Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93917 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devia Putri Lenggogeni
"Akses vaskular sangat penting pada prosedur hemodialisis untuk menghubungkan sirkuit darah pasien dengan membran dializer Akses vaskular yang banyak digunakan pasien hemodialisis adalah arteriovenous fistula AV-fistula . Penggunaan AV-fistula membutuhkan penusukan atau insersi jarum yang dapat menimbulkan nyeri. Berdasarkan evidence based nursing EBN , manuver valsalva adalah intervensi yang dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri penusukan AV-fsitula. Penerapan EBN ini bertujuan untuk menurunkan nyeri penususkan AV-fistula. Penerapan EBN dilaksanakan pada Maret-April 2018. Jumlah sampel 12 orang pasien hemodialisis. Hasil penerapan EBN menunjukkan manuver valsalva efektif mengurangi nyeri penusukan AV-fistula. Manuver valsava dapat diaplikasikan perawat sebagai intervensi manajemen nyeri non farmaklogis untuk mengurangi penusukan AV-fistula.

Vascular access is very important in hemodialysis procedures to connect the patient 39;s blood circuits with dializer membrane. Common vascular accsses hemodialysis is arteriovenous fistula AV-fistula. Pain is major problem of cannulation AV fistula. Based on evidence based nurisng EBN , maneuver valsalva can be applied to reduce pain in cannulation AV fistula. Implementation EBN is aimed to reduce pain cannulation AV fistula. Implementation EBN was held in March-April 2018. The total sample was used 12 patients undergoing hemodialysis. The result of implementation EBN showed valsalva manuver is effective to reduce pain in cannulation AV fistula. Valsalva maneuver can be applied by nurses as non pharmacological intervention to reduce pain in cannulation AV fistula.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saly Marla Papeti
"ABSTRAK
Perawat spesialis pasien dengan gangguan sistem perkemihan berperan dalam praktik keperawatan berupa pemberi asuhan keperawatan tingkat lanjut, melakukan pembuktian ilmiah dan sebagai agen pembaharu. Asuhan keperawatan dilakukan pada kasus pasien dengan acute kidney injury dan 30 pasien gangguan sistem perkemihan dengan menggunakan pendekatan teori model adaptasi Roy. Perilaku maladaptif paling banyak terganggu pada mode fisologis dengan masalah keperawatan hipervolemia, sehingga intervensi keperawatan yang dilakukan adalah manajemen dan monitoring cairan untuk mencapai keseimbangan cairan. Evidence Based Nursing dilakukan dengan menerapkan latihan range of motion intrahemodialisis pada 9 orang pasien gagal ginjal terminal yang tidak mencapai nilai Kt/v sesuai standar Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Dari pelaksanaan EBN diperoleh hasil bahwa latihan range of motion dapat meningkatkan nilai Kt/V. Program inovasi yang dilakukan adalah menerapkan format pengkajian Functional Assessment of Chronic Illnes Therapy-Fatigue dalam menilai fatigue pada pasien yang melakukan latihan range of motion.ABSTRACT
Specialist nurses in patients care with urinary system disorders play a role in nursing practice in the form of advanced nursing care, scientific proofing and reforming agents. Nursing care is performed in the case of patients with acute renal failure and 30 urineary system disorders using Roy 39 s model adaptation theory. Maladaptive behavior is most disturbed in the physilogiical mode with the diagnosis of hypervolemia, fluid management and monitoring was nursing intervention to achieve fluid balance. Evidence based nursing was performed by applying range of motion intrahemodialysis exercise in 9 patients with chronic renal failure who did not achieve Kt v as per the standard of the Indonesian Nephrology Association. The range of motion exercise can increase the value of Kt v. The innovation program applies the FACIT F assessment format in assessing fatigue in patients performing range of motion exercises. "
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Luluh Rohmawati
"Karya ilmiah akhir merupakan laporan akhir praktik residensi keperawatan medikal bedah yang terdiri dari pengelolaan kasus gangguan sistem perkemihan dengan pendekatan teori adaptasi Roy, penerapan evidence based nursing berupa masase intradialisis untuk mengurangi kram otot pada pasien hemodialisis dan melakukan proyek inovasi kelompok berupa edukasi penanganan komplikasi akut menggunakan metode audiovisual pada pasien hemodialisis. Pendekatan teori Adaptasi Roy bertujuan agar pasien dapat menemukan cara untuk beradaptasi terhadap keterbatasan penyakit sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Masase intradialisis yang dilakukan saat pasien menjalani HD efektif dalam mengurangi kram otot pada pasien hemodialisis, caranya mudah diaplikasikan dan tidak ada efek samping sehingga dapat diaplikasikan perawat sebagai intervensi manajemen nonfarmakologis kram otot. Edukasi audiovisual tentang cara penanganan komplikasi akut hemodialisis dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan juga membantu perawat dalam memberikan edukasi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis.

This paper was an analysis report of residency medical surgical nursing practice consisted of case management of urinary system disorder with Roy's adaptation theory approach, application of evidence based nursing about intradialytic massage to reduce muscle cramps in hemodialysis patient, innovation projects of education to handle acute complication by using audiovisual methods for hemodialysis patients. The purpose of Roy's adaptation theory approach was to allow patients to cope with the limitations of illness and they could improved their quality of life. Intradialytic massage was effective to reduce muscle cramps in hemodialysis patients and easy to apply without side effects. Therefore it can be applied by nurses as nonpharmacologic intervention to reduce muscle cramps. Audiovisual education was performed to treat acute complication in hemodialysis patient by improving the patient's knowledge and motivating the nurse to provide education for patients undergoing hemodialysis therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chorina Mega Noviana
"Manajemen diri merupakan tata laksana multidisiplin terbaru yang memberdayakan pasien gagal ginjal terminal untuk aktif dalam mempertahankan status kesehatannya. Pelaksanaan manajemen diri masih tergolong rendah. Dukungan sosial dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi manajemen diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara dukungan sosial dengan manajemen diri pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 107 responden dipilih dengan consecutive sampling. Data dikumpulkan secara daring dari 4 komunitas pemerhati pasien gagal ginjal di Indonesia menggunakan instrumen Medical Outcome Study Social Support Survey dan Hemodialysis Self-Management Instrument.
Hasil penelitian dengan uji Chi square menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan manajemen diri (p value <0,05). Penelitian ini merekomendasikan dukungan sosial sebagai bagian integral dari tatalaksana manajemen diri yang diberikan melalui kerja sama antara tenaga kesehatan, komunitas pemerhati pasien gagal ginjal, dan pendamping pasien.

Self-management is the latest multidisciplinary intervention that empowers end-stage renal disease patients to be active in maintaining their health status. The implementation of self-management is still relatively low. Social support is considered as one of the factors that can affect self-management.
This study aims to identify the relationship between social support and self-management in end-stage renal disease patients undergoing hemodialysis. The design of the study is cross-sectional with a sample of 107 respondents selected by consecutive sampling. Data was collected online from 4 chronic kidney disease community in Indonesia using the Medical Outcome Study Social Support Survey and Hemodialysis Self-Management Instrument.
The result with the Chi-square test showed that there is a relationship between social support and self-management (p-value <0.05). This study recommends social support as a part of self-management intervention provided through cooperation between health workers, chronic kidney disease communities, and patient companions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buntar Handayani
"Depresi adalah masalah psikologis yang banyak terjadi pada klien gagal ginjal kronis. Depresi harus mendapatkan penanganan khusus untuk menghindari gangguan jiwa yang lebih berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh logoterapi medical ministry dan terapi komitmen penerimaan terhadap tingkat depresi pada klien gagal ginjal kronik. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Jumlah sampel adalah 28 orang pada kelompok intervensi dan 28 orang pada kelompok kontrol. Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling pada klien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RS Pelni Jakarta yang mempunyai skor depresi lebih dari 10. Data dianalisis dengan wilcoxon sign rank test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa logoterapi medical ministry dan terapi komitmen penerimaan secara signifikan menurunkan tingkat depresi dengan nilai p 0,000 (<0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada perawat generalis untuk memberikan intervensi generalis, dan khusus untuk perawat spesialis jiwa dapat memberikan logoterapi medical ministry dan terapi komitmen penerimaan untuk mencegah atau menurunkan depresi pada klien gagal ginjal kronis.

Depression is one of the most common psychological problem occurs in patient with chronic kidney disease, and need specific treatment to prevent further mentally problems. The purpose of this study was to determine the influence of logo therapy medical ministry and acceptance commitment therapy on the depression level of patient with chronic kidney failure who undergoing hemodialysis. This is quasi experiment pre post test with control group study. Fifty six patients with chronic kidney disease, where 28 patient receive treatment (treatment group) and another 28 patient did not (control group). Those patients recruited using consecutives sampling who were diagnosed with chronic kidney disease and had level of depression more than 10. Data were analyzed with wilcoxon sign rank test.
The result shows that logo therapy medical ministry combine with acceptance commitment therapy can significantly decrease level of depression with p=0.000 (<0.05). This study recommends that general nurse may only give nursing intervention as general nurse, where mental health nurse should give logo therapy medical ministry combine with acceptance commitment therapy, where it can prevent and decrease the level of patient?s depression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Marcelino
"Obesitas adalah masalah kesehatan di seluruh dunia, menyebabkan 3,4 juta kematian per tahun. Obesitas dinilai merupakan kontraindikasi relatif untuk operasi laparoskopi. Nefrektomi donor hidup per laparoskopi merupakan prosedur baku emas untuk pengangkatan ginjal pada beberapa pusat transplantasi. Namun pemilihan donor obesitas untuk menjalani laparoskopi nefrektomi masih menjadi perdebatan. Tujuan penulisan ini adalah untuk membandingkan hasil jangka pendek donor obesitas dan non-obesitas yang menjalani nefrektomi donor hidup per laparoskopi. Pada penelitian ini dilakukan analisa retrospektif pada 259 donor hidup antara November 2011 dan Agustus 2015. Indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2 dikategorikan obesitas. Dua puluh subjek termasuk dalam kategori donor obesitas. Kami melakukan pengambilan sampel acak untuk 30 donor non- obesitas sebagai kelompok kontrol. Data intraoperatif dan pascaoperatif dibandingan antara kedua kelompok. Nilai p ≤0,05 menunjukkan perbedaan bermakna. Karakteristik yang sama terdapat pada kedua kelompok donor. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada waktu iskemik pertama, perkiraan kehilangan darah intraoperatif, dan nyeri pascaoperatif pada kedua kelompok. Waktu operasi pada donor obesitas lebih lama daripada kelompok kontrol (270 vs 245 menit, p≤0,05). Waktu lama rawat lebih panjang pada kelompok obesitas (4 vs 3 hari, p≤0,05). Pada rumah sakit kami, donor obesitas menunjukkan hasil jangka pendek yang sebanding dengan donor non-obesitas pada nefrektomi donor hidup per laparoskopi. Meskipun ditemukan waktu operasi yang lebih lama dan lama rawat yang lebih panjang, tidak terdapat komplikasi yang bermakna pada donor obesitas. Masih diperlukan evaluasi hasil jangka panjang untuk rasionalisasi donor obesitas.

Obesity is a major worldwide health problem, causing up to 3.4 million deaths per year. it was considered as a relative contraindication for laparoscopic surgery. Nowadays, Laparoscopic living donor nephrectomy is the gold standard procedure for kidney procurement in many transplant centers. However, the selection of the obese donors undergoes laparoscopic nephrectomies is still debatable. The objective of this study is to compare short-term results of obese donors and non- obese donors undergoing laparoscopic living donor nephrectomies. A retrospective analysis of 259 live donors between November 2011 and August 2015 was performed. Body mass index equal or more than 30 kg/m2 was categorized as obese. Twenty subjects were categorized as obese donors. We randomly assigned for 30 non-obese donors for the control group. Intra-operative and post-operative data were compared between these two groups. A p-value ≤0.05 was considered significant. There were same donors’ characteristics between two groups. No significant differences were found in the first warm ischemic time, estimated blood loss, and postoperative pain. The operative time in the obese group was significantly longer than in the control group (270 vs 245 minutes, p≤0.05). The hospital stay was also significantly longer in the obese group (4 vs 3 days, p≤0.05). At our hospital, obese donors show comparable short-term results to non-obese donors in laparoscopic living nephrectomy. While longer operative time and length of stay were found, there was no significant complication observed. Long-term outcomes should be evaluated for the rationalization of these obese donors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nindita
"Latar belakang. Gagal ginjal terminal (GGT) atau penyakit ginjal kronik (PGK) stadium 5 merupakan masalah serius pada populasi anak dan dewasa, dengan insidens dan prevalensnya yang terus meningkat setiap tahun dan dapat menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular. Kardiomiopati dilatasi (KMD) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan kematian pada anak dengan GGT. Prevalens KMD pada anak GGT cukup bervariasi, antara 2- 41%. Namun, saat ini studi tentang kejadian KMD pada anak GGT di Indonesia masih terbatas, terutama pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis. 
Tujuan. Mengetahui prevalens KMD dan faktor risiko yang berasosiasi dengan kejadian KMD, yaitu etiologi GGT, status nutrisi, anemia, hipertensi dan jenis dialisis pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). 
Metode. Desain studi potong lintang dilakukan di RSCM pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis selama periode 2017-2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan melalui penelusuran rekam medik. 
Hasil. Terdapat 126 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jenis kelamin lelaki lebih banyak (59,5%), mayoritas usia di atas 5 tahun (98,4%), dengan median 12 tahun (10-15). Sebanyak 95,2% subjek adalah rujukan dari rumah sakit luar datang pertama kali ke RSCM dengan kegawatdaruratan dan membutuhkan dialisis segera. Prevalens KMD pada studi ini adalah 53,2%. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan anemia dan status nutrisi berasosiasi positif dengan kejadian KMD (OR 4,8, IK 95% 1,480-15,736, p=0,009) ; (OR 9,383, IK 95% 3,644-24,161, p=0,000). Tidak terbukti adanya hubungan etiologi PGK, hipertensi dan jenis dialisis dengan kejadian KMD. 
Kesimpulan. Prevalens KMD pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis di RSCM adalah 53,2%. Terdapat asosiasi positif antara anemia dan status nutrisi dengan kejadian KMD. Etiologi GGT, hipertensi, dan jenis dialisis tidak berasosiasi dengan kejadian KMD pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis.  

Background.  Kidney failure is a serious problem in children with the incidence and prevalence increasing every year, can cause cardiovascular disease. Dilated cardiomyopathy (DCM) is one of the cardiovascular disease can cause mortality in children with kidney failure. The prevalence varies between 2-44% and limited studies in Indonesia especially in children with kidney failure on dialysis. 
Objective. To determine the prevalence of DCM and risk factors in children with kidney failure on dialysis in Cipto Mangunkusumo hospital. The association of etiology of kidney failure, nutritional status, anemia, hypertention, and type of dialysis with DCM in children with kidney failure. 
Methods. A cross-sectional study among children with kidney failure according to the inclusion and exclusion criteria during 2017-2022 periode, in Cipto Mangunkusumo hospital. Collecting data using medical record. 
Result. There were 126 study subjects, with 59,5% male and 98,4% over 5 years old, the median is 12 years (10-15). The prevalence of DCM was 53.2%. The results of the multivariate analysis showed anemia and nutritional status were associated with the incidence of DCM, (OR 4.8, 95% CI 1.480-15.736, p=0.009); (OR 9.383, 95% CI 3.644-24.161, p= 0.000). There is no association between the etiology of kidney failure, hypertension and type of dialysis with DCM. 
Conclussion. The prevalence of DCM in children with kidney failure on dialysis was 53.2%. Anemia and nutritional status was associated with DCM in children with kidney failure on dialysis. The etiology of kidney failure, hypertension, and type of dialysis were not associated with DCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adiel Amaris Syah
"ABSTRAK
Objektif Salah satu tantangan yang terbesar pada hemodialisa adalah terbatasnya akses vaskular yang memiliki daya tahan yang baik, untuk mendapatkan hasil maksimal dibutuhkan akses hemodialisa yang baik. Arteri vena fistula merupakan akses yang paling baik, namun akses ini mudah mengalami gagal matur salah satunya karena stenosis. Endovascular Fistula Salvage EVS merupakan penanganan yang terbaik pada AVF gagal matur diakibatkan stenosis yaitu dengan Baloon Angioplasty venografi/venoplasti . Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi keberhasilan balloon angioplasti dalam tatalaksana AVF gagal matur diakibatkan stenosis.Metode Penelitian ini menggunakan Studi Kohort Retrospektif untuk menilai Outcome Tindakan EVS atau Balloon Angioplasty atau BA Venografi dan Venoplasti pada gagal matur AVF diakibatkan stenosis penderita Gagal Ginjal Kronis. Penelitian periode dari Januari 2017 sampai September 2017 dengan melakukan penilaian terhadap karakteristik demografi, penyakit dasar, penilaian hasil BA dan hasil USG. Variabel independen yaitu umur, jenis kelamin, penyakit dasar, gejala klinis, jenis AVF, lokasi stenosis. Variabel dependen adalah keberhasilan venoplasti dinilai dengan diameter residual stenosis. Data dianalisis secara statistik dengan p = 0,05.Hasil Karakteristik penderita AVF gagal matur diakibatkan stenosis didapatkan sebagian besar pada kelompok umur lebih 50-60 tahun 44,8 dimana 53,4 berjenis kelamin laki-laki dan penyakit dasar paling banyak disebabkan diabetes melitus 60,3 dan hipertensi 29,3 . Dari analisa demografi didapatkan hubungan yang bermakna antara umur dengan besaran stenosis AVF, untuk jenis kelamin didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan besaran stenosis AVF, dimana perempuan lebih buruk gambaran stenosisnya dibanding laki-laki. Tidak terdapat hubungan bermakna antara Penyakit Dasar dengan gambaran Besaran Stenosis AVF dari hasil Venografi .Tidak terdapat hubungan bermakna antara Lokasi Stenosis AVF dengan besaran Stenosis dari Venografi. Tidak terdapat hubungan bermakna antara besaran stenosis pada Venografi dengan hasil tindakan Venografi. Terdapat hubungan bermakna antara Lokasi Stenosis AVF dengan keberhasilan tindakan Venoplasti. Terdapat peningkatan yang bermakna untuk hasil pemeriksaan USG: diameter draining vein, volume flow dan peak systolic velocity terhadap hasil tindakan venoplasti setelah tindakan atau 3 Bulan pasca tindakan . Kata kunci ; Endovascular Fistula Salvage; Stenosis AVF; Balloon Angioplasty; Venoplasti; USG ABSTRACT
Background Patients with chronic renal failure CRF are dependent on routine hemodialysis, in order to obtain maximum results required access to a good hemodialysis. Fistula vein artery is the best access, but this access is easy to have stenosis. The best treatment for AVF stenosis is percutaneous transluminal angioplasty venography venoplasty . At RSCM since 2013 has developed this action, but there is no data and evaluation of its success. This study was conducted to evaluate the efficacy of venoplasty in the treatment of AVF stenosis.Methods This study used a Retrospective Cohort Study to assess Percutaneous Transluminal Angioplasty Venography and Venoplasty in AVF Stenosis of Chronic Renal Failure. The study was conducted during the period from January 2017 to September 2017 by assessing demographic characteristics, basic illness, assessment of venography venoplasty and ultrasound results. Independent variables were age, sex, basic disease, clinical symptoms, AVF type, stenosis location. The dependent variable is the success of venoplasty assessed by the residual stenosis diameter. Data were analyzed statistically p 0,05Results Characteristics of CRF patients with AVF stenosis were mostly in the 50 60 years age group 44,8 , 53,4 in male and according of disease caused by diabetes mellitus 60,3 and hypertension 29,3 . From the demographic analysis, there was a significant correlation between age and AVF stenosis magnitudes, for gender, there was a significant relationship between gender and AVF stenosis, in which women were worse with stenosis than men. There was no significant association between Basic Illness and AVF Stenosis Magnitudinal Stage of Venographic Result. There was no significant association between AVF Stenosis Location and Stenosis scale from Venography. There is no significant association between the magnitude of stenosis in Venography and the results of Venographic. There was a significant association between AVF Stenosis Locations and the success of Venoplasty action. There were significant improvements to ultrasound examination diameter of draining vein, volume flow and peak systolic velocity on the results between before, after or 3 months after venoplasty. Keyword Endovascular Fistula Salvage Stenosis AVF PTA Venoplasty USG "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrani Imanina Putri Nurtyas
"Pasien sindrom koroner akut (SKA) dengan penyakit ginjal kronik (PGK) diketahui memiliki risiko mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan pasien SKA tanpa disertai PGK. Setiap tahunnya, dilaporkan 9% kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) yang disertai PGK, yaitu hampir 10 – 20 kali lebih tinggi dibanding populasi umum. Pada pasien SKA dengan PGK terjadi proses inflamasi kronik yang memainkan peranan penting dalam perubahan morfologi dan fungsional sel endotel yang mengakibatkan akselerasi proses aterosklerosis yang berkaitan dengan keparahan koroner pasien SKA dan berujung meningkatkan kejadian major adverse cardiac event (MACE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran rasio neutrofil limfosit (RNL) sebagai prediktor MACE dan korelasinya dengan derajat keparahan koroner pada pasien SKA dengan PGK. Digunakan 2 desain pada penelitian ini, yaitu studi nested case control dengan 31 subjek yang mengalami MACE sebagai kelompok kasus dan 28 subjek yang tidak mengalami MACE sebagai kelompok kontrol dari total 59 pasien SKA dengan PGK, serta studi korelatif dengan pendekatan potong lintang. Pada penelitian ini didapatkan area under curve (AUC) sebesar 60,8% dengan nilai titik potong RNL terhadap kejadian MACE adalah 3,62 dengan sensitivitas 74,2% dan spesifisitas 42,9%. Tidak terdapat perbedaan dan hubungan yang bermakna antara nilai RNL dengan kejadian MACE (p>0,05; OR=2,16 [95%CI=0,63 – 7,51]) dan tidak terdapat korelasi antara nilai RNL dengan derajat keparahan koroner yang dinilai menggunakan skor Gensini (r=0,10; p=0,474).

Acute coronary syndrome (ACS) patients with chronic kidney disease (CKD) are known to have a higher risk of mortality compared to ACS patients without CKD. Every year, 9% of deaths due to coronary heart disease (CHD) accompanied by CKD reported, which is almost 10 – 20 times higher than the general population. In ACS patients with CKD, chronic inflammation play an important role in morphological and functional changes in endothelial cells that resulted in atherosclerosis acceleration associated with coronary severity in SKA patients, thus lead the increase in major adverse cardiac events (MACE). This study aims to determine the role of neutrophil lymphocyte ratio (NLR) as a predictor of MACE and its correlation with the degree of coronary severity in ACS patients with CKD. Two designs were used in this study, first using nested case control study with 31 subjects who experienced MACE as a case group and 28 subjects who did not experience MACE as a control group of a total of 59 ACS patients with CKD. Second using correlative study with a cross-sectional approach. Area under curve (AUC) of 60.8% was obtained with an NLR cutoff value for MACE is 3.62 with 74.2% sensitivity and 42.9% specificity. There is no significant difference and relationship between NLR and MACE (p>0.05; OR= 2.16 [95%CI=0.63 – 7.51]), also no correlation between NLR and coronary severity degree assessed using Gensini score (r = 0.10; p = 0.474)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbung, Nielda Kezia
"Latar Belakang: Cisplatin merupakan salah satu obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker. Namun, meskipun kemampuannya sangat baik dalam mengatasi kanker, cisplatin dapat menyebabkan nefrotoksisitas. Curcumin memiliki efek antioxidan dan anti inflamasi yang diperkirakan dapat melindungi ginjal dari toksisitas cisplatin. Namun, bioavailabilitas curcumin yang rendah menjadi perhatian utama. Pada percobaan ini, kami akan membandingkan efektivitas kurkumin dan nanokurkumin dalam hal
proteksi terhadap ginjal pada tikus yang diberikan cisplatin injeksi diperiksa menggunakan KIM-1 dan NGAL sebagai biomarker nefrotoksisitas akut. Metode: Tikus Sprague-dawley jantan dipilih secara acak dan dikelompokkan ke dalam 5 grup (n = 5 tikus/grup) dengan perlakuan yang berbeda; normal, cisplatin, cisplatin + curcumin, cisplatin + nanocurcumin 50 mg/kgBB, dan cisplatin + nanocurcumin 100 mg/kgBB. Dosis cisplatin yang digunakan sebesar 7 mg/kgBB. Pada hari ke 10, tikus dikorbankan dan ginjal diambil untuk dianalisis. Ekspresi KIM-1 dan NGAL pada ginjal dianalisa menggunakan RT-PCR. Hasil: Tidak ada perbedaan diantara seluruh kelompok (p>0.05). Namun, ekspresi kedua gen lebih rendah pada grup yang diberikan nanocurcumin. Konklusi: Ekspresi KIM-1 dan NGAL menurun setelah administrasi nanocurcumin, meskipun tidak signifikan.
Background: Cisplatin is one of the chemotherapy drugs that is commonly used to treat many kinds of cancer. However, despite its great effect, cisplatin can trigger nephrotoxicity due to its usage. Curcumin, has antioxidant and anti-inflammatory effect that has been suggested to be able to protect the kidney from cisplatin
toxicity. Nevertheless, its low bioavailability has become one of the major concern. In this experiment, we will compare the effectivity of curcumin and nanocurcumin in protecting the kidney from cisplatin-induced nephrotoxicity using KIM-1 and NGAL as the biomarker of acute kidney failure Method: Sprague Dawley rats are randomly divided into 5 groups (n = 5 rats/group) with different treatment; normal, cisplatin, cisplatin+curcumin, cisplatin+nanocurcumin 50 mg/kgBW, cisplatin+nanocurcumin 100mg/kgBW. The dose of cisplatin used in this research is 7mg/kgBW. On the 10th day of experiment, the rat is sacrified and the kidneys are taken for analysis. Then, KIM and NGAL expression in the kidney is analyzed using qRT-PCR. Results: There are no statistical significancy between all group (p>0.05). However,
expression of both KIM-1 and NGAL decrease in group treated using
Nanocurcumin Conculsion: The expression of both KIM-1 and NGAL are repressed by nanocurcumin, although it is statistically not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>