands. The form of exclusivity and limited edition offered is an attraction that is hard to miss for fans. This study analyses the cultural behaviour of K-Pop fans through exclusive photocard objects as intermediaries for fans, idols, and brands. The research was conducted using quantitative and qualitative methods from January to June 2022. The quantitative stage was a survey of 212 respondents of K-Pop fans to map fan culture and select potential informants. The primary data collection was carried out through qualitative methods in the form of digital ethnography with in-depth virtual interviews with six informants and digital observations on social media. This study found that the pattern of exclusive photocard collection activities involved several parties, such as fans, idols, and brands. The first relation functions the photocard as an object that shows the social identity of the K-Pop fandom that has emotional value. The second relationship functions as a photocard as a valued product, an object with more value to ignite a pattern of consumerism among fan groups. The third relation functions photocards as objects and commodities of fan culture. All three reflect that exclusive photocards are more than just material objects because they can be a link between fans, idols, and brands."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evania Maharani Setiowati
"Hubungan emosional muncul sebagai pendorong terkuat untuk membeli barang yang berhubungan dengan idola K-Pop favorit mereka. Tan Xuan Ni (2023) menemukan bahwa respons emosional dan kognitif yang kuat mendorong niat membeli barang idola yang lebih tinggi. Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh hubungan emosional ketika idola K-Pop ditunjuk menjadi duta merek terhadap perilaku pembelian terhadap produk atau layanan yang didukung, di Asia Tenggara, dengan fokus di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Peran idola K-Pop sebagai duta merek berdampak signifikan terhadap perilaku pembelian. Kusumawardhany dan Karya (2024) menyoroti bahwa kesukaan dan daya tarik idola K-Pop menjadikannya alat periklanan yang kuat, sehingga meningkatkan penjualan produk yang didukung. Temuan ini didukung oleh Kirana (2021), yang mencatat bahwa peluncuran produk terkait secara terus-menerus meningkatkan efek idola, sehingga meningkatkan antusiasme dan loyalitas konsumen dalam fandom. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka, yaitu analisis dan evaluasi kritis terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada dan berhubungan langsung dengan topik yang dituju. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan emosional dan kolektibilitas duta merek mendorong pembelian merchandise K-Pop di Asia Tenggara, memberikan pemahaman komprehensif tentang interaksi antara emosi konsumen dan strategi pemasaran dalam konteks budaya yang unik ini.
Emotional connection emerges as the strongest driver, with consumers expressing a greater intent to purchase items related to their favorite K-Pop idols. Tan Xuan Ni (2023) found that strong emotional and cognitive responses drive higher purchase intentions for idol goods. This study explores the influence of emotional connection when K-Pop idols are appointed to be a brand ambassador on purchasing behavior towards products or services endorsed, in South-East Asia, focusing on Indonesia, Malaysia and Thailand. The role of K-Pop idols as brand ambassadors significantly impacts purchasing behavior. Kusumawardhany and Karya (2024) emphasized that the attractiveness and charm of K-Pop idols render them influential marketing instruments, enhancing the sales of sponsored merchandise. As Kirana (2021) found, the regular introduction of related products intensifies the idol effect and increases fanbase enthusiasm and loyalty. The approach used is a literature review, which means carefully assessing and analyzing earlier studies that have a direct bearing on the chosen topic. Clarifying how collectability of brand ambassadors and emotional connection affect K-Pop product purchases in South East Asia is the aim of this study. It attempts to provide a thorough knowledge of how, in this particular cultural setting, consumer emotions and marketing tactics interact."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Darmata Noorfauziah Maulidania
"Tesis ini menekankan pembentukan realitas sosial penggemar ideal dengan penggunaan simbol merchandise. Konstruksi sosial atas realitas penggemar ideal terbentuk dari penekanan pentingnya makna yang dikonstruksi oleh individu dengan lingkungan sosialnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan metode studi kasus. Melalui penggunaan simbol merchandise penggemar NCT (NCTzen), penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi momen dialektika penggemar ideal. Hasil penelitian menemukan bahwa terjadi tiga momen dialektika pada NCTzen. Dalam momen eksternalisasi, terjadi pemahaman dan penyesuaian diri NCTzen dengan melakukan aktivitas penggemar sebagai ciri penggemar ideal. Momen objektivasi terjadi saat proses pemahaman berubah menjadi pengambilan tindakan NCTzen dalam memaknai penggemar ideal. Terakhir, NCTzen memperoleh penanaman nilai kegiatan penggemar melalui momen internalisasi dengan peran agen sosialisasi utama, yaitu keluarga, teman sebaya, dan media. Ciri penggemar ideal NCTzen kemudian mengalami perubahan, diantaranya (1) bertemu dan dapat berinteraksi dengan idola secara langsung, (2) memanfaatkan penuh media dalam seluruh usaha memperoleh informasi tentang idola, (3) menjalin relasi dengan teman sesama NCTzen sebagai cara memperoleh informasi tentang idola, dan (4) memanfaatkan penuh media untuk mempromosikan idola. Perubahan dalam ciri penggemar ideal NCTzen ini akan menuju ke momen eksternalisasi kembali.

This thesis emphasized the formation of the social reality of ideal fans with the use of merchandise symbols. The social construction of the ideal fan reality is formed by emphasizing the importance of meanings constructed by individuals with their social environment. This research used a qualitative approach with a constructivist paradigm and case study method. This research aimed to explore the dialectical moments of ideal fans built through the use of NCT’s fans merchandise symbols (NCTzen). The results found that there were three dialectical moments in NCTzen. At the moment of externalization, NCTzen demonstrated understanding and self-adjustment by engaging in fan activities that reflected ideal fan characteristics. The moment of objectivity occurred when the understanding process led to NCTzen's actions in interpreting the ideal fan. Finally, NCTzen obtained the value of fan activities through the moment of internalization with the role of the main socialization agents, namely family, peers, and the media. The characteristics of NCTzen ideal fans have changed, including (1) meeting, and interacting with idols directly, (2) making full use of the media in all efforts to get information about idols, (3) establishing relationships with fellow NCTzen friends as a way to get information about idols and provide information about idols, and (4) making full use of the media to promote idols. The change in NCTzen's ideal fan characteristics will lead to a moment of re-externalization."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Faradiba
"Industri K-Pop telah lama dikenal akan objektivikasi yang mengakar dalam sistem-sistemnya. Nilai-nilai patriarki merupakan penyebab utama dalam menciptakan sistem tersebut. Aturan-aturan yang telah dibentuk oleh industri K-Pop kemudian menjadi standar dan membatasi pilihan perempuan. Artikel ini bertujuan untuk memberikan sebuah pandangan baru terkait persoalan anggota grup K-Pop perempuan melalui teori performativitas Judith Butler dan otonomi Marilyn Friedman. Melalui pendekatan kualitatif dan metode analisis deskriptif, analisis yang terdapat dalam artikel ini memberikan fokus pada tindakan Yunjin LE SSERAFIM sebagai anggota grup K-Pop yang telah menunjukkan adanya upaya untuk keluar dari standar-standar yang telah dibentuk oleh industri K-Pop. Dalam melakukannya, Yunjin juga telah menunjukkan upaya untuk menuju tindakan dan pilihan yang otonom. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan perspektif baru kaitannya dengan persoalan otonomi dan penolakan perempuan dalam industri K-Pop atas standar-standar yang mengurung mereka.

The K-Pop industry has long been known for its deep-rooted objectification within the system. The patriarchal values believed by society are the major influence in creating this system. The rules established by the K-Pop industry then become standards and limit women’s choices. Women are then identified in narrow categories considered as given. This article aims to provide a new perspective on the issue faced by female K-Pop group members through Judith Butler’s theory of performativity and Marilyn Friedman’s autonomy. Using a qualitative approach and descriptive analysis method, the analysis in this article focuses on Yunjin’s actions as a member of a showing the efforts to break away from the standards set by K-Pop industry. In doing so, Yunjin also shows efforts towards autonomous actions and choices. This research is expected to provide new perspectives regarding the issues of autonomy and women’s resistance to the restrictive standards in the K-Pop industry."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nabilah Humaira
"Strategi Marketing Public Relations atau MPR merupakan salah satu cara meningkatkan pelayanan atau produk. Tulisan ini dikhususkan untuk perusahaan musik asal Korea Selatan, SM Entertainment, yang menggunakan strategi MPR dalam pemasaran artisnya, EXO. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui strategi MPR apa yang mereka gunakan serta mana yang paling mempengaruhi pemasarannya. Analisis yang dilakukan melalui berbagai artikel berita dan hasil interpretasi penulis yang didukung oleh data, baik dari media sosial hingga prestasi yang dihasilkan oleh EXO. Tulisan ini didukung oleh teori dari public relations dan konsep marketing public relations. Hasil analisis memperlihatkan bahwa strategi marketing public relations dengan komponen lain didalamnya mampu membuat serta meningkatkan produk dan pendapatan perusahaan.

Strategy of Marketing Public Relations or MPR is one way to improve service or product. This paper is devoted to a South Korean music company, SM Entertainment, which uses the MPR strategy in its artist marketing, EXO. The purpose of this paper is to find out what MPR strategies they are using and which are most influencing their marketing. The analysis is done through various news articles and interpretation results of the author supported by the data, both from social media to the achievements generated by EXO. This paper is supported by the theory of public relations and the concept of marketing public relations. The results of the analysis show that public relations marketing strategy with other components in it is able to make and improve product and income company.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>