Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3040 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cambridge: Polity, 2013
199 ZIZ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Yusari
"Proyek pemikiran Slavoj ?i?ek dibangun dengan konsep Lacanian sebagai usaha penyelamatan subyek dari gempuran Pascamodern atas kesalahpahaman terhadap subyek Cartesian dan Idealisme Jerman. Subyek secara abadi berada di dalam Triad Lacanian sehingga subyek dipandang sebagai kekosongan yang selalu mengundang terjadinya kesempatan. Hal ini menyebabkan subyek mampu menggerakan koordinat situasi melalui action yang dapat dimaknai secara politis. Pada akhirnya, ?i?ek menggiring konsep subyeknya ini berada di dalam diskusi terbuka yang membuat subyek terus berproses dalam pergerakan pemikiran Filsafat.

The project of thought from Slavoj Zizek was built by the Lacanian concept as the rescue from the onslaught of the Postmodern on a misunderstanding of Cartesian subject and German Idealism. Subject exists on the Triad Lacanian, so the subject is seen as a void that always invites the opportunity. This causes the subject to have capability of moving the coordinate of situation by the action that can be interpreted politically. In the end, Zizek led the subject to open concept to discuss and that makes the subject always continues to proceed in the movement of Philosophy thought."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42717
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wahyu
"Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pemikiran Slavoj Žižek tentang subyek kuasa dan hubungannya dengan struktur kekuasaan. Subyek kuasa adalah manusia yang melakukan tindak kuasa melalui imajinasi yang politis dan melalui dialektika pengakuan dengan yang lain. Struktur kekuasaan adalah struktur simbolis yang menjadi media bagi subyek untuk melangsungkan tindakan politiknya. Penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan melalui analisa terhadap karya-karya Slavoj Žižek, komentator tentangnya, serta kaitan dengan realitas politik kontemporer.
Sebagai hasil dari penelitian adalah subyek kuasa menurut Žižek merupakan subyek kosong, yang memiliki kekurangan identitas dalam membentuk tindakan politiknya. Tapi ia menjadi kondisi positif untuk membentuk dan mempengaruhi struktur kekuasaan secara bebas. Kemudian, struktur kekuasaan pun tidak sempurna. Ia tidak mampu menginterpelasi subyek kuasa ke dalamnya. Dalam terang ketidaksempurnaan ini, ia menyediakan kebebasan bagi subyek kuasa untuk mentransmutasi struktur simbolis kekuasaan serta mengeserkan diri pada yang lain.

The aim of this research was studied Slavoj Žižek’s thought on subject of power and its relation to structure of power. Subject of power was man who act his power through political imaginary and dialectics of acknowledgement with others. The structure of power was a symbolic structure which became a medium for subject to act his political action. This research was done by library research through Žižek’s works analyse, his commentators, and relied on contemporary political reality.
The result was showed that Žižek’s subject of power was the empty subject, whose a lack identity in creating his political acts. But it was a positively condition produced and influenced the structure of power freely. Thus, the structure of power was also incomplete. It was not able interpellated the subject of power into it. In this incompleteness, it gave a freedom to subject of power transmuted the symbolic structure of power and displaced him to the other.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D2011
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson Wijaya
"Kapitalisme sebagai sistem yang muncul di tengah-tengah masyarakat industri menjadi fenomena tersendiri di dalam relasi kehidupan manusia. Karl Marx sebagai seorang pemikir ekonomi, menemukan kontradiksi di dalam relasi kapitalisme ini, yaitu relasi kelas borjuis dan proletar. Ia menyatakan bahwa relasi hanya sekedar membawa kemunduran terutama bagi nilai-nilai kehidupan manusia, untuk itu diperlukan suatu gagasan final untuk mengakhiri relasi kelas ini dengan cara melakukan perjuangan kelas. Namun nyatanya gagasan finalitas Marx yang dianggap sebagai klimaks dari tatanan masyarakat belum bersifat menyeluruh menyentuh kefinalitasan tersebut, banyak celah yang masih dapat dikaji lebih mendalam. Slavoj Zizek sebagai pemikir Post-Marxian mencoba untuk mengkritik gagasan finalitas yang diusung oleh Marx. Menurutnya gagasan finalitas melampaui proses pembentukan subjek yang bersifat kontingen dan selalu berusaha untuk merevisi tatanan- tatanan simbolik yang ada.

Capitalism as a system that appears in the middle of an industrial society become a phenomenon in the relation of human life. Karl Marx as an economic thinker, finding contradictions in its relation, the relation of the bourgeois and the proletariat. He stated that the relationship just decreasing human value, so that it needed a final idea to solve this class relationwith take a class struggle. But in fact the idea of finality considered the climax of the whole society is not yet touched the finality itself, many gaps still needed to be studied more in depth. Slavoj Zizek as Post-Marxian thinker tried to criticize the idea of finality brought by Marx. According to him, the idea of finality beyond forming process that is contingent and subject always trying to revise the arrangements existing symbolic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steffi Magdalena Jayanti
"Penulisan skripsi ini berawal dari ketidakjelasan konsep subyek, fantasi, dan emansipasi dalam keadaan kapitalisme-globalisasi. Subyek yang bersifat void ini selalu berupaya menutupi lackness alamiahnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui fantasi. Prinsip dasar fantasi adalah 'Che vuoi' (What do you want from me?). Hasrat pihak lainlah yang secara tidak sadar membentuk hasrat seseorang, contohnya pada kasus fantasi rasis. Problematika ini memampukan subyek untuk melampaui sisi tergelapnya, sehingga terkait dengan emansipasi. Kondisi emansipasi merupakan tujuan perjuangan subyek. Perjuangan tersebut membutuhkan subyek yang mempunyai kemampuan mengatasi lackness alamiahnya melalui tindakan radikal. Tindakan radikal ini dapat terjadi dengan adanya pematahan struktur the Big Other, serta pelepasan diri dari tatanan the Symbolic yang ada. Tindakan radikal ini menghasilkan kebaruan dan subyek 'kosong'. Situasi inilah yang memungkinkan tercapainya emansipasi. Perlu diingat bahwa emansipasi tidak bisa berhenti, tidak mempunyai syarat-syarat legal, serta bukanlah sebuah fantasi (karena bukan bentukan hasrat pihak lain).

This thesis begins with the vagueness concept of subject, fantasy, and emancipation in capitalist-globalization. Subject, whose characteristic is void, always try to cover this natural lackness. One of the efforts is through fantasy. The basic principle of fantasy is 'Che vuoi' (What do you want from me?). Other party desire unconsciously forms one's desires, for example in the case of racist fantasy. This problematic enabling the subject to pass over the darkest side of his/her life, which associated with emancipation. Emancipation is a condition that being the goal of subject's struggle. This struggle requires a subject that has the ability to overcome his/her natural lackness through radical action. This radical action may occur by the breaking the structure of the Big Other, as well as the self-release from the existing the Symbolic order. This radical action produces novelty (new form) and the an "empty" subject. This situation allows the possibility of emancipation. Some things that we should keep in our mind that emancipation won't have finished, it doesn't have any legal terms, and it's not a fantasy (as it's not formed by the other party's desire)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42232
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Made Arya S.
"Kebebasan dalam posmodernitas tclah mengakibatkan kescngsaraan dan patologisasi tanpa henti terhadap sang subjek yang juga tanpa disadari terbalut di dalam politik kapitalisme. Dengan menggunakan Slavoj Ziiek schagai filsuf kunci penelitian ini berusaha untuk mengkritisi situasi politik kontemporer yang mana subjek yang bertindak tidak memiliki satu jaminan pasti atas risiko yang nantinya mereka hadapi. Apa yang Zizek ajukan adalah jika kita berkeinginan untuk mengatasi masalah yang dialami subjek posmodem, yang dapat kita lakukan adalah dengan merubah cakrawala dari yang simbolik yang mana masalah tersebut dapat ditangkap secara logis. Di sini Ziiek menawarkan satu solusi politis, yang bagi Ziiek tidak lain adalah revolusi. Dengan revolusi seseorang mampu merubah kondisi alas kemungkinan posmodernitas dan melahirkan sebuah bentuk tatanan simbolik yang bare dimana subjek yang ham akan terbentuk. Dalam penelitian ini juga akan menganalisa perkembangan politik demokrasi liberal yang mampu bertindak opresif dan cenderung totaliter

The freedom of posmodernitiy is making suffer and endless patologization to the subject who unrealized wrapping on politic of capitalism. By Ziiek as an key philosopher this research trying to critizes the contemporary politic situation which is subject who act doesn't have any guarantee for its risk that they face later. What Zizek's purposes is that if we wish to resolve the predicaments of the postmodern subject, we can only do so by changing the horizon of symbolic in which this predicaments make sense. Here Ziiek have a political solution, for Ziiek nothing other than revolution. By revolution one which will alter the conditions of possibility of posmodernity and so give birth to a new type of symbolic other in which a my type of subject can be exist. In this research so will he analize the development of politic of liberal democracy which can he opressive and lean to totalitarian"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16013
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Efriani Effendi
"Filsafat kontemporer telah meninggalkan permasalahan subyek. Filsafat kontemporer melihat bahwa subyek telah mati karena selalu dipengaruhi oleh kehidupan sosial. Akan tetapi, Slavoj Zizek melihat bahwa subyek seharusnya dihadirkan kembali di kehidupan sosial. Subyek yang dimaksud merupakan subyek kosong yang terlepas dari simbol sosial maupun fantasi subyektif. Subyek kosong merupakan subyek yang terus menegasi kedua simbol tersebut dan menciptakan simbol-simbol baru. Dengan demikian, subyek selalu merefleksi semua tindakannya.

Philosophy of contemporary already left the problem of subject. Philosophy of contemporary sees that the subject is already died because it was influenced by social condition. But Slavoj Zizek thinks that the subject should present in social life. Subject that he means that is the void of subject whom apart of social symbolic and subjectivity fantasy. The void of subject is always refuses the both symbolics and then makes new symbolics. So that, the subject always reflects all the actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S229
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hilya Nafylah
"Fokus dari penelitian terdahulu kebanyakan membahas mengenai dampak yang disebabkan oleh film pornografi, namun pada penelitian ini penulis menganalisis fenomena besar di balik dampak tersebut, yaitu distorsi realitas yang terjadi ketika fantasi bercampur dengan hasrat. Metode yang digunakan di dalam penelitian adalah refleksi kritis. Refleksi kritis digunakan untuk menganalisa pemikiran Zizek mengenai distorsi realitas dan melihat kaitannya dengan pornografi. Film, dengan kemampuannya untuk menciptakan proto-realitas, semakin mengaburkan batas antara yang nyata dengan yang tidak nyata, sehingga distorsi dapat terjadi. Hal ini pula yang memicu dampak-dampak negatif yang disebabkan pornografi dalam kehidupan sosial dan psikis seseorang. Distorsi realitas tersebut terjadi ketika fantasi mulai merasuki hasrat, sehingga seseorang ingin mewujudkan fantasi tersebut ke dalam realitas. Penulis menggunakan Fase Cermin dalam Teori Lacanian sebagai solusi dalam menghindari atau meminimalisir terjadinya distorsi tersebut. Dengan menyadari bahwa diri hidup pada dunia yang didefinisikan atas persepsi orang lain, seseorang akan mampu menjaga perilakunya sehingga ia dapat membedakan antara yang realitas dengan yang fiksi.

The focus of previous studies mostly discussed about the effects caused by pornography, but in this study, the author analyzed that there is major phenomena behind these effects, namely the distortion of reality that occurs when fantasy mixes with desire. The method used in this research is critical reflection. Critical reflection is used to analyze Zizek's theory about the distortion of reality and see its relation to pornography. Film, with its ability to create proto-reality, further blurs the boundary between the real and the unreal, so that distortions occur. This also triggers negative effects caused by pornography in one's social and psychological life. This reality distortion occurs when fantasy begins to penetrate desire, so that someone wants to realize that fantasy into reality. The author uses the Mirror Phase in Lacanian Theory as a solution to avoid or minimize the occurrence of these distortions. By realizing that the self lives in a world that is defined by the perceptions of others, a person will be able to maintain his behavior so that he/she can distinguish between the reality and the fiction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Fakhri Iwansyah
"Tesis ini adalah penelitian terhadap apa itu hakikat realitas menurut Slavoj Zizek. Penelitian ini menggunakan metode refleksi kritis dan fenomenologi-hermeneutika Gadamer untuk menganalisis teori yang ditawarkan oleh Slavoj Zizek. Menggabungkan Psikoanalisis Lacanian dengan Idealisme Jerman, pemikiran Zizek penuh dengan kontradiksi dan paradoks karena memang realitas itu ternyata sarat dengan kontradiksi. Realitas simbolik ternyata hanyalah fiksi yang menyembunyikan di belakangnya suatu void yang memberikan dimensi performatif. Temuan penelitian ini adalah tidak ada sesuatu yang konsisten akan dirinya sendiri; dan dengan demikian realitas simbolik tidak lengkap, tidak selesai, dan berkontradiksi secara internal. Dalam pemikiran Zizek tidak ada sesuatu yang tidak cacat secara ontologis; tidak ada substansi yang bukan merupakan kegagalan representasi namun justru kegagalan representasi ini adalah konstitutif akan esensi substansi. Akan tetapi, sejauh realitas itu tidak utuh dan terbelah dari dalam, subjek memiliki potensi untuk bebas secara radikal: subjek dapat membangun dunia lain, realitas simbolik yang lain.

This thesis is a research on what is reality according to Slavoj Zizek. This study uses critical reflection and Gadamer's phenomenology-hermeneutics methods to analyze the theory offered by Slavoj Zizek. Combining Lacanian Psychoanalysis with German Idealism, Zizek's thinking is full of contradictions and paradoxes because reality is indeed full of contradictions. Symbolic reality turns out to be just a fiction that hides behind it a void that gives a performative dimension. The findings of this study are that nothing is self-consistent; and thus symbolic reality is incomplete, inconsistent, and internally contradictory. In Zizek's thinking there is nothing that is not ontologically flawed; there is no substance which is not a failure of representation but rather that this failure of representation is constitutive of the substance’s essence. However, in as much as reality is incomplete and divided from within, the subject has the potential to be radically free: the subject can construct another world, another symbolic reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Zainul Arifin
"Penalaran mengenai kritik ideologi melalui karya sastra dapat dilihat dari segi bagaimana karya sastra merupakan representasi ideologi sosial sekaligus ideologi pengarang yang dihadirkan sebagai bentuk kritik terhadap tatanan sosial tersebut. Permasalahannya ialah ketika kritik tersebut justru menghadirkan suatu paradoks dengan apa yang pengarang sampaikan, maka bentuk kritik ideologi tersebut telah pengarang luapkan dalam bentuk karya sastra yang nyatanya bermedium bahasa. Dengan demikian, subjektivitas kepengarangan karya sastra hanya merupakan simbolisasi yang berbentuk post-ideologi yang Žižek istilahkan sebagai Sinisme. Permasalahan tersebut peneliti aplikasikan dalam novel Orang Asing karya Albert Camus. Penelitian ini membahas kritik Albert Camus dalam bentuk tindakan radikal tokoh utama Meursault. Akhirnya, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni (1) bagaimana absurditas direpresentasikan sebagai tindakan radikal dalam novel Orang Asing, dan (2) bagaimana radikalisasi tersebut justru menjadi sinisme simbolik dalam novel Orang Asing. Dengan demikian, dapat ditarik dalam satu asumsi bahwa kritik ideologi dan paham absurdisme melalui karya sastra tidak menawarkan apa-apa selama absurdisme dan kritik tersebut dilakukan melalui simbolisasi semata, tanpa tindakan otentis."
Banten: Kantor Bahasa Provinsi Banten, 2016
BEBASAN 3:1 (2016 )
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>