Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177398 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parapat, Veronica Novelina
"Kasus perundungan ialah salah satu masalah interaksi sosial yang sering terjadi di lingkungan sekolah, terutama pada tingkat sekolah dasar (Novianto, 2018). Hal ini disebabkan oleh individu yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok pertemanan dan berada dalam periode pencarian identitas sosial (Craig, 2016). Kasus perundungan juga menjadi perhatian bagi Sekolah Dasar X di Jakarta. Adanya sikap saksi yang enggan melindungi korban dan memberikan penguatan pada pelaku membuat perundungan terus terjadi (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). Salah satu metode menurunkan perundungan melalui intervensi pada saksi membawa dampak yang lebih signifikan (Lee, 2004). Oleh karena itu, program pelatihan mengubah siswa yang merupakan saksi/bystander menjadi pembela sangat penting untuk dilakukan. Program STAC Plus merupakan serangkaian sesi pelatihan yang diadaptasi dari penelitian Midgett dan Doumas (2016). Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimental dengan desain penelitian pre-test/post-test. Jumlah partisipan penelitian adalah 22 siswa kelas VI SD. Teknik analisis data Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk melihat perbandingan skor sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok yang sama. Hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus dapat secara efektif meningkatkan pengetahuan peran pembela (Z = -3.923b, p = 0.000). Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus tidak efektif meningkatkan empati (Z = -1.909b, p = 0.056).

Bullying is one of the problems of social interaction that often accurs in school environment, especially in elementary school (Novianto, 2018). This is caused by individuals are spend more time with peers and in a period of searching for social identity (Craig, 2016). Bullying is also a concern for X Elementary School in Jakarta. Their reluctance to protect the victims and reinforcement are main factors that encourage the occurrence of bullying (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). One method to reduce bullying by intervention through bystander has more significant impact (Lee, 2004). Therefore, training program to transform bystander students to be defender is very important. The STAC Plus program is a series of training sessions adapted by previous research from Midgett and Doumas (2016). This study used a quasi-experimental method with a pre-test / post-test research design. The number of participants in the study were 22 students in 6th grade. Wilcoxon Signed Rank Test data analysis technique was used to see the comparison of scores before and after intervention in the same group. The results shows that the STAC Plus intervention program could effectively increase defender knowledge (Z = -3.923b, p = 0.000). However, the study shows that the STAC Plus intervention program does not effectively increase empathy (Z = -1.909b, p = 0.056)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primalita Putri Distina
"Pada proses belajar mengajar di sekolah, siswa diharapkan mampu berhasil secara akademis, tak terkecuali siswa Sekolah Dasar. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan yang membuat siswa memiliki pencapaian akademis rendah di sekolah, yang salah satunya adalah kesulitan belajar Westwood, 2008; Commodari, 2012. Salah satu penyebab dari kesulitan belajar adalah atensi yang buruk Westwood, 2008. Siswa tidak akan bisa mencapai keberhasilan secara akademis tanpa fokus dan terikat pada tugas-tugas yang diberikan saat belajar di kelas York, Gibson, Rankin, 2015. Perilaku fokus dan terikat pada tugas ini disebut sebagai perilaku berorientasi tugas. Perilaku berorientasi tugas pun menjadi salah satu faktor penting dari performa akademis di kelas, termasuk dalam pelajaran matematika King, 2012. Performa akademis matematika dilihat dari produktivitas subjek mengerjakan soal-soal yang diberikan dan ketepatan subjek dalam menjawab soal-soal tersebut dengan benar Reid, dalam Rafferty Raimondi, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program intervensi self-monitoring dalam meningkatkan perilaku berorientasi tugas dan performa akademis matematika pada siswa kelas 5 Sekolah Dasar dengan kesulitan belajar. Penelitian ini menggunakan desain single-subject, tipe desain A-B dengan tahap tindak lanjut. Alur program terdiri dari tahap baseline, pengajaran self-monitoring, pelaksanaan intervensi, dan satu minggu kemudian mendapatkan pengukuran kembali pada tahap tindak lanjut. Efektivitas program intervensi dilihat dengan menggunakan percentage of non-overlapping data PND dan analisis visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi self-monitoring efektif untuk meningkatkan perilaku berorientasi tugas dan produktivitas pengerjaan tugas pada subjek, tetapi tidak pada ketepatan menjawab soal dengan benar. Hasil pengukuran pada tahap tindak lanjut menunjukkan kemampuan subjek mempertahankan perilaku berorientasi tugas, produktivitas, dan ketepatan dalam menjawab soal.

In the process of teaching and learning in school, students are expected to be able to succeed academically, no exception for Elementary School students. However, there are some obstacles that make students have low academic achievement in school, and one of them is learning difficulty Westwood, 2008, Commodari, 2012. One of the causes of learning difficulties is poor attention Westwood, 2008. Students will not be able to achieve academic success without being focused and attached to the tasks while studying in the classroom York, Gibson, Rankin, 2015. The focus and attach on the tasks behavior is called on task behavior. On task behavior becomes one of the important factors of academic performance in the classroom, including in mathematic subject King, 2012. Mathematic academic performance could be seen from student productivity working on assignment and student accuracy in answering the task correctly Reid, in Rafferty Raimondi, 2009. This study aims to examine the effectiveness of self monitoring intervention program in enhancing on task behavior and mathematic academic performance for 5th grade Elementary School student with learning difficulty. This study used a single subject design, type A B design with follow up phase. The program consisted of the baseline stage, self monitoring training, the intervention phase and the follow up stage a week later. The effectiveness of intervention program was measured using percentage of non overlapping data PND and visual inspection. The results indicated that self monitoring intervention program was effective to improve on task behavior and productivity, but not accuracy. Measurement in follow up stage showed students 39 ability to maintain on task behavior, productivity, and accuracy. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Nurfianti Andin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah intervensi melalui modeling dan attributional retraining dapat meingkatkan self-efficacy dalam membaca bacaan berbahasa Inggris pada siswa Sekolah Dasar. Seorang siswa kelas V SD dengan self-efficacy yang rendah dalam membaca bacaan berbahasa Inggris menerima latihan membaca nyaring dan memahami bacaan berbahasa Inggris melalui modeling serta attributional feedback yang mengarahkan untuk mengatribusikan keberhasilan pada kemampuannya dan mengatribusikan kegagalan pada kurangnya usaha. Self-efficacy, kemampuan membaca nyaring, pengetahuan mengenai strategi pemahaman bacaan, dan pola atribusi diukur sebelum dan sesudah intervensi. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa intervensi melalui modeling dan attributional retraining dapat meingkatkan selfefficacy dalam membaca bacaan berbahasa Inggris pada siswa Sekolah Dasar.

This study aims to know whether intervention using modeling and attributional retraining can enhance self-efficacy in reading English text for elementary school student. A 5th grader with low self-efficacy in reading English text received modeling of oral reading and application of reading comprehension strategies followed by attributional feedback directing him to attribute his successes to his ability and his failure to lack of effort. Self-efficacy, oral reading ability, knowledge of reading comprehension strategies, and attribution pattern are measured before and after intervention. Based on data obtained, it can be concluded that modeling and attributional retraining can enhance self-efficacy in reading English text for elementary school student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia Amita
"[ABSTRAK
Penelitian ini hendak melihat efektivitas penetapan tujuan dalam meningkatkan utility value dan motivasi belajar pada siswa underachiever. Penelitian ini merupakan single-subject study. Di dalam program intervensi subjek diajarkan untuk merumuskan tujuan karir dan tujuan akademik serta melihat kaitan antara tujuan dengan aktivitas akademiknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program intervensi berupa penetapan tujuan secara efektif dapat meningkatkan utility value pada siswa underachiever. Adanya tujuan yang jelas dapat membantu subjek meningkatkan prestasinya, yaitu terlihat dari adanya peningkatan skor dalam tugas menceritakan kembali isi bacaan.

ABSTRACT
This study aim to test the effectiveness of goal-setting intervention program in enhancing utility value and learning motivation of underachiever student. This is a single-subject study. In the program, subject has been taught to formulate his career and academic goals and to explain the connection between his goals and academic activities. The results showed that goal-setting intervention program effectively enhanced utility value of underachiever student. Clear and structured goals has been proven to help student improved his achievement, as seen on the increasing score in the task of retelling a story., This study aim to test the effectiveness of goal-setting intervention program in enhancing utility value and learning motivation of underachiever student. This is a single-subject study. In the program, subject has been taught to formulate his career and academic goals and to explain the connection between his goals and academic activities. The results showed that goal-setting intervention program effectively enhanced utility value of underachiever student. Clear and structured goals has been proven to help student improved his achievement, as seen on the increasing score in the task of retelling a story.]"
2016
T45107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Hanifa
"Perundungan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia, bahkan di dalam lingkungan pendidikan. Perundungan terbukti memiliki dampak negatif, baik pada korban maupun pelakunya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri untuk menurunkan perilaku perundungan, serta meningkatkan empati dan kontrol diri. Peserta pelatihan adalah empat siswa sekolah dasar yang merupakan pelaku perundungan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimental dengan desain one group pre-test post-test. Teknik analisis data menggunakan wilcoxon signed-rank test untuk melihat perbedaan kondisi peserta pelatihan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri dapat menurunkan perilaku perundungan secara signifikan berdasarkan penilaian oleh teman-teman partisipan (Z=-2.103, p=0.035). Meski demikian, hasil self-report dan penilaian guru menunjukkan penurunan perilaku perundungan yang tidak signifikan (Z=-1.826, p=.068; Z=-1.826, p=.068). Selain itu, program pelatihan ini tidak dapat meningkatkan kemampuan berempati secara signifikan, baik empati secara umum (Z=-1.826, p=0.068), afektif (Z=-1.604, p=0.109), maupun kognitif (Z=-1.826, p=0.068), serta hanya dapat meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta secara memadai.

Bullying is a phenomenon that often occurs in Indonesia, even within the educational environment. Bullying proved to have a negative impact on both the victims and the perpetrators. This study aims to evaluate the effectiveness of the Empathy and Self Control Training Program to reduce bullying behavior and increase empathy and self control. The participants were four elementary school bullies. The research method used was quasi-experimental with the design of one group pre-test post-test. Data analysis techniques used Wilcoxon signed-rank test to see differences in the conditions of participants before and after the intervention. The results indicate that the Empathy and Self Control Training Program can reduce bullying behavior significantly based on peer evaluations (Z = -2.103, p = 0.035). However, the results of the self-report and teacher assessment showed a non-significant decrease in bullying behavior (Z = -1.826, p = .068; Z = -1.826, p = .068). In addition, this training program cannot significantly improve empathy skills, both empathy in general (Z = -1.826, p = 0.068), affective (Z = -1.604, p = 0.109), and cognitive (Z = -1.826, p = 0.068), and can only improve the ability of participants to control themselves adequately."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindya Ayu Murti
"

Konteks terjadinya perundungan (bullying) ditemukan tidak hanya di sekolah reguler, melainkan juga di sekolah inklusif. Siswa berkebutuhan khusus merupakan kelompok yang rentan mengalami perundungan di sekolah. Bystander dewasa seperti guru, staf sekolah, dan orang tua, diketahui memegang peranan penting dalam mencegah dan mengatasi perundungan yang ditujukan untuk siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Bystander dewasa yang menunjukkan intensi untuk menolong korban perundungan, dapat mencegah dan mengurangi perundungan di sekolah. Tesis ini bertujuan untuk menguji program pencegahan perundungan “SERASI” (Sekolah Ramah Inklusi) untuk meningkatkan intensi menolong bystander dewasa dalam kejadian perundungan terhadap siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Program diberikan dalam tiga sesi yang masing-masing sesinya berdurasi selama dua jam. Berdasarkan hasil uji paired sample t-test, diketahui bahwa program pencegahan perundungan SERASI dapat meningkatkan intensi menolong bystander dewasa dalam kejadian perundungan terhadap siswa berkebutuhan khusus (M pretest = 4,91; M posttest = 5,24; t= 5,071; df= 37; p<0,05).

 

Kata kunci: bystander dewasa; intensi menolong; perundungan; sekolah dasar inklusif; siswa berkebutuhan khusus.


Bullying happened not only in regular schools, but also in inclusive schools. Students with special need posses high risk to be bullied at school by regular students. Adult bystanders, for instance, teachers, school staff, and parents, held significant role to fight against bullying toward special need students in inclusive school. Adult bystanders who show high degree of helping intention, more likely success in prevent bullying incident. This research aim to evaluate anti bullying program SERASI to improve adult bystander’s helping intention when bullying occur in inclusive school context. Program is delivered through three sections, which last about two hours per each session. Paired sample t-test revealed that anti bullying program SERASI effectively improve adult bystander’s helping intention in a bullying case toward special need students in inclusive school (M pretest = 4,91; M posttest = 5,24; t= 5,071; df= 37; p<0,05).

 

Keywords: adult bystander; bullying; helping intention; inclusive school; special need students.

"
2019
T53131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Asta Desintia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas motivasi pada siswa kelas 1 sekolah dasar n=5 pada keterampilan kesadaran fonologi. Kemampuan motivasi dan kesadaran fonologi siswa kelas 1 satu sekolah dasar diukur dan dibandingkan sebelum dan setelah intervensi dengan menggunakan uji statistik wilcoxon non parametric. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa skor kemampuan motivasi dan kesadaran fonologis saat post test lebih besar dibandingkan pre test dengan signifikansi motivasi 0,042 dan kesadaran fonologi 0,04 . Penelitian ini menunjukkan pentingnya intervensi faktor motivasi bagi pembaca pemula dalam meningkatkan kemampuan keaksaraan.Kata Kunci : motivasi, literasi, kesadaran fonologi, pelatihan

ABSTRACT
This study examined the effects of phonological awareness on children 39 s motivational levels n 5 , and how motivation may influence the effect of the intervention on phonological awareness. The achievement and motivation levels before and after the intervention of first grade students were compared using statistic Wilcoxon non parametric. Results of this study found that the score of motivation and phonologicall awareness was associated with greater avarege levels of post test than pre test with the significancy of motivation 0,42 and phonological awareness 0,04 . This study showed that intervention on students rsquo motivational level of beginner readers was important to the literacy acquisition.Keywords motivation, literacy, phonological awareness, teaching "
2016
T47359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munadira
"Memeroleh kesempatan untuk lebih dapat terlibat dalam partisipasi sosial dan menjalin pertemanan dengan siswa reguler merupakan salah satu manfaat utama dari pendidikan inklusif. Dalam membahas mengenai pertemanan, kualitas pertemanan merupakan aspek yang paling penting untuk diteliti karena dapat menentukan tingkat kepuasan dalam pertemanan. Empati, diasumsikan merupakan salah satu faktor yang memprediksi kualitas pertemanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara empati dan kualitas pertemanan pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian ini bersifat korelasional dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner self-report. Empati siswa diukur dengan menggunakan Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 , sedangkan kualitas pertemanan diukur dengan menggunakan Friendship Quality Questionnaire FQQ yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993 . Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 siswa berkebutuhan khusus yang berasal dari lima wilayah di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan r=0,221, p.

Getting a chance to be more involved in social participation and establishing friendships with regular students is one of the key benefits from an inclusive education. In discussing about friendship, the friendship quality is the most important aspect to be studied because it can determine the level of satisfaction in friendship. Empathy, is assumed to be one of key factor that could predict friendship quality. This research was conducted to find out the relationship between empathy and quality of friendship among students with special needs, in inclusive elementary school. This is a correlational study and research variables are measured by self report questionnaire. Empathy was measured by Social Skills Improvement System SSIS developed by Gresham and Elliot 2008 , while Friendship quality was measured by Friendship Quality Questionnaire FQQ developed by Parker and Asher 1993 . Participants in this research were 108 special needs student from five area in Jakarta. The result shown that there is a significant relationship r 0.221."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Fika Dinita Khairunnisa
"Kebiasaan belajar adalah cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan mengatur waktu untuk menyelesaikan kegiatan belajar (Djaali, 2008). Kebiasaan belajar yang baik memainkan peranan yang penting bagi kesuksesan belajar. Akan tetapi, tidak semua siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik, terutama pada siswa sekolah dasar, dimana rasa tanggung jawab dan kemandirian siswa masih tergantung pada efektifitas kontrol lingkungan. Biasanya siswa sekolah dasar hanya belajar jika ada waktu longgar, jika ada PR, atau jika ada pengawasan dari orang tuanya. Oleh karena itu, untuk membantu siswa sekolah dasar agar memiliki kebiasaan belajar yang baik, dibutuhkan suatu program untuk membentuk kebiasaan belajar siswa.
Program pembentukan kebiasaan belajar ini dilakukan melalui modifikasi perilaku dengan menggunakan token ekonomi. Pada program ini, siswa diarahkan untuk membentuk kebiasaan belajar melalui pelaksanaan kegiatan belajar seharihari di rumah. Penggunaan token ekonomi bertujuan sebagai motivator eksternal agar siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar. Penelitian menggunakan single subject design sehingga hanya melibatkan satu orang subyek. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa sekolah dasar bernama W yang berusia 10 tahun. W memiliki prestasi akademik yang jauh dibawah potensi kecerdasannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi perilaku dengan menggunakan token ekonomi efektif untuk membentuk kebiasaan belajar pada W. Setelah dilakukan modifikasi perilaku, W dapat belajar secara teratur di rumah setiap malam hari. Agar kebiasaan belajar dapat bertahan, orang tua perlu melakukan pengawasan dan juga menerapkan kebiasaan belajar kepada kedua kakak W.

Study habit is a student`s permanent technique to gain knowledge, read literatures, do assignments, and manage time to accomplish the learning process (Djaali, 2008). A good study habit plays a significant role in the success of learning. However, it is hard to achieve by some students, mainly the students of elementary school, whose responsibility and independence are heavily influenced by the evironment control. They usually study well if only they have spare time, are assigned some tasks, or when their parents are around them. Therefore, there should be a program to shape the students` study habit in order to help them.
This study habit program is conducted with method of behavior modification using economic token. The student is guided to shape his daily study habit at home. Economic token is used as the external motivator so that the student is motivated to study by himself. This research uses single subject design that involves a 10 year old elementary school student named W. He has a very low achievement according to his intellectual potential.
The result reveals that the behavior modification with economic token is effective to shape W`s study habit. After this modification, W has a regular learning at home every night. In order to maintain this behavior, the parents need to control and apply it to his two brothers."
2013
T35779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Wahyuni
"Dalam menjalani kehidupan di masyarakat, sikap memahami perasaan orang lain atau empati sangat diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan nyaman. Hal ini dipengaruhi hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang akan selalu bergantung pada orang lain dan tidak dapat hidup sendiri. Anak-anak di Jepang sejak usia dini sudah dikenalkan mengenai hakekat manusia sebagai makhluk sosial, maka dari itu pendidikan empati pada anak-anak di Jepang juga dimulai sejak dini. Empati atau yang dalam bahasa Jepang disebut omoiyari adalah sikap yang wajib dimiliki setiap individu dan wajib untuk dipelajari selayaknya budaya. Pendidikan empati terjadi disegala lingkup sosial yang dimulai dari keluarga lalu mengarah ke lingkup yang lebih besar seperti sekolah, komunitas dan masyarakat. Pada masa sekarang ini, dalam upaya mendidik empati pada anak-anak usia sekolah dasar di Jepang, orang tua di rumah memiliki cara tersendiri untuk mendidik anaknya berempati. Selain di rumah, anak-anak sekolah dasar di Jepang juga mendapatkan pendidikan empati di sekolah. Dengan diberikannya pendidikan empati sejak dini, diharapkan anak-anak mampu berempati dalam kehidupan bermasyarakat dan turut serta dalam upaya menciptakan masyarakat yang harmonis.

Living in society, the attitude of understanding other people's feelings or empathy is needed to create a comfortable and harmonious society. It is influenced by the nature of human as a social being who will always be dependent on others and can not live alone. Children in Japan from an early age has been introduced concerning the nature of human as a social being, and therefore empathy education on children in Japan also started early. Empathy or which in Japanese is called omoiyari is an attitude that must be possessed by each individual and mandatory for culture that should be studied. Empathy education occurs in all social sphere that starts from the family and leads to a larger scope such as schools, community and society. At the present time, in an effort to educate empathy in children of primary school age in Japan, the parents in the house has its own way to educate their children empathy. In addition to the home, elementary school children in Japan also gain empathy education in schools. With empathy education given since childhood, children are expected to be able to empathize in society and participate in the efforts to create a harmonious society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>