Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahyaning Widhyastuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran audience dan kompetisi antar kelompok sebagai variabel moderator dalam memengaruhi hubungan antara identifikasi kolektif dan ingroup criticism. Partisipan penelitian berjumlah 182 anggota Aremania (159 laki-laki), kelompok suporter klub sepak bola Arema, dengan rentang usia 14-42 tahun. Analisis data untuk menguji pengaruh moderasi menggunakan Process MACRO model 2 yang dikembangkan oleh Hayes dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi identifikasi kolektif baik dengan audience maupun dengan kompetisi antar kelompok, sehingga dapat dikatakan bahwa audience dan kompetisi antar kelompok dalam penelitian ini tidak mempengaruhi hubungan antara identifikasi kolektif dengan ingroup criticism. Namun ketika audience dan kompetisi antar kelompok  muncul bersamaan ditemukan hasil yang signifikan pada kondisi audience outgroup dan terdapat kompetisi antar kelompok, artinya partisipan dengan identifikasi kolektif tinggi akan semakin banyak menuliskan kritik terhadap ingroup ketika mengetahui bahwa kritik yang ditulis akan dibaca oleh outgroup dan kondisi ada kompetisi antar kelompok yang muncul.

The purpose of this study is to determine the moderating role of audience and intergroup competition in the relationship between collective identification and ingroup criticism. The participants of this study were 182 Aremanias (159 men), Arema fans club, with ages between 14-42 years. The data analysis used to test the moderation effect using Hayes’ PROCESS Macro model 2 on SPSS program. The results revealed that there was no interaction between collective identification with the audience and intergroup competition, it can be said that the audience and intergroup competition in this study did not affect the relationship between collective identification and ingroup criticism. However, when audience and intergroup competition appear together, significant results are found in the outgroup audience conditions and there is intergroup competition. It means that participants with high collective identification will write more ingroup criticism when they know that the criticism will be read by outgroup and there is intergroup competition."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyaning Widhyastuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kompetisi antar kelompok dalam memoderasi hubungan antara identifikasi kolektif dan kesediaan anggota kelompok mengkritik ingroup (ingroup criticism) khususnya pada kelompok suportersepak bola. Partisipan penelitian ini berjumlah 159 laki dengan rentang usia antara 14 sampai 42 tahun (M 21,53, SD 4,18) yang merupakan anggota dari suatu kelompok suporter sepak bola di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memanipulasi kompetisi antar kelompok (ada kompetisi vs tidak ada kompetisi) dengan menggunakan narasi. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis moderasi model 1 dalam Process MACRO yang dikembangkan Hayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang signifikan antara identifikasi kolektif dan kompetisi antar kelompok dengan ingroup criticism, sehingga dapat dikatakan bahwa kompetisi antar kelompok dalam penelitian ini tidak memengaruhi interaksi identifikasi kolektif terhadap ingroup criticism. Namun, ada pengaruh langsung yang signifikan dari baik identifikasi kolektif maupun kompetisi antar kelompok terhadap ingroup criticism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2019
150 JPS 17:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Ade Zulfadlan
"Aksi kolektif oleh mahasiswa merupakan hal yang sering terjadi di Indonesia. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecenderungan tersebut dapat muncul akibat identifikasi kelompok yang dimiliki oleh individu. Temuan lain juga menemukan bahwa faktor eksternal, seperti pengaruh dari media dapat mendorong terbentuknya keinginan untuk mengikuti aksi kolektif, terutama tercermin dalam bentuk hostile media perception. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hostile media perception dapat memoderasi hubungan antara identifikasi kelompok dan kecenderungan untuk mengikuti aksi kolektif. Penelitian ini dilakukan secara daring kepada 163 mahasiswa aktif yang berada di wilayah Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Group Identification Measure (Doosje, Ellemers, dan Spears, 1995; α = 0,92), Hostile Media Perception Scale (Hwang et al., 2008; α = 0,76), dan Collective Action Tendency (van Zomeren et al., 2004; α = 0,90). Penelitian ini menemukan bahwa hostile media perception tidak memoderasi hubungan antara identifikasi kelompok dan kecenderungan aksi kolektif mahasiswa (t = .0019, p<.81). Temuan dari penelitian ini menunjukkan pentingnya identifikasi mahasiswa terhadap suatu kelompok demi memunculkan keinginan mengikuti aksi kolektif.

Collective action by university student happened regularly in Indonesia. Previous research has shown that this tendency comes in response to group identification that an individual has. Another research also found that external factors, such as media interference might increase this tendency, mainly in the form of hostile media perception. This study aims to examine the moderating role of hostile media perception on the relationship between group identification and collective action tendency. This study was conducted online on 163 active university students in Jabodetabek area. Instruments used in this study are Group Identification Measure (Doosje, Ellemers, dan Spears, 1995; α = 0,92), Hostile Media Perception Scale (Hwang et al., 2008; α = 0,76), dan Collective Action Tendency (van Zomeren et al., 2004; α = 0,90). This study found that hostile media perception did not moderate the relation between group identification and collective action tendency (t = .0019, p<.81). The findings of this study show how group identification in university students could incite collective action tendency."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avissa Nadindra
"Penelitian lampau menunjukkan bahwa kehadiran penonton dan kompetisi dapat meningkatkan kinerja individu dalam pekerjaan fisik yang mudah. Namun, pengaruh dari kehadiran penonton dan kompetisi pada kinerja individu belum pernah diteliti dalam pekerjaan mental yang sulit. Penelitian ini menganalisa bagaimana kehadiran penonton dan kompetisi dapat mempengaruhi kinerja individu dalam pekerjaan mental yang sulit. Attention-overload model menunjukkan bahwa pekerjaan sulit dapat menghambat kinerja individu karena hal tersebut akan memicu beban kognitif. 30 sampel partisipan diminta untuk mengerjakan sebuah pekerjaan mental dengan menduplikat huruf secara terbalik. Partisipan secara random ditempatkan dalam tiga kondisi: kondisi tidak ada penonton dan tidak ada kompetisi, kondisi dengan penonton dan tidak ada kompetisi, atau kondisi dengan penonton dan dengan kompetisi. Desain 3-tingkat antar subjek digunakan untuk membandingkan rata-rata skor dari tiap kondisi. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja individu dari masing-masing kondisi. Kehadiran penonton dan kompetisi tidak mempengaruhi kinerja individu dalam pekerjaan mental yang sulit. Oleh karena itu, penelitian ini tidak mendukung attention-overload model.

Past literatures revealed that the presence of audience and competition had been shown to be advantageous upon individual performances on simple physical tasks. However, the effect had not been explored further for complex mental tasks, such as the ones depicted on university exams. This study examined how the presence of competition and audience impacted individuals’ complex mental task performance. Attention-overload model proposed that complex tasks would impair individual performances as it triggered cognitive overload. 30 samples of participants were asked to perform a letter-copying task individually. They were randomly assigned to three conditions: no audience-no competition condition, audience-no competition condition, or audience-competition condition. 3-level between subjects design was used to compare means of score accuracy for each condition. Results showed that performance did not differ regardless conditions they were assigned to. The presence of audience and competition had no impact in the individual performance. Therefore, this showed no support for attention-overload model.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Malika Hisana Hasya
"Fenomena efek audiens terjadi ketika kinerja individu meningkat atau memburuk di hadapan orang lain. Menurut Triplett (1989), kinerja seseorang juga akan meningkat jika terjadi persaingan saat melakukan aktifitas tertentu atau hanya sekedar ketika individu lain melakukan tugas yang sama. Penelitian ini mengkaji bagaimana pengaruh audiens dan kempetisi mempengaruhi tugas kinerja fisik individu dalam melakukan wall sit. Terdapat 40 partisipan mahasiswa dari University of Queensland yang dianggap pemula atau tidak memiliki pengalaman ekstensif sebelumnya dalam wall sit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang efek positif signifikan pada pengaruh penonton, tetapi hasil yang sama tidak ditemukan dalam kondisi kompetisi. Namun, ada beberapa faktor luar yang perlu dipertimbangkan dan dievaluasi ulang untuk studi lebih lanjut.

Audience effect phenomenon happened when an individual performance in enhanced or deteriorated in a presence of others. According to Triplett (1989), performance would also enhance if there’s a competition when doing a certain task or just simply when another individual is doing the same task. This study investigates on how audience effect and competition effects individual physical performance task of wall sit. The participants were 40 students from University of Queensland who were considered novice or does not have any previous extensive experience in wall sit. The result showed that there was a significant positive effect difference when in audience effect, but the same result was not found in term of competition. However, there were some extraneous factors that needs to consider and re-evaluate for further study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganis Rizka Prasanti
"

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan collective narcissism sebagai moderator dalam hubungan antara ideologi politik dan intoleransi politik. Ideologi politik diduga dapat memprediksi intoleransi politik terhadap kelompok yang berbeda nilai, baik pada kelompok ideologi nasionalis sekuler maupun religius. Selain itu, diduga bahwa collective narcissism secara individual dapat menjelaskan intoleransi politik dan juga dapat memoderasi hubungan ideologi politik dan intoleransi politik. Partisipan sejumlah 256 orang WNI yang telah berusia di atas 18 tahun (Musia = 29,81, rentang pendidikan SMP - S3) mengisi kuesioner secara online melalui Survey UI. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi politik dapat menjelaskan intoleransi pada kelompok partisipan berideologi nasionalis sekuler tapi tidak pada kelompok partisipan berideologi religius. Collective narcissism ditemukan dapat memprediksi intoleransi politik pada kedua kelompok, dan hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik. Pada kedua kelompok tidak ditemukan peran moderasi dari collective narcissism terhadap hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik.


The objective of this study is to see the role of collective narcissism as moderator in the correlation between political ideologi and political intolerance. Political ideology was assumed to predict political intolerance towards social groups with different political views, in both secular nationalist and religious ideological groups. It was also assumed that collective narcissism can individually predict political intolerance, while also moderating the correlation between political ideology and political intolerance. The participants, 256 Indonesian citizens who are at least 18 years old, with education backgrounds ranging from junior high school to doctoral degree (Mage = 29,81), filled in questionnaires online in Survey UI. Results reveal that political ideology only explains political intolerance in the secular nationalist group of participants, but not in the religious group. Collective narcissism is found to predict political intolerance in both ideological groups, along with the correlation between political ideology and political intolerance. In both ideological groups, no moderating effect is found from collective narcissism in the correlation between political ideology and political intolerance.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Febriani
"Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara identifikasi sosial dan perilaku memaafkan dalam konteks hubungan antarkelompok agama sekaligus melihat kemungkinan adanya bias antarkelompok (intergroup bias) pada perilaku memaafkan. Pengukuran identifikasi sosial menggunakan alat ukur Leach dkk. (2008) dan pengukuran perilaku memaafkan menggunakan alat ukur Rye dkk. (2001). Penelitian ini dilakukan pada 90 partisipan Muslim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kontribusi identifikasi sosial pada perilaku memaafkan terhadap Muslim dan perilaku memaafkan terhadap non-Muslim.

This study is conducted to find the correlation between social identification and forgiveness in intergroup relationship context and to see the possibility of intergroup bias in intergroup forgiveness. Social identification is measured using the instrument constructed by Leach et al. (2008) and forgiveness is measured using the modification instrument constructed by Rye et al. (2001). The participants of this study are 90 Muslims. The results show that in general, there is no difference between contribution of social identification to forgiveness toward Muslim and forgiveness toward non-Muslims."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ragah Rizkiawan Saputra
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji peran efikasi kolektif sebagai variabel mediator dalam hubungan antara persepsi identifikasi pemimpin dengan kinerja tim dalam ranah olahraga pada tim olahraga bola basket amatir. Penelitian ini dilakukan pada tim-tim bola basket amatir yang berada pada tingkat Universitas dan Divisi (U-23) (N = 50). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi identifikasi pemimpin dapat memprediksi efikasi kolektif secara positif (p < .001) dan efikasi kolektif dapat memprediksi kinerja tim secara positif (p < .05). Ditunjukkan pula bahwa efikasi kolektif dapat memediasi penuh hubungan antara persepsi identifikasi pemimpin dengan kinerja tim dikarenakan hasil indirect effect yang signifikan (p < .05) dan direct effect yang tidak signifikan (p > .05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang pelatih yang dipersepsikan dekat dengan tim nya oleh para pemain yang dirinya latih, akan meningkatkan efikasi kolektif mereka lantas meningkatkan pula kinerja mereka sebagai tim.

This research aims to test the role of collective efficacy as an mediator on the relationship between perceived leader group identification and team performance in sports on an amateur basketball team. This research is done on an amateur basketball team in a college and under-23 division level (N = 50). The results show that perceived leader group identification positively predicts collective efficacy (p < .001) and collective efficacy positively predicts team performance (p < .05). Other results also show that collective efficacy is able to fully mediate the relationship between perceived leader group identification and team performance because of a significant indirect effect (p < .05) and a not significant direct effect (p < .001). This research shows that a coach that is perceived to be identified with the team whom he/she coached, could potentially increase their collective efficacy thus increasing their performance as a team."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilian Ari Rachmawan
"Prokrastinasi, atau penundaan secara sengaja terhadap tugas-tugas yang sebenarnya dapat diselesaikan saat ini, merupakan fenomena sehari-hari dalam lingkungan akademis. Penelitian sebelumnya oleh Habelrih dan Hicks (2015) menemukan bahwa prokrastinasi pada mahasiswa dapat diprediksi oleh psychological well-being. Pada faktanya, hampir semua mahasiswa melakukan prokrastinasi, bukan hanya mereka yang memiliki PWB rendah.
Penelitian ini dilakukan unjuk melihat kembali hubungan antara PWB dan prokrastinasi, selanjutnya menguji strategi coping sebagai moderator pada hubungan antara kedua variabel tersebut. Untuk mengetahui hal itu, 110 mahasiswa Universitas Indonesia berusia 18-24 tahun diminta menyelesaikan Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB), Pure Procrastination Scale (PPS) dan Coping Strategy Indicator (CSI).
Hasil penelitian menunjukkan konsistensi dengan penemuan sebelumnya yaitu PWB secara negatif dapat memprediksi prokrastinasi. Selain itu, diperoleh hasil bahwa strategi coping tidak memiliki fungsi sebagai moderator pada hubungan PWB dan prokrastinasi. Implikasi, keterbatasan serta saran untuk penelitian selanjutnya dibahas dalam diskusi.

Procrastination, or the voluntary delay of due tasks that should be done, is a daily phenomenon in academic settings. Previous study by Habelrih and Hicks (2015) have found that procrastination on college students were negatively predicted by psychological well-being. In fact, almost every student did it, not only that they have lower PWB.
The present study conducted to review the relationship between psychological well-being and procrastination, furthermore coping strategies will be tested as moderators in the relationship between those variables. To answer this, 110 University of Indonesia students aged between 18-24 completed the Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB), Pure Procrastination Scale (PPS) and Coping Strategy Indicator (CSI).
The result showed a consistent with the previous findings that PWB negatively predict procrastination. Moreover, coping strategies cannot serve as a moderator between PWB and procrastination. Implications, limitations and future research directions are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juneman Abraham
"ABSTRAK
Penelitian ini memperluas tesis Gino, Norton, dan Ariely 2010 serta Cornelissen, Bashshur, Rode, dan Le Menestrel 2013 , masing-masing tentang pengaruh diri yang palsu dan mindset etis dalam dinamika tingkah laku moral. Perluasan tesis dilakukan dalam sejumlah cara, di antaranya: Perluasan pertama, bahwa diri yang palsu mampu memprediksi pembungkaman moral sebagai wakil atau proxy dari tingkah laku korupsi; Moore, 2008 dalam situasi alamiah non-laboratorium , sedangkan studi Gino et al. menggunakan situasi eksperimental-laboratorium. Perluasan kedua, bahwa mindset etis berbasis hasil dan teori-diri entitas berpengaruh sebagai moderator hubungan antara diri yang palsu dan tingkah laku korupsi. Guna menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dua buah studi. Studi 1 merupakan studi korelasional terhadap 994 siswa-siswi Sekolah Menengah Atas, dengan teknik analisis data berupa structural equation modelling, untuk menguji signifikansi peran variabel diri yang palsu prediktor serta mindset etis dan teori-diri kandidat moderator dalam memprediksi tingkah laku korupsi yang diwakili oleh pembungkaman moral variabel dependen Studi 1 . Studi 2 merupakan studi kuasi-eksperimental terhadap 154 mahasiswa-mahasiswi guna menguji hipotesis efek moderasi mindset etis berbasis hasil dan teori-diri entitas terhadap hubungan antara diri yang palsu dan tingkah laku korupsi variabel dependen Studi 2, secara operasional merupakan kinerja dalam bribery game dengan teknik analisis data berupa analisis variansi ANOVA . Hasil penelitian ini Studi 1 dan Studi 2 secara umum mengkonfirmasikan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Kontribusi penelitian ini di samping secara substantif mengembangkan teori psikologi moral dalam konteks saliensi historis, adalah temuan bahwa tingkah laku moral seseorang saat ini dipengaruhi oleh sejarah moralitas diri diri palsu, atau diri otentik dan variabel-variabel personologis mindset etis, teori-diri yang berinteraksi dengannya, juga secara metodologis menjadikan korupsi pertama kali diteliti dalam bentuk simulasi tindakan di Indonesia dengan menggunakan tinjauan psikologis.

ABSTRACT
This study extends the thesis of Gino, Norton, and Ariely 2010 and Cornelissen, Bashshur, Rode, and Le Menestrel 2013 , consecutively, on the effect of counterfeit self and ethical mindset in the dynamics of moral behavior. The extensions of the theses are carried out in a number of ways, among others The first extension, counterfeit self is capable of predicting moral disengagement as the proxy of corruption behavior Moore, 2008 in a natural non laboratory situation, while Gino et al. rsquo s finding is on experimental laboratory situation. The second extension, the outcome based ethical mindset and entity self theory act as the moderating variables of the effect of counterfeit self on corruption behavior. In order to test the hypotheses, two studies were conducted. Study 1 was a correlational study on 994 senior high school students, with data analysis techniques in the form of structural equation modeling, to test the significance of the role of the counterfeit self predictor as well as ethical mindset and self theory moderator candidates in predicting the behavior of corruption which was represented with moral disengagement the dependent variable of Study 1 . Study 2 is a quasi experimental study on 154 university students to test the hypotheses of the moderating effects of outcome based ethical mindset and entity self theory on the effects of counterfeit self on corruption behavior dependent variable Study 2, operationally defined as a performance in a bribery game with data analysis technique in the form of analysis of variance ANOVA . The results of those studies Study 1 and Study 2 generally confirmed the hypotheses proposed. The contribution of this study, in addition to substantively develop the theory of moral psychology in the context of historical salience, is a finding that an individual rsquo s current moral behavior is influenced by the history of moral self i.e. counterfeit, or authentic self and the personological variables ethical mindset, self theory that interact with the self, also methodologically makes corruption for first time examined in the form of performance simulations in Indonesia by using psychological perspective."
2017
D2424
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>