Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177438 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Almira Istiqomah
"ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan lansia yang disebabkan oleh perubahan fisiologis yaitu penurunan fungsi kognitif yang merupakan bagian dari demensia. Demensia merupakan hilangnya kognitif secara progresif ditandai dengan penurunan kemampuan mengingat, memahami, menilai, membuat keputusan, dan perubahan perilaku. Masalah keperawatan yang menggambarkan penurunan kognitif yaitu kerusakan memori. Tujuan dari penulisan yaitu menjelaskan asuhan keperawatan kerusakan memori pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha dengan instrumen evaluasi berupa Mini Mental State Examination, dan Clinical Dementian Rating. Kerusakan memori merupakan ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan perilaku yang ditandai dengan disorientasi waktu dan tempat, ketidakmampuan mempelajari dan mengingat informasi lama dan baru, serta mudah lupa. Salah satu intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah kerusakan memori pada lansia yaitu stimulasi kognitif dengan senam Gerak Latih Otak GLO . Senam GLO dilakukan selama enam minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu selama 30 menit. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa klien mengalami peningkatan skor MMSE dari 17 kerusakan kognitif sedang menjadi 26 kerusakan kognitif ringan dan CDR dari 1 demensia ringan menjadi 0,5 demensia sangat ringan . Peningkatan komponen kognitif terdapat pada orientasi, memori, dan perhatian.

ABSTRACT
One of the most common health problems in older adult caused by physiological changes is the decline in cognitive function which is part of dementia. Dementia is a progressive cognitive los characterized by the decrease of ability to remember, understand, judge, make decisions, and change behavior. Nursing problems that explains cognitive decline is impaired memory. The purpose of this case study is to describe the result of nursing care for older adult at Panti Sosial Tresna Werdha, using instruments such of Mini Mental State Examination, and Clinical Dementia Rating to evaluate cognitive status. Impaired memory is inability to remember or recall bits of information or behavioral skills characterized by disorientation of time and place, inability to learn and remember old and new information, and forgetfullness. One of the nursing interventions to solve impaired memory is with cognitive stimulation with brain gym GLO method. Brain gym has been done for six weeks with frequency three times a week during 30 minutes. The result obtained indicate that the client experiencing an increase in MMSE score form 17 moderate cognitive impairment to 26 mild cognitive impairment , and CDR score form 1 mild dementia to 0,5. very mild dementia . Increased cognitive components are orientation, memory, and attention."
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Trisdiana Fitri
"Kerusakan memori merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada lansia dengan demensia. Walaupun penyebab utama demensia masih belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor risiko demensia yang erat kaitannya dengan kehidupan lansia di kawasan perkotaan. Intervensi diperlukan untuk membantu mengoptimalkan fungsi kognitif lansia dan memperlambat dampak demensia. Salah satu intervensi keperawatan selain orientasi realita yang dapat diterapkan ialah terapi kenangan. Terapi kenangan membantu lansia untuk merangsang memori jangka panjang dan meningkatkan aspek emosional. Intervensi yang telah dilakukan di PSTW Budi Mulya 01 selama 4 minggu menunjukkan hasil yang positif dimana terjadi peningkatan interpretasi skor MMSE, CDR, dan GDS.

Impaired memory is one of the problems that occur in elderly. Although the main cause of dementia is still not known with certainty, there are several risk factors are closely related to elder’s life in urban areas. Intervention is needed to optimize the cognitive function and to slow down the impact of dementia. One of the nursing interventions is reality orientation and reminiscence therapy. Reminiscence therapy can help the elderly to stimulate long-term memory and to increase the emotional aspects. Interventions that have been carried out in PSTW Budi Mulya 01 for 4 weeks showed positive results where there is an increase in score interpretation of MMSE, CDR, and GDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Wijayanti
"Panti sosial didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia di perkotaan. Perubahan psikologi pada lansia didukung dengan faktor usia, pendidikan, masalah kardiovaskular dan gaya hidup, membuat banyak lansia mengalami demensia. Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang bersifat progresif dan memengaruhi aktivitas sosial dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis dampak cognitive stimulation therapy (CST) pada lansia dengan demensia. Metode yang digunakan adalah analisis hasil praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada Ibu S (81 tahun) dengan diagnosa keperawatan kerusakan memori. Data yang mendukung adalah keluhan lupa, skor MMSE 17, skor CDR 0,5 pada memori, pengambilan keputusan, aktivitas sosial, perawatan diri, dan skor CDR 1 pada orientasi, pekerjaan rumah dan hobi. Setelah dilakukan CST 14 sesi dalam waktu 7 minggu, hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan pada fungsi kognitif lansia dari skor MMSE 17 menjadi 23. Hasil karya ilmiah ini merekomendasikan agar diadakan pelatihan untuk perawat panti dalam screening demensia dan melakukan CST pada lansia dengan demensia untuk menghambat penurunan kognitif dan meningkatkan kesejahteraan lansia.

Social institutions established to improve the welfare of the elderly in urban areas. Psychological changes in the elderly is supported by the factors of age, education, cardiovascular problems, and lifestyle, make a lot of elderly have dementia. Dementia is a term used to describe the global cognitive impairment that is progressive and affects social activities and activities of daily life. This paper aimed to analyzing the impact of cognitive stimulation therapy (CST) in the elderly with dementia. The method used is clinical nursing practice analysis of urban health to Mrs. S (81 years) with memory impairment. Supporting data is the complaint forget, MMSE score 17, CDR score of 0.5 on memory, decision making, social activities, personal care, and a CDR score of 1 on the orientation, homework and hobbies. After CST 14 sessions in 7 weeks, the results of analysis showed an increase in cognitive function of elderly with MMSE score of 17 to 23. Results of this paper recommends that the training was held for nurses in dementia screening and perform CST in older adults with dementia to inhibit the decline cognitive and improve the welfare of the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Wulandari
"Prevalensi demensia semakin meningkat setiap tahunnya. Pada salah satu panti werdha yaitu Budi Mulia 1 sebanyak 35,2 % lansia dengan diagnosa demensia, dan 40% lansia di wisma Dahlia mengalami penurunan kognitif ringan hingga berat. Laporan ini ditulis untuk menggambarkan analisis praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PKKMP) yang telah dilakukan untuk menangani masalah demensia (kerusakan memori). Intervensi dilakukan pada Ibu S (75 tahun) dengan keluhan sulit mengingat informasi, lupa, disorientasi waktu, orang dan tempat, serta hasil MMSE 17. Terapi stimulasi kognitif berupa Cognitive Stimulation Therapy dilakukan pada kasus tersebut. Setelah dilakukan CST selama 14 sesi didapatkan adanya peningkatan kemampuan kognitif pada Ibu S (MMSE dari 17 menjadi 23, CDR komponen pekerjaan rumah dan hobi meningkat 1 - demensia ringan, menjadi 0.5 - kemungkinan). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pentingnya program CST sehingga dirasa perlunya keterampilan bagi perawat untuk melaksanakan program tersebut, selain itu deteksi dini demensia dengan MMSE ataupun CDR sebaiknya dilakukan pada setiap lansia di PSTW sehingga program terapi yang tepat dapat dilakukan untuk menangani masalah demensia.

There is an increase of dementia prevalention in elderly. There are 35,2% of elderly in PSTW Budi Mulia 1 diagnosed dementia, and 40% of elderly in Dahlia homestead encounter to cognitive impairment. This study aimed to describe and analyze clinical practice of urban nursing to solve cognitive impairment for dementia. Intervention performed to Mrs S (75 years old) and complaints of difficulty remembering information, forgetting something, disorientation of time, place, and forget of people name, MMSE indicated to moderate cognitive impairment (score 17). Cognitive Stimulation Therapy (CST) has been done to Mrs. S and after 14 therapy sessions there are an increase of cognitive ability from moderate to mild cognitive impairment (MMSE result: 17 to 23 and CDR incrase in homework and hobbies: 1 to 0,5). The result was showed the important to do CST for dementia, and early identification of memory impairment in elderly must be done.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Malahayati
"Demensia merupakan gejala yang mengindikasikan adanya kehilangan fungsi intelektual meliputi memori, bahasa, konsentrasi, dan kemampuan kognitif. Salah satu dampak yang diakibatkan oleh demensia adalah kerusakan memori. Kerusakan memori pada lansia dapat mempengaruhi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari maupun perubahan perilaku sosialnya. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil pemberian asuhan keperawatan pada Nenek NA dengan kerusakan memori di wisma Bungur, STW Karya Bhakti. Intervensi keperawatan yang dipilih adalah pemberian stimulasi kognitif yang terdiri dari reality orientation dan reminiscence therapy. Hasil evaluasi yang didapatkan selama enam minggu antara lain Nenek NA dapat mengenal dirinya dan orang terdekatnya. mengenal kembali memori masa lalunya melalui media foto, dan meningkatkan aktivitas berkomunikasi dengan orang lain. Pemberian latihan kognitif dan orientasi realita secara terjadwal di STW untuk lansia yang mengalami kerusakan memori menjadi upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri lansia sehingga kualitas dan kesejateraan lansia akan meningkat.

Dementia is a symptom that indicates loss of intellectual function including memory, language, concentration and cognitive ability. One of impacts of dementia is impaired memory. Impaired memory can influence ability in doing daily activities as well as social skill of older adults. The aim of this paper was to explain the result of nursing care of Ny. NA with impaired memory in Wisma Bungur, STW Karya Bhakti. One of selected nursing interventions was giving cognitive stimulation including reality orientation and reminiscence therapy. The result of implementation during six weeks such as Ny. NA could recognize herself and the closest persons remember the past memory by photo and improve communication activities with other people. Giving cognitive exercise and reality orientation regularly in STW for older adults with impaired memory should be addressed to improve the confidence of older adults in order to increase the quality and welfare of the older adults.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian dengan judul: "Hubungan aktivitas membaca terhadap terjadinya demensia pada usia lanjut di RS M.H. Thamrin Jakarta", bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan aktivitas membaca terhadap terjadinya demensia pada usia lanjut. Metode yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan penyebaran kuesioner berbentuk skala likert dan tes mental singkat (Abreviated Mental Test/AMT) kepada 30 responden usia lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang membaca dan tidak demensia 20 orang (66,67%), tidak membaca dan tidak demensia 7 orang (23,33%) , tidak membaca dan dementia 3 orang (10%). Pada tes mental singkat (AMT) didapatkan 27 orang (90%) tidak mengalami gangguan daya pikir dan 3 orang (10%) mengalami gangguan daya pikir. Kesimpulan pada penelitian ini adalah aktivitas membaca menyebabkan tidak dementia."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5283
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sekarastri
"Agitasi merupakan salah satu gejala yang paling sering dialami lansia dengan neuropsikiatri demensia. Perilaku yang dapat diamati dari gejala agitasi adalah vokalisasi menyimpang, agitasi motorik, agresivitas dan perilaku menolak perawatan. Faktor yang umum menjadi penyebab penurunan fungsi kognitif pada lansia proses menua, pengaruh internal seperti pendidikan, kehidupan sosial, dan sikap; kesehatan fisik dan mental; efek medikasi; serta faktor lingkungan dan merokok. Penanganan agitasi selama ini mengutamakan pemberian agen antipsikotik yang banyak memberikan efek samping bagi lansia. Karya ilmiah ini menjelaskan asuhan keperawatan untuk penanganan agitasi nonfarmakoterapi dengan terapi multisensori Snoezelen. Asuhan keperawatan diberikan selama 5 minggu dengan 14 kali sesi terapi. Hasilnya terdapat efek yang signifikan terhadap penurunan gejala agitasi. Efek jangka panjang kurang signifikan pada klien dengan kerusakan kognitif dan mental berat.

Agitation is one of the most frequently experienced by elderly with neuropsychiatric dementia. Avoidable behaviors from symptoms of agitation are aberrant vocalization, motor agitation, aggressiveness and behavior to refuse treatment. Common factors cause a decrease in cognitive function in aging processes, internal influences such as education, social life, and attitudes, physical and mental health, medicinal effect, and Environmental factors and smoking. Agitation management has prioritized giving antipsychotic agents that provide side effects for the elderly. This scientific work explains nursing care for the handling of nonfarmacotherapy agitation with Snoezelen multisensory therapy. Nursing care is given for 5 weeks with 14 therapy sessions. A significant effect on decreasing the effect of agitation. Long-term effects are less significant for clients with severe cognitive and mental damage."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Rekawati
"Proses menua adalah suatu peristiwa yang wajar dan tak terhindarkan atau yang biasa disebut alami sifatnya. Bertambahnya usia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satu masalah yang sering terjadi adalah kepikunan. Kepikunan ditandai adanya kemunduran daya ingat yang berangsur-angsur makin berat dan disertai penurunan fungsi mental lainnya seperti psikis, perilaku dan mengganggu fungsi sosialnya. Proyeksi dari populasi usia lanjut di Scotland pada tahun 2003-2013 adalah, pada tahun 2003 diproyeksikan sebesar 59.301 usia lanjut akan mengalami kepikunan dan pada tahun 2013 sebanyak 65.051 usia lanjut akan mengalami kepikunan. Angka ini menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah usia lanjut yang mengalami kepikunan sebesar 9,41 % dalam kurun waktu 10 tahun Hasil studi investigasi kepikunan di rumah sakit diperoleh data bahwa klien dengan kepikunan rata rata lama perawatan 10,4 hari, senientara klien tidak dimensia rata-rata perawatan 6,5 hari. Biaya perkapita untuk penderita kepikunan 4000 dolar leblh tinggi dibanding penderita lainnya.
Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor sosio demografi yang berhubungan dengan terjadinya kepikunan pada usia lanjut di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional atau potong lintang, dimana semua variabel diambil sekaligus dalam waktu yang sama sehingga tidak luput dani kelemahan-kelemahan. Populasi daan sampel dalam penelitian ini adalah usia lanjut (kelompok umur lebih atau sama dengan 60 tahun) yang tinggal di wilayah kesatuan Republik Indonesia. Dan 10.518 usia lanjut, terdapat 236 usia lanjut yang mengalami kepikunan.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa usia lanjut yang menderita kepikunan mencapai 2,2% dari seluruh populasi usia lanjut. Faktor-faktor sosio demografi yang berhubungan dengan terjadinya kepikunan pada usia lanjut adalah umur (kelompok umur ) 80 tahun mempunyai risiko sebesar 6,436 kali (95% CI: 4,478-9,251) dibandingkan dengan kelompok usia lanjut 60-75 tahun, dan kelompok usia lanjut 76-80 tahun berisiko terjadinya kepikunan sebesar 2,733 kali (95% CI: 1,877-3,980) dibandingkan kelompok usia lanjut 60-69 tahun], jenis. kelamin [usia lanjut perempuan mempunyai risiko sebesar 1,393 kali (95% CI: 1,075-1,806) dibandingkan dengan usia lanjut laki-laki], status perkawinan [usia lanjut yang berstatus kawin merupakan faktor pencegah terhadap terjadinya kepikunan sebesar 0,794 kali (95% CI: 0,110-5,758) dibandingkan dengan usia lanjut yang tidak kawin, dan usia lanjut yang berstatus cerai hidup/mati mempunyai risiko terjadinya kepikunan sebesar 2,187 kali (95% CI: 1,685-2,840) dibandingkan dengan usia lanjut yang tidak kawin], riwayat pendidikan [usia lanjut yang berpendidikan < = SD mempunyai risiko terjadinya kepikunan sebesar 2,025 kali (95% CI: 1,267-3,236) dibandingkan dengan usia lanjut yang berpendidikan > SD], riwayat stroke/kelumpuhan [usia lanjut yang mempunyai riwayat stroke/kelumpuhan mempunyai risiko terjadinya kepikunan sebesar 6,345 kali (95% CI: 3,793-10,614) dibandingkan dengan usia lanjut yang tidak mempunyai riwayat stroke/kelumpuhan], status rural urban [usia lanjut yang bertempat tinggal di wilayah rural mempunyai risiko sebesar 1,343 kali (95% CI: 1,016-1,775) dibandingkan dengan usia lanjut yang tinggal di wilayah urban], perilaku merokok [usia lanjut yang merokok mempunyai risiko terjadinya kepikunan sebesar 0,486 kali (95% CI: 0,353-0,671) dibandingkan dengan usia lanjut yang tidak merokok], penggunaan pelayanan kesehatan [usia lanjut yang menggunakan pengobatan tradisional mempunyai risiko terjadinya kepikunan sebesar 0,480 kali (95% CI: 0,364-0,635) dibandingkan dengan usia lanjut yang menggunakan pengobatan modem]. Umur dan riwayat stroke/kelumpuhan merupakan faktor yang paling berhubungan dengan terjadinya kepikunan pada usia lanjut di Indonesia.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi kepikunan pada usia lanjut kemungkinan akan terus bertambah setiap tahunnya sehingga diperlukan upaya antisipasi baik dari pengambil kebijakan ataupun masyarakat untuk bersama-sama melakukan tindakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup usia lanjut terutama usia lanjut yang menderita kepikunan.

Socio Demographic Factors of Dementia (Kepikunan) among Elderly in The aging process is normal and natural that no one can avoid it. Aging will create several problems, including dementia Dementia is characterized by a decrease in memory, and signed by a continued decrease of mental, social and behavior status. There is a projected increase of the elderly population who will have dementia in Scotland from 2003-2013, about 59.301 in 2003 and 65.051 in 2013. Actually, based on these values, there is an increase of dementia among the elderly population of about 9.14% during 10 years. The result of the study about dementia in the hospital indicated that clients who had dementia stayed in hospital for 10.4 days, however, clients who had no dementia spe'zt more than 4000 dollars than the other.
The objectives of this study were to explore the information about the socio demographic factors that contributed to dementia for the elderly in Indonesia_ The study used a cross-sectional method in which all of the variables were taken at the same time. The population and sample in the study ware elderly (more than 60 years old) who living in Indonesia.
From 10.518 elderly, there were 236 who had dementia It covered about 2,2% of all elderly population. The factors that contributed to an occurrence of dementia on the elderly were age [more than 80 years had risk about 6,436 times (95% Cl: 4,478-9,251) compared with 60-75 years old; 76-80 years old had risk about 2,733 time (95% CI: 1,877-3,980) compared with 60-75 years old], gender [women had a risk of about 1,393 times (95% CI: 1,075-1,806) compared with men], marital status [un-marriage had risk about 0,794 times (95% CI: 0,110-5,758) compared with married; divorce by live/died had risk about 2,187 times (95% CI: 1,685-2,840) compared with married], educational background [less than elementary school had risk about 2,025 times (95% Cl: 1,267-3,236) compared with more education], stroke history/paralyzed [ stroke history/paralyzed had risk about 6,345 times (95% CI: 3,793-10,614) compared with no stroke history/paralyzed], a rural urban status (live in an rural setting having a risk of 1,343 times (95% CI: 1,016-1,775) compared with those who live in a urban setting], smoking habit [smokers had a risk of about 0,486 times (95% CI: 0,353-0,671) compared with no smoking habit], health care services [ traditional method had risk about 0,480 (95% CI: 0,364-0,635) compared with modem method]. Age and stroke history/paralyzed were the most dominant contributing factor to the risk of dementia for the elderly people in Indonesia.
In conclusion a prevalence of dementia in the elderly in Indonesia will increase every year. The implications are that efforts are needed in anticipation of this problem from either policy makers or the community to conduct an action for the elderly who have dementia.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Jumlah Iansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun belum menjadi perhatian berbagai pihak. Demensia pada lansia sering dianggap wajar oleh masyarakat karena faktor usia. Sebenamya Iansia t.ida.k harus identik dengan tidak sehat ataupun mengalami demensia. Penoegahan demensia dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi otak, antara Iain dengan beribadah. Penelitian ini bertujuan melihat ada tidaknya hubungan antara pemenuhan kebutuhan religiusitas dengan terjadinya demensia pada lansia. Desain penelitian ini adalah deskriptif konelasi. Pengambilan data dilakukan dalam sekali waktu terhadap 9|
Iansia yang tinggal di Kelurahan Tegal Parang. Berdasarkan analisis data menggunakan uji kai kuadrat dengan Fishers Exact Test didapatkan data adanya hubungpn antara pemenuhan kebutuhan religiusitas dengan letjadinya demensia pada lansia (p value= 0.0002, a= 0.05). Penelitian ini merekomendasikan perlunya perhatian masyarakat untuk memfasilitasi pemenuhan kebumhan religiusitasnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5736
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>