Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Lazuardi Pradivta Komara
"ABSTRAK
Indonesia menurut Geografi, geologi, hidrologi dan demografi merupakan negara yang rawan bencana baik dari bencana alam, non alam hingga faktor manusia. Salah satupermasalahan akibat bencana adalah pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit. Masalahutama dari rumah sakit ketika terjadi bencana yaitu keberadaan kesiapan structural, nonstrukturalhingga kapasitas fungsional banyak yang tak berfungsi. Pan American HealthOrganization PAHO dan World Health Organization WHO telah mengembangkanHospital Safety Index HSI yang merupakan tools internasional dimana telah divalidasiuntuk penilaian standar dan perbandingan keselamatan rumah sakit . Tujuan penelitianini adalah mengetahui kesiapan siagaan rumah sakit di wilayah kota/kabupaten Cirebon kabupaten Indramayu dalam menghadapi bencana. Penelitian ini menggunakan desaindeskriptif dengan metode semi kuantitatif. Populasi yang diambil adalah 5 RSUD dikota/kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Data yang digunakan adalah dataprimer yang berasal dari tools HSI dengan metode wawancara, observasi serta checklistdan data sekunder berupa penelaahan dokumen serta arsip serta data lainnya dari internet.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa RSUD A mendapat skor 0,57, RSUD Bskor 0,76, RSUD C skor 0,70, RSUD D skor 0,79 dan RSUD E skor 0,41. Hasil yangdiperoleh tersebut menyatakan bahwa sebanyak 3 rumah sakit yakni RSUD B, C dan Dmasuk kategori siap siaga ketika keadaan darurat sementara 2 rumah sakit lainnya yaituRSUD A dan E perlu untuk perbaikan dalam jangka pendek agar kondisinya sama.

ABSTRACT
Indonesia according to Geography, geology, hydrology and demography is a disaster pronecountry both from natural disasters, non natural and human factors. One of theproblems caused by disasters is health services including hospitals. The main problem ofhospitals in the event of a disaster is the existence of structural, non structural readinessto functional capacities that do not work. The Pan American Health Organization PAHO and the World Health Organization WHO have developed the Hospital Safety Index HSI which is an international tool that has been validated for standard assessment andhospital safety comparison. The purpose of this research is to know the preparedness ofhospital in Cirebon Indramayu district in the face of disaster. This research usesdescriptive design with semi quantitative method. Population taken is 5 RSUD in town regency of Cirebon and Regency of Indramayu. The data used are primary data derivedfrom HSI tools with the method of interviewing, observation and checklist and secondarydata in the form of review documents and archives and other data from the internet. Basedon the results obtained that RSUD A got a score of 0.57, RSUD B score 0.76, RSUD Cscore of 0.70, RSUD D score 0.79 and RSUD E score of 0.41. The result obtained statesthat as many as 3 hospitals, RSUD B, C and D are categorized as standby whenemergency while 2 other hospitals that are RSUD A and E need for improvement in theshort term so that the condition is same."
2018
T49912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaeman
"ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, LINGKUNGAN KERJA DANKOMPENSASI JASA PELAYANAN DENGAN KEPUASAN KERJAPERAWATDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2018Sulaeman Mardiati Najib Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas KesehatanMasyarakat, Universitas Indonesia Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas KesehatanMasyarakat, Universitas IndonesiaEmail : safat98@gmail.comBerdasarkan hasil studi pendahuluan yang di lakukan di RSUD Kota Mataramtahun 2017 lebih dari 50 perawat merasakan kurang puas, hal ini dikhawatirkanmempengaruhi kinerja. Penelitian ini merupakan studi kasus denganpendekatan potong lintang untuk menganalisis hubungan antara karakteristikindividu, lingkungan kerja, kompensasi jasa pelayanan dengan kepuasankerja perawat. Jumlah responden sebanyak 290 orang yang memenuhi kriteriainklusi dan eklusi. Data kualitatif diperoleh dari wawancara dengan informanWadir Umum dan Keuangan,Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan, KepalaBidang Keperawatan, Kepala Bagian Umum, Ketua Komite Keperawatan, KepalaRuangan dan 5 orang perawat. Hasil studi menunjukkan terdapat hubungan antarakarakteristik individu, lingkungan kerja, kompensasi jasa pelayanan dengankepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja perawat perlu ditingkatkan lagi denganmemperhatikan lingkungan kerja yang baik, karakteristik individu dankompensasi jasa pelayanan. Lingkungan kerja dengan risiko tinggi diharapkanmenjadi bagian dari penilaian jenjang karir dan remunerasi.Kata kunci : kepuasan kerja perawat, karakteristik individu, lingkungankerja, kompensasi jasa pelayanan,

ABSTRACT
TPOSTGRADUATE PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH SCIENCEUNIVERSITAS INDONESIAThesis, July 2018Name SulaemanStudy Program Master of Hospital AdministrationTitle The Relationship between Individual Characteristics,Work Place Environment and Merit Compensation andNurses rsquo Work Satisfaction in Public Hospital of MataramCity in 2018Supervisor Dr. drg. Mardiati Najib, M.S.Based on previous study in Mataram hospital in 2017 the worksatisfaction among nurses was found low and need to be prevented from affectingperformance.. This case study was using cross sectional design to analyzerelationship of individual characteristics, work place environment and servicemerit compensation with satisfaction. Number of respondent was 290 andqualitative approach to support findings infolved the General and Finance ViceDirector, Medical Services and Nursing Vice Director, The Head of NursingDepartment, The Head of Nursing Committee and five nurses as informants. Theresult showed that there was a significant relationship between indidividualcharacteristics, work environment, merit compenasation with satisfaction p"
2018
T51360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumita Kadarisman
"Tesis ini membahas tentang kelayakan rujukan oleh bidan Puskesmas Poned Kota di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kasus rujukan yang dirujuk ke RSUD Pirngadi berjumlah 136 kasus rujukan, dan dilengkapi dengan informasi dari 17 orang bidan di 6 Puskesmas Poned. Data primer diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner, daftar ceklist dan data sekunder menggunakan data rekam medis RSUD Pirngadi Medan. Ada 75,7% kasus rujukan persalinan yang layak dirujuk dan 24,3% kasus rujukan persalinan yang tidak layak dirujuk.

This study analyzed the referral feasibility by Poned Health Centres midwives in Pirngadi Medan Hospital in 2012. This is a quantitative research using cross sectional design. Sample in this study are all referral cases referred to Pirngadi Hospital 136 cases and supplemented by information from 17 midwives in 6 Poned Health Centre. Data used a questionnaire, checklist, and medical record. There were 75,7% of the cases referred to decent referral and 24,3% of cases referral is not feasible referenced."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Caesarena Pertiwi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rujukan rawat jalan kasus non spesialistik di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan data primer berupa wawancara mendalam, dan data sekunder dengan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya memiliki rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik yang optimal yaitu sebesar 0 , hal ini disebabkan karena dokter di kedua puskesmas memiliki kesadaran tinggi untuk memberikan rujukan sesuai indikasi, dan terdapat feedback dari BPJS terkait dengan capaian rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik. Dokter di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik serta memiliki lama kerja sebagai dokter yang cukup panjang. Jumlah dokter di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya masih belum cukup sesuai dengan analisis beban kerja. Pelatihan dibutuhkan oleh dokter non PNS. Peralatan di kedua puskesmas masih kurang lengkap. Obat di kedua puskesmas sudah lengkap namun terkadang terjadi kekosongan obat.

ABSTRACT
This study aims to analyze non specialist referral cases at Beji Puskesmas and Puskesmas Depok Jaya.This study uses a qualitative approach, by using secondary data from primary care and in depth interviews. The results of this study found that Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya have good non specialist referral ratio, which is 0 . This due to doctors in both puskesmas have high awareness to give referrals according to patient rsquo s diagnosis, and there is Feedback from BPJS related to the achievement of non specialist referral ratio. Doctors at Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya have good skills and knowledge, and have long working period as a doctors. Amount of doctors at Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya is still not ideal.Training is required by non civil servant physicians. Equipment at both puskesmas is still incomplete. The medicine in both puskesmas is complete but sometimes the medicine vacuum occurs. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magistia Ramadhani Candrarini
"Indonesia dengan tingkat resiko bencana 43,50% menempati urutan ke-2 dari 193 negara di dunia. Rumah sakit memiliki peranan kunci dalam penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan. Penelitian ini bertujuan untuk melihatkesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana dan kegawatdaruratan, serta menjelaskan temuan nilai rendah dan memberikan masukan perbaikan terkait bencana dan kegawatdaruratan RS. Penelitian ini dilakukan dengan mix method sequential explanatory design. Metode kuantitatif dilakukan dengan menganalisis data sekunder HSI RS X Kota semarang, temuan permasalahan pada data sekunder tersebut kemudian digali lebih dalam menggunakan metode kualitatif dengan data primer hasil wawancara mendalam pada beberapa narasumber. Lokasi penelitian di Rumah sakit X berada di Kota Semarang dengan pelayanan terlengkap, selain sebagai tempat rujukan Jawa Tengah juga sebagai rumah sakit pendidikan. Hasil penelitian mendapatkan beberapa elemen manajemen kegawatdaruratan perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan, antara lain tanggungjawab dan pelatihan anggota komite, karena tidak semua staf menerima pelatihan; penunjukan koordinator manajemen kegawatdaruratan dan bencana, karena tugas yang telah diberikan pada staf bukan merupakan tugas utamanya; perencanaan kegawatdaruratan dan bencana, sub perencanaan tentang spesifikasi bahaya di rumah sakit, SOP aktivasi dan deaktivasi perencanaan, latihan, evaluasi dan koreksi pelaksanaan perencanaan kegawatdaruratan dan bencana rumah sakit, perencanaan pemulihan rumah sakit, rendah karena tidak dilakukannya audit dan evaluasi dalam waktu 1 tahun terakhir; prosedur komunikasi dengan publik dan media, rendah karena tidak ada pembaruan dalam 1 tahun terakhir; daftar kontak staf karena tidak ada pembaruan dalam 3 bulan dan tidak ada daftar kontak tertulis; kejelasan tugas staf dalam penanganan kegawatdaruratan dan bencana serta pemulihannya, karena tidak semua staf menerima tugas tertulis dan pelatihan; pelayanan psikososial, rendah karena tidak ada staf khusus yang memberikan pelayanan psikososial; pencegahan kontaminasi hazard kimia dan biologis, perlengkapan perlindungan diri dan isolasi pada penyakit infeksius dan epidemi, beberapa hal tersebut rendah karena pelatihan dan pengujian staf tidak dilakukan setiap tahun. Dengan demikian, perlu adanya perbaikan manajemen kegawatdaruratan dan bencana yang komprehensif dari rumah sakit.

Indonesia with a disaster risk level of 43.50% ranks 2nd out of 193 countries in the world. Hospitals have an important role in preventing disasters and emergencies. This research aims to look at hospital preparedness in dealing with disasters and emergencies as well as explain the findings of low scores and provide input for improvements related to disasters and hospital emergencies.This research method is a mixed method sequential explanatory design. The quantitative method was carried out by analyzing secondary data from HSI Hospital, and the qualitative methode carried out by deep interview. The research location at Hospital X in Semarang City with the most complete services, apart from being a reference place in Central Java, it is also a teaching hospital. The research results found that several elements in emergency management need attention and improvement, including responsibilities and training of committee members, because not all staff receive training; appointment of emergency and disaster management coordinators, because the tasks assigned to the staff are not the main tasks; emergencies and disaster planning, sub-planning regarding hazard specifications in hospitals, SOP for activation and deactivation planning, training, evaluating and correcting the implementation of disaster emergency planning, hospital recovery planning, low because audits and evaluations were not carried out within the last 1 year; communication procedures with the public and the media, low because there have been no updates in the last 1 year; staff contact lists due to no updates in 3 months and no written contact list; clarity of staff duties in handling emergencies and disasters and their recovery, because not all staff receive written assignments and training; psychosocial services, low because there are no special staff to provide psychosocial services; prevention of chemical and biological hazard contamination, personal protective equipment and isolation against infectious diseases and epidemics, some of which are low because staff training and testing is not carried out annually. Therefore, there is a need to improve comprehensive emergency and disaster management in hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Nancy Bumbunan M
"ABSTRAK
Nama :Nancy Bumbunan M SiraitProgram Studi :Kajian Administrasi Rumah SakitJudul :Implementasi Tata Kelola Badan Layanan Umum di 3 RSBhayangkara PolriPembimbing :Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr. PH.Badan Layanan Umum BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentukuntuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ataujasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukankegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Kepolisian NegaraRepublik Indonesia selaku lembaga yang bertugas untuk melaksanakan penegakanhukum, menjalankan reformasi birokrasi di bidang pelayanan kesehatan khususnya yangdilaksanakan oleh RS Bhayangkara kepada masyarakat menjadi bagian yang terintegrasidari reformasi birokrasi Polri. Dengan terbitnya PP Nomor 23 Tahun 2005 serta PerkapNomor 3 Tahun 2010 tentang Sistem Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit diLingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai titik tolakpembentukan Satker BLU di lingkungan Polri Rumkit Bhayangkara . Tujuan penelitianini untuk menganalisa implementasi kebijakan tata kelola Badan Layanan Umum diRumah Sakit Bhayangkara Polri.Penelitian dilakukan melalui analisis data sekunder dan wawancara mendalam dengankepala rumah sakit dari perwakilan 3 RS yaitu RS Bhayangkara Tk. II Sartika AsihBandung, RS Bhayangkara Tk. III Bengkulu, dan RS Bhayangkara Tk IV SespimaCiputat,dan pembina layanan kesehatan Kepolisian Pusat, perwakilan DitjenPerbendaharaan Kementerian Keuangan, perwakilan Ditjen Yankes KementerianKesehatan, dan perwakilan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancaramendalam dan observasi telaah dokumen Dan didapatkan hasil bahwa Rumah SakitBhayangkara Polri yang sudah BLU memberikan efek positif, dimana RS menjadi lebihfleksibel untuk mengembangkan layanannya, sehingga terjadi peningkatan pendapatanrumah sakit, implementasi tata kelola BLU di RS Bhayangkara telah berjalan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Meskipun pada telaah dokumenmasih ditemukan beberapa ketidaklengkapan berupa bukti evaluasi dari pelaksanaankegiatan monitoring dan evaluasi baik yang dilakukan oleh pengawas internal maupundewan pengawas, PPK-BLU yang diterapkan di RS Bhayangkara sesuai dengan UUNomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 20 ayat 3, dan implementasi tatakelola BLU Di RS Bhayangkara menurut 10 unsur yang terkait secara garis besar sudahberjalan baik sesuai dengan asas BLU.Hal-hal yang harus dipersiapkan RS Bhayangkara untuk menjadi BLU yaitumeningkatkan layanan, sehingga terjadi peningkatan pendapatan rumah sakit,melakukan persiapan seperti persyaratan substantif, teknis, dan adminitratif seperti yangtercantum pada PP Nomor 23 tahun 2005 pada pasal 4, memberi pemahaman danedukasi kepada seluruh personil rumah sakit akan pelaksanaan BLU di Rumah SakitBhayangkara Polri.Kata kunci : Badan Layanan Umum, RS Bhayangkara Polri, implementasi, tata kelola

ABSTRACT
Name Nancy Bumbunan M SiraitStudy Program Kajian Administrasi Rumah SakitTitle Implementation of Public Service Agency Management at 3Bhayangkara Polri HospitalCounsellor Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr. PH.Public Service Agency BLU is a government agency established to provide services to thepublic in the form of providing goods and or services sold without prioritizing profit andin carrying out its activities based on efficiency and productivity principles. The Police ofthe Republic of Indonesia as an institution in charge of enforcing the law, carrying outbureaucratic reforms in the field of health services especially implemented by BhayangkaraHospital to the community become an integrated part of the reform of the policebureaucracy. With the issuance of Government Regulation of the Republic of IndonesiaNumber 23 Year 2005 and Regulation of Chief of Police Number 3 Year 2010 on HospitalFinancial Management System in the Police Environment of the Republic of Indonesia isthe starting point of the formation of BLU Work Unit within Polri RumkitBhayangkara .The purpose of this research is to analyze the implementation of governancepolicy of Public Service Board at Bhayangkara Polri Hospital.The study was conducted through secondary data analysis and in depth interviews with thehead of the hospital from a representative of 3 RS, Bhayangkara Tk. II Sartika AsihBandung, Bhayangkara Hospital Tk. III Bengkulu and Bhayangkara Tk IV Sespima CiputatHospital, and the Central Police healthcare supervisor, the Directorate General of Treasuryat the Ministry of Finance, the Directorate General of Yankes of the Ministry of Health, andrepresentatives of the Ministry of Administrative Reform and Bureaucratic Reform. Thisresearch used qualitative method through in depth interview technique and observation ofdocument review And it was found that Bhayangkara Polri Hospital which has BLU givepositive effect, where the hospital become more flexible to develop its service, so that thereis an increase of hospital 39 s income, the implementation of BLU governance in BhayangkaraHospital has been run in accordance with the provisions of the laws and principlesapplicable to the BLU. Although in the document review still found some incompleteness inthe form of evidences of evaluation of the implementation of monitoring and evaluationactivities conducted by internal supervisors and supervisory boards, PPK BLU applied inBhayangkara Hospital in accordance with laws and regulations as in Law No. 44 of 2009about hospitals in article 20, paragraph 3, and implementation of BLU governance InBhayangkara Hospital according to 10 related elements in outline has been running well inaccordance with the principle of BLU.The things that must be prepared by Bhayangkara Hospital to become BLU is to improvethe service, so that there is an increase of hospital income, perform preparation such assubstantive, technical, and administrative requirements as stated in PP No. 23 year 2005 onarticle 4, giving understanding and education to all hospital personnel will implement theFinancial Management of Public Service Board at Bhayangkara Polri HospitalKeywords Public Service Agency BLU , Bhayangkara Polri Hospital, implementation"
2018
T51320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutianingsih
"Gempa bumi merupakan bencana yang dapat berdampak pada berbagai aspek, salah satunya aspek psikologis, dimana lansia merupakan salah satu kelompok yang paling rentan mengalami dampak ini. Kesiapsiagaan psikologis merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak psikologis yang diakibatkan oleh gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesiapsiagaan psikologis dan kecemasan pada lansia di daerah rawan bencana gempa bumi. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan sampel sebanyak 355 dan kriteria inklusi yaitu berusia 60-83 tahun, tidak mengalami gangguan kognitif, pernah mendapatkan penyuluhan gempa bumi, bisa membaca dan menulis, dan bersedia menjadi responden. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini telah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan nilai nilai Cronbach Alpha untuk kuesioner Sense of Community Index yaitu 0,88; kuesioner Psychological Preparedness for Disaster Threat Scale (PPDTS) yaitu 0,87; dan kuesioner Geriatric Anxiety Inventory 0,89. Penelitian ini juga telah dinyatakan lolos uji etik. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara kesiapsiagaan psikologis dengan kecemasan (p value = 0.041). Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan (p value = 0.001), pengalaman (p value = 0.008) dan sense of community (p value =0.000) dengan kesiapsiagaan psikologis lansia. Faktor yang paling memengaruhi kesiapsiagaan psikologis adalah sense of community (OR = 2.620). Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk membentuk kelompok swabantu dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan psikologis dan sense of community pada lansia di daerah rawan bencana gempa bumi.

Earthquake is disasters can have an impact on various aspects, one of them is psychological aspect, where the elderly are one of the groups most vulnerable to this impact. Psychological preparedness is one effort that can be done to reduce the psychological impact caused by earthquakes. This study aims to determine the factors that influence psychological preparedness and anxiety in the elderly in earthquake-prone areas. The study design used cross sectional with a sample of 355 people. and the inclusion criteria were 60-83 years old, had no cognitive impairment, had received earthquake counseling, could read and write, and were willing to become respondents. The questionnaire used in this study has tested the validity and reliability with the value of Cronbach Alpha for the Sense of Community Index questionnaire which is 0.88; the Psychological Preparedness for Disaster Threat Scale (PPDTS) questionnaire, which is 0.87; and the Geriatric Anxiety Inventory questionnaire 0.89. This research has also passed the ethical test. The results showed a significant relationship between psychological preparedness with anxiety (p value = 0.041). Besides that, it was also found that there was a significant relationship between education (p value = 0.001), experience (p value = 0.008) and sense of community (p value = 0.000) with the psychological preparedness of the elderly. The factor that most influence psychological preparedness is the sense of community (OR = 2,620). The results of this study can be used as a basis for forming self-help groups in an effort to improve psychological preparedness and sense of community in the elderly in earthquake-prone areas."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Sri Novita
"Erupsi gunung berapi berdampak pada kualitas hidup kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah bencana, khususnya remaja. Modal sosial merupakan sumber daya potensial dalam meningkatkan kualitas hidup kesehatan remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan modal sosial dengan kualitas hidup kesehatan pada remaja yang terdampak bencana erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods dengan embedded sequential design dimana penelitian kualitatif (tahap 1) memberikan peran pendukung sekunder dalam penelitian utama kuantitatif (tahap 2) yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif (tahap 3) untuk menjelaskan temuan-temuan pada penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Kualitas hidup kesehatan diukur menggunakan kuesioner Pediatric Quality of Life InventoryTM (PedsQLTM) versi 4.0 pada 318 responden berusia 10-18 tahun dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Regresi Cox. Penelitian kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure (RAP). Pengumpulan data kualitatif dengan observasi, diskusi kelompok terarah (DKT) dan wawancara mendalam. Hasil penelitian diperoleh proporsi kualitas hidup kesehatan yang buruk sebesar 45,4%. Proporsi remaja dengan modal sosial individu yang rendah sebesar 69,4% dan modal sosial komunitas yang rendah sebesar 47,4%. Modal sosial individu berhubungan dengan kualitas hidup kesehatan (PR = 2,224; 95% CI 1,424-2,473), sedangkan modal sosial komunitas bukan faktor risiko terhadap kualitas hidup kesehatan (PR = 1,017; 95% CI 0,601-1,721). Temuan kuantitatif ini didukung oleh temuan kualitatif bahwa modal sosial pada level individu yang berperan pada kualitas hidup kesehatan yang buruk pada remaja meliputi belum terpenuhinya rasa aman dari erupsi Gunung Sinabung pada remaja yang tidak di relokasi dan remaja membutuhkan rasa aman dari tindak kejahatan; pengalaman yang kurang menyenangkan selama tinggal di pengungsian sementara; kurang akrabnya hubungan sesama anggota masyarakat semenjak tinggal di relokasi; partisipasi remaja rendah dalam organisasi karena rendahnya aksesibilitas transportasi; dan kewajiban yang menjadi beban bagi remaja terutama remaja yang tidak di relokasi. Meskipun modal sosial komunitas bukan faktor risiko kualitas hidup kesehatan remaja, namun secara kualitatif memiliki peran bagi kualitas hidup kesehatan remaja seperti orang tua memanfaatkan keanggotaan dalam organisasi ekonomi untuk biaya pendidikan remaja dan pemanfaatan ruang publik seperti lapangan olahraga dan jambur oleh remaja di relokasi pemerintah yang memberikan kesempatan kepada remaja untuk berinteraksi sosial dengan teman sebayanya dan masyarakat sekitar. Berdasarkan temuan penelitian ini, hendaknya pemerintah daerah dapat memanfaatkan dan melakukan penguatan modal sosial baik pada level individu dan komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup kesehatan remaja yang terdampak bencana dengan mempertimbangkan jenis relokasi dan kelompok umur.

Volcanic eruptions impact the health and quality of life of people living in disaster areas, especially adolescents. Social capital is a potential resource for improving adolescents’s health-related quality of life. This study aimed to determine the relationship between social capital and health-related quality of life among adolescents affected by the eruption of Mount Sinabung, Karo Regency, North Sumatra Province. This study is a mixed-methods study with an embedded sequential design. A qualitative study (phase 1) provides a secondary supporting role in the main quantitative study (phase 2), which is then followed by a qualitative study (phase 3) to explain the findings in the main quantitative research. Quantitative research using a cross-sectional design. Health-related quality of life was measured using the Pediatric Quality of Life InventoryTM (PedsQLTM) version 4.0 questionnaire on 318 respondents aged 10-18 years using a simple random sampling technique. Quantitative data were analyzed using Cox Regression. Qualitative approach using a Rapid Assessment Procedure (RAP) design. Qualitative data were collected through observation, focus group discussions (FGDs), and in-depth interviews. The results showed that the proportion of poor health-related quality of life was 45.4%. The proportion of adolescents with low individual social capital was 69.4% and low community social capital was 47.4%. Individual social capital was associated with health-related quality of life (PR = 2,224; 95% CI 1,424-2,473), while community social capital was not a risk factor for adolescents' health-related quality of life (PR = 1,017; 95% CI 0,601-1,721). This quantitative finding is supported by the qualitative finding that individual-level social capital that contributes to poor quality of life in adolescents includes the unfulfilled sense of security from the eruption of Mount Sinabung in adolescents who are not relocated and adolescents need a sense of protection from crime; unpleasant experiences while living in temporary refugee camps; lack of familiarity with fellow community members since living in relocation; low participation of adolescents in organizations due to low transportation accessibility; and obligations that become a burden for adolescents, especially adolescents who are not relocated. Although community social capital is not a risk factor for adolescents' health quality of life, it qualitatively plays a role in adolescents' health quality of life, such as adolescents' parents utilizing membership in economic organizations for adolescents' education expenses and the use of public spaces such as sports fields and jambur by adolescents in government relocations that provide opportunities for adolescents to interact socially with their peers and the surrounding community. Based on this study's findings, local governments should be able to utilize and strengthen social capital at both the individual and community levels to improve the quality of life of disaster-affected adolescent health by considering the type of relocation and age group."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Anggaratni G.
"Kemampuan fasilitas kesehatan untuk dapat berfungsi tanpa gangguan dalam situasi bencana merupakan hal yang penting. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan kebencanaan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesiapsiagaan bencana di RSU Famili Husada dengan menggunakan Hospital Safety Index WHO dari segi keselamatan struktural, non struktural maupun manajemen kegawatan dan bencana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan metode  campuran kualitatif dan kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Safe Hospital Cecklist Form 2 dari WHO yang terdiri dari evaluasi potensi bencana, modul keselamatan struktural, modul keselamatan non struktural dan modul manajemen kegawatdaruratan dan bencana. Hasil penelitian pada evaluasi potensi bencana menunjukkan bahwa RSU Famili Husada memiliki potensi bahaya geologis, hidrologis, klimatologis dan bahaya biologis (pandemi COVID-19) yang tinggi. Berdasarkan indeks keselamatan struktural, RSU Famili Husada memiliki indeks yang baik (A), begitu pula dengan indeks keselamatan non strukturalnya. Dalam indeks manajemen kegawatan dan bencana, RSU Famili Husada masuk kategori rata-rata (B). secara umum, setelah dibobotkan maka indeks HSI RSU Famili Husada dalam kategori A yang berarti RS diprediksi dapat berfungsi pada masa bencana..  RS diharapkan memperkuat mekanisme pasokan perbekalan, meningkatkan kapasitas cadangan oksigen, serta penguatan SDM. Meskipun telah memiliki indeks HSI yang baik, RS masih berisiko mengalami hambatan pelayanan terutama pada masa lonjakan COVID-19 oleh karena adanya faktor eksternal yang memengaruhi rantai pasokan perbekalan utama seperti oksigen, APD dan obat-obatan. Diperlukan evaluasi kapasitas lonjakan, identifikasi sumber-sumber cadangan perbekalan dan simulasi kebencanaan di tingkat regional oleh pemegang kebijakan yang lebih tinggi agar kedepannya situasi lonjakan kritis pandemi dapat diantisipasi.

The ability of health facilities to function without interruption in a disaster situation is critical. Law No. 36 of 2009 concerning Health explains that hospitals as health care facilities, both government hospitals and private hospitals are required to provide disaster health services that aim to save lives and prevent further disability. The purpose of this study was to evaluate disaster preparedness at the Famili Husada Hospital using the WHO Hospital Safety Index in terms of structural, non-structural safety as well as emergency and disaster management. This research is a descriptive observational study with a mixture of qualitative and quantitative methods. The instrument used in this research is the Safe Hospital Checklist Form 2 from WHO which consists of an evaluation of potential disasters, structural safety modules, non-structural safety modules and emergency and disaster management modules. The results of the research on the evaluation of potential disasters indicate that the Famili Husada Hospital has a high potential for geological, hydrological, climatological and biological hazards (the COVID-19 pandemic). Based on the structural safety index, the Famili Husada Hospital has a good index (A), as well as its non-structural safety index. In the emergency and disaster management index, Famili Husada Hospital is in the average category (B). In general, after being weighted, the HSI index of the Famili Husada Hospital is in category A, which means the hospital is predicted to function during a disaster. The hospital is expected to strengthen the mechanism for supplying supplies, increasing oxygen reserve capacity, and strengthening human resources. Despite having a good HSI index, hospitals are still at risk of experiencing service barriers, especially during the COVID-19 surge due to external factors that affect the supply chain of key supplies such as oxygen, PPE and medicines. It is necessary to evaluate the surge capacity, identify sources of supply reserves and simulate disasters at the regional level by higher policy holders so that in the future the critical spike situation of the pandemic can be anticipated."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Agung Nugroho
"ABSTRAK
Mutu atau kualitas rumah sakit dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : pelayanan oleh petugas kesehatan dan sarana prasarana bangunan rumah sakit itu sendiri. Banyak penduduk Indonesia (baik yang tinggal di perkotaan atau perbatasan) pergi ke luar negeri hanya untuk berobat. Hal itu bukan disebabkan oleh rendahnya mutu layanan petugas kesehatan, namun lebih disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana rumah sakit sehingga kepercayaan penduduk Indonesia untuk berobat di dalam negeri menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di RSUD Kota Tangerang sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010.Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada periode bulan Juni 2014. Sarana prasarana RSUD Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 meskipun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.

ABSTRACT
The quality of a hospital depends on two things, they are : services provides by health officer also facilities and supporting infrastructure of the building itself. Many Indonesian people (which is live in urban or border area) goes abroad only for medical treatment reason. That is not because of the poor quality of services provides by health officer but mostly because our hospital facilities and supporting infrastructure is very poor, therefore the trust of our people for choosing medical treatment within the country is decreasing. The objection of this research is to evaluate the application of occupational health and safety in General Hospital of Tangerang City according to the standard stipulated in Minister of Health's Desicion No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Method of data analysis is descriptive qualitative. This research is perform during June 2014. Its facilities and supporting infrastructure have fulfilled the minimum requirements of Minister of Health's Desicion No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 while several parts of them need improvement."
2014
S55170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>