Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Savira Eknitananda
"Gisaeng adalah wanita penghibur profesional Korea yang dapat disamakan dengan Geisha dari Jepang dan Chi-nu dari Cina. Budaya ini dipercaya telah ada sejak Zaman Goryeo (Abad ke-9 M). Namun, pada masa penjajahan Jepang (1910-1945), budaya dan identitas Gisaeng mulai terkikis seiring masuknya musik populer ke Korea. Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh musik populer terhadap identitas Gisaeng yang direpresentasikan dalam film Hae-Eohwa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa besarnya minat masyarakat terhadap musik populer mengakibatkan Gisaeng meninggalkan identitas lamanya untuk menjadi penyanyi musik populer.

Gisaeng is a professional female entertainer in Korea, equals to Geisha of Japan and Chi-nu of China. This culture is believed to be existed since Goryeo Era (9 M). However, during Japan Colonial Period (1910-1945), Gisaeng identity started to deteriorate as the popular music came in and flourished among Koreans. This research uses qualitative descriptive method and aims to expose the impact of popular music to the identity of Gisaeng. This research found that the level of public interest in popular music resulted in Gisaeng leaving their identity to pursue career in popular music business.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Izzati
"Pengaruh musik tidak hanya sekedar untuk memanjakan telinga dengan nada-nada dan irama yang enak didengar, melainkan juga dapat berpengaruh pada kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Namun dalam penelitian ini peniliti mengkhususkan pada kalangan usia remaja yang menjadi mayoritas penikmat musik popular Korea yang kini tengah mewabah di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh musik popular Korea tersebut terhadap gaya hidup remaja di berbagai aspeknya mengingat peredaran musik Korea sangat meluas dan hampir setiap orang tahu akan keberadaan musik popular tersebut serta semakin menjamurnya konsep penampilan artis yang serupa dengan Korea.
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu pihak Universitas, peneliti, pembaca, juga masyarakat untuk memahami fenomena ini dan menyaringnya sehingga dapat mengambil manfaat baik dari fenomena tersebut dan mencegah atau membatasi dampak negatif dari fenomena yang terjadi tersebut. Selain itu, sebagai bahan informasi akurat untuk profesi psikolog, seni, ataupun sosiolog yang menjadi pakar kemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara random sampling atau secara acak.

The influence of music is not just to treat ear with tunes and catchy rhythms, but also can affect the physical, emotional, cognitive, and social for individuals of all ages . However, in this study the researche is specializing in teens who makes up the majority of popular Korean music lovers that is now endemic in Indonesia.
This study aims to determine how much influence the Korean popular music on youth lifestyle in various aspects, considering the circulation of Korean music is very widespread and almost everyone knows of the existence of such popular music as well as the proliferation of the concept looks similar to Korean artists.
This research is useful to help the university, researchers, readers, also people to understand this phenomenon and filter them. So, taking better advantage of this phenomenon and prevent or limit the negative impact of these phenomena. In addition, as a professional psychologist for accurate information, art, or sociologist who become expert community . The method was used interviews random sampling or random.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Azura
"Artikel ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana banlieue sebagai lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi kontruksi identitas dan menjadi penyebab terkonstrukisnya identitas Dounia sebagai tokoh utama dalam Film Divines (2016) karya Houda Benyamina. Film ini menceritakan kehidupan remaja perempuan keturunan Afrika sebagai imigran di Prancis yang bertempat tinggal di sebuah banlieue. Dounia yang merupakan seorang remaja perempuan keturunan imgiran memiliki ambisi untuk meninggalkan banlieue dan memiliki kehidupan di luar banlieue yang ia impikan. Banlieue yang menjadi latar tempat di film Divines ini memperlihatkan penggambaran sebuah tempat tinggal yang jauh dari pusat kota dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai. Banlieue adalah salah satu bentuk segregrasi sosial yang diciptakan oleh pemerintah Prancis yang menyimpan berbagai permasalahan sosial di dalamnya bagi masyarakat yang menetap. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk meneliti aspek naratif dan sinematografis dalam film digunakan teori kajian film dari Boggs & Petrie. Kemudian, digunakan konsep tentang identitas oleh Stuart Hall dalam tulisan ini untuk mengungkap permasalahan identitas tokoh. Hasil analisis memperlihatkan terkonstruksinya identitas Dounia dengan perubahan-perubahan antara lain, tidak mengikuti sistem pendidikan, meninggalkan nilai-nilai budaya dan ketuhanan yang melekat pada dirinya, serta melakukan tindakan kriminal. Adapun penyebab dari terkonstruksinya identitas Dounia adalah disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di banlieue. Banlieue dalam film ini hadir sebagai tempat yang sulit untuk dihuni sehingga menjadi penyebab tokoh utama berkeinginan untuk melarikan diri dan terjadinya konstruksi identitas. Dounia berfantasi akan kebebasan dan kemewahan yang dapat ia temukan di luar banlieue. Identitas Dounia terkonstruksikan dari upayanya untuk mewujudkan impian utamanya yaitu untuk memulai kehidupan baru di luar banlieue.

This article is intended to reveal how living quarters can influence identity construction and become the identity of Dounia as the main character in Film Divines (2016) by Houda Benyamina. The film tells the life of teenage girls of African descent as immigrants in France who live in banlieue. Dounia who represents teenage girls has the right to get banlieue andhave a life outside the banlieue she dreamed of. The Banlieue which is the setting for the Divines movie returns the depiction of a residence far from the city center with inadequate life situations. Banlieue is one of the forms of social segregation created by the French government that stores various kinds of social services that are available to sedentary communities. The methodology used in this research is qualitative research. To study the narrative and cinematographic aspects of the film, film scoring theory is used from Boggs & Petrie. Then, the concept of identity was used by Stuart Hall in this paper to uncover the question of character identity. The results of the analysis choose the construction of a Dounia identity with changes, among others, not following the education system, taking inherent cultural and divine values to oneself, and committing criminal acts. As a cause of the construction of world identity caused by various factors such as poverty, injustice, and many crimes that occurred in banlieue. But in this film it is present as a difficult place to inhabit so that the main character wishes to break away and change identity construction. Dounia fantasizes about freedom and luxury that can be found outside the banlieue. Dounias identity is constructed from her efforts to realize dreams that are intended to start a new life outside of the banlieue."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Windyannisa Cindrati
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas konflik identitas tokoh utama yang disebabkan oleh konstruksi identitas seksual dalam film drama Une Nouvelle Amie. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari korpus berbentuk film. Hasil analisis melalui aspek naratif dan sinematografis menunjukkan perkembangan identitas seksual pada tokoh utama yang disebabkan oleh dorongan sosial di sekitarnya. Penelitian ini menunjukkan bagaimana setiap tokoh dalam kehidupan seseorang dapat berpengaruh dalam perkembangan dan pergeseran identitas seksualnya.

ABSTRACT
The research discusses the inner conflict of the main character caused by the construction of her sexual identity in the drama film Une Nouvelle Amie. The qualitative research method is used to analyze data obtained from the corpus. The results of the analysis through the narrative and cinematographic aspects show the development of sexual identity in the main character caused by the surrounding social impulse. This research shows how each character in a person 39 s life can have an effect on the development and shiftment of his her sexual identity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Alfarindo
"Musik populer Jepang yang ada pada saat ini sebenarnya telah melewati proses perkembangan yang panjang. Dimulai sebelum Perang Dunia II terjadi dan terus berkembang hingga sekarang. Pengaruh musik Barat juga ikut memberikan pengaruh, terutama pada era postwar dimana musik Barat mulai bisa masuk ke Jepang. Selain itu kependudukan Amerika di Jepang juga telah memberikan pengaruh, termasuk pengaruh musik the Beatles. Pada pertengahan tahun 1960-an the Beatles mulai terkenal secara global, termasuk Jepang. Hingga pada tahun 1966 the Beatles akhirnya melakukan tour ke Jepang dan memberikan dampak dan pengaruh terhadap musik populer Jepang pada saat itu. Hal tersebut dapat dilihat ketika munculnya musik jenis 'Group Sound' di Jepang dan juga munculnya band-band yang mengusung musik tersebut. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas mengenai pengaruh the Beatles dalam perkembangan musik populer Jepang.

ABSTRACT
Japanese popular music nowadays was actually going through a long process of development. It was started before the World War II begin dan keep developing until now. Western music also giving an influence in Japanese popular music, especially when in postwar era where Western music can finally distributed in Japan. Beside that, America`s invasion in Japan after World War II also contributed to the development, including in distributing the Beatles`s music. In the mid 1960s the Beatles strating to be known globally including Japan. Until in 1966 the Beatles finally having a tour to Japan and giving an influence and effect to Japanese popular music at that time. This particular occurrences can be seen at the emergence of `Group Sound` music and bands that upholding the music. Because of it, this research will discuss about the influence of the Beatles on the development of Japanese popular music."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Audri Brigitta
"Musik populer adalah agen aktif pembentuk nilai-nilai kebudayaan di antara masyarakat. Penelitian ini berusaha menganalisis bagaimana musik populer berkontribusi terhadap pembentukan identitas perempuan dari ras non-Kaukasia dan pemeliharaan relasi kekuasaan antar gender. Shakira adalah seorang penyanyi dari Kolombia dengan popularitas internasional setelah meluncurkan sebuah lagu duet dengan Wyclef Jean yang berjudul Hips Don't Lie, namun ia belum pernah dibahas dalam penelitian apapun yang berkaitan dengan studi gender dan kebudayaan. Analisa semiotik terhadap lirik, bahasa tubuh dan pakaian Shakira menunjukkan bahwa lagu dan video musik Hips Don't Lie mengandung banyak ciri patriarkal dan orientalis yang mengeksotisasi perempuan Latin serta menggambarkan mereka sebagai objek seksual yang lebih rendah daripada pria.

Popular music is an active agent in the construction of cultural values among societies. This study is an effort to analyze how popular music contributes to the identity formation of women of color as well as the cultivation of the existing power relation between genders. Shakira, a well-known Colombian singer, has yet to be analyzed in any kind of research related to gender and cultural studies despite her international popularity after launching a duet song with Wyclef Jean, titled Hips Don't Lie. Through a semiotic analysis on the singers lyrics, gestures and outfits, this study found that the song incorporates many patriarchal and orientalist traits that exoticize Latinas and portray them as sexual objects who are subordinate to men."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fendy Aidi Kurniawan
"Makalah ini menguji transformasi musik populer Korea dari waktu ke waktu sesuai dengan keadaan politik dan ekonomi di Korea Selatan. Hal tersebut dimulai pada tahun 1945 ketika Korea Selatan mendapatkan kemerdekaannya dari pendudukan Jepang. Dimulai dari saat itu, musik populer Korea mulai menerima banyak pengaruh dari luar Korea, terutama Amerika dan Jepnag. Seiring berjalannya waktu, industri musik populer Korea mulai berubah karena faktor-faktor yang ada pada masanya hingga keberadaan "Korean Wave". Makalah ini klemudian menyimpulkan bahwa musik populer Korea tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi. Hal intulah yang meyebabkan musik populer Korea berevolusi dari masa ke masa dalam hal fungsi musik dan bagaimana musik dilihat oleh orang Korea sendiri.

This paper examines the transformation of Korean popular music from time to time in accordance with political and economics situations in South Korea. It began in around 1945 when South Korea gained its independence from Japanese colonization. Starting from that point, Korean popular music started receiving numerous influences from outside Korea, particularly America and Japan. As the time goes by, music industry in Korea has changed due to some factors in each period until its existence today with the Korea‟s Hallyu. The paper concludes that Korean popular music is inextricably linked with political and economics events in Korea. That is why Korean popular music evolved differently from time to time in terms of the purpose of the music and the way the music is seen by Korean people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lusia Savitri Setyo Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya eksploitasi seksualitas dalam
Korean Pop Music Video terutama dalam music video ‘Marionette’ dari Stellar,
‘Something’ dari Girl’s Day, ‘New Era’ dari Phantom dan ‘A.D.T.O.Y’ dari 2PM.
Analisis berfokus pada bagaimana bentuk-bentuk eksploitasi seksualitas yang
ditampilkan dalam keempat music video tersebut, lalu melanjutkannya pada level
makna denotatif dan konotatif serta mitos yang dibangun. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dan menggunakan analisis semiotika milik Roland Barthes yang
mempunyai sistem pertandaan bertingkat, denotasi dan konotasi, serta berujung pada
sebuah mitos. Analisis dimulai dengan membaca tanda-tanda eksploitasi seksualitas
yang ada di dalam music video kemudian mengungkap makna konotatifnya. Dari situ
terlihat mitos yang dibangun dan yang tersembunyi di dalamnya. Mitos-mitos yang
teridentifikasi yaitu perempuan ditampilkan sebagai objek dan laki-laki sebagai
subjeknya; ketika laki-laki berlaku sebagai objek, ia ditampilkan sebagai laki-laki
yang maskulin dan mempunyai bentuk tubuh ideal yang menggambarkan kejantanan
dan kelelakiannya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa eksploitasi seksualitas
dalam Korean Pop Music Video mempunyai beberapa ideologi yang dibawa yaitu
ideologi kapitalisme, patriarki, dan maskulinitas di mana ideologi-ideologi tersebut
memojokkan kaum perempuan

ABSTRAK
This research aims to find the exploitation of sexuality in Korean Pop Music Video,
especially in the music video 'Marionette' by Stellar, 'Something' by Girl's Day, 'New
Era' by Phantom and 'ADTOY' by 2PM. The analysis focuses on how the forms of
sexuality exploitation shown in the fourth music video, then continue at the level of
denotative and connotative meanings, also the myths that are constructed in it. This
research is qualitative and uses semiotic analysis from Roland Barthes who have
multilevel signification system, denotation and connotation, and culminate in a myth.
The analysis begins with reading the signs of sexuality exploitation that is in the
music video then uncover connotative meaning. From there, it’ll looks the myths that
are constructed and hidden in it. The myths which identified are women who
displayed as objects meanwhile men as the subject; when men as the object, they’re
displayed as a masculine man and having an ideal body shape that describes
masculinity and manhood. The research concluded that the exploitation of sexuality
in Korean Pop Music Video has brought some ideologies which are the ideology of
capitalism, patriarchy and masculinity in which these ideologies discredit women."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Huwaida
"Dance Cover merupakan salah satu kegiatan mengikuti gerakan tarian dari para artis K-pop. Anggota dance cover dituntut untuk memiliki kemiripan dari segi gerakan,kostum ,postur tubuh serta ekspresi yang ditampilkan. Namun, perilaku tersebut sering mendapatkan stereotip buruk di dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan berperan ini saya akan mencoba untuk melihat identitas dan ekspresi gender serta tanggapan dari keluarga dan teman sebaya terhadap identitas dan ekspresi gender yang mereka tunjukkan. Dari penelitian yang dilakukan terhadap enam orang remaja pria yang mengikuti dance cover terlihat bahwa identitas gender mereka adalah laki-laki,namun mereka mengekspresikan gender mereka secara androgini dan sudah mulai ada keluarga serta teman-teman sebaya mereka yang tidak bermasalah dengan ekspresi gender yang mereka tunjukkan.
Dance cover is one of the activities to follow the dance move from the K-pop artist. All the members of dance cover need to have the similarities in their dance relate to costume, posture and expression with the K-pop who they covered. However their behavior was often get a bad stereotype in Indonesia society. Therefore with this research with using qualitative approach with in-depth interviews and participative observation methods, I will try to describe their identity and gender expression as well as feedback from their family and friends from the identity and gender expression as their appearance. The research was conducted against six boys who followed a dance cover showed that the identity of their gender were a boy but they not expressed their gender as masculine. They express the gender as a androgyny and nowadays their family and some friends not bothered at all with their gender expression that they show up."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Zahra Matarani
"ABSTRAK
Studi ini meneliti eksklusi rapper etnis Korea Amerika dari musik rap dan usaha mereka untuk bertahan di industri dengan budaya rap yang didominasi orang kulit hitam di Amerika serikat. Dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis Fairclough 1995 , penelitian ini akan membahas dua lagu oleh tiga rapper Korea Amerika lewat penanda tekstual, praktik diskursif, dan konteks sosial, dimana telah ditemukan bahwa para rapper ini me-reterritorialisasi musik rap melalui penanda linguistik dan pembuatan makna dalam proses untuk menegaskan identitas mereka masing-masing. Dalam konten lirik, para rapper ini mengkronologikan bobot karya mereka untuk menegaskan pengalaman etnis yang unik yang bertentangan dengan konten rap mainstream. Selanjutnya, para rapper ini tidak secara khusus menerapkan strategi puitis berbasis etnis seperti Hangeul bahasa Korea untuk membangun identitas etnik mereka, melainkan untuk mengkontekstualisasikan makna di dalam lagu-lagunya.

ABSTRACT
This study examines Korean American rappers rsquo displacement from rap music and the struggle to surface in the industry amongst the predominantly Black rap culture in the US. By employing Fairclough rsquo s Critical Discourse Analysis 1995 , the study will look into four songs by three Korean American rappers and its textual markers, discursive practice, and social context, and has found that these rappers reterritorialize rap via its linguistic markers and meaning making process to assert individual identities. In the lyrical contents, rappers historicize the contents of their work to assert a unique ethnic experience in opposition to mainstream rap. Next, rappers do not specifically employ ethnicity based poetic strategies such as the Hangeul Korean language to establish their ethnic identity, but rather to contextualize meaning within the songs."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>