Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanina Fadilah
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang analisis webtoon It Sun yang berjudul Ubau. Dewasa ini, webtoon menjadi jauh lebih populer dibandingkan buku komik. Pada 2004, NAVER merilis Naver Manhwa sebagai wadah bagi komikus berkarya, juga sebagai sebuah upaya untuk mengurangi membaca komik secara ilegal. Naver Manhwa mdash;di Indonesia berada di bawah naungan Line mdash;telah mengubah lanskap komik digital dengan memberikan kemudahan dan aksesibilitas bagi para pembaca Agnes, 2016 . Selain lebih mudah untuk diakses dan formatnya lebih nyaman untuk digunakan, penyampaian cerita lewat webtoon juga lebih mudah dibaca. Tujuan jurnal ini adalah untuk menjelaskan bahwa delapan tokoh binatang yang paling sering muncul di dalam webtoon ini adalah penggambaran karakteristik pribadinya It Sun. Dalam makalah ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif dan teknik studi pustaka. Penelitian ini memiliki hasil bahwa penggambaran karakteristik pada tokoh-tokoh binatang tersebut adalah penggambaran sifat-sifatnya sang webtoonist sendiri. Selain itu, semua pendapat dan pemikiran It Sun ia salurkan lewat webtoon Ubau sebagai perantaranya.

ABSTRACT
This journal will talk about the analysis results of It Sun rsquo;s webtoon titled Ubau. These days, webtoons have become more popular compared to comics. In 2004, NAVER released Naver Manhwa as a vessel for comic book makers, also as an effort to decrease illegal readings of comic books. Naver Manhwa mdash;under the patronage of Line in Indonesia mdash;has changed the digital comic book landscape by providing easisness and accessibility for the readers Agnes, 2016 . In addition to being easier to access and more convenient to use format, the delivery of stories via webtoon is also easier to read. This journal rsquo;s intention is to describe the animal characters that are in this webtoon are the depiction of It Sun rsquo;s own characteristics. The method that would be used in this journal is the qualitative method with descriptive analysis and the literature study technique. This journal has a result that the depiction of characters that are present in these animal characters are the webtoonist rsquo;s own characteristics. Moreover, It Sun used Ubau as his media to channel his thoughts and opinions."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Annisa
"Film Nocturnal Animals 2016 membuka perdebatan tentang keberadaan substansi dibalik mewahnya gaya yang diimplementasikan di film itu oleh sang sutradara yang juga seorang desainer terkemuka, Tom Ford. Salah satu bagian subtansi film tersebut adalah cerita bahwa dibalik modernitas dan kemewahan, kedua karakter utamanya, Edward dan Susan, adalah dua orang yang menderita trauma dan kehilangan. Disampaikan dengan dua struktur narasi yang berbeda yakni atemporal dan linear serta dikemas dalam dua dunia atau latar yang berbeda yaitu fiksional dan nyata, trauma dan kehilangan ternyata memiliki peran dalam pembentukan subjektivitas kedua karakter tersebut.
Menggunakan pendekatan psikoanalisa serta konsep yang diperkenalkan oleh Todd McGowan tentang atemporal cinema dan kehilangan sebagai pembentuk subjektivitas, skripsi ini bertujuan mencari fungsi sesungguhnya dari peradaban kontemporer dan kehilangan dalam pembentukan subjektivitas seseorang. Pada akhirnya, studi ini menyimpulkan bahwa dalam pembentukan subjektivitas, seseorang harus mengalami kehilangan dan menemukan kepuasaan dari pengalaman tersebut terlepas dari pengaruh peradaban kontemporer.

Nocturnal Animals 2016 opens a discussion on the existence of its substance underneath all the lavish style implemented by its fashion designer director, Tom Ford. One of the most pivotal substances in the movie is the story behind all the sophistication about the lead characters, Edward and Susan, who suffer from traumatic loss. Told through two different narrative structures, namely atemporal and linear as well as set in two different settings of fictional and reality, traumatic loss, in fact, has significance in constructing someone's subjectivity.
Using psychoanalytic approach and theories initiated by Todd McGowan on atemporal cinema and loss as an element of subjectivity, this study explores the function of loss in contemporary era in the construction of subjectivity. In the end, the study finds that in constructing subjectivity, one must embrace loss and find enjoyment in it regardless of the influence of civilized contemporary era.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LIPI, 1974
791.43 LEM m (1);791.43 LEM m (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Fitriana Hutami Putri
"Meskipun individu transgender telah berjuang agar diterima dalam masyarakat, kini mereka lebih terlihat di dalam budaya populer terutama dalam film. Boys Don rsquo;t Cry 1999 merupakan film Hollywood yang menampilkan peran transgender sebagai pemeran utama. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisa peran transgender, Brandon Teena, dalam menunjukkan transgender yang secara perlahan terinternalisasi melalui interaksi dan hubungan dengan karakter lainnya. Sebagai tambahan, analisis ini dibuat untuk menemukan cara mereka membentuk dan menunjukkan diri mereka sendiri sebagai transgender dan hubungan kekuasaan antara pasangan transgender dan non-transgender. Analisis ini menggunakan perspektif Kara DeMilio pada transgender mengenai perilaku seksual. Artikel ini menjelaskan bahwa film ini menunjukkan performativitas transgender dan hubungan kekuasaan antara karakter satu sama lain, khususnya Brandon.

Although transgender individuals have been struggling to be accepted in society, they are now more visible in popular culture especially movies. Boys Don rsquo;t Cry 1999 movie is Hollywood movie which has transgender individual as their main character. The purpose of this study is to analyze the transgender character, Brandon Teena, in performing transgender which is slowly internalized through the interaction and relation with the other characters. In addition, this analysis is created to find the way how she construct and perform herself as transgender and the power relation between transgender and their non-transgender partner. The analysis operates within Kara DeMilio perspective on transgender about sexual behavior. The article find that the movie shows the transgender performativy and also power relation between the characters, especially for Brandon. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amara Pradnyanitha
"Jerman merupakan negara yang inklusif terhadap kehadiran LGBTQI+ di tengah masyarakat dan bahkan Jerman melegalkan status pernikahan sesama jenis. Namun, tahun 2021 dan 2022 menjadi tahun yang kelam bagi kelompok LGBTQI+ karena maraknya kasus-kasus kekerasan akibat homofobia di Jerman. Secara historis, hal ini berkaitan dengan masa lalu Jerman pada era Nazi yang membenci kaum minoritas seperti homoseksual dan Yahudi. Sehingga, pengisahan ini ditampilkan dalam banyak film, salah satunya adalah film drama berjudul Große Freiheit (2021). Untuk meneliti persoalan mengenai homofobia dan ruang aman oleh komunitas LGBTQI+ sebagai upaya mengekspresikan diri mereka pada era pasca Perang Dunia II, penulis meneliti dengan metode analisis tekstual dengan teori semiotika oleh John Fiske, Masculinities (2005) oleh R.W Connel, dan Space, Place, and Violence oleh James Tyner (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa homofobia terjadi di dalam penjara sebagai bentuk konstelasi hukum yang patriarki. Selain itu, ruang aman yang menjadi bagian perjuangan kelompok LGBTQI+ tidak seluruhnya inklusif dan menjamin keajegan identitas homoseksual.

Germany is a country that is inclusive of LGBTQI+ community and even has legalized same-sex marriage. However, 2021 and 2022 was dark years for LGBTQI+ community due to the rise of homophobic violence cases in Germany. Historically, this is related to Germany's past during the Nazi era, which hated minorities such as homosexuals and Jews. Thus, this storytelling is featured in many films, one of which is the drama film Große Freiheit (2021). To examine the issue of homophobia and safe space as an effort for LGBTQI+ community to express themselves in the post-World War II era, the author examines the textual analysis method with semiotic theory by John Fiske, Masculinities (2005) by R.W Connel, and Space, Place, and Violence by James Tyner (2012). The results show that homophobia occurs in prison as a form of patriarchal legal constellation. In addition, safe spaces that are part of the struggle of LGBTQI+ groups are not entirely inclusive and guarantee the constancy of homosexual identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdi Rahadian
"ABSTRAK
Fury 2014 adalah film Perang Dunia II mengenai sebuah kru sebuah tank yang mencoba untuk menjalankan misi mereka di dalam daerah yang dikuasai musuh. Film ini menggambarkan kesulitan dan tantangan yang dialami oleh para anggota kru tank di medan perang. Film ini adalah salah satu film terbaik yang menggambarkan bagaimana Hollywood menunjukan patriotism dalam film-filmnya. Penelitian yang ada mengenai film ini hanya membahas tentang isu kekerasan dan beberapa isu-isu linguistik. Artikel ini akan menggunakan konsep lsquo;New Patriotism rsquo; milik Frank J. Wetta dan Martin A. Novelli dan akan menggunakan materi-materi baik visual maupun audio dari film ini. Artikel ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana Hollywood menggambarkan patriotism.

ABSTRACT
Fury 2014 is a World War II movie about a tank crew that tried to accomplish their missions inside their enemy territory. This movie depicted the hardships which the crew and their tank experienced during the war. This movie is one of the best to illustrate on how Hollywood depicts patriotism. Existing scholars research on this movie only found about the violence and the linguistic issue. This article will use Frank J. Wetta and Martin A. Novelli rsquo;s concept of lsquo;New Patriotism rsquo; and using both visual and audio material from the movie. This article aimed to disclose how Hollywood pictures patriotism."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vionisa Retmalita
"Kehadiran para pengungsi ke wilayah Eropa pada tahun 2015 telah menciptakan perhatian yang beragam dari masyarakat Eropa, baik yang mendukung maupun tidak. Film Je Suis Karl karya Christian Schwochow adalah salah satu film yang membahas gerakan dengan sentimen anti-pengungsi dan bentuk propagandanya. Film ini menjadi salah satu bentuk kritik terhadap gerakan anti-pengungsi di Eropa, khususnya Jerman. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh gerakan Re/Generation Europe dalam film Je Suis Karl menampilkan secara jelas kepada penonton bagaimana gerakan tersebut merencanakan dan melakukan aksi penyebaran propaganda anti-pengungsi kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana penggambaran bentuk-bentuk propaganda anti-pengungsi ditampilkan dalam film Je Suis Karl. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan didukung oleh teori teknik propaganda dari Alfred McClung Lee & Elizabeth Briant Lee. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk propaganda anti-pengungsi yang ditampilkan dalam film Je Suis Karl melalui gerakan Re/Generation Europe berisikan tuduhan tak berdasar mengenai pengungsi yang direncanakan dengan penuh manipulasi untuk melancarkan penyebaran sentimen anti-pengungsi yang merupakan kepentingan mereka sebenarnya.

The presence of refugees to the European region in 2015 has created mixed attention from the European community, both supportive and non-supportive. Christian Schwochow's film, Je Suis Karl, is one of the films that discusses the movement of anti-refugee sentiment and its forms of propaganda. This film became a form of criticism of the anti-refugee movement in Europe, especially Germany. The various actions taken by the Re/Generation Europe movement in the film Je Suis Karl clearly show the audience how the movement plans and carries out actions to spread anti-refugee propaganda to the public. This study aims to show how the depiction of forms of anti-refugee propaganda as shown in the Je Suis Karl film. The research method used is the descriptive qualitative, supported by the theory of propaganda techniques from Alfred McClung Lee & Elizabeth Briant Lee. The results of this study indicate that the form of anti-refugee propaganda shown in the film Je Suis Karl through the Re/Generation Europe movement contains baseless accusations about refugees that are planned with full of manipulation to launch the spread of anti-refugee sentiment which is their real interest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Vanya Audia
"Artikel ini membahas tentang heroisme dalam film Les Femmes de L rsquo;Ombre yang diadaptasi dari kisah nyata tentang tokoh-tokoh perempuan yang ikut berperan dalam Perang Dunia II dengan tergabung dalam organisasi spionase Special Operations Executive SOE. Penelitian kualitatif ini dianalisis melalui aspek naratif dan sinematografis film dengan menggunakan teori Boggs dan Petrie 2011. Sementara itu, artikel ini menggunakan konsep heroisme oleh Taha 2002. Hasil analisis menentukan status hero pada tokoh-tokoh yang meliputi status hero, semi-hero dan anti-hero yang dilihat melalui motivasi, tekad, kemampuan, perjuangan serta keberhasilan tokoh dalam menyelesaikan misi utama.

This article focuses on analyzing the heroism of female characters in a movie titled Les Femmes de L rsquo;Ombre by Jean Paul Salom which is based on true story. This movie depicts how women struggled against German durning World War II by joining espionage organization called Special Operations Executive SOE. This research is a qualitative research and analyzed through narrative and cinematrography aspect from Boggs and Petrie 2011. Meanwhile, the values of heroism in this movie is reviewed by using heroism concept by Taha 2002. The result of this research distinguishes the three conceptions of heroism, namely hero, semi-hero, and anti-hero as seen through each character rsquo;s motivation, will, ability, execution, and outcome."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Parulian, Tigor
"ABSTRAK
Perspektif merupakan salah satu elemen terpenting dalam sebuah film The Male Gaze yang merupakan sudut pandang atau perspektif laki laki terhadap elemen elemen yang ada dalam film telah menjadi hal yang lumrah dalam film film Hollywood Hal tersebut terjadi karena mayoritas orang orang penting dibalik pembuatan film adalah laki laki Lebih jauh lagi saat ini film adalah salah satu jenis media yang paling berpengaruh Oleh karena itu makalah ini mencoba untuk menganalisis penggambaran Male Gaze dalam The Wolf of Wall Street sebuah film oleh Martin Scorsese yang dirilis pada tahun 2013 melalui pengansingan terhadap karakter karakter wanitanya Makalah ini menggunakan definisi Male Gaze dari Laura Mulvey sebagai landasan teori dalam menganalisis scene karakter monolog dan dialog dalam film tersebut.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa The Wolf of Wall Street sangatlah dipengaruhi oleh Male Gaze karena karakter karakter perempuan yang ada dalam film ini hanya berperan sebagai bawahan dari karakter laki laki.

ABSTRACT
Perspective is one of the most important elements of film The Male Gaze which is male perspective or point of view towards film rsquo s elements has become a common thing in Hollywood movie It happens because film makers are disproportionately male Furthermore today film is one of the most influential forms of media For this reason this research attempts to analyze the depiction of the Male Gaze in The Wolf of Wall Street a 2013 film by Martin Scorsese trough the relegation of its female characters This research is using Laura Mulvey rsquo s definition of the Male Gaze as a theoretical framework in examining the scenes characters monologues and dialogues of the film
The result of the research concludes that The Wolf of Wall Street is heavily influenced by the Male Gaze since the female characters role are diminished and they only serve as subordinate for the male characters.
"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>